Anda di halaman 1dari 18

UNIVERSITAS FALETEHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
CONGESTIVE HEART FAILURE ( CHF )

Disusun oleh ;
ANTI NOPIANTI PUZIASIH
5022031016

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
SERANG BANTEN
TAHUN 2022/2023
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Congestive Heart Failure adalah ketidakmampuan jantung dalam memompa darah
dengan cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi pada jaringan. Istilah
gagal jantung mengindikasikan bahwa terdapat masalah dengan kontraksi jantung
disfungsi sistolik atau diastolik yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi sistemik
atau fungsi dari paru-paru. Dua jenis utama gagal jantung dapat terindifikasi oleh
penilaian fungsi dari ventrikel kiri, biasanya oleh echocardiogram. Tipe yang lebih
umum yaitu gagal jantung sistolik ditandai dengan otot jantung yang melemah
sedangkan untuk tipe gagal jantung diastolik ditandai dengan otot jantung yang kaku
dan tidak mau bekerja sehingga mempersulit isi ventrikel.

2. Etiologi
Menurut (Brunner & Suddarth , 2010)Gagal jantung dapat disebabkan oleh banyak hal
di antaranya:
1. Penyakit arteri koroner
Menyebabkan berkurangnya aliran darah ke arteri koroner sehinga menurunkan
suplaioksigen dan nutrisi ke otot jantung. Namun, jika sudah kekurangan oksigen
dan nutrisi bisa menyebabkan otot jantung rusak bahkan kematian otot jantung.
Kematian otot jantung ini sering dinamalkan Infark Miokard. Infark Miokrad ini lah
yang akan meyebabkan gagal jantung/CHF dengan melemahkan kemampuan
jantung dalam memompa darah untuk memenuhi keutuhan oksigen dan nutrisi.
2. Hipertensi sistemik/pulmonal
Mengakibatkan beban kerja jantung dan mengakibatkan hipertropi serabut otot
jantung(hipertropi miokard) dan akan mengakibatkan kontraktilitas kjantung.
Namun, jika hipertropi otot jantung ini tidak dapat berfungsi normal, maka berakhir
menjadi gagal jantung/CHF
3. Arterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Kemudian terjadi hipoksia dan asidosis(akibat penumpukan asam
laktak)maka terjadilah Infark miokardium(kematian sel jantung) bahkan gagal
jantung/CHF
4. Kelainan otot jantung
Menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung.

3. Patofisiologi
Gagal jantung terjadi ketika curah jantung tidak mencukupi kebutuhan metabolisme
yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga mekanisme kompensasi teraktivasi. Mekanisme
kompensasi untuk meningkatkan curah jantung antara lain dilatasi ventrikel,
peningkatan stimulasi sistem saraf simpatis, dan aktivasi sistem renin-angiotensin.
Mekanisme tersebut membantu meningkatkan kontraksi dan mengatur sirkulasi, tetapi
jika terus menerus berlangsung dapat menyebabkan pertumbuhan otot jantung yang
abnormal dan remodeling jantung.
 Kegagalan jantung kiri
Sebagian besar kondisi gagal jantung dapat dimulai dengan kegagalan ventrikel kiri
dan dapat berkembang menjadi kedua ventrikel. Hal ini terjadi karena kedua
ventrrikel jantung ini memiliki dua sistem pompa jantung yang berada fungsinya
satu sama lain.
Kegagalan ventrikel kiri terjadi karena ketidakmampuan ventrikel untuk
mengeluarkan isinya secara adekuat sehingga menyebabkan terjadinya dilatasi,
peningkatan vol akhir diastolik dan peningkatan tekanan intraventrikel pada ahir
diastolik. Hal ini berefek pada atrium kiri dimana akan terjadi ketidakmampuan
atrium untuk mengosongkan isinya ke dalam ventrikel kiri, sehina tekanan pada
atrium kiri ini akan meningkat. Peningkatan inilah akan berdampak pada vena
pulmonal yang membawa darah dari paru ke atrium kiri dan akhirnya menyebabkan
kongesti vaskuler pulmonal.
 Kegagalan jantung kanan
Kegagalan jantung ini biasanya mengikuti kegagalan pada jantung kiri sebelumnya.
Tetapi, bisa saja disebabkan karena gangguan atrial septal defek cor pulmonal. Pada
kondisi kegagalan jantung ini akan terjadi afterload yang berlebihan pada ventrikel
kanan karena peningkatan tekanan vaskular pulmonal sebagai akibat dari disfungsi
ventrikel kiri, ketika ventrikel kanan mengalami kegagalan, peningkatan tekanan
diastolik akan berbalik arah ke atrium kanan yang kemudia me yebabkan terjadinya
kongesti vena sistemik.

4. Kelasifikasi
Klasifikasi yang digunakan Internasional untuk mengelomokkan gagal jantung adalah
klasifikasi menurut New York Heart Association (NYHA):
1. NYHA 1 : aktivitas fisik yang tidak mengalami pembatasan (tidak lelah, sesak nafas
2. NYHA 2 : aktivitas fisik sedikit terbatas (menimbulkan gejala lelah, sesak nafas
tetapi akan merasa nyaman ketika istirahat)
3. NYHA 3 : adanya keterbatasan dalam melakukan aktivitas (aktivitas ringan saja
bisa menimbulkan lelah dan sesak nafas)
4. NYHA 4 : tidak dapat melakukan aktivitas karena tidak nyaman

5. Manifestasi Klinis
 Dispenea
Terjadi karena penumpukan atau penimbunan cairan dalam alveoli yang
mengganggu pertukaran gas . dispnea bahkan dapat terjadi saat istirahat atau
dicetuskan oleh gerakan yang minimal atu sering.
 Orthopnea
Pasien yang mengalami orthopnea tidak akan mau berbaring, tetapi akan
menggunakan bantal agar bisa tegak ditempat tidur atau duduk dikursi, bahkan saat
tidur.
 Batuk
Hal ini disebabkan oleh gagal ventrikel bisa kering dan tidak produktif, tetapi yang
sering adalah batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan aputum berbusa dalam
jumlah banyak, yang kadang disertai dengan bercak darah.
 Mudah lelah
Terjadi akibat curah jantung yang kurang, menghambat jaringan dari srikulasi
normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga
terjadi akibat meningkatnya energi yang di gunakan 15 untuk bernafas dan insomnia
yang terjadi akibat distress pernafasan dan batuk.
 Ronkhi
 Gelisah dan Cemas Terjadi akibat gangguan oksigen jaringan, stres akibat kesakitan
berfasan dan pengetahuan bahkan jantung tidak berfungsi dengan baik.
 Pada gagal jantung kanan
 Oedem parifer
 Peningkatan BB
 Distensi vena jugularis
 Hepatomegali
 Asites
 Pitting edema
 Anoreksia
 Mual
 Pada gagal jantung kiri:
 sesak nafas dyspnea on effert, paroxymal nocturnal dyspnea
 pernapasan cheyne strokes
 batuk-batuk
 sianosis
 suara sesak
 ronchi basah, halus, tidak nyaring didaerah basal paru hydrothorax
 kelainan jantung seperti pembesaran jantung, irama galop, tachycardia
 BMR mungkin naik
 Kelainan pada foto roentgen

6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan kasus gagal jantung
kongestive diantaranya sebagai berikut :
a. Ekokardiogram digunakan untuk membantu mengidentifikasi jenis dan tingkat
keparahan gagal jantung , informasi ini juga dapat diperoleh secara non invasif
dengann radionuclide ventriculografi atau invasif oleh ventriculografi sebagai
bagian dari prosedur kateter jantung.
b. Elektrokardiogram ( EKG ) digunakan untuk membantu mengidentifikasi
hiperatropi atrial atau ventrikular, iskemia, disaritmia, takikardia.
c. X-Ray dapat menunjukkan pembesaran jantung.
d. Pemeriksaan BUN ( Blood Ureum Nitrogen ) dan kreatinin
e. Pemeriksaan elektrolit dalam darah
7. Penatalaksanaan Medis
a. Menghilangkan atau mengurangi faktor penyebab etiologi, seperti hipertensi
yang tidak terkontrol atau fibrilasi atrium dengan respon ventrikel yang cepat
b. Optimalkan rejimen farmakologis dan terapi lainnya
c. Mengurangi beban kerja pada jantung dengan mengurangi beban awal dan beban
akhir
d. Mempromosikan gaya hidup yang kondusif untuk kesehatan jantung
e. Mencegah episode gagal jantung akut dekompensasi

Rekomendasi gaya hidup termasuk pembatasan natrium makanan; menghindari cairan


yang berlebihan asupan, alkohol, dan merokok; pengurangan berat badan bila
diindikasikan; dan olahraga teratur. Pasien harus tahu caranya mengenali tanda dan
gejala yang perlu dilaporkan kepada tenaga kesehatan (Brunner & Suddarth’s et al.,
2010).

8. Farmakologi
Beberapa obat secara rutin diresepkan untuk gagal jantung sistolik, termasuk ACE
inhibitor, beta-blocker, diuretik, dan digitalis. Dosis target untuk obat ini diidentifikasi
dalam pedoman AHA/ACC, dan perawat serta dokter bekerja sama untuk mencapai dosis
obat yang efektif (Albert, 2006).
9. Terapi Non Farmakokogi
Terapi Nutrisi
Diet rendah sodium (2 hingga 3 g/hari) dan menghindari minum jumlah cairan yang
berlebihan biasanya dianjurkan. Pembatasan diet natrium mengurangi retensi cairan dan
gejala kongesti perifer dan paru.
Terapi Tambahan
Oksigen Tambahan
Terapi oksigen mungkin diperlukan saat gagal jantung berkembang. Kebutuhan didasarkan
pada derajat kongesti paru dan mengakibatkan hipoksia. Beberapa pasien memerlukan
tambahan oksigen hanya selama periode aktivitas.
10. Patoflow

Gagal jantung memompa darah

Penyempitan lumen
Suplay O2 menurun ventrikel kanan
Stroke volume berkurang

Metabolisme Penumpukan darah


anaerob Suplay darah tubuh menurun

Tekanan diastole ↑
Produksi ATP Tidak dapat memenuhi metabolisme
menurun tubuh

Bendungan diatrium kanan

Fatigue Penurunan curah


Jantung
Bendungan vena sistemik

Intoleransi Aktivitas

Mendesak diafragma

Sesak nafas
Pola Nafas Tidak
Efektif

A. Asuhan Keperawatan
1. Data wawancara
Prosedur Wawancara
a. Identitas klien : Jenis kelamin, Umur, Alamat, Pekerjaan
b. Keluhan Utama ; apa yang anda keluhan hari ini../? sesak saat bekerja, ortopnea,
lelah, pusing, nyeri dada, edem ekstremitas bawah, nafsu makan menurun, mual,
distensi abdomen.
c. Riwayat penyakit sekarang : Paliatif, Quality/quantity, Region, Scale, Timing,
perjalanan sampai bisa di rawat di RS, waktu kejadian dan sesampainya dibawa ke
RS, posisi saat kejadian, status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan
segera setelah kejadian,.
d. Riwayat penyakit dahulu : Tanyakan kepada pasien apakah pasien sebelumnya
mengalami gejala yang sama seperti nyeri dada atau tanda gejala yang lainnya,
riwayat medikasi : apakah sebelumnya pernah mengkonsumsi obat-obatan, atau
obat-obatan yang sering dikonsumsi pasien, jenis obatnya, berapa lama?, apakah
memiliki riwayat penyakit jantung, hipertensi, DM.
e. Riwayat penyakit kelurga ( yang berhubungan dengan gangguan kardiovaskuler ) :
seperti apakah dikelurga ada yang pernah mengalami penyakit jantung dan penyakit
keturunan lain seperti DM, Hipertensi.
f. pengkajian ADL
 Pola aktifitas dan istirahat : apakah ada kelelahan, insomnia, latergi, kurang
istirahat, dipsnea pada saat istirahat atau beraktifitas.
 Pola konsumsi makan & minum selama di rumah & di RS ( apakah
sebelumnya sering memakan makanan yeng mengandung lemak seperti
gorengan, atau kuah bersantan )
 Pola istirahat & tidur selama di rumah ( sebelum di RS ) & di RS
 Pola BAB & BAK saat di rumah ( sebelum masuk RS ) & di RS
 Pola personal hygine saat di rumah ( sebelum masuk RS ) & di RS
g. Riwayat psiko-sosial-spiritual-budaya
 Tanyakan persepsi dan harapan klien terhadap masalahnya
 Tanyakan pola interaksi dan komunikasi dengan anggota keluarga atau
lingkungan sekitar tempat tinggal
 Tanyakan keyakinan klien terhadap tuhan akan penyakitnya?
 Tanyakan dukungan yang diberikan keluarga atau tetangga terdekat ?
 Tanyakan apakah perannya terganggu dalam keluarga? Apakah ada yang
membantu menggantikan perannya di rumah?
 Bagaimana pandangan masyarakat terhadap musibah yang dialami saat ini.

2. Pemeriksaan fisik spesifik


Pada pemeriksaan fisik beberapa tanda dan gejala mungkin akan ditemukan. Berikut
ini adalah tanda dan gejala perubahan secara fisik yang biasanya didapatkan pada
pasien dengan gangguan sistem kardiovaskular.
a. Ukur tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
b. Cek nadi karotis : irama regular/irregular , auskultasi, untuk cek adanya bruit
c. Periksa keadaan umum pasien : pucat sesak nafas cynanosis dan edema
d. Inspeksi konjiungtiva : amens/ tidak
e. Inspeksi pada mata adanya xantelasma dan corneal arcus
f. Inspeksi mukosa mulut kering atau tidak, pucat atau tidak, kebersihan adanya
stomatitis/tidak
g. Inspeksi peningkatan JVP
h. Inspeksi bentuk dada : kesimetrisan , adanya bekas luka op, scar
i. Inspeksi pulsasi apeks jantung
j. Auskultasi si apeks jantung
k. Auskultasi di basal kiri (pulmonic)
l. Auskultasi dibasal kanan (aortic)
m. Auskultasi tricuspid dan mitral
n. Auskultasi 10 titik untuk cek adema pulmonal
o. Peruksi batas jantung : batas atas bawah (perkusi hingga ada perubahan suara
dari dullness ke timpani), batas lateral (perkusi ICS 4 atau medial ke lateral .
normal sampai dengan mid klavikula. Indikasi kardiomegali : batas bawah ics
>5. Lateral >mid
p. Hitung CRT, normal jika ,<2detik
q. Inspeksi adanya perifer cynosis, clubbing finger dan splinter hemoragic pada
kuku
r. Periksa telapak tangan adanya Olsen node dan jeneway lesion (kemerahan
pada telapak tangan yang disertai nyeri)
s. Inspeksi pendarahan dibawah kulit(ptechis)
t. Raba nadi ferifer, bisa menggunakan skala 3, skala : 0 tidak ada, 1 lemah, 2
normal, 3 bouding
u. Kaji turgor kulit, penurunan turgor menandakan masalah cairan
v. Raba suhu akral, dingin atau hangat. Caranya : lakukan perabaan suhu
ekstremitas dengan menggunakan punggung tangan dan lakukan secara
bersamaan
w. Tentukan derajat edema pada ekstemitas.

3. Masalah Keperawatan

Beberapa masalah keperawatan CHF menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
a. Penurunan curah jantung (ketidakaadekuatan jantung dalam memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh ) b.d perubahan preload, perubahan afterloaad,
perubahan kontraktilitas
b. Perfusi jaringan perifer tidk efektif ( penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang
dapat mengganggu metabolisme tubuh b.d peningkatan tekanan darah
c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
B. ANALISA DATA

No Data Analisa Data & Patoflow Diagnosa Keperawatan


1. DS : Gagal jantung memompa Pola Nafas Tidak
darah Efektif
- Dispnea
- Ortopenea ↓

DO : Penyempitan lumen ventrikel


kanan
- Penggunaan otot bantu

- Pola napas abnormal
Penumpukan darah
( mis.takipnea,bradypnea,

hiperpentilasi, kussmaul,,
Tekanan diastole ↑
Cheyne-stokes)
- Bradipnea atau takipnea ↓
Bendungan diatrium kanan

Bendungan vena sistemik

Mendesak diafragma

Sesak nafas

Pola Nafas Tidak Efektif

2. DS : Gagal jantung memompa Penurunan curah


- Lelah darah Jantung
- Dispnea ↓

- Batuk Stroke volume berkurang

DO : ↓
- Tekanan darah Suplay darah tubuh menurun
menurun / meningkat ↓
- CRT > 3 detik Tidak dapat memenuhi
- Warna kulit pucat dan metabolisme tubuh

sianosis ↓

- Terdengar suara Penurunan curah Jantung

jantung S3 dan S4
3. DS : Gagal jantung memompa Intoleransi Aktivitas
- Pasien mengeluh Lelah darah

- Dispnea setelah ↓

aktivitas Suplay O2 menurun

- Merasa Lelah ↓
DO : Metabolisme anaerob
- Frekuensi jantung ↓
meningkat 20 dari dari Produksi ATP menurun
kondisi istirahat ↓
Fatigue

Intoleransi Aktivitas
C. RENCANA KEPERAWATAN
Kriteria INTERVENSI AKTIVITAS
Diagnosa Keperawatan Hasil/Tujuan (SIKI) (SIKI)
(SLKI)
Pola nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan Manajemen Observasi
hamabatan upaya nafas d.d asuhan keperawatan jalan nafas - monitor pola
DS : selama 2x24 jam nafas (frekuensi,
- Dispnea diharapkan pola nafas kedalaman, usaha
- Ortopenea membaik dengan nafas)
DO : kriteria hasil : - monitor bunyi
- Penggunaan otot bantu nafas tambahan
- dispnea
- Pola napas abnormal (frekusnsi
menurun
( mis.takipnea,bradypne gurgling, mengi,
a, hiperpentilasi, - ortopnea wheezing, ronkhi
kussmaul,, Cheyne- menurun kering)
stokes) Teraupetik
- frekuensi
- Bradipnea atau takipnea - Posisikan semi
nafas
fowler dan fowler
membaik
- Berikan minum
- kedalaman hangat
nafas - Lakukan
membaik fisioterapi dada,
jika perlu
- Berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi
- Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberikan
bronkodilator,
eksteporan,
muklitik, jika
perlu
Penurunan curah jantung Setelah dilakukan Perawatan Observasi
b.d perubahan irama asuhan keperawatan Jantung - Identifikasi
jantung d.d selama 2x24 jam tanda/gelaja
DS : diharapkan curah primer penurunan
- Lelah jantung meningkat curah jantung
- Dispnea dengan kriteria hasil : (meliputi
- Batuk dispnea,
- Lelah
DO : kelelahan,
menurun
- Tekanan darah edema, ortopnea,
menurun / - Dispnea paraxysmel
meningkat menurun nocturnal
- CRT > 3 detik dyspnea,
- Batuk
- Warna kulit pucat peningkatan
menurun
dan sianosis CVP)
- Terdengar suara - CRT - Identifikasi
jantung S3 dan S4 membaik tanda/gelaja
sekunder
penurunan curah
jantung (meliputi
peningkatan berat
badan,
hepatomegaly,
distensi vena
jugularis,
palpitasi, rickhi
basah, oligiria,
batuk, kulit pucat
- Monitor saturasi
oksigen
- Monitor keluhan
nyeri dada
(intensitas local,
radiasi,durasi,
previtasi yang
memgurangi
nyeri)
Teraupetik
- Posiskan pasien
semi fowler dan
fowler dengan
kaki ke bawah
atau posisikan
nyaman
- Berikan diet
jantung
( mis.batasi
asupan kafein,
natrium,
kolesterol, dan
makanan tinggi
lemak)
- Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi rasa
stress, jika perlu
Teraupetik
- Anjurkan
beraktivitas fisik
sesuai toleransi
- Anjurkan
beraktivitas fisik
secara bertahap
- Anjurkan behenti
merokok
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
oksigen untuk
mempertahakan
saturasi oksigen
>94%
Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan Manajemen Observasi
kelelahan d.d asuhan keperawatan Energi - Identifikasi
DS : selama 2x24 jam gangguan fungsi
- Pasien mengeluh diharapkan toleransi tubuh yang
Lelah aktivitas meningkat mengakibatkan
- Dispnea setelah dengan kriteria hasil : kelelahan
aktivitas - Monitor
- Saturasi
- Merasa Lelah kelelahan fisik
oksigen
DO : dan emosional
meningkat
- Frekuensi jantung - Monitor lokasi
meningkat 20 dari - Kekuatan dan
dari kondisi istirahat tubuh bagian ketidaknyamanan
atas selama
meningkat melakukan
aktivitas
- kekuatan tubu
Observasi
bagian bawah
- Anjurkan tirah
meningkat
baring
- keluhan Lelah - Anjurkan
menurun melakukan
aktivitas secara
- dispnea saat
bertahap
beraktivitas
- Berikan aktivitas
menurun
distraksi yang
- dispnea menenangkan
setelah Edukasi
aktivitas - Ajarkan strategi
menurun koping untuk
mengurangi
kelelahan
Edukasi
- Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth . (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta : EGC.
SDKI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia . Jakarta Selatan : Tim Pokjo Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia .
SIKI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia . Jakarta Selatan : Tim Pokjo Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasiomnal Indonesia.
SLKI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia . Jakarta Selatan : Tim Pokjo Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia .

Anda mungkin juga menyukai