NPM : 2017720116
Kelas : 7B
2. 12 Syaraf kranial
a. Saraf Olfaktorius: Berperan dalam penciuman dan penghidu, mengirim
informasi dari hidung ke otak terkait bau yang dicium.
b. Saraf Optikus: Berperan dalam penglihatan, menerima cahaya dari luar
dan menyampaikan informasi ke otak untuk diolah sehingga dapat
mengenali objek yang dilihat
c. Okulamotoris, Troklear, dan Abduscen: Okulamotoris berperan
mengontrol fungsi otot dan respon pupil mata, Troklear berperan
menggerakkan bola mata ke bawah, dan Abduscen berperan mengatur
pergerakan otot saat melotot atau melirik.
d. Trigeminus: Berperan dalam fungsi motoric atau sensorik pada wajah,
membuka dan menutupnya rahang.
e. Saraf Fascialis: Berperan dalam fungsi motoric dan sensorik
f. Reflex Vestibulokoklear: Berperan dalam pendengaran, dan
keseimbangan manusia
g. Saraf Glosofaringeal dan Vagus: Glosofaringeal berperan dalam
sensasi pada faring, 1/3 lidah posterori, motoric faring, dan Vagus
berperan dalam menelan, berbicara, otonom paru, jantung, sal cerna.
h. Saraf Assesorius: Berperan mengontrol otot sternokleiodeus, trapezius,
dan leher
i. Saraf Hipoglosal: Berperan mengatur pergerakan lidah
3. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya dan distribusi
cedera otak.
a. Cedera kepala ringan
- Kebingungan saat kejadian dan kebinggungan terus menetap
setelah cedera.
- Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur, perasaan cemas.
- Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara, masalah
tingkah laku
Gejala-gejala ini dapat menetap selama beberapa hari, beberapa minggu
atau lebih lama setelah konkusio cedera otak akibat trauma ringan.
b. Cedera kepala sedang
- Kelemahan pada salah satu tubuh yang disertai dengan
kebingungan atau bahkan koma.
- Gangguan kesadaran, abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba defisit
neurologik, perubahan TTV, gangguan penglihatan dan
pendengaran, disfungsi sensorik, kejang otot, sakit kepala, vertigo
dan gangguan pergerakan.
c. Cedera kepala berat
- Amnesia tidak dapat mengingat peristiwa sesaat sebelum dan
sesudah terjadinya penurunan kesehatan.
- Pupil tidak aktual, pemeriksaan motorik tidak aktual, adanya
cedera terbuka, fraktur tengkorak dan penurunan neurologik.
- Nyeri, menetap atau setempat, biasanya menunjukan fraktur.
- Fraktur pada kubah kranial menyebabkan pembengkakan pada
area tersebut.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. CT-Scan. Mengidentifikasi adanya hemoragic, ukuran ventrikuler,
infark pada jaringan mati
b. Foto tengkorak/kranium. Untuk mengetahui adanya fraktur pada
tengkorak
c. MRI (Magnetic Resonan Imaging). Untuk menginderaan yang
mempergunakan gelombang elektromagnetik
d. Pemeriksaan darah dan urin
e. Laboratorium kimia darah. Untuk mengetahui ketidakseimbangan
elektrolit
f. Angiografi cerebral. Untuk memperkirakan diagnosis adanya suatu
pertumbuhan intrakranial hematoma
g. Pemeriksaan fungsi pernapasan. Mengukur volume maksimal dari
inspirasi dan ekspirasi yang penting diketahui bagi penderita dengan
cedera kepala dan pusat pernafasan (medulla oblongata)
h. Analisa gas darah. Menunjukkan efektifitas dari pertukaran gas dan
usaha pernapasan. Adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang
menyebabkan meningkatnya tekanan intrakranial (TIK).
B. Etiologi
1. Penyebab cedera kepala dapat dibedakan berdasarkan jenis kekerasan yaitu
jenis kekerasan benda tumpul dan benda tajam.Benda tumpul biasanya
berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas (kecepatan tinggi, kecepatan
rendah), jatuh, pukulan benda tumpul, Sedangkan benda tajam berkaitan
dengan benda tajam (bacok) dan tembakan.
2. Menurut penelitian Evans di Amerika (1996), penyebab cedera kepala
terbanyak adalah 45% akibat kecelakaan lalu lintas, 30% akibat terjatuh,
10% kecelakaan dalam pekerjaan,10% kecelakaaan waktu rekreasi,dan 5%
akibat diserang atau di pukul.
3. Kontribusi paling banyak terhadap cedera kepala serius adalah kecelakaan
sepeda motor. Hal ini disebabkan sebagian besar (>85%) pengendara
sepeda motor tidak menggunakan helm yang tidak memenuhi standar.
Pada saat penderita terjatuh helm sudah terlepas sebelum kepala
menyentuh tanah, akhirnya terjadi benturan langsung kepala dengan tanah
atau helm dapat pecah dan melukai kepala.
C. Patofisiologi (Web Of Caution)
E. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan
2. Gangguan Pola Napas
3. Intake nutrisi tidak adekuat
F. Perencanaan
Diagnosis Hasil Yang Dicapai Intervensi
Keperawatan
Risiko Perfusi Jaringan : Pemantauan Neurologis :
ketidakefektifan Serebral Independen
perfusi jaringan - Mempertahankan atau - Tentukan factor yang berhubungan
otak meningkatkan tingkat dengan situasi individual, penyebab
kesadaran, kognisi, da koma atau penurunan perfusi serebral
Factor resiko : fungsi motoric atau dan potensial peningkatan tekanan
Trauma kepala sensorik. intracranial.
- Mendemonstrasikan - Pantau dan dokumentasikan status
Defines : tanda vital stabil dan neurologis dengan sering dan
Rentan mengalami tidak ada tanda membandingkan dengan nilai dasar :
penurunan sirkulasi peningkatan tekanan - GCS selama 48 jam pertama.
jaringan otak yang intrakranal. Evaluasi pembukaan mata – spontan
dapat menganggu (terjaga), hanya terbuka terhadap pada
kesehatan stimulus nyari, mata tetap tertutup
(koma).
Kaji respons verbal; catat apakah klien
sadar, terorientasi pada orang, temapt,
dan waktu, atau apakah mengalami
konfus, megungakan kata atau fres
yang tidak tepat yang kurang masuk
akal.
Kaji motoric terhadap perintah
sederhana, perhatikan gerakan yang
bertujuan (mematuhi perintah,
berupaya mendorong menjauhkan
stimulus) dan geakan yang tidak
bertujuan (postur tubuh). Perhatikan/
catat gerakan ekstremitas dan
dokumentasikan sisi kanan dan kiri
secara terpisah.
- Pantau tanda vital :
TD, perhatiakan dan berkelanjutan
hipertensi sitolikserta pelebaran nadi;
pantau hipotensi pada klien yang
mengalami trauma multiple.
Frekuensi dan irama jantung, catat
bradikardia, pergantian antara
bradikardia dan takikardia, dan
distritia lain.
Pernapasan, vatat pola dan irama
pernapasan, termaksud priode apnea
setelah hipervenilasi dan pernapasan
Cheyne- Stokes.
- Evalusi pupil, catat ukuran, bentuk,
kemasan, dan reaktifitas terhadap
cahaya.
- Kaji posisi dan gerakan mata, catta
apakah berada diposisi tengha atau
menyimpang kesalah satu sisi atau
turun (kea rah bawah). Catat
terjadinya kehilangan reflex mata
boneka atau reflex okulosefalik.
- Catta ada atau tidaknya refleks-
berkedip, batuk, muntah, dan
Babinski.
Kolaboratif
Kolaboratif
- Pantau gas darah arteri serial dan
oksimetri nadi.
- Pantau foto ronsen dada.
- Beri oksigen tambahan melalui cara
yang tepat.
- Bantu dengan fisioterapi dada jika
diindikasikan.
Konfus Kronis Kognisi : Stimulasi Kognitif :
Yang berhubngan Mempertahankan atau Indipenden
dengan: mendapatkan kembali - Kaji rentang perhatian dan
Cedera Kepala. mentasu normal dan distraktibilitas. Catat tingkat ansietas.
orientasi realita. - Diskusikan bersama orang dekta
Definisi : untuk membandingkan prilaku di
Perburukan Distors Kontrol Diri masa lalu dan kepribadian sebelm
kecerdasan dan Terhadap Pikiran : cedera dengan respon saat ini.
kepribadian yang - Mengenali - Pertahankan konsistensi dengan
ireversibel, jangka perubahan dalam semaksimal mungkin dalam hal staf
panjang, dan/ atau berpikir dan yang ditugaskan untuk merawat klien.
progresif serta berprilaku. - Hasirkan realita secara ringkas dan
ditandai dengan - Berpatisipasi dalam singkat; hindari menantang cara
penurunan regimen terapeutik berpikir logis.
kemampuan dan pelatiham - Beri informasi mengenasi proses
menginterprestasika kembali kkognitif. cederavyang berhubungan dengan
n stimulus gejala. Jelaskan prosedur dan kuatkan
lingkungan; penjelasan yang diberikan oleh orang
penurunan kapasitas lain.
proses piker - Tinjau kebutuhan evaluasi neurologis
intelektual; dan secara berulang.
dimanifestasikan - Kurangi stimulus provokatif,
dengan gangguan kritisisme negative, arumen, dan
memori, orientasi, konfrontasi.
dan perilaku. - Dengarkan dengan memperhatikan
verbalisasi klien daripada pola atau isi
bicara.
- Tingkatkan sosialisa dalam batasan
individual.
- Dorong orang dekat untuk memberi
berita terbaru dan peristwa yang
terjadi dalam keluarga.
- Instruksikan teknik relaksasi,. Beri
aktivitas pengalihan.
- Pertahankan harapan reatistis tenang
kemampuan klien untuk
mengendalikan prilaku sendiri,
memahami, dan mengingat informasi.
- Hindari meninggalkan klien seorang
diri ketika sedang mengalami agitasi
atau ketakutan.
- Implementasikan tindakan untuk
mengendalikan ledakan emosional
atau perilaku agresif jika perlu –
bicara dalam suara yang tenang,
beritahu klien untuk “berhenti”,
keluarkan klien dari situasi, beri
distraksi, dan restrain klien dalam
periode waktu singkat, secara tepat.
- Informasikan klien dengan orang
dekat bahwa fungsi intelektual,
perilaku, dan fungsi emosional akan
meningkat secara bertahap, tetapi
beberapa efek tersebut dapat menetap
selama beberapa bulan atau bahkan
permanen.
Kolaboratif
- Rujuk untuk evaluasi neuropsikologid
sesuai indikasi.
- Koordinasikan partisipasi dalam
pelatihan ulang kognitif atau program
rehabilitas, sesuai indikasi.
- Rujuk kekelompok pendukung dan
layanan social, dan konseling atau
terapi, sesuai kebutuhan.
G. Daftar Pustaka
Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan