Pendahuluan PBL
KGD II
Nama Mahasiswa :
KOREKDSISI I KOREKSI II
(…………………………………………………………)
(………………………..……...………………………….)
2. Etologi
Trauma langsung menyebabkan fraktur pada titik terjadinya trauma
itu misalnya kaki terbentur dampor mobil maka tulang akan patah
tepat ditempat benturan.
Trauma tidak langsung menyebabkan fraktur ditempat yang jauh
dari temat terjadinya trauma.
Adanya matastase tulang yang dapat melunakkan struktur tulang
dan menyebabkan fraktur.
Adanya penyakit primer sepe ti osteoporosis. (E. Verswari, 1984 :
147)
3. Manifestasi Klinis
Nyeri tekan : karena adanya ke rusakan syaraf dan pembuluh
darah.
Bengkak dikarenakan tidak lancarnya aliran darah ke jaringan.
Krepitus yaitu rasa gemetar ketika ujung tulang bergeser.
Deformitas yaitu perubahan bentuk, pergerakan tulang jadi
memendek karena kuatnya tarikan otot-otot ekstremitas yang
menarik patahan tulang.
Gerakan abnormal, disebabkan karena bagian gerakan menjadi
tidak normal disebabkan tidak tetapnya tulang karena fraktur.
Fungsiolaesa/paralysis karena rusaknya syaraf serta pembuluh
darah.
Memar karena perdarahan subkutan.
Spasme otot pada daerah luka atau fraktur terjadi kontraksi pada
otot-otot involunter.
Gangguan sensasi (mati rasa) dapat terjadi karena kerusakan syaraf
atau tertekan oleh cedera, perdarahan atau fragmen tulang.
4. Patofisologi
Trauma yang terjadi pada tulang dapat menyebabkan fraktur yang
akan mengakibatkan seseorang memiliki kerterbatasan gerak,
ketidakseimbangan dan nyeri pergerakan jaringan lunak yang terdapat
disekitar fraktur, seperti pembuluh darah, syaraf dan otot serta organ
lainnya yang berdekatan dapat dirusak pada waktu trauma ataupun karena
merekatnya tulang yang patah. Apabila kulit sampai robek, hal ini akan
menjadikan kulit yang terbuka akan menyebabkan potensi infeksi. Tulang
memiliki sangat banyak pembuluh darah, akibat dari fraktur atau luka yang
berat banyak volume darah yang keluar dari pembuluh darah, kedalam
jaringan lunak atau pada luka yang terbuka. Luka dan keluarnya darah
tersebut dapat mempercepat pertumbuhan bakteri (Price, 2002).
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup.
Tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar. Sedangkan fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. Sewaktu tulang
patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah ke dalam
jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya
mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah
fraktur. Sel- sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan
peningkatan aliran darah ketempat tersebut aktivitas osteoblast terangsang
dan terbentuk tulang baru umatur yang disebut callus. Bekuan fibrin
direabsorbsidan sel- sel tulang baru mengalami remodeling untuk
membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan
serabut syaraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak di tangani
dapat menurunkan asupan darah ke ekstrimitas dan mengakibatkan
kerusakan syaraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dan
berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut syaraf maupun
jaringan otot. Komplikasi ini di namakan sindrom compartment (Brunner
dan Suddarth, 2002).
Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan
ketidak seimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan
fraktur tertutup. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak
seperti tendon, otot, ligament dan pembuluh darah ( Smeltzer dan Bare,
2001). Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita
komplikasi antara lain : nyeri, iritasi kulit karena penekanan, hilangnya
kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagian tubuh di
imobilisasi, mengakibatkan berkurangnyan kemampuan prawatan diri.
6. Peneriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap: Ht mungkin meningkat
(hemokonsentrasi) atau menurun (pendarahan bermakna pada sisi
fraktur atau organ jauh pada trauma multipel), Peningkatan Sel
darah putih adalah respon stres normal setelah trauma.
b. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk
klirens ginjal.
7. Pemeriksaa Diagnostik
Foto rontgen
Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung
Mengetahui tempat dan type fraktur Biasanya foto ini diambil
sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses
penyembuhan secara periodic
Scan tulang, tomogram, CT-scan/ MRI: Memperlihatkan frakur
dan mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak
8. Penatalaksanaan Medis
Proses penyembuhan dapat dibantu oleh aliran darah yang baik dan
stabilitas ujung patahan tulang sedangkan tujuan penanganan pada fraktur
femur adalah menjaga paha tetap dalam posisi normalnya dengan cara
reduksi tertutup dan imobilisasi. Adapun prinsip penanganan fraktur
menurut Smeltzer & Bare (2001) meliputi:
Reduksifraktur
Penyambungan kembali tulang penting dilakukan agar posisi dan rentang
gerak normal pulih. Sebagian besar reduksi dapat dilakukan tanpa
intervensi bedah (reduksi tertutup). Pada kebanyakan kasus reduksi
tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang keposisinya
(ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi
manual. Dan apabila diperlukan tindakan bedah (reduksi terbuka) dengan
pendekatan bedah fragmen tulang di reduksi. Alat fiksasi interna dalam
bentuk pin, kawat, skrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan
untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai
penyembuhan tulang yang sulit terjadi. Alat ini dapat diletakkan di sisi
tulang atau dipasang melalui fragmen tulang atau langsung kerongga sum
sum tulang. Alat tersebut menjaga aproksimasi dan fiksasi yang kuat bagi
fragmen tulang.
Imobilisasi Fraktur
Setelah fraktur di reduksi, fraktur tulang harus di imobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajarannya yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau
interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi
kontinu, pin, atau fiksator eksterna. Implant logam dapat digunakan untuk
fiksasi interna yang berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi
fraktur.
Fisioterapi dan mobilisasi
Fisioterapi dilakukan untuk mempertahankan supaya otot tidak mengecil
dan setelah fraktur mulai sembuh mobilisasi sendi dapat dimulai sampai
ekstremitas betul betul telah kembali normal.
Analgetik
Diberikan untuk mengurangi rasa sakit yang timbul akibat trauma. Nyeri
yang timbul dapat menyebabkan pasien gelisah sampai dengan shock yang
biasanya di kenal dengan shock analgetik.
9. Terapi Farmakologis
a. Pemberian anti obat antiinflamasi seperti ibuprofen atau prednisone
b. Obat-obatan narkose mungkin diperlukan setelah fase akut
c. Obat-obat relaksan untuk mengatasi spasme otot
d. Bedrest, Fisioterapi (Ramadhan: 2008)
10. Pemeriksaan Fisik
a. Pengkajian primer
Circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada
tahap lanjut, takikardia, bunyi jantung normal pada tahap
dini, disritmia, kulit dan membrane mukosa pucat, dingin,
sianosis pada tahap lanjut
Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya
penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk.
Breathing
Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas,
timbulnya pernapasan yang sulit dan/atau tak teratur, suara
napas terdengar rochi/aspirasi.
b. Pengkajian sekunder
Aktivitas/istirahat
Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena Keterbatasan
mobilitas
Sirkulasi
Hipertensi (kadang terlihat sebgai respon
nyeri/ansietas)
Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah)
Tachikardia
Penurunan nadi pada bagian distal yang cedera
Capillary refill melambat
Pucat pada bagian yang terkena
Masa hematoma pada sisi cedera
Neurosensori
Kesemutan
Deformitas, krepitasi, pemendekan
Kelemahan
Kenyamanan
Nyeri tiba-tiba saat cedera
Spasme/kram otot
Keamanan
Laserasi kulit
Perdarahan
Perubahan warna
Pembengkakan local (Musliha, 2010)
11. Patoflow
Trauma langsung atau tidak langsung
Fraktur terbuka
Kerusakan neuromuskuler
gangguan mobilitas
12. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 Ds : Trauma langsung nyeri akut
- Mengeluh nyeri atau tidak
langsung
Do :
- Tampak meringis Fraktur terbuka
- Bersikap protektif
(mis, waspada, Ketidak stabilan
posisi menghindari posisi apalagi
nyeri organ fraktur di
- Gelisah gerakkan
- Frekuensi nadi
meningkat fregmen tulang
- Sulit tidur yang patah
- Tekanan darah merusak organ
meningkat sekitar
- Pola nafas berubah
- Nafsu makanan nyeri akut
berubah
- Proses berfingkir
terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri
sendiri
- Diaphoresis
2 Ds : Trauma langsung Gangguan
Do : atau tidak integritas kulit
- Kerusakan jaringan langsung
kulit dan atau
lapisan kulit Fraktur terbuka
- Nyeri
- Pendarahan Fraktur terbuka
- Kemerahan ujung tulang
- Hematoma menembus otot
- Imunodefisiensi dan kulit
- Katerisasi jantung
Luka
Gangguan
integritas kulit
3 Ds : Trauma langsung Gangguan
- Mengeluh sulit atau tidak mobilitas fisik
menggerakan langsung
ektremitas
- Nyeri saat bergerak Fraktur terbuka
- Merasa cemas saat
bergerak Perubahan
fregmen tulang
Do : kerusakan pada
- Kekuatan otot jaringan dan
menurun pembuluh darah
- Rentang gerak
(ROM) menurun Perdarahan lokal
- Sendi kaku
- Geraakan tidak Hematoma pada
terkoordinasi daerah fraktur
- Gerakan terbatas
- Fisik lemeh Aliran darah ke
daerah distal
berkurang atau
terhambat
(warna jaringan
pucat, nadi, lemah,
sianisos,
kesemutan
Kerusakan
neuromuscular
Gangguang fungsi
organ distal
Gangguan
mobilitas fisik