DISUSUN OLEH :
KHUSNUL DWIYANTI
2022611003
A. PENGERTIAN
Menurut Brain Injury Association Of America (2019), trauma kepala
adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital atau
degenerative, tetapi disebabkan oleh benturan fisik dari luar yang dapat
mengakibatkan kerusakan kemampuan kognitif maupun fisik. Trauma
kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma
tumpul maupun trauma tajam. Deficit neorologis terjadi karena robekanya
subtansia alba, iskemia, dan pengaruh massa karena hemorogik, serta
edema serebral disekitar jaringan otak (Batticaca,2018).
B. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM
1. Anatomi
Tengkorak dibentuk oleh beberapa tulang, masing-masing tulang
kecuali mandibula disatukan pada sutura. Sutura dibentuk oleh selapis
tipis jaringan fibrosa yang mengunci piringan tulang yangbergerigi.
Sutura mengalami osifikasi setelah umur 35 tahun. Pada atap
tengkorak, permukaan luar dan dalam dibentuk oleh tulang padat
dengan lapisan spongiosa yang disebut diploie terletak diantaranya.
Terdapat variasi yang cukup besar pada ketebalan tulang tengkorak
antar individu. Tengkorak paling tebal dilindungi oleh otot
(Westmoreland, 2018).
Jenis-jenis Tulang tengkorak:
- Os Frontale
- Os Parietal dextra dan sinistra
- Os Occipital
- Os Temporal dextra dan sinistra
- Os Ethmoidale
- Os spenoidale
- Maxila
- Mandibula
- Os Zigomatikum dextra dan sinistra
- Os Platinum dextra dan sinistra
- Os Nasal dextra dan sinistra
- Os Lacrimale dextra dan sinistra
- Vomer
- Concha dextra dan sinistra
2. Fisiologi
C. ETIOLOGI
Cedera pada trauma capitis dapat terjadi akibat tenaga dari luar (Arif
Musttaqin, 2020) berupa:
Menurut Manurung (2018), tanda dan gejala dari cedera kepala antara
lain:
1. Commotio Cerebri
2. Contosio cerebri
b. Amnesia anterograde
f. Perdarahan
3. Laserasio Serebri
Gejala klinis dari trauma kapitis ditentukan oleh derajat cedera dan
lokasinya.
Derajat cedera otak kurang lebih sesuai dengan tingkat gangguan
kesadaran
penderita. Tingkat yang paling ringan ialah pada penderita gegar
otak, dengan
gangguan kesadaran yang berlangsung hanya beberapa menit saja,
atas dasar ini
trauma kepala dapat digolongkan menjadi:
- Konfusi
- Muntah
- Kejang
1. Akselerasii
2. Deselerasi
3. Deformitas
Perubahan atau kerusakan pada bagian tubuh yang terjadi akibat
trauma, contoh adanya fraktur pada tulang kepala, kompressi,
ketegangan atau pemotongan pada jaringan otak.
H. KLASIFIKASI
3. Edema Serebral
Tipe yang terpenting pada kejadian cedera kepala adalah edema
vasogenik dan edema iskemik
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. CT-Scan
4. X-Ray
6. Kadar elektrolit
Mengoreksi keseimbangan elektrolit sebgai akibat peningkatan
tekanan intra kranial (Musliha, 2020)
J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien dengan cedera kepala meliputi sebagai berikut
(Manurung, 2018):
1. Keperawatan
a. Observasi 24 jam
2. Medis
a. Terapi obat-obatan
- Bedrest Total
- Pemberian Obat-Obatan
Sedatif/Tranquilizer
Midazolam mengurangi CBF sehingga cenderung aman
dan efektif untuk anestesiadan sedasi pasien dengan
peningkatan ICP. Propofol memberikan hasil yang baik
dalam fungsi sedasi serta memudahkan dalam evaluasi
fungsi neurologis secara awal. Dexmedetomidine
merupakan sedasi tanpa efek neurologis dan
memberikan efek proteksi pada otak (Wahyuhadi et al.,
2019)
b) Sirkulasi (circulation)
Hipotensi menyebabkan iskemik yang dapat mengakibatkan
kerusakan sekunder. Hipotensi disebabkan oleh hipovolemia akibat
perdarahan luar, ruptur organ dalam, trauma dada disertai
temponade jantung atau pneumotoraks dan syok septic. Tindakan
adalah menghentikan perdarahan, perbaikan fungsi jantung dan
mengganti darah yang hilang dengan plasma atau darah.
d) Pernafasan (breathing)
Gangguan pernafasan dapat disebabkan oleh kelainan sentral dan
perifer. Kelainan sentral dalah depresi pernafasan pada lesi medulla
oblongata, pernafasan cheyne stokes, ataksik dan central
neurogenic hyperventilation. Penyebab perifer adalah aspirasi,
trauma dada, edema paru, emboli paru, infeksi. Gangguan
pernafasan dapat menyebabkan hipoksia dan hiperkapnia. Tindakan
dengan pemberian O2 kemudian cari dan atasi factor penyebab dan
kalau perlu memakai ventilator.
1) Breathing
Perlu diperhatikan mengenai frekuensi dan jenis pernafasan
penderita. Adanya obstruksi jalan nafas perlu segera dibebaskan
dengan tindakan-tindakan : suction, inkubasi, trakheostomi.
Oksigenasi yang cukup atau hiperventilasi bila perlu,
merupakan tindakan yang berperan penting sehubungan dengan
edema cerebri.
2) Blood
Mencakup pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan
laboratorium darah (Hb, leukosit). Peningkatan tekanan darah
dan denyut nadi yang menurun mencirikan adanya suatu
peninggian tekanan intracranial, sebaliknya tekanan darah yang
menurun dan makin cepatnya denyut nadi menandakan adanya
syok hipovolemik akibat perdarahan dan memerlukan tindakan
transfusi.
3) Brain
Penilaian keadaan otak ditekankan terhadap respon-respon
mata, motorik dan verbal (GCS). Perubahan respon ini
merupakan implikasi perbaikan/perburukan kiranya perlu
pemeriksaan lebih mendalam mengenai keadaan pupil (ukuran,
bentuk dan reaksi terhadap cahaya) serta gerakan-gerakan bola
mata.
4) Bladder
Kandung kemih perlu selalu dikosongkan (pemasangan kateter)
mengingat bahwa kandung kemih yang penuh merupakan suatu
rangsangan untuk mengedan sehingga tekanan intracranial
cenderung lebih meningkat.
5) Bowel
Produksi urine perlu dipantau selama pasien dirawat. Bila
produksi
urine tertampung di vesika urinaria maka dapat meningkatkan
tekanan intra cranial (TIK).
6) Bone
Mencegah terjadinya dekubitus, kontraktur sendi dan sekunder
infeksi
K. KOMPLIKASI
Komplikasi trauma kepala dapat meliputi :
1. Perdarahan intra cranial
2. Kejang
3. Parese saraf cranial
5. Infeksi
6. Edema cerebri
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama, jenis kelamin, alamat , No. MR, tanggal lahir, asal pasien,
kondisi saat masuk, tingkat kegawatan/triage. Pengkajian mengenai
identitas klien dan keluarga mengenai nama, umur, dan jenis kelamin
karena pengkajian umur dan jenis kelamin diperlukan pada klien
dengan asma.
2. Keluhan utama
Klien asma akan mengluhkan sesak napas, bernapas terasa berat pada
dada, dan adanya kesulitan untuk bernapas.
4. Pengkajian Primer
a) Sirkulasi (circulation)
Hipotensi menyebabkan iskemik yang dapat mengakibatkan
kerusakan sekunder. Hipotensi disebabkan oleh hipovolemia akibat
perdarahan luar, ruptur organ dalam, trauma dada disertai
temponade jantung atau pneumotoraks dan syok septic. Tindakan
adalah menghentikan perdarahan, perbaikan fungsi jantung dan
mengganti darah yang hilang dengan plasma atau darah.
c) Pernafasan (breathing)
1) Breathing
Perlu diperhatikan mengenai frekuensi dan jenis pernafasan
penderita. Adanya obstruksi jalan nafas perlu segera dibebaskan
dengan tindakan-tindakan : suction, inkubasi, trakheostomi.
Oksigenasi yang cukup atau hiperventilasi bila perlu,
merupakan tindakan yang berperan penting sehubungan dengan
edema cerebri.
2) Blood
Mencakup pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan
laboratorium darah (Hb, leukosit). Peningkatan tekanan darah
dan denyut nadi yang menurun mencirikan adanya suatu
peninggian tekanan intracranial, sebaliknya tekanan darah yang
menurun dan makin cepatnya denyut nadi menandakan adanya
syok hipovolemik akibat perdarahan dan memerlukan tindakan
transfusi.
3) Brain
Penilaian keadaan otak ditekankan terhadap respon-respon
mata, motorik dan verbal (GCS). Perubahan respon ini
merupakan implikasi perbaikan/perburukan kiranya perlu
pemeriksaan lebih mendalam mengenai keadaan pupil (ukuran,
bentuk dan reaksi terhadap cahaya) serta gerakan-gerakan bola
mata.
4) Bladder
Kandung kemih perlu selalu dikosongkan (pemasangan kateter)
mengingat bahwa kandung kemih yang penuh merupakan suatu
rangsangan untuk mengedan sehingga tekanan intracranial
cenderung lebih meningkat.
5) Bowel
Produksi urine perlu dipantau selama pasien dirawat. Bila
produksi
urine tertampung di vesika urinaria maka dapat meningkatkan
tekanan intra cranial (TIK).
6) Bone
Mencegah terjadinya dekubitus, kontraktur sendi dan sekunder
infeksi
Pada klien dengan asma juga dikaji adanya riwayat penyakit yang
sama pada anggota keluarga klien.
7. Pengkajian psiko-sosio-kultural
a. Kepala
Kelainan atau luka kulit kepala dan bola mata, telinga bagian
luar dan membrana timpani, cedera jaringan lunak periorbital
b. Leher
c. Neurologis
d. Dada
e. Abdomen
g. Aktivitas/istirahat
h. Sirkulasi
i. Integritas Ego
j. Makanan/cairan
k. Eliminasi
l. Neurosensori
m. Nyeri/kenyamanan
n. Pernafasan
o. Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan.
p. Interaksi sosial
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI
b. Dispnea
d. Frekuensi napas
e. Kedalaman napas
Observasi
Edukasi
c) kesadaran
d) refleks saraf
D. IMPLEMENTASI