Disusun oleh :
Disusun oleh :
NIM : 18.04.028
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pelaksanaan
asuhan keperawatan saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar ners di suatu perguruan tinggi manapun, serta tidak
terdapat pemikiran yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
secara tertulis atau diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
keseluruhan karya ilmiah ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya
gelar ners yang telah diperoleh dapat ditinjau dan atau dicabut.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada
Makassar,…..........................2019
Bismillahirrahmanirrahiim
Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
MAKASSAR”.
mendapatkan banyak masukan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak yang
sangat berguna dan bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, pada kesempatan yang baik ini dengan kesungguhan hati penulis
tulusnya kepada :
panakkukang
2. Ibu Sitti Syamsiah, S.Kp., M.Kes., Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
4. Bapak Dr. Ns. Makkasau Plasay, M.Kes., M.EDM selaku pembimbing yang
memberikan bimbingan selama proses penyusunan karya ilmiah akhir ini serta
5. Ibu Hasriany, S.Kep., Ns.. M.Kes., M.Kep Selaku penguji I yang telah
8. Orang tua saya tercinta Amiruddin dan Rosdiana, dan suami saya yang
tercinta Andi Suchdi Rachmat serta anak saya Andi Diraya Adzkiach rachmat
yang tiadahenti-hentinya.
9. Keluarga besar Program Studi Ners baik dari tim dosen maupun dari rekan-
karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
masukan baik berupa saran dan kritik yang membangun dari para pembaca
akan sangat membantu. Semoga Karya Ilmiah Akhir ini bisa bermanfaat bagi
Makassar,.....................2019
Halaman
xi BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan Khusus..................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan............................................................... 6
a. Tinjauan Teori........................................................................................9
b. Pengertian ................................................................ 9
d. Klasifikasi .................................................................. 29
e. Etiologi....................................................................... 31
f. Patofisiologi .............................................................. 32
i. Penatalaksanaan ....................................................... 37
j. Komplikasi ................................................................. 39
a. Pengkajian ................................................................ 42
1. Pengkajian .................................................................... 55
III PEMBAHASAN.............................................................................................84
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................112
B. Saran.....................................................................................................114
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
morbiditas dan mortalitas. Diperkirakan 1,4 juta cedera kepala terjadi setiap
tahunnya dengan lebih dari 1,1 juta orang yang datang ke Instalasi Gawat
penanganan yang cepat dan tepat agar pasien terhindar dari kecacatan dan
lintas akan menjadi penyebab penyakit trauma ketiga terbanyak di dunia. Data
insiden cedera kepala di Eropa pada tahun 2010 adalah 500 per 100.000
populasi. Insiden cedera kepala di Inggris pada tahun 2005 adalah 400 per
2.5 juta orang dan sudah mengakibatkan beban biaya ekonomi diperkirakan
hampir 76.5 miliar dollar amerika. Angka kejadian cedera kepala diamerika
1
mencapai 2.5 juta (Center For Disease Control and Prevention/CDC, 2015).
1.2 juta orang meninggal didunia meninggal setiap tahun (Rubin dkk, 2015).
semakin meningkat dan merupakan salah satu kasus yang paling sering
kepala di seluruh dunia pada tahun 2010 sekitar 2,5 juta orang, dan sudah
amerika, angka kejadian cedera kepala di indonesia sebesar 27% dari total
cedera yang dialami akibat kecelakaan lalu lintas,kejadian cedera otak berat di
indonesia antara 6 hingga 12% dari semua kasus cedera otak dengan angka
(50%), termasuk sepeda motor, mobil, truk, sepeda dan pejalan kaki yang
usia. Jatuh merupakan penyebab utama untuk usia diatas 65 tahun, sedangkan
kepala yang berhubungan dengan olahraga dan rekreasi pada anakanak (usia
19 atau lebih muda) sekitar 329.290 tiap tahun, diantaranya karena olahraga
paling banyak terjadi pada saat kecelakaan lalu lintas adalah cedera kepala.
pada pengemudi motor tanpa helm atau memakai helm yang kurang tepat dan
Dampak lain dari Kasus cedera kepala adalah Kasus cedera kepala
permanen atau disabilitas. Oleh karena itu, seseorang yang datang ke rumah
sakit dengan cedera kepala membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat
Dari teori yang didapatkan pada pasien dengan cedera kepala biasanya
nampak luka terbuka pada kepala bagian depan, tekanan darah normal, dan
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dari tanggal 07-12 Oktober 2019 kasus
yang paling banyak adalah Trauma Brain Injury dengan jumlah 15 orang.
rumah sakit, maka dari itulah penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan
B. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan karya ilmiah akhir ini adalah untuk
C. Tujuan khusus
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi akademik
keperawatan kritis pada pasien dengan gangguan system saraf dengan kasus
3. Bagi pasien
4. Bagi penulis
E. Sistematika Penulisan
data dilihat dari hasil pemeriksaan CT Scan Kepala, dan hasil pemeriksaan
laboratorium.
BAB II
TINJAUANTEORI
a. Tinjauan Teori
yang paling umum ditemui di unit gawat darurat. Banyak pasien dengan
1. Lapisan PelindungOtak
dan durameter.
piameter di bawahnya.
1.3 Serebrum
Gambar 2.6 Serebrum
Serebrum tersusun dari dua hemisfer serebral, yang
saraf.
hemisfer serebral.
bawahnya.
d) Diensefalon
e) Talamus
f) Hipotalamus
endokrin.
g) Epitalamus
h) Sistim Limbik
i) Otak Tengah
otak.
j) Pons
cranial VIII.
k) Serebelum
postur.
l) Medulla Oblongata
n) Medulla Spinalis
2. Struktur Umum
satu pasang
foramina intervertebral.
3. Struktur Internal
yang berasal dari otak; saraf spinal, yang berasal dari medulla
motorik.
b) Saraf Olfaktorius ( CN I )
penciuman berada.
c) Saraf Optik ( CN II )
optic.Setiap saraf optic keluar dari bola mata pada bintik buta
penglihatan.
e) Saraf Traklear ( CN IV )
f) Saraf Trigeminal ( CN V )
saraf sensorik utama pada wajah dan rongga nasal serta rongga
bola mata, kelenjar air mata, sisi hidung, rongga nasal dan
g) Saraf Abdusen ( CN VI )
ke pons.
temporal.
j) Saraf Glosofaringeal ( CN IX )
dan sensasi umum dari faring dan laring; neuron ini juga
k) Saraf Vagus ( CN X )
sternokleidomastoid.
n) Saraf Spinal
neuron eferen.
Saraf spinal diberi nama dan angka sesuai dengan regia
yang sama dengan jalur serabut saraf motorik viseral pada SSO.
inervasi ganda dari saraf yang berasal dari kedua divisi.Divisi simpatis
antagonis.
kantung seni.
batang otak dan keluar melalui CN III, VII, IX, X, dan saraf XI,
ventral.
c) Neurotransmiter SSO
adrenal.
gangguan integritas fisik, kimia, dan listrik dari sel diarea tersebut,
dibedakan menjadi :
a) GCS 14-15
dari 30 menit
a) GCS 9-13
intrakranial
a) GCS 3-8
jam
intrakranial
1.4 Etiologi cedera kepala
cedera rotasional.
obyek diam, seperti pada kasus jatuh atau tabrakan mobil ketika
terjadi pada jaringan luar dan dalam rongga kepala. Lesi jaringan
luar terjadi pada kulit kepala dan lesi bagian dalam terjadi pada
keadaan, yaitu :
contre coup dan coup. Contre coup dan coup pada cedera kepala
ke depan.
3) Kebungungan
4) Iritabel
5) Pucat
7) Pusing kepala
8) Terdapat hematoma
9) Kecemasan
tulang temporal.
a. Fase emergensi
1. Memar
2. Hematom
3. Pendarahan telinga
4. Penurunan kesadaran
1. Disorientasi ringan
3. Sakit kepala
5. Verfigo
6. Gangguan pendengaran
4. Edema otak
5. Hemiparase
6. Kejang
perdarahan.
endotracheal tube.
a) Observasi 24 jam
terlebih dahulu.
2) Oksigenasi adekuat
3) Pemberian manitol
4) Penggunaan steroid
pendukung lain
1) Dukung ventilasi
2) Pencegahan kejang
nutrisi.
4) Terapi antikonvulsan
6) NGT
antara lain :
dari semua rasa nyeri yang dialami oleh banyak orang. Baisanya
3) Epilepsi
listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang
Fase dari aktivitas kejang adalah fase prodromal, fase aura, iktal,
dan posiktal. Penyebab utama dari kejang ini dapat dibagi menjadi
hernia.
2) Konsep Asuhan Keperawatan
1) Breathing
2) Blood
disritmia).
3) Brain
4) Bowel
5) Bone
lama
edema serebri
invasif
sesudahmelakukan suction
integritas kulit
Sekali
6) Pertahankan kebersihan
alat tenun
latihan
sesuai kemampuan
serebral tidak efektif faktor a) Perfusi jaringan cerebral 1) Monitor vital sign
manitol
yang adekuat
infeksi
Pencegahan Infeksi
4) Manajemen lingkungan
5) Manajemen pengobatan
1) Breathing (B1)
2) Blood (B2)
pucat, hipotensi, retensi atau pengeluaran garam dan air oleh tubulus.
3) Brain (B3)
4) Bladder (B4)
berkurang.
5) Bowel (B5)
6) Bone (B6)
cahaya.
pada kepala.
7) Berikan obat
osmosisdiuretik, contohnya :
manitol, furoslide
Dexamethason,
methylprenidsolon.
contoh : kodein
contohnya : asetaminofen.
fisioterapi.
1) Breathing (B1)
2) Blood (B2)
hipovolemik yang sering terjadi pada klien cidera otak berat. Tekanan
3) Brain (B3)
Terjadi cidera kepala bagian kanan dan ada epidural hematom kanan,
post trepanasi.
4) Bladder (B4)
hari.
5) Bowel (B5)
Klien untuk makan dan minum di bantu dengan susu lewat NGT
6) Bone (B6)
atas dan bawah terdapat luka lecet. Akral hangat, turgor cukup, warna
kiri dada.
kanan
j) Kekuatan nadi femoralis pulmonal, tekanan darah
antitrombolitik sesuai
instruksi.
yang sesuai
1) Pengkajian
a) Identitas pasien
Agama : Islam
Alamat : Makassar
No CM 897888
Alamat : Makassar
b) Riwayat kesehatan
hidung ada.
3. Riwayat penyakit sebelumnya: ibu pasien mengatakan tidak
cc 1 bag kedua
a) Ruang terima
1) Benar pasien :
Nama : An
“J”
b) Kelengkapan dokumen
Pemeriksaan
Hasil Nilai Normal Satuan
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
HCT 29 40.0-54.0 %
MCV 73 80.0-100 Fl
MCH 24 27.0-32.0 Pg
RDW-SD 39-52. fL
P-LCR - 1- -
LED I
LED JAM II
Koagulasi
INR 1.18 -
KIMIA
DARAH
102 140 mg/dl
Glukosa
GDS
Fungsi Ginjal
Fungsi Hati
Elektrolit
KESAN :-
Tabel 2.4 Hasil Pemeriksaan Laboratorium
normal
Preoperatif :
a. Breathing.
c) Pernafasan : Spontan
e) SpO2 : 100%
b. Blood
c) BP : 88/52 mmHg
d) Temperatur : 36,4oC
e) HR : 112x/menit
f) CRT : <2 detik
c. Brain
Q : Berdenyut-denyut
S : 4 (sedang) NRS
T : Hilang timbul
c) Kecemasan :
d) Bladder
b) Terpasang kateter
c) BAK lancar
f) BAB lancar
f) Bone
Data subjektif :
Data objektif :
1) Tanda-tanda vital :
BP : 88/52 mmHg
HR : 112x/menit
Temperatur : 36,4oC
RR : 24 kali/menit
6) Pengkajian nyeri
Q : Berdenyut-denyut
S : 4(sedang) NRS
T : Hilang timbul
Klasifikasi Data
meningkat
Q : Berdenyut-denyut
S : 4(sedang) NRS
T : Hilang timbul
khawatir
tegang
(cranioctomi)
Analisa data
Data subyektif :
Data obyektif :
2) Tanda-tanda vital :
BP : 88/52 mmHg
HR :112x/menit
Temperatur :36,4oC
RR : 24 kali/menit
3) Pengkajian nyeri :
Q : Berdenyut-denyut
R: Kepala sisi kanan depan
S : 4(sedang) NRS
T : Hilang timbul
Data subyektif :
khawatir
tegang
Diagnosa keperawatan
d. Vital sing
sensasi yang akan
dirasakan dan
selama prosedur
3. Menjelaskan
padakeluarga pasien
untuk
mendampingi pasien
tepat
beradaptasi dengan
adanya perubahan
peran
5. Menjelaskan pada
pasien informasi
tentang
penyakitnya
: Hilang timbul O:
distraksi RR : 24 x/menit
Temperatur :36,4oC RR P:
bersama keluarga
Vital
06.45 06.55 07.10 07.25 07.40 07.55 08.10
Sign
HR 118 x/i 118x/i 116 x/i 118 x/i 99 x/i 116 x/i 118x/i
a) Breathing.
2) RR : 22x/menit
3) SpO2 : 100%
b) Blood
1) BP : 88/52 mmHg
2) HR : 112x/m
3) Temperatur : 36,4ºC
tangan kiri dan tangan kanan terpasang Monitol dan Nacl 0,9 %
c) Brain
anastesi
d) Bladder
1) terpasang kateter
f) Bone
sedang dibor
keadaan anastesi
2. Temuan data
Faktor risiko:
3.91 103/UL
Analisa Data
Faktor risiko:
(cranioctomi)
Intervensi keperawatan
Hasil
ditunjukkan
b) Pemantauan faktor
sering ditunjukkan
prosedur invasif 2) Memakai APD Luka insisi pada kepala telah di jahit
(cranioctomi) Hasil : Memakai topi, handscon, dan dan di tutup dengan perban
SpO2 99 % 99 % 99 % 100 %
Aldrette scor 4 4 6 6
Postperative :
a. Breathing.
b) RR : 20 x/menit
NRM
d) SpO2 : 100%
b. Blood
a) BP : 91/54 mmHg
b) HR : 115 x/menit
c) Temperatur : 36,40C
c. Brain
anastesi
keadaan anastesi
keadaan anastesi
d. Bladder
a) Terpasang kateter
e. Bowel
f. Bone
perban
Temuan data
Faktor risiko:
pada anak J didaptkan skor 13 yaitu anak berisiko tinggi untuk jatuh
Analisa Data
Faktor risiko:
Intervensi keperawatan
(anastesi umum ) menghindari resiko jatuh 2. Jelaskan pada pasien untuk cara
nurse station
dirinya barang-barang
memindahkan barang-barang
pasien
6) Mengobservasi kebutuhan
pasien selama di RR
pada pasien
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan membahas masalah kesenjangan teori dengan data
pada An.J dengan Traumatic Brain Injury Glaglow Coma Scale 15 di ruangan
A. Pengkajian Preoperasi
1) Airway
Teori:
(Muttaqin, A. 201).
Kasus :
Pada kasus An.J yaitu tidak keluhan apa bagian airway baik pada
pengkajian preoperasi.
karena pada kasus adalah pasien cedera kepala ringan yang masuk
2) Breathing
Teori:
2011).
Kasus :
normal tidak tetdapat penggunaan otot bantu pernapasan dan tidak ada
85
Sedangkan pada kasus An.J adalah pasien cedera kepala ringan
terkenal adalah bagian frontal karena benturan pada saat jatuh dan
pasien hanya mengalami luka pada bagian luar yang tidak menembus
3) Circulation
Teori:
2011).
Kasus :
Pada kasus An.J yaitu pada pre operasi BP: 88/52 mmHg, HR :
ringan yang tidak disertai perdarahan masif dimana darah yang keluar
4) Disability
Teori:
Kasus :
Pada kasus An.J yaitu pada pre operasi yaitu pasien masih sadar
anastesi.
operasi.
5) Exposure
Teori:
Kasus :
tindakan operasi 36,4oC, pada saat tindakan operasi 36,4ºC, dan setelah
Sedangkan pada kasus An.J adalah suhu tubuh normal karena tidak
infeksi dan dari hasil pemeriksaan laboratorium WBC normal yaitu 9.8
103/UL.
B. Diagnosa Keperawatan Preoperasi
Teori:
serebri
invasif
Kasus:
pada teori adalah kasus secara umum yang diambil segala bahan refensi
adalah pasien dengan cedera kepala berat dimana telah terjadi fraktur
hanya pada bagian exposure dan diagnosa risiko lainnya ditambah lagi
operasi.
Teori:
Kasus:
pada pasien.
Sedangkan pada kasus An. J adalah intervensi yang diberikan jika
D. Implementasi
Teori:
perencanaan karena kita tidak tahu dengan jelas pasien yang akan masuk.
Kasus:
pada teori belum jelas seperti apa pasien cedera kepala yang akan datang.
E. Evaluasi
Teori:
Pada kasus An. J kita bisa langsung melakukan evaluasi karena kita
pada teori belum jelas seperti apa pasien cedera kepala yang akan datang
lakukan sebelumnya.
1) Breathing (B1)
Teori:
atelektasis, lesi pada paru, obstruksi pada bronkus, fraktur tulang iga,
kurang tepat. Pada observasi ekspansi dada juga perlu dinilai : retraksi
paradoks (retraksi abdomen saat inspirasi). Pola napas ini dapat terjadi
yang masuk dengan GCS 15, dimana bagian yang terkenal adalah
2) Blood (B2)
Teori:
kelihatan pucat, hipotensi, retensi atau pengeluaran garam dan air oleh
Kasus:
perubahan perfusi jaringan dan tanda -tanda awal dari suatu syok. Pada
tanda-tanda vital
3) Brain (B3)
Teori:
status mental klien cedera kepala tahap lanjut biasanya status mental
dan kurang kerja sama, hemiparase sebelah kiri tubuh, penilaian buruk,
2011)..
Kasus:
klien dan observasi ekspresi wajah, dan aktivitas motorik pada klien
perubahan.
Fungsi intelektual : Pada keadaan klien cedera kepala didapatkan
jangka panjang.
frustrasi.
Teori:
Kasus:
neurologis luas.
Teori:
2011).
Kasus:
terpasang NGT, tidak ada nyeri perut, tidak ada nyeri menelan, ada
menurun, mual muntah pada fase akut. Mual dan muntah dihubungkan
mulut dengan melakukan penilaian ada tidaknya lesi pada mulut atau
bising usus untuk menilai ada atau tidaknya dan kualitas bising usus
yag berasal dari sekitar selang endotrakeal dan nasotrakeal. Pada An. J
adalah ada riwayat muntah karena ada benturan pada bagian kepala
6) Bone (B6)
Teori:
(Muttaqin, A. 2011).
Kasus:
Pada kasus An. J pasien tidak ada riwayat patah tulang, kulit
nampak kering.
pada seluruh ekstremitas. Kaji warna kulit, suhu kelembapan dan turgor
dan sianosis
pada klien yang menggunakan ventilator dapat terjadi akibat adanya
respirator dapat terjadi akibat penurunan aliran darah portal akibat dari
penggunaan pocked red cells (PRC) dalam jangka waktu lama. Pada
klien dengan kulit gelap, erubahan warna tersebut tidak begitu jelas
dan infeksi. Integritas kulit untuk menilai adanya lesi dan dekubitus.
Teori:
penumpukan sputum
Kasus:
Ada ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus karena pada
Pada kasus An.J adalah pasien yang sudah ditangani sebelumnya sehingga
Teori:
1) Kaji faktor penyebab dari penyebab koma/ penurunan perfusi jaringan dan
prothrombin, LED
14) Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau
15) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter, radiologi dan
fisioterapi.
Kasus:
Ada ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus karena pada
teori adalah pasien gawat yang datang ke UGD sedangkan pada kasus An. J
pembedahan
Implementasi Keperawatan Intra operasi
Teori:
perencanaan karena kita tidak tahu dengan jelas pasien yang akan masuk. Kasus
Ada ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus karena pada
teori belum jelas seperti apa pasien cedera kepala yang akan datang. Berdasarkan
kasus An.J sudah jelas luas cedera kepala yang dialaminya sehingga kita dapat
Teori:
Belum dilakukan evaluasi karena kasus yang dipaparkan pada teori tidak bisa
Kasus:
Pada kasus An. J kita bisa langsung melakukan evaluasi karena kita sudah
Ada ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus karena pada teori
belum jelas seperti apa pasien cedera kepala yang akan datang sehingga kita tidak
1) Breathing (B1)
Teori:
Kasus:
SpO2 100%
Teori:
Kasus:
Temperatur 36,40C
dalam jumlah yang banyak sehingga terjadi syok. Pada An. J pasien
3) Brain (B3)
Teori:
2011).
Kasus:
Pada kasus An.J tingkat kesadaran tidak bisa di kaji masih dalam
anastesi, ada luka insisi di bagian kepala, sudah tertutup perban dan
4) Bladder (B4)
Teori:
1.500 cc / hari.
Kasus:
(Muttaqin, A. 2011).
5) Bowel (B5)
Teori:
Kasus:
dimana pasien masih sadar penuh dimana masih bisa makan melalui
Teori:
Ekstremitas atas dan bawah terdapat luka lecet. Akral hangat, turgor
Kasus:
Teori:
ekstremitas).
cardiac output.
Kasus:
karena pada teori adalah pasien gawat yang datang ke UGD sedangkan
pada kasus An. J adalah pasien yang sudah ditangani di ruangan UGD
Teori:
perencanaan karena kita tidak tahu dengan jelas pasien yang akan masuk.
kasus
pada teori belum jelas seperti apa pasien cedera kepala yang akan datang.
Berdasarkan kasus An.J sudah jelas luas cedera kepala yang dialamnya
kegawatan pasien.
Teori:
Kasus:
Pada kasus An. J kita bisa langsung melakukan evaluasi karena kita
pada teori belum jelas seperti apa pasien cedera kepala yang akan datang
jelas luas cedera kepala yang dialamnya sehingga kita dapat melakukan
PENUTUP
Makassar. Maka pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dan
mengajukan saran-saran.
A. Kesimpulan
1. Preoperasi
injury yang sudah berat dimana pada saat pengkajian didapatkan data
traumatic brain injury yang ringan yang dimana data yang didapatkan
injury yang sudah berat dimana pada saat pengkajian didapatkan data
traumatic brain injury yang ringan yang dimana data yang didapatkan
tindakan pembedahannya.
3. Post operasi
injury yang sudah berat dimana pada saat pengkajian didapatkan data
traumatic brain injury yang ringan yang dimana data yang didapatkan
1. Bagi Pendidikan
dihadapinya.
kultural.
15.
DAFTAR PUSTAKA
Center for Disease Control and Prevention/CDC (2015). "Rates of TBI- related
Emergency Department Visits, Hospitalizations, and Deaths
— United States,2001–
2015."http://www.cdc.gov/traumaticbraininjury/data/ rates.html
Retrieved 03/11/2019.
Centers for Disease Control and Prevention. Get the Facts of Traumatic Brain
Injury and Concussion, United States, 2007-2013. 2017 (cited 2017
Aug 1);
Availablefrom:https://www.cdc.gov/traumaticbraininjury/get_the_facts
.html.
Irawan, Dkk (2016). Perbandingan glasgow coma scale dan revised trauma
score dalam memprediksi disabilitas pasien traumakepala di RS. Atma Jaya.
Majalah Kedokteran Indonesia. Vol. 60. No. 10.
Riki ristanto, Dkk (2016). Akurasi revised trauma score sebagai predicator
mortality pasien cedera kepala(online). Vol.4.No.2. diakses pada tanggal 23
Oktober 2019.
Qureshi, J., Ohm, R., Rajala, H.,Mabedi, C., Sadr-Azodi, O.,Andren- Sandberg,
A., &Charles, A. (2016). Headinjury triage in a subSaharan African
urbanpopulation. InternationalJournal of Surgery, 11(3),265-269.
I. Identitas
Agama : Islam
No. Hp 085145094076
Ayah : Amiruddin
Ibu : Rosdiana
LAPORAN OPERASI
RUANGAN : OK IGD
Nama Operator : dr. Willy Adhimarta SP.BS(K) Nama Asisten : dr. Rudy, dr. Wahab, dr. Arfan
Nama Ahli Anastesi : dr. Rusmin B.Sjukur, Sp.An Nama Asisttn/Perawat :Sitti Nur Asia,S.Kep;
FRONTAL DEXTRA
Indikasi Operasi
Tidak ada
Operasi
01:30
Laporan Operasi
3. Dilakukan peluasan insisi pada luka sebelumnya, tampak fraktur depressed frontal dextra dan protrusi
4. Dilakukan evaluasi segmen fracture dan eksplorasi dura meter hingga menemukan defek durameter,
irigasi lapangan operasi hingga bersih dan tutup defek durameter dengan perikranium flap dan aplikasi
6. Operasi selesai
DOKUMENTASI ALAT YANG DIGUNAKAN PADA SAAT
(SHD)
tanggal …… …… …… …… ……
10/10/2019
Ruang
Dibawah 3 tahun 4
3-7 tahun 3 3
>13 tahun 1
Jenis kelamin Laki-laki 2 2
Perempuan 1
Kelainan Neurologi 4
Perubahan Dalam 3 3
Saluran Nafas,
Dehidrasi, Anemia,
Anoreksia,
Sinkop/Sakit
Kepala, Dll)
Kelainan 2
psikis/perilaku
Diagnosis lain 1
Tidak sadar 3
terhadap
keterbatasan
Mengetahui 1 1
kemampuan diri
bayi/anak
Pasien 3
bantu/box/mebel
Pasien berada 2 2
ditempat tidur
Diruang rawat 1
> 48 jam 1 1
Bermacam-macam 3
obat sedative
yang menggunakan
sedasi dan
paralisis), Hipnotik,
Penggunaan Obat
Barbiturat,
Fenotiazin,
Antidepresan,
Laksans/Diueretika,
Narkotka
pengobatan diatas
Pengobatan lain 1 1
TOTAL 13
c. Skor Minimal : 7
d. Skor Maksimal : 23
Jadi dari hasil pengkajian risiko jatuh menggunakan skala humpty dumpty (SHD) pada anak J didaptkan skor 13 yaitu anak