Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Lansia (Lanjut Usia)

Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini
dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya
perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Proses menua
(lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis
maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Berikut beberapa pendapat mengenai pengertian masa tua:
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua
adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Badan
kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses
penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia
banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan
terintegrasi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu:
Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,
Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun
Lanjut usia tua (old) 75 - 90 tahun dan
Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994).
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok
yakni:
Kelompok lansia dini (55-64 tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia.
Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, lanjut usia merupakan
periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan,
serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan
ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai meninggal.
B. Perkembangan Pada Tahapan Lansia (Lanjut Usia)
1. Perkembangan Motorik Kasar
Motorik kasar adalah gerak yang melibatkan sebagian besar tubuh dan membutuhkan
kerja otot – otot besar sehingga memerlukan tenaga yang lebih besar (Yani Mulyani
dan Juliska Gracinia, 2007:2). Misalnya kemampuan untuk duduk, menendang,
melempar, berlari dan lainnya.
Perkembangan motorik kasar yang dialami oleh lansia adalah sulit untuk naik tangga,
tidak dapat berdiri terlalu lama, tidak bisa berjalan jauh, dan tidak bisa mengangkat
benda berat.

2. Perkembangan Motorik Halus


Motorik halus adalah gerak yang hanya melibatkan bagian tubuh tertentu, otot-otot
kecil, dan tidak membutuhkan tenaga yang terlalu besar, namun membutuhkan
koordinasi yang cermat antara panca indra dengan anggota tubuh yang terlibat.
Contohnya gerakan jari dan pergelangan tangan. (Yani Mulyani dan Juliska Gracinia,
2007:2).
Perkembangan motorik halus yang dialami oleh lansia adalah kemampuan dalam
menulis sudah mulai lemah, sesuatu yang dibawa dan dipegang akan mudah tumpah
dan terjatuh, melempar suatu benda sudah tidak tepat sasaran lagi, dan kesulitan
dalam mengambil suatu benda.

3. Perkembangan Kognitif
a. Memori atau daya ingat
Menurunnya daya ingat yang merupakan salah satu fungsi kognitif. Ingatan
jangka panjang tidak terlalu mangalami perubahan, namun untuk ingatan jangka
pendek mengalami penurunan IQ
Salah satu fungsi intelektual yang dapat mengalami penurunan dalam hal
mengingat, menyelesaikan masalah, kecepatan respon juga tidak fokus.
b. Kemampuan belajar menurun
Kemampuan belajar juga bisa menurun, karena menurunnya beberapa fungsi
organ tubuh. Hal ini mengapa banyak dianjurkan lansia banyak berlatih dan terapi
dalam meningkatkan kemampuan belajar walau butuh waktu.
c. Kemampuan pemahaman menurun
Hal ini yang menjadi salah satu perubahan kognitif pada lansia yang mulai
menurun. Seperti fokus dan daya ingat yang mulai mengendur.
d. Sulit memecahkan masalah
Dalam hal memecahkan masalah, lansia juga agak sukar untuk melakukan hal
tersebut. Hal ini dikarenakan sistem fungsi organ yang menurun sesuai dengan
usia.
e. Perubahan motivasi dalam diri
Perubahan motivasi dalam diri, yang baik itu motivasi yang kognitif dan afektif
dalam memperoleh suatu yang cukup besar. Namun motivasi tersebut seringnya
kurang memperoleh dukungan karena kondisi fisik dan juga psikologis.

4. Perkembangan Emosi

Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan
menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat
menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000).
Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan
baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan
sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut
usia.
Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi
dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian
suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri
cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya.

5 Perkembangan Bahasa
Di masa lansia akhir, individu mulai menunjukkan beberapa kemunduran dalam
berbahasa (Obler, 2009). Sebagai contoh, apabila orang lanjut usia mengalami
masalah pendengaran, mereka dapat mengalami kesulitan membedakan bunyi-bunyi
percakapan dalam konteks tertentu (Clark-Cotton & Goral, 2007). Beberapa aspek
keterampilan fonologi orang lansia lanjut usia berbeda dengan keterampilan
berbahasa orang lansia muda (Clark-Cotton dkk., 2007). Cara bicara orang lansia usia
lanjut biasanya volumenya lebih rendah, tidak terartikulasi dengan tepat, dan tidak
begitu lancar (lebih banyak jeda, pengulangan, dan koreksi).
Satu aspek dari cara berbicara dimana perbedaan usia ditemukan mencakup
menceritakan kembali sebuah kisah atau memberikan instruksi untuk menyelesaikan
sebuah tugas. Ketika terlibat dalam cara berbicara jenis ini, orang lansia lanjut usia
cenderung menghilangkan elemen kunci, menciptakan percakapan yang kurang lancar
dan lebih sulit untuk disimak (Clark-Cotton dkk., 2007). Menurunnya kecepatan
dalam pemrosesan informasi dan menurunnya working memory, khususnya dalam hal
kemampuan menyimpan informasi di dalam pikiran ketika melakukan pemrosesan,
cenderung berkontribusi terhadap kurangnya efisiensi berbahasa pada orang-orang
lanjut usia (Stine-Morrow, 2007).

6.Perkembangan Etika/Moral
Perkembangan moral pada lansia itu pada umumnya dikatakan sebagai manusia
yang bermoral karena mereka sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana
yang burutk namun pada batasan-batasan tertentu selama lansia tersebut masih
memiliki akal fikiran yang masih normal.
7. Perkembangan Spritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama
menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan
optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan
ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia. Rasulullah bersabda “semua
penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau penghayatan
keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan
mental.

8. Perkembangan Sosial
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap
sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh
pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu
seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan
pendapat orang lain.
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri
lansia menjadi buruk.
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.
Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan
kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya
dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika
keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain
dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis,
mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek
dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.

C. Gambaran Klinis
Pasien lanjut usia biasanya mamiliki ciri-ciri: penyakit kronis/menahun, gejala
penyakitnya tidak khas, fungsi organ yang menurun, tingkat kemandirian berkurang,
dan sering disertai masalah nutrisi.
Adapula masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia yang
sering disebut dengan sindroma geriatri yaitu kumpulan gejala-gejala mengenai
kesehatan yang sering dikeluhkan oleh para lanjut usia dan atau keluarganya, yaitu :
Immobility (kurang bergerak), Instability (mudah jatuh), Incontinence (beser
BAB/BAK), Intellectual impairment (gangguan intelektual/ demensia), Infection
(infeksi), Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran,
penglihatan dan penciuman), Isolation (Depression), Inanition (malnutrisi),
Impecunity (kemiskinan), Iatrogenic (menderita penyakit pengaruh obat-obatan),
Insomnia (sulit tidur), Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh),
Impotence (Gangguan seksual), dan Impaction (sulit buang air besar)
A. Tugas perkembangan usia lanjut

Sebagian besar tugas perkembangan usia lanjut banyak berkaitan dengan


kehidupan pribadi dari pada kehidupan orang lain. Tugas perkembangan masa tua
adalah sebagai berikut:

1. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan.


2. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income
(penghasilan) keluarga.
3. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.
4. Membentuk hubungan dengan orang yang seusia.
5. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.
6. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes.

B. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

 Perubahan-perubahan fisik

1) Sel
Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun dan cairan
intraseluler menurun.

2) Temperatur tubuh

Temperatur tubuh lansia menurun (hipotermi) secara fisiologik + 35 C


akibat kecepatan metabolisme yang menurun. Lansia umumnya mengalami
keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak diakibatkan oleh rendahnya aktifitas otot. Hal ini discbabkan oleh
fungsi pembuluh darah pada kulit menurun, berkurangnya tingkat
metabolisme dan kekuatan otot menurun.

3) Sistem neurologi

Terjadi penurunan berat, isi cairan dan aliran darah otak, peningkatan
ukuran ventrikel serta penebalan korteks otak. Pada spinal cord terjadi
penurunan fiber dan anterior horn yang menyebabkan kelemahan otot,
penurunan aliran darah pada spinal cord menyebabkan terjadi penurunan
reaksi dan peningkatan terjadi perlambatan simpatik. Berkurangnya berat otak
sekitar 10 - 20%, berkurangnya sel kortikal, reaksi menjadi lambat, kurang
sensitif terhadap sentuhan, bertambahnya waktu jawaban motorik, hantaran
neuron motorik melemah, kemunduran fungsi saraf otonom (Mubarak, 2006).
Saraf panca indra mengecil sehingga fungsi menurun serta lambat dalam
merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stres yang
berkurang atau hilangnya lapisan mielin akson, sehingga menyebabkan
berkurangnya respon motorik dan reflek.

4) Sistem pendengaran

Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran.


Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan.

5) Sistem penglihatan

Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun,


akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan katarak.

6) Sistem kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah


memurun (menurunya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah
menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer schingga
tekanan darah meningkat.

7) Sistem respirasi

Otot pemapasan kekuatannya memurun dan kaku, elastisitas paru


menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat,
alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta
terjadi penyempitan pada bronkus. Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas
residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun, dan kedalaman bernafas menurun. Otot-otot pernafasan kehilangan
kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas silia, berkurangnya
elastisitas paru, alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlah berkurang,
oksigen arteri menurun menjadi 75 mmHg, berkurangnya reflek batuk.
8) Sistem gastrointestinal

Esofagus melebar, asam lambung menurun, lapar menurun, dan


peristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga ikut menurun. Ukuran
lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menurun sehingga
menyebabkan berkuarngnya produksi homon dan enzim pencernaan.

9) Sistem perkemihan
Ginjal mengecil, berat ginjal menurun 30 - 50% dan jumlah nephron
(unit terkecil ginjal) menurun, nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50%, filtrasi glomerulus menurun sampai 50%, fungsi
tubulus berkurang yang akibatnya ginjal kurang mampu memekatkan urine,
kemampuan memekatkan atau mengencerkan oleh ginjal menurun. Kapasitas
kandung kemih menurun 200 ml karena otot-otot yang melemah, frekuensi
berkemih meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan pada pria akibatnya
retensi urin meningkat, pembesaran prostat +75% dialami oleh pria usia di atas
65 tahun (Mubarak, 2006).

10) Sistem integumen

Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidung
dan telinga menebal. Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut
memutih (uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku
kaki berlebihan seperti tanduk.

11) Sistem muskuloskeletal

Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis), bungkuk


(kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor,
tendon mengerut dan mengalami sklerosis.

12) Sistem endokrin

Produksi hampir semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan


sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid memurun akibatnya basal
metabolisme menurun, produksi aldosteron menurun, sekresi hormon gonads
(progesteron, estrogen dan testoteron) menurun, daya pertukaran zat menurun

13) Sistem Reproduksi

Selaput lendir vagina menurun atau kering, menciutnya ovarium dan


uterus, atropi payudara, testis masih dapat memproduksi, meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur dan dorongan seks menctap sampai diatas
70 tahun asal kondisi kesehatan baik, penghentian produksi ovum pada saat
menopause (Mubarak, 2006). Masalah- masalah fisik sehari-hari yang sering
ditemukan pada lansia terkait dengan perubahan fisik, meliputi mudah jatuh,
mudah lelah, kekacauan mental akut, nyeri pada dada dan berdebar-debar,
serta sesak nafas ketika melakukan aktifitas kerja fisik. Masalah lainnya yaitu
pembengkakan pada kaki bawah, nyeri pinggang atau punggung dan pada
sendi pinggul, berat badan menurun, gangguan pada fungsi penglihatan,
pendengaran dan sukar menahan air kencing, serta sulit tidur dan sering pusing
.

C. Perubahan-perubahan psikososial

1) Pensiun
Nilai sescorang sering diukur oleh produktifitas dan identitas dikaitkan dengan
peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna tugas), dia akan
mengalami kchilangan antara lain, kchilangan finansial (income berkurang),
kehilangan status, kehilangan teman atau relasi, dan kehilangan pekerjaan atau
kegiatan.

2) Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awereness of mortality).

3) Perubahan dalam hidup yaitu memasuki rumah perawatan lebih sempit.

4) Ekonomi melemah atau menurun akibat perberhentian dari jabatan (economic


deprivation).

5) Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya


pengobatan.

6) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

7) Gangguan saraf panca indera.

8) Hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik: perubahan terhadap gambaran diri dan
konsep.
G. Asuhan Keperawatan Komunitas Agregat Lansia
A. Pengkajian
Metode pengkajian dapat dilakukan dalam beberapa cara, yaitu windshield survey,
wawancara, observasi partisipasi, kuesioner/angket, dan forum group discussion
(FGD). Berikut adalah kisi-kisi instrumen pengkajian pada agregat lansia.
a. Core/Inti
Variabel Item Pertanyaan Strategi Sasaran

Demografi Nama Kuesioner Lansia


Umur
Jenis kelamin
Agama
Alamat
Suku bangsa
Nilai dan Nilai yang dianut lansia Kuesioner Lansia
kepercayaan terkait agama dan norma

Suku bangsa Jenis Kuesioner Lansia


Kebiasaan/budaya
Tipe keluarga
Statistik vital Jenis penyakit yang Kuesioner, Lansia
diderita lansia (3 bulan wawancara
terakhir)
kematian kelompok usia
lansia dan penyebab
kematian.
Pola makan, pola
istirahat, pola eliminasi,
pola rekreasi

b. Sub Sistem Komunitas


1. Lingkungan fisik
No. Item Pertanyaan Strategi Sasaran

1. Kebersihan lingkungan Wawancara, Lansia


tempattinggallansia windshield
survey

2. Kebersihan lingkungan, kualitas Wawancara, Lansia,


air, pembuangan limbah, kualitas windshield TOMA
udara, kualitas makanan, akses survey
dan aktifitas kelompok lansia
dalam pemenuhan kebutuhan.

3. Keberadaan dan bentuk kegiatan Kuesioner, Lansia,


kelompoklansia wawancara TOMA

2. Pendidikan
No. Item Pertanyaan Strategi Sasaran

1. Pendidikan formal lansia Kuesioner Lansia

2. Pendidikan nonfomal lansia Kuesioner Lansia

3. Kegiatan informal (pengajian, Wawancara TOMA,


perkumpulan, dll) yang dilakukan Lansia
lansia di masyarakat

4. Pemahaman lansia tentang FGD Lansia


penyakit menular akut, dan
kronis

3. Keamanan dan transportasi


No. Item Pertanyaan Strategi Sasaran

1. Kebiasaan hygiene personal Wawancara Lansia

2. Dukungan transportasi untuk ke wawancara Lansia


faskes dari anggota keluarga
untuk kelompok usia lansia

3. Kenyamanan di lingkungan Wawancara, Lansia


rumah dan masyarakat windshield
survey

5. Sarana transportasi yang Kuesioner Lansia


digunakan lansia

6. Ketersediaan upaya pelayanan Wawancara Lansia,

keamanan yang ada di TOMA

lingkungan masyarakat

4. Politik dan Pemerintahan


No. Item Pertanyaan Strategi Sasaran

1. Kegiatan politik yang ada wawancara TOMA


diwilayah tersebut dan peran
peserta partai politik dalam

pelayanan kesehatan.

2. Kebutuhan lansia terhadap wawancara TOMA


kegiatan pelayanan kesehatan
lansia

5. Layanan kesehatan dan sosial


No. Item Pertanyaan Strategi Sasaran

1. Ketersediaan pelayanan khusus Wawancara TOMA,


remaja di sekolah dan di
masyarakat

2. Jenis pelayanan kesehatan: Wawancara TOMA


Puskesmas, POSBINDU, RS,
Klinik, dll

3. Kepengurusan pelayanan Wawancara TOMA


kesehatan

4. Keberlangsungan pelayanan Wawancara TOMA


kesehatan

5. Tenaga yang terlibat dalam Wawancara TOMA


kegiatan pelayanan

6. Komunikasi
No. Item Pertanyaan Strategi Sasaran
1. Komunikasi formal yang sering Kuesioner Lansia
digunakan lansia untuk
memperoleh informasi tentang
kesehatan (Koran, radio,
TV,buku dan sosialisasi dari
tenaga kesehatan dll)

2. Komunikasi informal Kuesioner, Lansia,


Windshield TOMA
Komunikasi/ diskusi yang
survey
dilakukan kelompok lansia
dengan tenaga kesehatan, orang
yang berpengalaman dan
lingkungan dalam masyarakat
dalam menyelesaikan masalah
kelompok lansia.

3. Keinginan lansia untuk FGD Lansia,


memperoleh pendidikan TOMA
kesehatan

7. Ekonomi
No. Item Pertanyaan Strategi Sasaran

1. Keadaan sosial ekonomi keluarga Wawancara TOMA

2. Ventilasi dan kondisi tempat Windshield TOMA,


tinggal survey, lansia
wawancara

3. Jumlah lansia yang bekerja Wawancara TOMA

4. Jenis pekerjaan lansia Wawancara, TOMA,


kuesioner lansia

5. Jumlah penghasilan keluarga kuesioner keluarga


dan lansia

6. Pembayaran untuk mendapatkan wawancara lansia


pelayanan kesehatan

8. Rekreasi
No. Item Pertanyaan Strategi Sasaran

1. Jenis, frekuensi, dan tempat yang Wawancara TOMA


sering digunakan lansia untuk
melakukan kegiatan rekreasi
bersama

2. Sarana menyalurkan hobi lansia Wawancara TOMA,


lansia

3. Pemanfaatan waktu lansia Wawancara TOMA,


lansia

B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit kesehatan pada kelompok usia lansia
2. Perilaku kesehatan cenderung berisiko pada kelompok usia lansia
3. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada kelompok usia lansia
4. Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada kelompok usia lansia
5. Ketidakefektifan koping pada kelompok usia lansia
C. Intervensi Keperawatan
1. Prevensi primer
1. Edukasi kesehatan
2. Promosi kesehatan
3. Pencegahan penyakit
4. Promosi perubahan Perilaku
Tindakan: Edukasi: Diit, sex, gaya hidup (istirahat, merokok, olahraga), personal
safety, manajemen stress
2. Prevensi sekunder
1. Skrining Kesehatan
2. Identifikasi resiko
3. Konseling
4. Modifikasi perilaku
Tindakan: cek asam urat, cek kolesterol, cek GDS, konseling, penghentian merokok
3. Prevensi Tersier
1. Dukungan Keluarga
2. Rujukan
3. Pengembangan program kesehatan
Tindakan: Penggunaan alat bantu, pertahanan diet untuk penyembuhan, kontrol,
fisioterapi.
D. Implementasi Keperawatan
1. Pendidikan kesehatan
2. Pemberdayaan masyarakat
3. Kemitraan (Partnership)
4. Proses kelompok

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang bersifat ilmiah, sistematis,
dinamis,kontinyu dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari
klien, keluarga, kelompok atau masyarakat yang langkah – langkahnya dimulai dari (1)
pengkajian : pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah, (2) diagnosis
keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan
keperawatan.

Agregat lanjut usia (lansia) merupakan kelompok yang termasuk dalam ketegori rentan.
kelompok ini termasuk sebagai kelompok yang memiliki peningkatan risiko mengalami
masalah kesehatan yang akibat berkurangnya kemampuan untuk menghindarkan diri dari
penyakit dan tingginya paparan faktor risiko. lansia memiliki karakteristik terjadinya
berbagai perubahan pada seluruh aspek kehidupan yang mencakup perubahan fisiologis,
psikologis, sosial dan spiritual. Perubahan ini dapat menimbulkan masalah kesehatan pada
semua sistem organ tubuh.

Diagnosa keperawatan yang muncul setelah dilakukan pengkajian di RW adalah : (1).


Pemeliharaan kesehatan lansia tidak efektif. (2). Defisit pengetahuan komunitas.

B. Saran

1. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat bekerja sama dengan komunitas dan populasi
untuk memperbaiki kembali kesehatan pada masyarakat khususnya populasi lansia.
2.Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat memperhatikan standar evaluasi atau penilaian
dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas guna peningkatan hasil yang diharapkan
pada saat memberikan asuhan keperawatan pada komunitas lansia.

3.Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat terlibat dalam koordinasidan organisasi dalam
merespons isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan untuk mengoptimalkan asuhan
keperawatan yang diberikan pada populasi lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Tamher, Sayuti. 2009. Pengkajian Keperawatan Pada Individu, Keluarga


dan Komunitas. Jakarta: TIM
Maryam, R. Siti. 2008. Mengenal Usi Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Nafthali, A. R.,Ranimpi, Y.Y.,&Anwar, M.A.(2017). Kesehatan Spiritual dan Kesiapan Lansia.
Buletin Psikologi, 25, 124.

Ma’rifatul, L. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Jogjakarta : Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai