Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

TRAUMATIC BRAIN INJURI PADA TN .S DI RUANG INSTALASI


GAWAT DARURAT BEDAH RUMAH SAKIT WAHIDDIN
SUDIROHUSODO

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas


Stase Keperawatan Gawat Darurat

Disusun oleh:
AUTIN SAKNOHSIWY
A1C122104

CI LAHAN CI INSTITUSI

…............................. ….….........................

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI


NERS FAKULTAS KPERAWATAN DAN
KEBIDANAN UNIVERSITAS MEGAREZKY
2023
1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Traumatic Brain Injuri


1) Definisi
Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi
atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan
kognitif dan fungsi fisik. (American College of Surgeons 2018)
Banyak pasien dengan trauma kepala berat meninggal sebelum sampai di
Rumah Sakit, faktanya hampir 90% kematian akibat trauma pra-rumah sakit
menyangkut trauma kepala. Pasien yang pernah mengalami trauma kepala
biasanya mengalami gangguan neuropsikologis yang berakibat kecacatan
sehingga berpengaruhpada pekerjaan dan aktivitas sosial mereka (ATLS, 2018).
2) Etiologi
Mekanisme cedera kepala meliputi cedera akselerasi, deselerasi, akselerasi-
deselerasi, coup- countre coup, dan cedera rotasional.
a. Cedera Akselerasi terjadi jika objek bergerak menghantam kepala yang tidak
bergerak (mislna alat pemukul menghantam kepala atau peluru yang
ditembakkan kekepala).
b. Cedera Deselerasi terjadi jika kepala yang bergerak membentur obyek diam,
seperti pada kasus jatuh atau tabrakan mobil ketika kepala membentur kaca
depan mobil.
c. Cedera Akselerasi-Deselerasi sering terjadi dalam kasus kecelakaan
kendaraan bermotor dan episode kekerasan fisik.
d. Cedera Coup-Countre Coup terjadi jika kepala terbentur yang menyebabkan
otak bergerak dalam ruang kranial dan dengan kuat mengenai area tulang
2

tengkorak yang berlawanan serta area kepala yang pertama kali terbentur.
Sebagai contoh pasien dipukul dibagian belakang kepala.
e. Cedera Rotasional terjadi jika pukulan atau benturan menyebakkan otak
berputar dalam rongga tengkorak, yang mengakibatkan peregangan atau
robeknya neuron dalam substansia alba serta robeknya pembuluh darah yang
memfiksasi otak dengan bagian dalam rongga tengkorak (Anbesaw 2016).
3) Patofisiologi
Otak di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit, dan tulang yang
membungkusnya. Tanpa perlindungan ini, otak yang lembut (yang membuat
kita seperti adanya) akan mudah sekali terkena cedera dan mengalami
kerusakan. Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan
berat ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala.. Lesi pada
kepala dapat terjadi pada jaringan luar dan dalam rongga kepala. Lesi jaringan
luar terjadi pada kulit kepala dan lesi bagian dalam terjadi pada tengkorak,
pembuluh darah tengkorak maupun otak itu sendiri.
Terjadinya benturan pada kepala dapat terjadi pada 3 jenis keadaan, yaitu :
a. Kepala diam dibentur oleh benda yang bergerak
b. Kepala yang bergerak membentur benda yang diam dan
c. Kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda yang
lain dibentur oleh benda yang bergerak (kepala tergencet).
Terjadinya lesi pada jaringan otak dan selaput otak pada cedera kepala
diterangkan oleh beberapa hipotesis yaitu getaran otak, deformasi tengkorak,
pergeseran otak dan rotasi otak.
Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa contre coup dan
coup. Contre coup dan coup pada cedera kepala dapat terjadi kapan saja pada
orang- orang yang mengalami percepatan pergerakan kepala. Cedera kepala
pada coup disebabkan hantaman padaotak bagian dalam pada sisi yang terkena
sedangkan contre coup terjadi pada sisi yang berlawanan dengan daerah
3

benturan. Kejadian coup dan contre coup dapat terjadi pada keadaan.;Keadaan
ini terjadi ketika pengereman mendadak pada mobil/motor. Otak pertama kali
akan menghantam bagian depan dari tulang kepala meskipun kepala pada
awalnya bergerak ke belakang. Sehingga trauma terjadi pada otak bagian
depan.Karena pergerakan ke belakang yang cepat dari kepala, sehingga
pergerakan otak terlambat dari tulang tengkorak, dan bagian depan otak
menabrak tulang tengkorak bagian depan. Pada keadaan ini, terdapat daerah
yang secara mendadak terjadi penurunan tekanan sehingga membuat ruang
antara otak dan tulang tengkorak bagian belakang dan terbentuk gelembung
udara. Pada saat otak bergerak ke belakang maka ruangan yang tadinya
bertekanan rendah menjadi tekanan tinggi dan menekan gelembung udara
tersebut. Terbentuknya dan kolapsnya gelembung yang mendadak sangat
berbahaya bagi pembuluh darah (Cottrell, 2017).
4) Manifestasi klinis
Nurarif (2015) Manifestasi klinik dari cedera kepala tergantung dari berat
ringannya cedera kepala:
a. Perubahan kesadaran adalah merupakan indicator yang paling sensitive yang
dapat dilihat dengan penggunaan GCS (Glascow Coma Scale). Hilang
kesadaran < 30 menit atau lebih.
b. Peningkatan TIK yang mempunyai trias klinis seperti: nyeri kepala karena
regangan dura dan pembluh darah; papil edema yang disebabkan oleh
tekanan dan pembengkakan diskus optikus; muntah sering kali proyektil.
c. Kebingungan
d. Pucat
e. Mual dan muntah
f. Pusing kepala
g. Terdapat hematoma
h. Kecemasan
i. Sukar untuk dibangunkan
4

Tanda dan gejala sesuai fase cedera:


a. Fase emergensi
1. Memar
2. Hematom
3. Pendarahan telinga
4. Penurunan kesadaran
5. Penurunan reflek batuk dan menelan
b. Cedera kepala ringan GCS (13-15)
1. Kehilangan kesadaran < 30 menit
2. Tidak ada contunision cerebral hematom
3. Pusing dapat diadaptasi
c. Cidera ringan sedang GCS (9-12)
1. Disorientasi ringan
2. Amnesia post trauma
3. Sakit kepala
4. Mual dan muntah
5. Vertigo
6. Gangguan pendengaran
d. Cidera berat (GCS 3-8)
1. Tidak sadar 24 jam
2. Fleksi dan ektensi
3. Kehilangan kesadaran < 30 menit
4. Tidak ada contunision cerebral hematom
5. Pusing dapat diadaptasi
e. Cidera ringan sedang GCS (9-12)
1. Disorientasi ringan
2. Amnesia post trauma
3. Sakit kepala
4. Mual dan muntah
5

5. Gangguan pendengaran
f. Cidera berat (GCS 3-8)
1. Tidak sadar 24 jam
2. Edema otak
3. Hemiparase
4. Kejang
5) Komplikasi
Nurarif 2015 menjelaskan bahwa komplikasi pada cederakepala antara lain :
a. Stroke/ Cedera serebrovaskular
Penyakit serebrovaskular menunjukan adanyabeberapa kelainan otak baik
secara fungsional maupun struktural yang bdisebabkan oleh keadaan
patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh
darah otak. Patologis ini meyebabkan perdarahan dari sebuah robekan yang
terjadi pada dinding pembuluh darah atau kerusakan sirkulasi serebral oleh
oklusi parsial atau seluruh lumen pembuluh darah dengan pengaruh yang
bersifat sementara atau permanen.
b. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan pengalaman yang paling umum dari semua rasa
nyeri yang dialami oleh banyak orang. Baisanya merupakan suatu gejala dari
penyakit dan dapat terjadi dengan atau tanpa adanya gangguan organik.
c. Epilepsi
Kejang (konvulsi) merupakan akibat dari pembebasan listrik yang tidak
terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-
tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, aktivitas motorik, dan atau
ganggaun fenomena sensori. Fase dari aktivitas kejang adalah fase
prodromal, fase aura, iktal, dan posiktal. Penyebab utama dari kejang ini
dapat dibagi menjadi 6 kelompok besar yaitu : obat-obatan,
ketidakseimbangan kimiawi, demam, patologis otak, eklampsia, idiopatik.
6

d. Perdarahan esofagus atau Gastrointestinal Atas


Perdarahan luka duodenal adalah penyebab palin sering pada perdarahan
hebat gastrointestinal (GI) bagian atas, tetapi perdarahan juga dapat terjadi
karena luka gaster, gastritis dan varises esofagus. Muntah berat dapat
mencetuskan perdarahan gaster sehubungan dengan robeknya mukosa pada
pertemuan pada gastroesofageal(sindrom Mallory-Weiss). Stres ulkus dapat
terjadi pada penderita luka bakar, trauma bedah mayor, atau penyakit
sistemik.
6) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium: Tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus,
tetapi untuk memonitoring kadar O2 dan CO2 dalam tubuh di lakukan
pemeriksaan AGD adalah salah satu test diagnostic untuk menentukan
status respirasi.
b. CT-scan : mengidentifikasi adanya hemoragik danmenentukan pergeseran
jaringan otak.
c. Foto Rontgen : Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur) perubahan
struktur garis (perdarahan atau edema), fragmen tulang.
d. MRI : sama dengan CT-scan dengan/ tanpa kontras.
e. Angiografi serebral : menunjukan kelainan sirkulasi serebral, perdarahan
f. Pemeriksaan fungsi lumbal: mengetahui kemungkinan perdarahan
subarahnoid (Nurarif 2015).
7) Penatalaksanaan
Menurut Arifin (2012) tidak ada tindakan khusus yang dapat anda lakukan
terhadap penderit cedera kepala di tempat kejadian. Penting sekali melakukan
pemeriksaan cepat dan mengirim penderita ke pusat yang memiliki fasilitas
yang mampu menangani penderita cedera kepala sebelum sampai dirumah sakit
antar lain:
7

a. Bebaskan jalan nafas dan berikan oksigenasi yang baik


Otak tidak mampu mentoleransi hipoksia, sehinggga kebutuhan
oksigenasi adalah mutlak. Jika penderita koma, harus dilakukan pemasangan
intubasi endotrakheal. Hal ini mencegah aspirasi dan memungkinkan
oksigenasi serta ventilasi yang lebih baik karena penderit cedera kepala
cenderung mengalami muntah, persiapan untuk immobilisasi ‘log-roll’
terhadap penderita dan lakuakn suction pada oropharynx, terutama jika tidak
dipasang endotracheal tube.
b. Stabilisasi penderita dengan papan spine. Leher harus diimmobilisasi dengan
kollar kaku dan peralatan immobilisasi yang menjadi tumpuan kepala.
c. Lakukan pencatatan hasil pengamatan awal. Catat tekanan darah, respirasi
(frekuensi dan pola), pupil (ukuran dan reaksi terhadap cahaya), sensasi
dan aktifitas motorik spontan, juga catat nilai GCS. Jika penderita
mengalami hipotensi, curigai adanya perdarahan atau cedera spinal.
d. Sering lakukan pengamatan ulang dan catat secara berurutan
8) Pencegahan
Kejadian ang dapat menyebabakan cedera kepala cenderung terjadi secara
tiba-tiba sehingga sulit untuk dicegah secara tuntas. Namun ada beberapa hal
yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko cedera kepala yaitu:
1. Gunakan alat plindung diri yang tepat saat mengendarai kendaraan bermotor
dan ssat berolahraga
2. Hindari mengemudi di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan yang dpat
mempengaruhi kewaspadaan
3. Pastika rumah bebeas dari benda-benda yang bisa membuat terjastuh seperti
barang yang berserahkan dilantai atau karpet licin
8

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1) Pengkajian keperawatan
a. Identitas pasien
nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, alamat, No. RM, dan tanggal MRS.
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama Keluhan yang dirasakan pasien saat ini , kemungkinan
ditemukan gangguan tidur/istirahat , pusing-pusing/sakit kepala.
2. Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit sekarang merupakan
pengalaman klien saat ini yang membentuk suatu kronologi dari
terjadinya etiologi hingga klien mengalami keluhan yang dirasakan.
3. Riwayat penyakit dahulu Adanya riwayat penyakit menahun seperti DM
atau penyakit – penyakit lain. Adanya riwayat penyakit jantung,
obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita seperti
Alergi, Imunisasi, Kebiasaan atau Pola hidup, Obat yang pernah
digunakan.
4. Riwayat penyakit keluarga Riwayat keluarga merupakan penyekit yang
pernah dialami atau sedang dialami keluarga, baik penyakit yang sama
dengan keluhan klien atau pun penyakit lain. Dari genogram keluarga
biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit
yang sama.
c. Pengkajian preoperasi
1. Breathing
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama
jantung, sehingga terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman,
frekuensi maupun iramanya, bisa berupa Cheyne Stokes atau Ataxia
9

breathing. Napas berbunyi, stridor, ronkhi, wheezing (kemungkinan


karena aspirasi), cenderung terjadi peningkatan produksi sputum pada
jalan napas.
2. Blood
Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah
bervariasi. Tekanan pada pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi
rangsangan parasimpatik ke jantung yang akan mengakibatkan denyut
nadi menjadi lambat, merupakan tanda peningkatan tekanan
intrakranial. Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang
diselingi dengan bradikardia, disritmia).
3. Brain
Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk manifestasi
adanya gangguan otak akibat cidera kepala. Kehilangan kesadaran
sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo, sinkope, tinitus,
kehilangan pendengaran, Pada cidera kepala sering terjadi gangguan
berupa retensi, inkontinensia, ketidakmampuan menahan miksi.
4. Bowel
Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual,
muntah (mungkin proyektil), kembung dan mengalami perubahan
selera. Gangguan menelan (disfagia) dan terganggunya proses eliminasi
alvi.
5. Bone
Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese,
paraplegi.Pada kondisi yang lama dapat terjadi kontraktur karena
imobilisasi dan dapat pula terjadi spastisitas atau ketidakseimbangan
antara otot-otot antagonis yang terjadi karena rusak atau putusnya
hubungan antara pusat saraf di otak dengan refleks padaspinal selain itu
dapat pula terjadi penurunan tonus otot.
10

2) Diagnosa keperawatan
a. Pola napas tidak efektif
b. Bersihan jalan napas tidak efektif
c. Resiko perfusi serebral tidak efektif
3) Intervensi keperawatan
Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
D.0005 Pola napas tidak efektif Dalam 1x24 jam diharapakan Manajemen jalan napas
berhubungan dengan depresi pusat pola napas membaik dengan Tindakan
pernapasan kriteria hasil: Observasi
1. Dispnea menurun 1. Monitor pola napas (frekuensi,
2. Penggunaan otot bantu kedalaman, usaha napas)
napas menurun 2. Monitor bunyi napas tambahan
3. Frekuensi napas membaik (mis.gurgling,mengi,wheezing,ronchi
4. Kedalaman napas membaik kering)
3. Monitor sputum
Teraupetik
1. Pertahankan kepatenan jalan napas
2. Posisikan senyaman mungkin
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator
D.0001Bersihan jalan napas tidak Dalam 1x24 jam diharapakan Manajemen Jalan Napas Buatan
efektif berhubungan dengan adanya bersihan jalan napas menigkat Tindakan
jalan napas buatan dengan kriteria hasil : Observasi
1. Produksi sputum menurun 1. Monitor posisi selang endotrakel
2. Wheezing menurun (ETT), terutama setelah mengubah
3. Sesak menurun posisi
4. Frekuensi napas membaik 2. Monitor tingkat kesadaran
5. Pola napas membaik 3. Monitor mean arterial pressure
Teraupetik
1. Lakukan pengisapan lendir kurang
dari 15 detik
2. Ganti fiksasi ETT 24 jam
3. Lakukan suction on demand
Edukasi
1. Jelaskan pasien dan atau keluarga
tujuan prosedur pemasangan jalan
napas buatan
Kolaborasi
1. Kolaborasi intubasi ulang jika
terbentuk mucus plug yang tidak
dapat dilakukan pengisapan.
11

D.0017 Resiko perfusi serebral Dalam 1x24 jam diharapkan Tindakan


tidak efektif ditandai dengan perfusi serebral meingkat Manejemen peningkatkan tekanan
Faktor resiko : dengan kriteria hasil : intrakranial
- Cedera kepala 1. Tingkat kesadaran Observasi
meningkat 1. Monitor tanda dan gejala TIK
2. Sakit kepala menurun (mis. tekanan darah
3. Gelisah menurun meningkat,nadi meningkat,pola
4. Tekanan darah sistolik (120 napas ireguler, kesadaran
mmHg) menurun)
5. Tekanan darah siastolik (80 2. Monitor MAP (Mean arterial
mmHg) pressure)
6. Tekanan arteri rata-rata Teraupetik
(MAP) 1. Berikan posisi senyaman mungkin
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberikan oksigen

Lampiran 1. Penyimpangan KDM


12

DAFTAR PUSTAKA
13

American College of Surgeons 2018, Advanced Trauma Life Support, 10thed,


Elsevier, Chicago.
Anbesaw, S.Dkk. (2016). Incidence of Long-term disability followingtraumatic brain
injury hospitalization, United States, 2015. Journal of Head Trauma
Rehabilitaion,23(2).
Centers for Disease Control and Prevention. Get the Facts of Traumatic Brain Injury
and Concussion, United States, 2007-2013. 2017 (cited 2017 Aug)
Cottrell JE, Dkk 2017. 'Brain Metabolism, the Pathophysiology of Brain Injury, and
Potential Beneficial Agents and Techniques'. Neuroanesthesia. 6th edition.
Elsevier. USA. 14
Nurarif, A. H. (2015). aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan
NANDA NIC-NOC 2015
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,
Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia,
Definisi dan Kriteria Hasil. DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai