Anda di halaman 1dari 16

Laporan

Pendahuluan PBL
KGD II

Nama Mahasiswa :

Kasus/Diagnosa Medis: open


fraktur
Jenis Kasus : Trauma Ruangan
: IGD
Kasuske : 1

CATATAN KOREKSI PEMBIMBING

KOREKDSISI I KOREKSI II

(…………………………………………………………)
(………………………..……...………………………….)

1. Definisi open fraktur


Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa
( Mansjoer, Arif, 2000 ).
Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan
dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri
sehingga timbul komplikasi berupa infeksi. luka pada kulit dapat berupa
tusukan tulang yang tajam keluar menembus kulit atau dari luar oleh
karena tertembus misalnya oleh peluru atau trauma langsung (chairuddin
rasjad,2008).
Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak
menembus kulit sehingga tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.
(Sjamsuhidayat,1997).

2. Etologi
 Trauma langsung menyebabkan fraktur pada titik terjadinya trauma
itu misalnya kaki terbentur dampor mobil maka tulang akan patah
tepat ditempat benturan.
 Trauma tidak langsung menyebabkan fraktur ditempat yang jauh
dari temat terjadinya trauma.
 Adanya matastase tulang yang dapat melunakkan struktur tulang
dan menyebabkan fraktur.
 Adanya penyakit primer sepe ti osteoporosis. (E. Verswari, 1984 :
147)

3. Manifestasi Klinis
 Nyeri tekan : karena adanya ke rusakan syaraf dan pembuluh
darah.
 Bengkak dikarenakan tidak lancarnya aliran darah ke jaringan.
 Krepitus yaitu rasa gemetar ketika ujung tulang bergeser.
 Deformitas yaitu perubahan bentuk, pergerakan tulang jadi
memendek karena kuatnya tarikan otot-otot ekstremitas yang
menarik patahan tulang.
 Gerakan abnormal, disebabkan karena bagian gerakan menjadi
tidak normal disebabkan tidak tetapnya tulang karena fraktur.
 Fungsiolaesa/paralysis karena rusaknya syaraf serta pembuluh
darah.
 Memar karena perdarahan subkutan.
 Spasme otot pada daerah luka atau fraktur terjadi kontraksi pada
otot-otot involunter.
 Gangguan sensasi (mati rasa) dapat terjadi karena kerusakan syaraf
atau tertekan oleh cedera, perdarahan atau fragmen tulang.

4. Patofisologi
Trauma  yang terjadi pada tulang dapat menyebabkan fraktur yang
akan mengakibatkan seseorang memiliki kerterbatasan gerak,
ketidakseimbangan dan nyeri pergerakan jaringan lunak yang terdapat
disekitar fraktur, seperti pembuluh darah, syaraf dan otot serta organ
lainnya yang berdekatan dapat dirusak pada waktu trauma ataupun karena
merekatnya tulang yang patah.  Apabila kulit sampai robek, hal ini akan
menjadikan kulit yang terbuka akan menyebabkan potensi infeksi.  Tulang
memiliki sangat banyak pembuluh darah, akibat dari fraktur atau luka yang
berat banyak volume darah yang keluar dari pembuluh darah, kedalam
jaringan lunak atau pada luka yang terbuka.  Luka dan keluarnya darah
tersebut dapat mempercepat pertumbuhan bakteri (Price, 2002).
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup.
Tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar. Sedangkan fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. Sewaktu tulang
patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah ke dalam
jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya
mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah
fraktur. Sel- sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan
peningkatan aliran darah ketempat tersebut aktivitas osteoblast terangsang
dan terbentuk tulang baru umatur yang disebut callus. Bekuan fibrin
direabsorbsidan sel- sel tulang baru mengalami remodeling untuk
membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan
serabut syaraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak di tangani
dapat menurunkan asupan darah ke ekstrimitas dan mengakibatkan
kerusakan syaraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dan
berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut syaraf maupun
jaringan otot. Komplikasi ini di namakan sindrom compartment (Brunner
dan Suddarth, 2002).
Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan
ketidak seimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan
fraktur tertutup. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak
seperti tendon, otot, ligament dan pembuluh darah ( Smeltzer dan Bare,
2001). Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita
komplikasi antara lain : nyeri, iritasi kulit karena penekanan, hilangnya
kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagian tubuh di
imobilisasi, mengakibatkan berkurangnyan kemampuan prawatan diri.

5. Kalsifikasi Fraktur Terbuka


Klasifikasi fraktur tebuka menurut Gustilo dan Anderson (2008) a.
 Tipe I : Berupa luka kecil kurang dari 1 cm akibat tusukan fragmen
fraktur dan bersih. Kerusakan jaringan lunak sedikit dan tidak
kominutif. Biasanya luka tersebut akibat fragmen fraktur atau in –
out.
 Tipe II: Terjadi jika luka lebih dari 1 cm tapi tidak banyak
kerusakan jaringan lunak dan fraktur tidak kominutif.
 Tipe III : Dijumpai kerusakan hebat maupun kehilangan cukup luas
pada kulit, jaringan lunak dan putus atau hancurnya struktur
neurovaskular dengan kontaminasi, juga termasuk fraktur
segmental terbuka atau amputasi traumatik. Klaifikasi ini juga
termasuk trauma luka tembak dengan kecepatan tinggi atau high
velocity, trauma didaerah pertanian, fraktur terbuka yang
memerlukan repair vaskuler dan fraktur terbuka yang lebih dari 8
jam setelah kejadian (Rasjad, 1998).

6. Peneriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap: Ht mungkin meningkat
(hemokonsentrasi) atau   menurun (pendarahan bermakna pada sisi
fraktur atau organ jauh pada trauma multipel), Peningkatan Sel
darah putih adalah respon stres normal setelah trauma.
b. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk
klirens ginjal.

7. Pemeriksaa Diagnostik
Foto rontgen
 Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung
 Mengetahui tempat dan type fraktur Biasanya foto ini diambil
sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses
penyembuhan secara periodic
 Scan tulang, tomogram, CT-scan/ MRI: Memperlihatkan frakur
dan         mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak

8. Penatalaksanaan Medis
Proses penyembuhan dapat dibantu oleh aliran darah yang baik dan
stabilitas ujung patahan tulang sedangkan tujuan penanganan pada fraktur
femur adalah menjaga paha tetap dalam posisi normalnya dengan cara
reduksi tertutup dan imobilisasi. Adapun prinsip penanganan fraktur
menurut Smeltzer & Bare (2001) meliputi:
 Reduksifraktur
Penyambungan kembali tulang penting dilakukan agar posisi dan rentang
gerak normal pulih. Sebagian besar reduksi dapat dilakukan tanpa
intervensi bedah (reduksi tertutup). Pada kebanyakan kasus reduksi
tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang keposisinya
(ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi
manual. Dan apabila diperlukan tindakan bedah (reduksi terbuka) dengan
pendekatan bedah fragmen tulang di reduksi. Alat fiksasi interna dalam
bentuk pin, kawat, skrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan
untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai
penyembuhan tulang yang sulit terjadi. Alat ini dapat diletakkan di sisi
tulang atau dipasang melalui fragmen tulang atau langsung kerongga sum
sum tulang. Alat tersebut menjaga aproksimasi dan fiksasi yang kuat bagi
fragmen tulang.
 Imobilisasi Fraktur
Setelah fraktur di reduksi, fraktur tulang harus di imobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajarannya yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau
interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi
kontinu, pin, atau fiksator eksterna. Implant logam dapat digunakan untuk
fiksasi interna yang berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi
fraktur.
 Fisioterapi dan mobilisasi
Fisioterapi dilakukan untuk mempertahankan supaya otot tidak mengecil
dan setelah fraktur mulai sembuh mobilisasi sendi dapat dimulai sampai
ekstremitas betul betul telah kembali normal.
 Analgetik
Diberikan untuk mengurangi rasa sakit yang timbul akibat trauma. Nyeri
yang timbul dapat menyebabkan pasien gelisah sampai dengan shock yang
biasanya di kenal dengan shock analgetik.

9. Terapi Farmakologis
a. Pemberian anti obat antiinflamasi seperti ibuprofen atau prednisone
b. Obat-obatan narkose mungkin diperlukan setelah fase akut
c. Obat-obat relaksan untuk mengatasi spasme otot
d. Bedrest, Fisioterapi (Ramadhan: 2008)
10. Pemeriksaan Fisik
a. Pengkajian primer
 Circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada
tahap lanjut, takikardia, bunyi jantung normal pada tahap
dini, disritmia, kulit dan membrane mukosa pucat, dingin,
sianosis pada tahap lanjut
 Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya
penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk.
 Breathing
Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas,
timbulnya pernapasan yang sulit dan/atau tak teratur, suara
napas terdengar rochi/aspirasi.
b. Pengkajian sekunder
 Aktivitas/istirahat
Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena Keterbatasan
mobilitas
 Sirkulasi
 Hipertensi (kadang terlihat sebgai respon
nyeri/ansietas)
 Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah)
 Tachikardia
 Penurunan nadi pada bagian distal yang cedera
 Capillary refill melambat
 Pucat pada bagian yang terkena
 Masa hematoma pada sisi cedera
 Neurosensori
 Kesemutan
 Deformitas, krepitasi, pemendekan
 Kelemahan
 Kenyamanan
 Nyeri tiba-tiba saat cedera
 Spasme/kram otot
 Keamanan
 Laserasi kulit
 Perdarahan
 Perubahan warna
 Pembengkakan local (Musliha, 2010)

11. Patoflow
Trauma langsung atau tidak langsung

Fraktur terbuka

Kehilangan perubahan fregmen tulang fraktur terbuka


Integritas tulang kerusakan pada jaringan dan ujung tulang
Pembuluh darah menembus otot
dan kulit

ketidak stabilan posisi perdarahan lokal


fraktur apabila organ luka
fraktur digerakkan

fregmen tulang yang patah hematoma pada daerah gangguan


merusak organ sekitar fraktur integritas kulit

nyeri akut aliran darah ke daerah distal


berkurang atau terhambat

(warna jaringan pucat, nadi,


Lemah, sianosis, kesemutan

Kerusakan neuromuskuler

Gangguan fungsi organ distal

gangguan mobilitas
12. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 Ds : Trauma langsung nyeri akut
- Mengeluh nyeri atau tidak
langsung
Do :
- Tampak meringis Fraktur terbuka
- Bersikap protektif
(mis, waspada, Ketidak stabilan
posisi menghindari posisi apalagi
nyeri organ fraktur di
- Gelisah gerakkan
- Frekuensi nadi
meningkat fregmen tulang
- Sulit tidur yang patah
- Tekanan darah merusak organ
meningkat sekitar
- Pola nafas berubah
- Nafsu makanan nyeri akut
berubah
- Proses berfingkir
terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri
sendiri
- Diaphoresis
2 Ds : Trauma langsung Gangguan
Do : atau tidak integritas kulit
- Kerusakan jaringan langsung
kulit dan atau
lapisan kulit Fraktur terbuka
- Nyeri
- Pendarahan Fraktur terbuka
- Kemerahan ujung tulang
- Hematoma menembus otot
- Imunodefisiensi dan kulit
- Katerisasi jantung
Luka

Gangguan
integritas kulit
3 Ds : Trauma langsung Gangguan
- Mengeluh sulit atau tidak mobilitas fisik
menggerakan langsung
ektremitas
- Nyeri saat bergerak Fraktur terbuka
- Merasa cemas saat
bergerak Perubahan
fregmen tulang
Do : kerusakan pada
- Kekuatan otot jaringan dan
menurun pembuluh darah
- Rentang gerak
(ROM) menurun Perdarahan lokal
- Sendi kaku
- Geraakan tidak Hematoma pada
terkoordinasi daerah fraktur
- Gerakan terbatas
- Fisik lemeh Aliran darah ke
daerah distal
berkurang atau
terhambat

(warna jaringan
pucat, nadi, lemah,
sianisos,
kesemutan

Kerusakan
neuromuscular

Gangguang fungsi
organ distal

Gangguan
mobilitas fisik

13. Diagnose Keperawatan


- Nyeri akut b.d agen pencedera fisik ditandai dengan Mengeluh nyeri
Tampak meringis ,Bersikap protektif (mis, waspada, posisi menghindari
nyeri ,Gelisah ,Frekuensi nadi meningkat ,Sulit tidur, Tekanan darah
meningkat , Pola nafas berubah , Nafsu makanan berubah ,Proses
berfingkir terganggu ,Menarik diri , Berfokus pada diri sendiri,
Diaphoresis.
- Gangguan integritas kulit b.d factor mekanis (mis.penekanan pada tonjolan
tulang, atau gesekan) ditandai dengan Kerusakan jaringan kulit dan atau
lapisan kulit ,Nyeri , Pendarahan , Kemerahan , Hematoma
Imunodefisiensi, Katerisasi jantung.
- Gangguan mobilitas fisik b.d muskuloskeletal ditandai dengan Mengeluh
sulit menggerakan ektremitas ,Nyeri saat bergerak ,Merasa cemas saat
bergerak , Kekuatan otot menurun ,Rentang gerak (ROM) menurun ,Sendi
kaku ,Geraakan tidak terkoordinasi ,Gerakan terbatas ,Fisik lemeh

14. Rencana Asuhan Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan Perencanan
Tujuan dan kriteria Intervensi (SIKI) Rasional
(SDKI)
hasil (SLKI)
1 Nyeri Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Menejamen nyeri - Untuk
pencedera fisik ditandai asuhan keperawatan - Identifikasi mengethahui
dengan selama 1x8 jam maka lokasi, lokasi nyeri
Ds : tingkat nyeri teratasi karakteristik, - Untuk
- Mengeluh nyeri dengan kriteria hasil : durasi, mengetahui
- Keluhan nyeri frekuensi, karakteristik
Do : menurun kualitas,intensi nyeri
- Tampak meringis - Meringis tas nyeri - Untuk
- Bersikap protektif menurun - Identifikasi mengetahui
(mis, waspada, - Gelisah skala nyeri skala nyeri
posisi menghindari menurun - Identifikasi - Untuk
nyeri - Kesulitan tidur respon nyeri mengetahui
- Gelisah menurun non verbal factor-faktor
- Frekuensi nadi - Sikap protektif - Identifikasi yang dpaat
meningkat menurun factor yang memberatkan
- Sulit tidur - Menarik diri memberat dan nyeri
- Tekanan darah menurun memperingan - Melakukan
meningkat - Frekuensi nadi nyeri tekhnik
- Pola nafas berubah membaik - Identifikasi nonfarmakolo
- Nafsu makanan - Pola nafas pengaruh nyeri gi untuk
berubah membaik pada kualitas mengurangi
- Proses berfingkir - Tekanan darah hidup rasa nyeri
terganggu membaik - Berikan teknik
- Menarik diri - Proses berfikir non
- Berfokus pada diri membaik farmakologi
sendiri - Focus membaik untuk
- Diaphoresis - Nafsu makan mengurangi
membaik rasa nyeri
- Pola tidur - Control
membaik - lingkungan
yang
memperberat
nyerib
2. Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan Perawatan - Untuk
b.d factor mekanis asuhan keperawatan integritas kulit mengetahui
(mis.penekanan pada selama 1x8 jam maka - Identifikasi agen penyebab
tonjolan tulang, atau integritas kulit dan penyebab gangguan kulit
gesekan) ditandai dengan jaringan teratasi gangguan - Agar tidak
Ds : dengan kriteria hasil : integritas kulit terjadi luka
Do : - Elasitas - Ubah posisi tekan pada
- Kerusakan jaringan meningkat tidur setiap 2 kulit
kulit dan atau - Perfusi jaringan jam sekali - Untuk
lapisan kulit meningkat - Lakukan merelaksasika
- Nyeri - Kerusakan pemijatan pada n otot- otot
- Pendarahan jaringan area tubuh
- Kemerahan menurun penonjolan - Agar kulita
- Hematoma - Nyeri menurun tulang , jika terjaga
- Imunodefisiensi - Perdarahan perlu kelembabanny
- Katerisasi jantung menurun - Anjurkan a
- Kemerahan menggunakan - Untuk
menurun pelembab pada menjaga
- Hematoma kulit asupan cairan
menurun - Anjurkan pasien
- Pigmentasi Minum air - Untuk
abdormal yang cukup menjaga
menurun - Anjurkan nutrisi pasien
- Suhu kulit meningkatkan
membaik asupkan nutrisi
- Sensasi - Anjurkan
membaik meningkatkan
- Tekstur asupan buah
membaik dan sayur
- -
3 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi - Agar
b.d muskuloskeletal asuhan keperawatan - Identifikasi mengetahui
ditandai dengan selama 1x8 jam maka adanya nyeri apakan ada
Ds : mobilitas fisik teratasi atau keluhan penyebab lain
- Mengeluh sulit dengan kriteria hasil : yang lain yang dapat
menggerakan - Pergerakan - Identifikasi menyebabkan
ektremitas ekstremitas toleransi fisik nyeri
- Nyeri saat bergerak meningkat melaukan - Untuk
- Merasa cemas saat - Kekuatan oto pergerak mengetahui
bergerak meningkat - Monitor rentang gerak
- Rentang gerak frekuensi psien
Do : (ROM) jantung dn - Melakukan
- Kekuatan otot meningkat tekanan darah monitor TTV
menurun - Nyeri menurun sebelum untuk
- Rentang gerak - Kecemasan memulai mengetahui
(ROM) menurun menurun mobilitas keadaan
- Sendi kaku - Kaku sendi - Monitor pasien
- Geraakan tidak menurun kondisi umum - Melakukan
terkoordinasi - Gerakan selama mobilisasi
- Gerakan terbat terbatas melakukan untuk melatih
Fisik lemeh menurun mobilitas rentang gerak
- Kelemahan - Fasilitasi pasien
fisik menurun aktivitas
miobilisasi
- Fasilitasi
melakukan
pergerakan
- Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
Daftar Pustaka

Tim pokja SDKI DPP PPNI.(2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia


Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

PPNI (2018).Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Lestari, D. I. LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR PADA EKSTREMITAS
ATAS DI RUANG SERUNI RSD dr. SOEBANDI JEMBER.

Puspitasari, A. M., & Kep, S. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN


KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR FEMUR DI
RUANG SERUNI RSD dr. SOEBANDI JEMBER.

Anda mungkin juga menyukai