TINJAUAN PUSTAKA
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini
dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya
perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Proses menua
(lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis
maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Berikut beberapa pendapat mengenai pengertian masa tua:
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua
adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Badan
kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses
penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia
banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan
terintegrasi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu:
Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,
Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun
Lanjut usia tua (old) 75 - 90 tahun dan
Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994).
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok
yakni:
Kelompok lansia dini (55-64 tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia.
Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, lanjut usia merupakan
periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan,
serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan
ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai meninggal.
B. Perkembangan Pada Tahapan Lansia (Lanjut Usia)
1. Perkembangan Motorik Kasar
Motorik kasar adalah gerak yang melibatkan sebagian besar tubuh dan membutuhkan
kerja otot – otot besar sehingga memerlukan tenaga yang lebih besar (Yani Mulyani
dan Juliska Gracinia, 2007:2). Misalnya kemampuan untuk duduk, menendang,
melempar, berlari dan lainnya.
Perkembangan motorik kasar yang dialami oleh lansia adalah sulit untuk naik tangga,
tidak dapat berdiri terlalu lama, tidak bisa berjalan jauh, dan tidak bisa mengangkat
benda berat.
3. Perkembangan Kognitif
a. Memori atau daya ingat
Menurunnya daya ingat yang merupakan salah satu fungsi kognitif. Ingatan
jangka panjang tidak terlalu mangalami perubahan, namun untuk ingatan jangka
pendek mengalami penurunan IQ
Salah satu fungsi intelektual yang dapat mengalami penurunan dalam hal
mengingat, menyelesaikan masalah, kecepatan respon juga tidak fokus.
b. Kemampuan belajar menurun
Kemampuan belajar juga bisa menurun, karena menurunnya beberapa fungsi
organ tubuh. Hal ini mengapa banyak dianjurkan lansia banyak berlatih dan terapi
dalam meningkatkan kemampuan belajar walau butuh waktu.
c. Kemampuan pemahaman menurun
Hal ini yang menjadi salah satu perubahan kognitif pada lansia yang mulai
menurun. Seperti fokus dan daya ingat yang mulai mengendur.
d. Sulit memecahkan masalah
Dalam hal memecahkan masalah, lansia juga agak sukar untuk melakukan hal
tersebut. Hal ini dikarenakan sistem fungsi organ yang menurun sesuai dengan
usia.
e. Perubahan motivasi dalam diri
Perubahan motivasi dalam diri, yang baik itu motivasi yang kognitif dan afektif
dalam memperoleh suatu yang cukup besar. Namun motivasi tersebut seringnya
kurang memperoleh dukungan karena kondisi fisik dan juga psikologis.
4. Perkembangan Emosi
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan
menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat
menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000).
Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan
baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan
sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut
usia.
Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi
dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian
suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri
cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya.
5 Perkembangan Bahasa
Di masa lansia akhir, individu mulai menunjukkan beberapa kemunduran dalam
berbahasa (Obler, 2009). Sebagai contoh, apabila orang lanjut usia mengalami
masalah pendengaran, mereka dapat mengalami kesulitan membedakan bunyi-bunyi
percakapan dalam konteks tertentu (Clark-Cotton & Goral, 2007). Beberapa aspek
keterampilan fonologi orang lansia lanjut usia berbeda dengan keterampilan
berbahasa orang lansia muda (Clark-Cotton dkk., 2007). Cara bicara orang lansia usia
lanjut biasanya volumenya lebih rendah, tidak terartikulasi dengan tepat, dan tidak
begitu lancar (lebih banyak jeda, pengulangan, dan koreksi).
Satu aspek dari cara berbicara dimana perbedaan usia ditemukan mencakup
menceritakan kembali sebuah kisah atau memberikan instruksi untuk menyelesaikan
sebuah tugas. Ketika terlibat dalam cara berbicara jenis ini, orang lansia lanjut usia
cenderung menghilangkan elemen kunci, menciptakan percakapan yang kurang lancar
dan lebih sulit untuk disimak (Clark-Cotton dkk., 2007). Menurunnya kecepatan
dalam pemrosesan informasi dan menurunnya working memory, khususnya dalam hal
kemampuan menyimpan informasi di dalam pikiran ketika melakukan pemrosesan,
cenderung berkontribusi terhadap kurangnya efisiensi berbahasa pada orang-orang
lanjut usia (Stine-Morrow, 2007).
6.Perkembangan Etika/Moral
Perkembangan moral pada lansia itu pada umumnya dikatakan sebagai manusia
yang bermoral karena mereka sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana
yang burutk namun pada batasan-batasan tertentu selama lansia tersebut masih
memiliki akal fikiran yang masih normal.
7. Perkembangan Spritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama
menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan
optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan
ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia. Rasulullah bersabda “semua
penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau penghayatan
keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan
mental.
8. Perkembangan Sosial
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap
sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh
pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu
seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan
pendapat orang lain.
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri
lansia menjadi buruk.
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.
Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan
kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya
dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika
keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain
dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis,
mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek
dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
C. Gambaran Klinis
Pasien lanjut usia biasanya mamiliki ciri-ciri: penyakit kronis/menahun, gejala
penyakitnya tidak khas, fungsi organ yang menurun, tingkat kemandirian berkurang,
dan sering disertai masalah nutrisi.
Adapula masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia yang
sering disebut dengan sindroma geriatri yaitu kumpulan gejala-gejala mengenai
kesehatan yang sering dikeluhkan oleh para lanjut usia dan atau keluarganya, yaitu :
Immobility (kurang bergerak), Instability (mudah jatuh), Incontinence (beser
BAB/BAK), Intellectual impairment (gangguan intelektual/ demensia), Infection
(infeksi), Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran,
penglihatan dan penciuman), Isolation (Depression), Inanition (malnutrisi),
Impecunity (kemiskinan), Iatrogenic (menderita penyakit pengaruh obat-obatan),
Insomnia (sulit tidur), Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh),
Impotence (Gangguan seksual), dan Impaction (sulit buang air besar)
A. Tugas perkembangan usia lanjut
Perubahan-perubahan fisik
1) Sel
Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun dan cairan
intraseluler menurun.
2) Temperatur tubuh
3) Sistem neurologi
Terjadi penurunan berat, isi cairan dan aliran darah otak, peningkatan
ukuran ventrikel serta penebalan korteks otak. Pada spinal cord terjadi
penurunan fiber dan anterior horn yang menyebabkan kelemahan otot,
penurunan aliran darah pada spinal cord menyebabkan terjadi penurunan
reaksi dan peningkatan terjadi perlambatan simpatik. Berkurangnya berat otak
sekitar 10 - 20%, berkurangnya sel kortikal, reaksi menjadi lambat, kurang
sensitif terhadap sentuhan, bertambahnya waktu jawaban motorik, hantaran
neuron motorik melemah, kemunduran fungsi saraf otonom (Mubarak, 2006).
Saraf panca indra mengecil sehingga fungsi menurun serta lambat dalam
merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stres yang
berkurang atau hilangnya lapisan mielin akson, sehingga menyebabkan
berkurangnya respon motorik dan reflek.
4) Sistem pendengaran
5) Sistem penglihatan
6) Sistem kardiovaskuler
7) Sistem respirasi
9) Sistem perkemihan
Ginjal mengecil, berat ginjal menurun 30 - 50% dan jumlah nephron
(unit terkecil ginjal) menurun, nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50%, filtrasi glomerulus menurun sampai 50%, fungsi
tubulus berkurang yang akibatnya ginjal kurang mampu memekatkan urine,
kemampuan memekatkan atau mengencerkan oleh ginjal menurun. Kapasitas
kandung kemih menurun 200 ml karena otot-otot yang melemah, frekuensi
berkemih meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan pada pria akibatnya
retensi urin meningkat, pembesaran prostat +75% dialami oleh pria usia di atas
65 tahun (Mubarak, 2006).
Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidung
dan telinga menebal. Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut
memutih (uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku
kaki berlebihan seperti tanduk.
C. Perubahan-perubahan psikososial
1) Pensiun
Nilai sescorang sering diukur oleh produktifitas dan identitas dikaitkan dengan
peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna tugas), dia akan
mengalami kchilangan antara lain, kchilangan finansial (income berkurang),
kehilangan status, kehilangan teman atau relasi, dan kehilangan pekerjaan atau
kegiatan.
8) Hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik: perubahan terhadap gambaran diri dan
konsep.
G. Asuhan Keperawatan Komunitas Agregat Lansia
A. Pengkajian
Metode pengkajian dapat dilakukan dalam beberapa cara, yaitu windshield survey,
wawancara, observasi partisipasi, kuesioner/angket, dan forum group discussion
(FGD). Berikut adalah kisi-kisi instrumen pengkajian pada agregat lansia.
a. Core/Inti
Variabel Item Pertanyaan Strategi Sasaran
2. Pendidikan
No. Item Pertanyaan Strategi Sasaran
lingkungan masyarakat
pelayanan kesehatan.
6. Komunikasi
No. Item Pertanyaan Strategi Sasaran
1. Komunikasi formal yang sering Kuesioner Lansia
digunakan lansia untuk
memperoleh informasi tentang
kesehatan (Koran, radio,
TV,buku dan sosialisasi dari
tenaga kesehatan dll)
7. Ekonomi
No. Item Pertanyaan Strategi Sasaran
8. Rekreasi
No. Item Pertanyaan Strategi Sasaran
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit kesehatan pada kelompok usia lansia
2. Perilaku kesehatan cenderung berisiko pada kelompok usia lansia
3. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada kelompok usia lansia
4. Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada kelompok usia lansia
5. Ketidakefektifan koping pada kelompok usia lansia
C. Intervensi Keperawatan
1. Prevensi primer
1. Edukasi kesehatan
2. Promosi kesehatan
3. Pencegahan penyakit
4. Promosi perubahan Perilaku
Tindakan: Edukasi: Diit, sex, gaya hidup (istirahat, merokok, olahraga), personal
safety, manajemen stress
2. Prevensi sekunder
1. Skrining Kesehatan
2. Identifikasi resiko
3. Konseling
4. Modifikasi perilaku
Tindakan: cek asam urat, cek kolesterol, cek GDS, konseling, penghentian merokok
3. Prevensi Tersier
1. Dukungan Keluarga
2. Rujukan
3. Pengembangan program kesehatan
Tindakan: Penggunaan alat bantu, pertahanan diet untuk penyembuhan, kontrol,
fisioterapi.
D. Implementasi Keperawatan
1. Pendidikan kesehatan
2. Pemberdayaan masyarakat
3. Kemitraan (Partnership)
4. Proses kelompok
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang bersifat ilmiah, sistematis,
dinamis,kontinyu dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari
klien, keluarga, kelompok atau masyarakat yang langkah – langkahnya dimulai dari (1)
pengkajian : pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah, (2) diagnosis
keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan
keperawatan.
Agregat lanjut usia (lansia) merupakan kelompok yang termasuk dalam ketegori rentan.
kelompok ini termasuk sebagai kelompok yang memiliki peningkatan risiko mengalami
masalah kesehatan yang akibat berkurangnya kemampuan untuk menghindarkan diri dari
penyakit dan tingginya paparan faktor risiko. lansia memiliki karakteristik terjadinya
berbagai perubahan pada seluruh aspek kehidupan yang mencakup perubahan fisiologis,
psikologis, sosial dan spiritual. Perubahan ini dapat menimbulkan masalah kesehatan pada
semua sistem organ tubuh.
B. Saran
1. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat bekerja sama dengan komunitas dan populasi
untuk memperbaiki kembali kesehatan pada masyarakat khususnya populasi lansia.
2.Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat memperhatikan standar evaluasi atau penilaian
dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas guna peningkatan hasil yang diharapkan
pada saat memberikan asuhan keperawatan pada komunitas lansia.
3.Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat terlibat dalam koordinasidan organisasi dalam
merespons isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan untuk mengoptimalkan asuhan
keperawatan yang diberikan pada populasi lansia.
DAFTAR PUSTAKA