Pendahuluan
Profesi KGD
Nama Mahasiswa :
Ainun Nurseha
(………………………………………………) (……………..……...……………………….)
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023
FORMULIR SISTEMATIKA
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT UNIVERSITAS FALETEHAN
Cedera kepala merupakan trauma yang mengenai otak yang dapat mengakibatkan
perubahan fisik intelektual, emosional, dan sosial. Trauma tenaga dari luar yang
mengakibatkan berkurang atau terganggunya status kesadaran dan perubahan
kemampuan kognitif, fungsi fisik dan emosional (Judha & Rahil, 2011). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa cedera kepala adalah trauma yang mengenai otak dan salah satu
penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif yang terjadi
karena kecelakaan lalu lintas.
2. Etiologi
Menurut Muttaqin 2008 penyebab cedera kepala dapat dibedakan berdasarkan jenis
kekerasan yaitu jenis kekerasan benda tumpul dan benda tajam. Benda tumpul biasanya
berkaitan dengan KLL (kecepatan tinggi atau rendah), jatuh, pukulan benda tumpul.
Sedangkan benda tajam berkaitan dengan benda tajam (bacok) dan tembak.
3. Manifestasi Klinis
Menurut Menurut Judha (2011), tanda dan gejala dari cidera kepala antara lain :
a. Skull Fracture (Patah Tulang Tenggorak)
Gejala yang didapatkan CSF atau cairan lain keluar dari telinga dan hidung
(othorrea, rhinorhea), darah di belakang membran timphani, periobital ecimos
(brill haematoma), memar didaerah mastoid (battle sign), perubahan
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023
besar dalam menentukan berat ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma
kepala. Lesi pada kepala dapat terjadi pada jaringan luar dan dalam rongga kepala. Lesi
jaringan luar terjadi pada kulit kepala dan lesi bagian dalam terjadi pada tengkorak,
pembuluh darah tengkorak maupun otak itu sendiri.
Terjadinya benturan pada kepala dapat terjadi pada 3 jenis keadaan, yaitu :
a. Kepala diam dibentur oleh benda yang bergerak.
b. Kepala yang bergerak membentur benda yang diam.
c. Kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda yang lain
dibentur oleh benda yang bergerak (kepala tergencet).
Terjadinya lesi pada jaringan otak dan selaput otak pada cedera kepala diterangkan oleh
beberapa hipotesis yaitu getaran otak, deformasi tengkorak, pergeseran otak dan rotasi
otak. Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa contrecoup dan coup.
Contrecoup dan coup pada cedera kepala dapat terjadi kapan saja pada orang-orang
yang mengalami percepatan pergerakan kepala. Cedera kepala pada coup disebabkan
hantaman pada otak bagian dalam pada sisi yang terkena sedangkan contrecoup terjadi
pada sisi yang berlawanan dengan daerah benturan. Kejadian coup dan contrecoup
dapat terjadi pada keadaan ketika pengereman mendadak pada mobil/motor. Otak
pertama kali akan menghantam bagian depan dari tulang kepala meskipun kepala pada
awalnya bergerak ke belakang sehingga trauma terjadi pada otak bagian depan.
Pada keadaan ini, terdapat daerah yang secara mendadak terjadi penurunan tekanan
antara otak dan tulang tengkorak bagian belakang. Pada saat otak bergerak ke belakang
maka ruangan yang tadinya bertekanan rendah menjadi tekanan tinggi. Hal ini sangat
berbahaya bagi pembuluh darah otak karena terjadi penekanan sehingga daerah tersebut
tidak memperoleh suplai darah dan bisa mengakibatkan kematian sel-sel otak.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023
7. Penatalaksanaan Medis
a. Penanganan Cedera Kepala Ringan (GCS 13 –15)
Definisi : Pasien sadar dan berorientasi (GCS 13 –15)
1) Riwayat
Nama, umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan, mekanisme cedera, waktu
cedera, tidak sadar setelah cedera.
2) Pemeriksaan umum untuk menyingkirkan cedera sistemik
3) Pemeriksaan neurologis terbatas
4) Pemeriksaan rontgen vertebra servikal dan lainnya sesuai indikasi
5) Pemeriksaan kadar alkohol darah dan zat toksin dalam urin
6) Pemeriksaan CT scan kepala merupakan indikasi bila memenuhi criteria
kecurigaan perlunya tindakan bedah saraf sangat tinggi.
7) Hasil :
a) Observasi atau dirawat di RS
(1) CT scan tidak ada
(2) CT scan abnormal
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023
8. Terapi Farmakologis
a. Cairan Intravena
Cairan intravena harus diberikan sesuai kebutuhan untuk resusitasi dan
mempertahanakan normovolemia. Keadaan hipovolemia pada pasien sangatlah
berbahaya. Namun, perlu juga diperhatikan untuk tidak memberikan cairan
berlebihan. Jangan diberikan cairan hipotonik. Juga, penggunaan cairan yang
mengandung glukosa dapat menyebabkan hiperglikemia yang berakibat buruk
pada otak yang cedera. Karena itu, cairan yang dianjurkan untuk resusitasi
adalah larutan Ringer Laktat atau garam fisiologis. Kadar natrium serum perlu
dimonitor pada pasien dengan cedera kepala. Keadaan hiponatremia sangat
berkaitan dengan edema otak sehingga harus dicegah.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023
b. Hiperventilasi
Untuk sebagian besar pasien, keadaan normokarbia lebih diinginkan. Perlakuan
hiperventilasi yang agresif dan lama akan menurunkan kadar PaCO2 yang
menyebabkan vasokonstriksi berat pembuluh darah serebral sehingga
menimbulkan gangguan perfusi otak. Hal ini terjadi terutama bila PaCO2
dibiarkan turun sampai di bawah 30 mm Hg (4,0 kPa) hiperventilasi sebaiknya
dilakukan secara selektif dan hanya dalam batas waktu tertentu. Umumnya,
PaCO2 dipertahankan pada 35 mmH. Hiperventilasi dalam waktu singkat
(PaCO2 antara 25-30 mmHg) dapat dilakukan jika diperlukan pada keadaan
perburukan neurologis akut, sementara pengobatan lainnya baru dimulai.
Hiperventilasi akan mengurangi tekanan intrakranial pada pasien dengan
perburukan neurologis akibat hematoma intrakranial yang membesar, sampai
operasi kraniotomi emergensi dapat dilakukan.
c. Antikonvulsan
Epilepsi pasca trauma terjadi pada 5% pasien yang dirawat di RS dengan cedera
kepala tertutup dan 15% pada cedera kepala berat. Terdapat 3 faktor yang
berkaitan dengan insiden epilepsi: (1) Kejang awal yang terjadi dalam minggu
pertama, (2) Perdarahan Intrakranial, atau (3) Fraktur depresi. Penelitian
tersamar ganda/double blind menunjukkan bahwa fenitoin sebagai profilaksis
bermanfaat untuk menurunkan angka insidensi kejang dalam minggu pertama
cedera namun tidak setelahnya. Fenitoin atau fosfenitoin adalah obat yang biasa
diberikan pada fase akut. Untuk dewasa dosis awalnya adalah 1 g yang
diberikan secara intravena dengan kecepatan pemberian tidak lebih cepat dari 50
mg/menit. Dosis pemeliharaan biasanya 100 mg/8 jam, dengan titrasi untuk
mencapai kadar terapetik serum. Pada pasien dengan kejang berkepanjangan,
diazepam atau lorazepam digunakan sebagai tambahan selain fenitoin sampai
kejang berhenti. Untuk mengatasi kejang yang terus menerus kadang
memerlukan anestesi umum. Sangat jelas bahwa kejang harus dihentikan
dengan segera karena kejang yang berlangsung lama (30 sampai 60 menit) dapat
menyebabkan cedera otak.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023
d. Manitol
Manitol digunakan untuk menurunkan tekanan intrakranial (TIK) yang
meningkat. Sediaan yang tersedia cairan manitol dengan konsentrasi 20% (20
gram setiap 100 ml larutan). Dosis yang diberikan 0.25 – 1 g/kg BB diberikan
secara bolus intravena. Manitol jangan diberikan pada pasien yang hipotensi,
karena manitol tidak mengurangi tekanan intrakranial pada kondisi hipovolemik
dan manitol merupakan diuretic osmotic yang potensial. Adanya perburukan
neurologis yang akut, seperti terjadinya dilatasi pupil, hemiparesis maupun
kehilangan kesadaran saat pasien dalam observasi merupakan indikasi kuat
untuk diberikan manitol. Pada keadaan tersebut pemberian bolus manitol (1
g/kg BB) harus diberikan secara cepat (dalam waktu 5 menit) dan pasien segera
di bawa ke CT scan ataupun langsung ke kamar operasi bila lesi penyebabnya
sudah diketahui. (Iskandar, 2017)
3) Circulation
a) Cek nadi, tekanan darah, akral, CRT, sianosis.
b) Stop bleeding jika ada perdarahan.
c) Lakukkan pembidaian/balut tekan.
d) Tentukan derajat perdarahan dan lakukan resusitasi cairan / darah sesuai
derajat.
4) Disability
a) Mengkaji GCS ( eye, verbal, motorik).
b) Melihat pupil Isokhor/unisokhor.
c) Mengaji lateralisasi motoric.
5) Exposure: Lakukkan dengan cara lepas pakaian pasien lihat bagian depan
apakah ada luka lain selimuti pasien lalu lakukan logroll dan palpasi bagian
belakang pasien dari kepala hingga kaki.
6) Foley catether
a) Lihat adakah kontra indikasi pemasangan kateter pada pasien.
b) Buang urine pertama yang keluar (diuresis).
c) Kaji urine kedua (jumlah, warna).
7) Gastric tube
a) Indikasi pemasangan (distensi abdomen, mencegah aspirasi, memasukkan
obat dan makanan).
b) Pasang NPA jika tidak ada kontra indikasi basis crani (raccoon eye,
otorrhea, rinorea, battle sign.
c) Pasang OGT bila ada kontra indikasi.
8) Heart monitor: Indikasi (riwayat penyakit jantung, aritmia, >40 tahun).
9) Re-Evaluasi
a) ABC
b) Monitoring perdarahan.
c) Monitoring urine output
d) Cek tanda tanda vital.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023
b. Secondary Survey
1) BTLS (Bentuk Tumor Luka Sakit) head to toe. Jelaskan dari kepala sampai
ekstremitas
a) Kepala: Bentuk kepala simetris atau tidak, ada tumor atau tidak, ada luka
atau tidak, ada sakit ada tidak.
b) Mata: Bentuk mata simetris atau tidak, ada tumor atau tidak, ada luka atau
tidak, ada sakit ada tidak.
c) Hidung: Bentuk hidung simetris atau tidak, ada tumor atau tidak, ada luka
atau tidak, ada sakit ada tidak.
d) Telinga: Bentuk telinga simetris atau tidak, ada tumor atau tidak, ada luka
atau tidak, ada sakit ada tidak.
e) Mulut: Bentuk mulut simetris atau tidak, ada tumor atau tidak, ada luka
atau tidak, ada sakit ada tidak.
f) Leher: Bentuk leher simetris atau tidak, ada tumor atau tidak, ada luka
atau tidak, ada sakit ada tidak.
g) Dada: Bentuk dada simetris atau tidak, ada tumor atau tidak, ada luka atau
tidak, ada sakit ada tidak.
h) Punggung: Bentuk punggung simetris atau tidak, ada tumor atau tidak, ada
luka atau tidak, ada sakit ada tidak.
i) Abdomen: Bentuk abdomen simetris atau tidak, ada tumor atau tidak, ada
luka atau tidak, ada sakit ada tidak.
j) Genetalia: Bentuk genetalia simetris atau tidak, ada tumor atau tidak, ada
luka atau tidak, ada sakit ada tidak.
k) Ektermitas: Bentuk ekstremitas simetris atau tidak, ada tumor atau tidak,
ada luka atau tidak, ada sakit ada tidak.
2) Colok lubang: Ada sumbatan pada lubang hidung, telinga, mulut, anus atau tidak.
3) Cek tanda tanda vital. Tekanan darah normalnya 120/80 mmHg atau 110/70
mmHg, nadi normalnya 60-100 x/menit, respirasi normalnya 16-24 x/menit,
suhu normalnya 36,5ºC-37,5ºC.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023
4) Anamnesis KOMPAK
5) Pemeriksaan diagnostic
10. Patoflow
Masalah
Data Analisa Data & Patoflow
Keperawatan
Data Subjektif : - Penyebab-penyebab trauma D.0066
Data Objektif : kepala Penurunan
Mayor : Cedera kepala Kapasitas
- TD meningkat dan Ekstra kranial Adaptif
tekanan nadi melebar Terputusnya jaringan otot, Intrakranial
- Bradikardia kulit, dan vaskular
- Pola napas ireguler Gangguan suplai darah ke
- Tingkat otak
kesadaran Iskemik jaringan serebral
menurun Penurunan Kapasitas
- Respon pupil Adaptif Intrakranial
melambag atau
tidak sama
- Reflex
neurologis
terganggu
Minor
- Gelisah dan agitasi
- Muntah
- Tampak lesu/lemah
- Fungsi
kognitif
terganggu
- TIK >20 mmHg
- Papiledema
- Postur
deserebrasi
(ekstensi)
- Postur dekortikasi
(fleksi)
Laporan Pendahuluan Profesi KGD2022-2023
Data Objektif :
Mayor : Bicara sendiri
Minor :
- Menyendiri
- Melamun
- Konsentrasi buruk
- Distorsi sensori
- Disorientasi waktu,
tempat, orang dan
situasi
- Respon tidak sesuai
- Curiga
- Bersikap seolah
mendengar sesuatu
- Melihat ke satu arah
- Mondar-mandir
- Batuk tidak - Mengi, wheezing - Posisikan semi-fowler atau - Membantu pasien secara
efektif menurun fowler. mandiri dalam membuang
- Tidak mampu - Frekuensi dan pola - Lakukan penghisapan lender secret.
batuk napas membaik kurang dari 15 detik. - Pemberian obat tertentu
- Frekuensi dan - Berikan oksigen. dapat membuat kapasitas
pola napas serapan oksigen meningkat.
berubah Edukasi
- Ajarkan teknik batuk efektif.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
Kolaborasi
- Kolaborasi dalam
meminimalkan tindakan.
- Kolaborasi pemberian obat
yang mempengaruhi persepsti
stimulus
secara tepat.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023
Dibawah ini adalah Evidance based Practice yang ditemukan terkait dalam menunjang
penanganan dan pengelolaan pada kasus cedera kepala :
DAFTAR PUSTAKA
Arif, H. K., & Atika, D. A. (2019). Pengaruh Posisi Head Up 30 Derajat Terhadap Nyeri
Kepala Pada Pasien Cedera Kepala Ringan. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan
Kebidanan, 10(2), 417–422.
dr. Iskandar, M.Kes. Sp. BS. Diagnosis Dan Penanganan Cedera Kepala Di Daerah Rural.
National symposium & workshop “Aceh Surgery Update 2” Banda Aceh 16 –17
September 2017.
Pertami, S. B., Sulastyawati, S., & Anami, P. (2017). Effect Of 30° Head-Up Position On
Intracranial Pressure Change In Patients With Head Injury In Surgical Ward Of
General Hospital Of Dr. R. Soedarsono Pasuruan. Public Health of Indonesia, 3(3),
89–95. https://doi.org/10.36685/phi.v3i3.131
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Cetakan II.
Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intevensi Keperawatan Indonesia Cetakan II.
Jakarta : DPP PPNI