Disusun Oleh :
Nama : Mei Lutfi Aryani
Nim : 19.0601.0023
ii. Kualitatif
1) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya, nilai GCS: 15 - 14.
2) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh, nilai GCS: 13
- 12.
3) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal, nilai
GCS: 11-10.
4) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih
bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal, nilai GCS: 9 – 7.
5) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri, nilai GCS: 6 – 4
6) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak adarespon pupil terhadap cahaya), nilai
GCS: ≤ 3 (Satyanegara.2010).
2. Fungsi motoric
Setiap ekstermitas diperiksa dan dinilai dengan skala berikut ini yang digunakan
secara internasional:
Kekuatan otot
Respon Skala
Kekuatan normal 5
Kelemahan sedang, Bisa terangkat, bisa melawan 4
gravitasi, namun tidak mampu melawan tahanan
pemeriksa, gerakan tidak terkoordinasi
Kelemahan berat, Terangkat sedikit < 450, tidak 3
mampu melawan gravitasi
Kelemahan berat, Dapat digerakkan, mampu 2
terangkat sedikit
Gerakan trace/ Tidak dapat digerakkan, tonus otot 1
ada
Tidak ada gerakan 0
Biasanya klien yang mengalami cedera kepala kekuatan ototnya berkisar antar 0 sampai 4
tergantung tingkat keparahan cedera kepala yang dialami klien.
3. Pemeriksaan reflek fisiologis
a. Reflek bisep
Caranya: emeriksaan dilakukan dengan posisi pasien duduk, dengan membiarkan lengan
untuk beristirahat di pangkuan pasien, atau membentuk sudut sedikit lebih dari 900 di
siku, minta pasien memflexikan di siku sementara pemeriksa mengamati dan meraba
fossa antecubital, tendon akan terlihat dan terasa seperti tali tebal, ketukan pada jari
pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah
diketuk pada sendi siku, normalnya terjadi fleksi lengapada sendi siku.
b. Trisep
Caranya: pemeriksaan dilakukan dengan posisi pasien duduk, secara perlahan tarik
lengan keluar dari tubuh pasien, sehingga membentuk sudut kanan di bahu atau lengan
bawah harus menjuntai ke bawah langsung di siku, ketukan pada tendon otot triceps,
posisi lengan fleksi padasendi siku dan sedikit pronasi,normalnya terjadi ekstensi lengan
bawah pada sendi siku.
c. Reflek patella
Caranya: pemeriksaan dilakukan dengan posisi duduk atau berbaring terlentang, ketukan
pada tendon patella, respon: plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris.
d. Reflek achilesCaranya: pemeriksaan dilakukan dengan posisi pasien duduk, kaki
menggantung di tepi meja ujian atau dengan berbaring terlentang dengan posisi kaki
melintasi diatas kaki di atas yang lain atau mengatur kaki dalam posisi tipe katak,
identifikasi tendon mintalah pasien untuk plantar flexi, ketukan hammer pada tendon
achilles. Respon: plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius (Muttaqin,
A.2010).
4. Reflek Patologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus tertentu.
a. Reflek babynski
Pesien diposisikan berbaring supinasi dengan kedua kaki diluruskan,
tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar kaki
tetap pada tempatnya, lakukan penggoresan telapak kaki bagian
lateral dari posterior ke anterior, respon: posisitif apabila terdapat
gerakan dorsofleksi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki
lainnya.
b. Reflek chaddok
Penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus
lateralis dari posterior ke anterior, amati ada tidaknya gerakan
dorsofleksi ibu jari, disertai mekarnya (fanning) jari-jari kaki
lainnya.
c. Reflek oppenheim Pengurutan dengan cepat krista anterior tibia dari
proksiml ke distal, amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari
kaki, disertai mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.
d. Reflek Gordon
Menekan pada musculus gastrocnemius (otot betis), amati ada
tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya
(fanning) jari-jari kaki lainnya.
5. Pernafasan
1) Perubahan poa nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi), nafas
berbunyi stridor, tersedak
2) Irama, frekuensi, kedalaman, bunyi nafas Ronki, mengi positif
6. Kebutuhan dasar
a. Eliminasi : perubahan pada BAB/BAK (inkontinensia, obstipasi, hematuri)
b. Nutrisi : mual, muntah, gangguan pencernaan/menelan makanan, kaji bising
usus
7. Istirahat : kelemahan, mobilisasi, kelelahan, tidur kurang
8. Pengkajian psikologis
a. Gangguan emosi/apatis, delirium
b. Perubahan tingkah laku atau kepribadian
9. Pengkajian social
a. Hubungan dengan orang terdekat
f. Diagnose kepearawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan
konsentrasi dan suplai oksigen ke otak
2. Nyeri akut b/d agen cedera fisik (trauma)
3. Ketidakefektifan Pola nafas berhubungan dengan hipoventilasi
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas yang lama
5. Defisit perawatan diri : makan/mandi, toileting berhubungan dengan kelemahan fisik
dan nyeri
6. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma/laserasi Kulit kepala
7. PK: peningkatan TIK dengan proses desak ruang akibat penumpukan cairan /darah di
dalam otak.
g. Analisa dta
Tujuan : Pasien akan mempertahankan perfusi jaringan serebral yang efektif selama
dalam perawatan.
NOC :
3. Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran membaik,
tidak ada gerakan-gerakan involunter
Tujuan : Pasien akan mempertahankan rasa nyaman nyeri selama dalam perawatan
NOC : Pain Level (level nyeri),Pain control (control nyeri), dan Comfort level (level
kenyamanan)
Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam rentang normal
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih
5. dari satu
6. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
7. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
8. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
9. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
10. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
11. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
Tujuan : Pasien akan mempertahankan pola napas yang efektif selama dalam perawatan
NOC :
Outcome/kriteria Hasil :
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
Terapi Oksigen
Tujuan : Pasien akan mempertahankan integritas kulit yang utuh selama dalam perawatan
NOC :
Tissue Integrity : Skin and Mucous Membran (integritas jaringan : Kulit dan membrane mukosa)
Kriteria Hasil :
1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit
3. Perfusi jaringan baik
4. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya ccedera
berulang
5. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
NOC :
Self care : Activity of Daily Living (ADLs) (Perawatan diri : Aktivitas sehari-hari)
Kriteria Hasil :
NIC : Self Care assistane : ADLs (Asisten perawatan diri : Aktivitas sehari-hari)
Tujuan : Tidak terjadi risiko infeksi yang efektif selama dalam perawatan
Kriteria Hasil :
Diagnosa 7 : PK: peningkatan TIK b/d proses desak ruang akibat penumpukan cairan/darah di
dalam otak.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama…× 24 jam, dapat mencegah atau
meminimalkan komplikasi dari peningkatan TIK.
Kriteria hasil :Kesadaran stabil (orientasi baik), pupil isokor, diameter 1 mm, reflek baik. tidak
mual, tidak muntah.
NIC :
Implementasi merupakan suatu tindakan keperawatan yang bertujuan untuk mengatas masalah
keperawatan yang ditemukan pada pasien untuk itu diharapkan harus sesuai dengan intervensi
atau rencana yang telah dibuat.
i.Evaluasi leperawatan
Diagnosa 1:
Diagnosa 2 :
1. Klien dapat mengontrol nyerinya dengan menggunakan teknik manajemen nyeri non
farmakologis (skala 5 = consistently demonstrated/Secara konsisten ditunjukkan)
2. Klien dapat menggunakan analgesik sesuai indikasi (skala 5 = consistent demonstrated Secara
konsisten ditunjukkan)
3. Klien melaporkan nyeri terkontrol (skala 5 = consistently demonstrated/ Secara konsisten
ditunjukkan)
Diagnosa 3:
Diagnosa 4 :
1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit
3. Perfusi jaringan baik
4. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera
berulang
5. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
Diagnosa 5 :
Diagnosa 6 :
Diagnosa 7 :
Kesadaran stabil (orientasi baik), pupil isokor, diameter 1 mm, reflek baik. tidak mual, tidak
muntah lain
1. perfusi jaringan serebral efektif, nyeri terkontrol, dan mobilisasi pasien meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.Jakarta : Media Aesculapius
Brunner & Suddart . 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Jogja.
Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Jogja.
Melti Suriya, Zuriati,. 2015. Buku Ajar asuhan keperawatan medikal bedah gangguan pada
system Muskuloskeletal aplikasi NANDA NIC & NOC . Pustaka Galeri Mandiri : SUMBAR