Nekrosi
Timbunan asam
laktat meningkat
Gangguan Pertukaran
Gas
5. Pemeriksaan penunjang Gangguan Kebutuhan Oksigenasi Pada Penyakit Acute
Dekompensated Heart Failure (ADHF)
1) EKG (elektrokardiogram):
untuk mengukur kecepatan dan keteraturan denyut jantung EKG Hipertrofi atrial
atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia san kerusakan pola mungkin terlihat.
Disritmia mis: takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6
minggu atau lebih setelah imfark miokard menunjukkan adanya aneurime
ventricular.
2) Echokardiogram:
menggunakan gelombang suara untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung, serta
menilai keadaan ruang jantung dan fungsi katup jantung. Sangat bermanfaat untuk
menegakkan diagnosis gagal jantung.
3) Foto rontgen dada:
untuk mengetahui adanya pembesaran jantung, penimbunan cairan di paru-paru
atau penyakit paru lainnya.
4) Tes darah BNP:
untuk mengukur kadar hormon BNP (B-type natriuretic peptide) yang pada gagal
jantung akan meningkat.
5) Sonogram:
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur
katub atau area penurunan kontraktilitas ventricular.
6) Skan jantung:
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
7) Kateterisasi jantung
Tekanan normal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung
sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi, juga mengkaji potensi
arteri kororner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran
bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas
b. Sirkulasi
a) Gejala Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit
jantung, bedah jantung, endokarditis, anemia, syok septik, bengkak
pada kaki, telapak kaki, abdomen.
b) Tanda TD; mungkin rendah (gagal pemompaan), Tekanan Nadi;
mungkin sempit, Irama Jantung; Disritmia, Frekuensi jantung;
Takikardia , Nadi apical: PMI mungkin menyebar dan merubah, posisi
secara inferior ke kiri, Bunyi jantung; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4
dapat, terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah, Murmur sistolik dan
diastolic, Warna : kebiruan, pucat abu-abu, sianotik, Punggung kuku;
pucat atau sianotik dengan pengisian, kapiler lambat, Hepar;
pembesaran/dapat teraba, Bunyi napas; krekels, ronkhi, Edema ;
mungkin dependen, umum atau pitting, khususnya pada ekstremitas.
6. Pengkajian Fisik
a) Inspeksi, pengkajian ini meliputi:
1) Pertama, penentuan tipe jalan napas, seperti menilai apakah napas spotan
melalui hidung, mulut, oral, nasal, atau menggunakan selang endotrakeal
atau trachcostomi, kemudian menentukan status kondisi seperti kebersihan,
ada atau tidaknya sekret, pendarahan, bengkak, atau obstruksi mekanik;
2) Kedua, perhitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu menit
(umumnya wanita bernapas lebih cepat) yaitu 20 kali permenit orang
dewasa, kurang dari 30 kali permenit pada anak-anak, pada bayi pernapasan
kurang dari 50 kali per menit.
3) Ketiga, pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal, abdominal dan
kombinasi dari keduanya.
4) Keempat, pengkajian irama pernapasan, yaitu menelaah masa inspirasi dan
ekspirasi. Pada keadaan normal ekspirasi lebih lama dari inspirasi yaitu 2:1
pada orang sesak napas ekspirasi lebih cepat. Dalam keadaan normal
perbandingan frekuensi pernapasan dan prekuensi nadi adalah 1:1
sedangkan pada orang yang keracunan barbiturat perbandinganya adalah
1:6. Kaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau
irreguler,
• cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat
dan kadang diselingi apnea.
• kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot
yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan
diselingi periode apnea.
5) Kelima, pengkajian terhadap dalam/ dangkalnya pernapasan. Pada
pernapasan dangkal dinding toraks hampir kelihatan tidak bergerak ini
biasanya dijumpai pada pasien penderita emfisema.
b) Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan seperti nyeri tekan yang
dapat timbul akibat luka, peradangan setempat, metastasis tumor ganas,
pleuritis, atau pembengkakan dan benjolan pada dada. Melalui palpasi dapat
diteliti gerakan dinding toraks pada saat ekspirasi dan inspirasi terjadi. Kelainan
pada paru, seperti getaran suara atau fremitus vokal, dapat dideteksi bila
terdapat getaran sewaktu pemeriksa meletakkan tangannya sewaktu pasien
berbicara. Getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa dapat juga ditimbulkan
oleh dahak dalam bronkus yang bergetar pada waktu inspirasi dan ekspirasi atau
oleh pergeseran antara membran pleura pada pleuritis.
c) Perkusi
Pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji suara normalnya suara perkusi paru.
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang
ada di sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Jenis suara perkusi
ada dua jenis yaitu:
a. Suara perkusi normal
1. Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru-paru dan normalnya
bergaung dan bersuara rendah.
2. Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru
3. Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya bersifat
musical.
b. Suara perkusi abnormal
1. Hiperresonan: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan
timbul pada bagian paru-paru yang abnormal berisi udara.
2. Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar pada
perkusi daerah paha, dimana seluruh areanya berisi jaringan.
d) Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencangkup
mendengar suara napas normal dan suara tambahan (abnormal).Suara napas
normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan napas dari laring ke
alveoli dan bersifat bersih.
a. Jenis suara napas normal adalah:
1. Bronchial: sering juga disebut tubular sound karena suara ini dihasilkan
oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdngar keras,
nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih
panjang daripada inspirasi dan tidak ada jeda di antara kedua fase
tersebut (E > I). Normal terdengar di atas trachea atau daerah lekuk
suprasternal.
2. Bronkovesikular: merupakan gabungan dari suara napas bronkhial dan
vesikular. Suaranya terdengar nyaring dengan intensitas sedang.
Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi (E = I). Suara ini terdengar di
daerah dada dimana bronkus tertutupoleh dinding dada.
3. Vesikular: terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi
lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan (E < I).
b. Jenis suara napas tambahan adalah:
1. Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara
nyaring, musical, suara terus-menerus yang disebabkan aliran udara
melalui jalan napas yang menyempit.
2. Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara
terdengar perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus-menerus.
Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan produksi sputum.
3. Pleural fiction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara
kasar, berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah
pleura. Sering kali pasien mengalami nyeri saat bernapas dalam.
4. Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu:
• Fine crackles: setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi.
Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah
yang lembab di alveoli atau bronkhiolus. Suara seperti rambut yang
digesekkan.
• Coarse crackles: lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah,
kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi
pada jalan napas yang besar. Mungkin akan berubah ketika pasien
batuk.
2. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan Pertukaran Gas
▪ Definisi
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eleminasi karbondioksida
pada membran alveolus-kapiler
▪ Penyebab
1) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2) Perubahan membran alveolus-kapiler
▪ Gejala dan tanda mayor
- Subjektif
1. Dispnea
- Objektif
1. PCO2 meningkat/menurun
2. PO2 menurun
3. Takikardia
4. pH arteri meningkat/menurun
5. bunyi napas tambahan
▪ Gejala dan tanda minor
- Subjektif
1. Pusing
2. Penglihatan kabur
- Objektif
1. Sianosis
2. Diaforesis
3. Gelisah
4. Napas cuping hidung
5. Pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/iregular, dalam/dangkal)
6. Warna kulit abnormal (mis. Pucat, kebiruan)
7. Kesadaran menurun
2. Penurunan Curah Jantung
▪ Definisi
Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh.
▪ Penyebab
1) Perubahan irama jantung.
2) Perubahan frekuensi jantung.
3) Perubahan kontraktilitas.
4) Perubahan preload.
5) Perubahan afterload.
▪ Gejala dan tanda mayor
- Subjektif:
1. Perubahan irama jantung
1) Palpitasi
2. Perubahan preload
1) Lelah
3. Perubahan afterload
1) Dispnea
4. Perubahan kontraktilitas
1) Paroxysmal noctural dyspnea (PND)
2) Ortopnea
3) Batuk
- Objektif
1. Perubahan irama jantung
1) Bradikardial / Takikardia.
2) Gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi.
2. Perubahan preload
1) Edema,
2) Distensi vena jugularis,
3) Central venous pressure (CVP) meningkat/menurun,
4) Hepatomegali.
3. Perubahan afterload
1) Tekanan darah meningkat / menurun.
2) Nadi perifer teraba lemah.
3) Capillary refill time > 3 detik
4) Oliguria.
5) Warna kulit pucat dan / atau sianosis.
4. Perubahan kontraktilitas
1) Terdengar suara jantung S3 dan /atau S4.
2) Ejection fraction (EF) menurun
▪ Gejala dan tanda minor
- Subjektif
1. Perubahan preload
(tidak tersedia)
2. Perubahan afterload
(tidak tersedia)
3. Perubahan kontraktilitas
(tidak tersedia)
4. Perilaku/emosional
1) Cemas
2) Gelisah
- Objektif
1. Perubahan preload
1) Murmur jantung
2) Berat badan bertambah
3) Pulmonary artery wedge pressure (PAWP) menurun
2. Perubahan afterload
1) Pulmonary vascular resistance (PVR) meningkat/menurun
2) Systemic vaskular resitance (SVR) meningkat/menurun
3. Perubahan kontraktilitas
1) Cardiac index (CI) menurun
2) Left ventricular stroke work index (LVSWI) menurun
3) Stroke volume index (SVI) menurun
4. Perilaku/emosional
(tidak tersedia)
3. Rencana Keperawatan
Curah Jantung
Perawatan Jantung Perawatan Jantung
Observasi: Observasi:
Setelah dilakukan
1. Identifikasi tanda/gejala primer 1. Untuk mengidentifikasi
intervensi keperawatan
penurunan curah jantung (meliputi: tanda/gejala primer penurunan
selama … x 24 jam,
dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, curah jantung
maka Curah Jantung
PND, peningkatan CVP). 2. Untuk mengidentifikasi
Meningkat dengan
2. Identifikasi tanda/gejala sekunder tanda/gejala sekunder penurunan
kriteria hasil:
penurunan curah jantung (meliputi: curah jantung
1. Kekuatan
peningkatan berat badan, hepatomegaly, 3. Untuk memonitor tekanan darah
distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi (termasuk tekanan darah
nadi perifer
basah, oliguria, batuk, kulit pucat) ortostatik, jika perlu)
meningkat
3. Monitor tekanan darah (termasuk 4. Untuk memonitor intake dan
2. Ejection fraction
tekanan darah ortostatik, jika perlu) output cairan
(EF)meningkat
4. Monitor intake dan output cairan 5. Untuk memonitor berat badan
3. Cardiac index (CI)
5. Monitor berat badan setiap hari pada setiap hari pada waktu yang sama
meningkat
waktu yang sama 6. Untuk memonitor saturasi
4. Palpitasi
6. Monitor saturasi oksigen oksigen
menurun
7. Monitor keluhan nyeri dada (mis: 7. Untuk mengetahui keluhan nyeri
5. Bradikardia intensitas, lokasi, radiasi, durasi, dada
menurun presipitasi yang mengurangi nyeri) 8. Untuk memonitor EKG 12
6. Takikardia 8. Monitor EKG 12 sadapan sadapan
menurun 9. Monitor aritmia (kelainan irama dan 9. Untuk memonitor aritmia
7. Gambaran EKG frekuensi) (kelainan irama dan frekuensi)
aritmiamenurun 10. Monitor nilai laboratorium jantung (mis: 10. Untuk memonitor nilai
8. Edema elektrolit, enzim jantung, BNP, NTpro- laboratorium jantung
menurun BNP) 11. Untuk memonitor fungsi alat
9. Distensi vena 11. Monitor fungsi alat pacu jantung pacu jantung
jugularis menurun 12. Periksa tekanan darah dan frekuensi 12. Untuk memeriksa tekanan darah
10. Dispnea nadi sebelum dan sesudah aktivitas dan frekuensi nadi sebelum dan
13. Periksa tekanan darah dan frekuensi sesudah aktivitas
menurun
nadi sebelum pemberian obat (mis: beta 13. Untuk memeriksa tekanan darah
11. Oliguria
blocker, ACE Inhibitor, calcium channel dan frekuensi nadi sebelum
menurun blocker, digoksin) pemberian obat
Terapeutik: Terapeutik:
12. Pucat/sianosis
14. Posisikan pasien semi-fowler atau 14. Untuk memberikan posisikan
menurun
fowler dengan kaki ke bawah atau posisi pasien semi-fowler atau fowler
13. Paroxysmal
nyaman dengan kaki ke bawah atau posisi
nocturnal
15. Berikan diet jantung yang sesuai (mis: nyaman
dyspnea (PND)
batasi asupan kafein, natrium, 15. Untuk memberikan diet jantung
menurun
kolesterol, dan makanan tinggi lemak) yang sesuai
14. Suara jantung S3 16. Gunakan stocking elastis atau 16. Untuk menggunakan stocking
menurun pneumatik intermitten, sesuai indikasi elastis atau pneumatik
15. Suara jantung S4 17. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk intermitten, sesuai indikasi
menurun modifikasi gaya hidup sehat 17. Agar dapat memfasilitasi pasien
16. Tekanan 18. Berikan terapi relaksasi untuk dan keluarga untuk modifikasi
darah mengurangi stress, jika perlu gaya hidup sehat
membaik 19. Berikan dukungan emosional dan 18. Untuk memberikan terapi
17. Pengisian spiritual relaksasi untuk mengurangi
kapiler 20. Berikan oksigen untuk mempertahankan stress, jika perlu
membaik saturasi oksigen > 94% 19. Untuk memberikan dukungan
Edukasi: emosional dan spiritual
21. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai 20. Untuk memberikan oksigen
toleransi untuk mempertahankan saturasi
22. Anjurkan beraktivitas fisik secara oksigen > 94%
bertahap Edukasi:
23. Anjurkan berhenti merokok 21. Untuk menganjurkan beraktivitas
24. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur fisik sesuai toleransi
berat badan harian 22. Untuk menganjurkan beraktivitas
25. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur fisik secara bertahap
intake dan output cairan harian 23. Untuk menganjurkan berhenti
Kolaborasi: merokok
26. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika 24. Untuk mengajarkan pasien dan
perlu keluarga mengukur berat badan
27. Rujuk ke program rehabilitasi jantung harian
25. Untuk mengajarkan pasien dan
keluarga mengukur intake dan
output cairan harian
Kolaborasi:
26. Untuk mengkolaborasi
pemberian antiaritmia, jika perlu
27. Untuk merujuk ke program
rehabilitasi jantung
Intervensi Pendukung:
Edukasi Rehabilitasi Jantung
Observasi:
1. Untuk mengidentifikasi kesiapan
Intervensi Pendukung: dan kemampuan menerima
Edukasi Rehabilitasi Jantung informasi
Observasi: Terapeutik:
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
2. Untuk menyediakan materi dan
menerima informasi
media pendidikan kesehatan
Terapeutik:
3. Untuk menjadwalkan pendidikan
2. Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
kesehatan
4. Untuk memberikan kesempatan
3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
untuk bertanya
kesepakatan
Edukasi:
4. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi: 5. Untuk memberi informasikan
Rina Eka Wijaya.S(2018). Studi Kasus Penatalaksanaan Diet Pada Penyakit Jantung Koroner Di
Ruang Rawat Inap Rsu Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018. Diakses
melalui
http://www.repository.poltekkeskdi.ac.id/751/1/KARYA%20TULIS%20ILMIAH.pdf
pada tanggal 19 April 2023