Pendahul
uan PBL
KGD II
Andini Siti
Sa’adah
Kasus/Diagnosa Medis :
Cedera Kepala
Jenis Kasus : Trauma
Ruangan : UGD RS
Adjidarmo Lebak
Kasus Ke : 2
KOREKSI I KOREKSI II
(………………………… (…………………………
………………………) ………………………)
Laporan Pendahuluan PBL KGD II 2019/202
0
FORMULIR SISTEMATIKA
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT STIKes FALETEHAN
2. Etiologi
Menurut Muttaqin 2008 penyebab cedera kepala dapat dibedakan
berdasarkan jenis kekerasan yaitu jenis kekerasan benda tumpul dan benda
tajam. Benda tumpul biasanya berkaitan dengan KLL (kecepatan tinggi
atau rendah), jatuh, pukulan benda tumpul. Sedangkan benda tajam
berkaitan dengan benda tajam (bacok) dan tembak.
3. Manifestasi Klinis
Menurut Menurut Judha (2011), tanda dan gejala dari cidera kepala antara
lain :
a. Skull Fracture
Gejala yang didapatkan CSF atau cairan lain keluar dari
telinga dan hidung (othorrea, rhinorhea), darah dibelakang
membran timphani, periobital ecimos (brill haematoma), memar
Laporan Pendahuluan PBL KGD II 2019/202
0
c. Morfologi
Cedera kepala dapat menimbulkan kelainan struktur kepala dan
otak berupa:
1) Fraktur tulang :
- Kalvaria :
Linear
Diastasis
Depressedo
- Basis Kranii :
Fossa anterior
Fossa media
Fossa posterior
- Lesi intrakranial :
Fokal :
Epidural hematoma
Subdural hematoma
Intraserebral hematomao
Difus :
Konkusi
Kontusio Multipel
Hipoksia/iskhemik
Aksonal injury
5. Patofisiologi
Otak di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit, dan tulang yang
membungkusnya. Tanpa perlindungan ini, otak yang lembut (yang
membuat kita seperti adanya) akan mudah sekali terkena cedera dan
mengalami kerusakan. Cedera memegang peranan yang sangat besar
dalam menentukan berat ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu
trauma kepala.. Lesi pada kepala dapat terjadi pada jaringan luar dan
dalam rongga kepala. Lesi jaringan luar terjadi pada kulit kepala dan lesi
Laporan Pendahuluan PBL KGD II 2019/202
0
7. Penatalaksanaan Medis
a. Penanganan Cedera Kepala Ringan (GCS 13 –15)
Definisi : Pasien sadar dan berorientasi (GCS 13 –15)
1) Riwayat
Nama, umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan, mekanisme cedera,
waktu cedera, tidak sadar setelah cedera.
2) Pemeriksaan umum untuk menyingkirkan cedera sistemik
3) Pemeriksaan neurologis terbatas
4) Pemeriksaan rontgen vertebra servikal dan lainnya sesuai
indikasi
5) Pemeriksaan kadar alkohol darah dan zat toksin dalam urin
Laporan Pendahuluan PBL KGD II 2019/202
0
8. Terapi Farmakologis
a. Cairan Intravena
Cairan intravena harus diberikan sesuai kebutuhan untuk
resusitasi dan mempertahanakan normovolemia. Keadaan
hipovolemia pada pasien sangatlah berbahaya. Namun, perlu
juga diperhatikan untuk tidak memberikan cairan berlebihan.
Jangan diberikan cairan hipotonik. Juga, penggunaan cairan
yang mengandung glukosa dapat menyebabkan hiperglikemia
yang berakibat buruk pada otak yang cedera. Karena itu,
cairan yang dianjurkan untuk resusitasi adalah larutan Ringer
Laktat atau garam fisiologis. Kadar natrium serum perlu
dimonitor pada pasien dengan cedera kepala. Keadaan
hiponatremia sangat berkaitan dengan edema otak sehingga harus
dicegah.
b. Hiperventilasi
Untuk sebagian besar pasien, keadaan normokarbia lebih
diinginkan. Perlakuan hiperventilasi yang agresif dan lama akan
menurunkan kadar PaCO2yang menyebabkan vasokonstriksi berat
pembuluh darah serebral sehingga menimbulkan gangguan
perfusi otak. Hal ini terjadi terutama bila PaCO2 dibiarkan
turun sampai di bawah 30 mm Hg (4,0 kPa)Hiperventilasi
sebaiknya dilakukan secara selektif dan hanya dalam batas
waktu tertentu. Umumnya, PaCO2dipertahankan pada 35 mmH.
Hiperventilasi dalam waktu singkat (PaCO2antara 25-30 mm Hg)
dapat dilakukan jika diperlukan pada keadaan perburukan
neurologis akut, sementara pengobatan lainnya baru
dimulai.Hiperventilasi akan mengurangi tekanan intrakranial
pada pasien dengan perburukan neurologis akibat hematoma
Laporan Pendahuluan PBL KGD II 2019/202
0
9. Pemeriksaan Fisik
a. Primary survey
Lakukan primary survey pada seluruh pasien cedera kepala,
terutama pasien dengan penurunan kesadaran, meliputi pemeriksaan
dan penatalaksanaan :
1) A = Airway (Jaga jalan nafas dengan perlindungan terhadap
servikal spine).
2) B = Breathing (pernafasan).
3) C = Circulation (nadi, tekanan darah, tanda-tanda syok dan
kontrol perdarahan).
4) D = Disability (level kesadaran dan status neurologis lain).
Pada primary survey ini dilakukan pemeriksaan status
neurologis dasar yang disebut AVPU (Alert, Verbal stimuli
response, Painful stimuli response or unresponsive).
Evaluasi neurologis yang cepat dan berulang dilakukan
setelah selesai primary survey, meliputi derajat kesadaran,
ukuran dan reaksi pupil, tanda-tanda lateralisasi dan gejala
cedera spinal. GCS adalah metode yang cepat untuk
menentukan level kesadaran dan dapat memprediksi outcome
pasien.
1) E = Exposure (Seluruh tubuh pasien diekspose untuk
pemeriksaan dan penanganan menyeluruh, dengan
memperhatikan faktor suhu dan lingkungan).
Laporan Pendahuluan PBL KGD II 2019/202
0
b. Secondary survey
Setelah primary survey selesai, tanda vital pasien sudah normal,
maka dimulai secondary survey, mengevaluasi head to toe (seluruh
tubuh pasien), meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang dibutuhkan.
(Iskandar, 2017)
Laporan Pendahuluan PBL KGD II 2019/202
0
10. Patoflow
Penyebab-penyebab trauma kepala
Cedera Kepala
Ekstra cranial Tulang kranium Intra cranial
Terputusnya jaringan otot, kulit Fraktur Tulang Laserasi/perdarahan
dan vascular Terputusnya kontinuitas tulang Jaringan otak
Gangguan suplai darah ke otak Nyeri Akut Cerebral hematome
Iskemik jaringan serebral Disfungsi batang otak
Penurunan Kapasits Adaptif Intrakranial Gangguan nervus 1-12
Gangguan Persepsi Sensori
Perdarahan serebral
Kerusakan jaringan otak
Perubahan sirkulasi CSS
Peningkatan TIK
Penurunan kesadaran
Penurunan reflek batuk
Penumpukan secret
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Laporan Pendahuluan PBL KGD II 2019/202
0
dengan suara-suara
Data Objektif :
Mayor : Bicara sendiri
Minor :
- Menyendiri
- Melamun
- Konsentrasi buruk
- Distorsi sensori
- Disorientasi waktu,
tempat, orang dan
situasi
- Respon tidak sesuai
- Curiga
- Bersikap seolah
mendengar sesuatu
- Melihat ke satu arah
- Mondar-mandir
Laporan Pendahuluan PBL KGD II 2019/202
0
Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam meminimalkan 1. Mengatasi gangguan persepsi
tindakan. sensori dapat dibantu dengan
2. Kolaborasi pemberian obat yang pemberian obat dan
mempengaruhi persepsti stimulus meminimalkan tindakan.
4. Nyeri Akut SLKI label : SIKI label :
Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Setelah diberikan askep
selama 6-8 jam diharapkan Observasi
nyeri teratasi dengan kriteria 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk mengetahui keparahan
hasil : durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
nyeri, skala nyeri, respon nyeri non 2. Untuk mengetahui pemicu dan
1. Keluhan nyeri
verbal. penetral terhadap nyeri.
meringis, gelisah,
2. Identifikasi factor yang memperberat 3. Untuk mengetahui adanya
menarik diri, dan
dan memperingan nyeri, pengetahuan alergi terhadap obat tertentu.
anoreksia menurun .
dan keyakinan tentang nyeri.
2. Frekuensi nadi, pola
3. Monitor efek samping penggunaan
napas, TD nafsu
analgetik.
makan dan pola tidur
membaik Terapeutik
1. Mengontrol lingkungan dan
1. Kontrol lingkungan yang memperberat
memfasilitasi istirahat dan
rasa nyeri.
tidur dapat mengurangi rasa
2. Fasilitasi istirahat dan tidur.
nyeri.
3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
2. Intervensi sesuai keparahan
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
nyeri.
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan 1. Dengan adanya pengetahuan
pemicu nyeri serta strategi pemicu tentang nyeri pasien dapat
nyeri. meminimalkan rasa nyeri.
2. Anjurkan memonitor nyeri secara 2. Membantu pasien dalam
mandiri dan menggunakan analgetik memonitor dan menggunakan
secara tepat. analgesic secara mandiri.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika 1. Pemberian dosis analgesic
perlu. sesuai dengan keparahan
nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
dr. Iskandar, M.Kes. Sp. BS. Diagnosis Dan Penanganan Cedera Kepala Di Daerah Rural.
National symposium & workshop “Aceh Surgery Update 2” Banda Aceh 16 –17
September 2017.
Mansjoer, Arif, dkk. (2011). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Edisi ke 3. Jakarta :
Media Aesculapius.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Cetakan II.
Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intevensi Keperawatan Indonesia Cetakan II.
Jakarta : DPP PPNI