DI SUSUN OLEH :
RIKY PRATAMA
PO7120319107
CI KLINIK CI INSTITUSI
(…………………………) (…..……………………)
Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidak seimbangan,
fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur tertutup tidak
disertai kerusakan jaringan lunak seperti tendon, otot, ligament dan pembuluh darah
( Smeltzer dan Bare, 2001). Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan
menderita komplikasi antara lain : nyeri, iritasi kulit karena penekanan, hilangnya
kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagian tubuh di imobilisasi,
mengakibatkan berkurangnyan kemampuan prawatan diri (Carpenito, 2007).
Reduksi terbuka dan fiksasi interna (ORIF) fragmen- fragmen tulang di pertahankan
dengan pen, sekrup, plat, paku. Namun pembedahan meningkatkan kemungkinan
terjadinya infeksi. Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan
struktur yang seluruhnya tidak mengalami cedera mungkin akan terpotong atau
mengalami kerusakan selama tindakan operasi (Price dan Wilson, 2006).
D. Manifestasi klinik
Gejala klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ekstremitasi, krepitus, pembebkakan lokal dan perubahan warna (Smeltzer, s.c & Bare,
2001)
1. Nyeri terus menerus dan bertambah bertnya sebagai akibat dari peningkatan tekanan
saraf sensorik karena pergerakan fragmen tulang.
2. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi akibat trauma daari
perdarahan ke jaringan sekitarnya.
3. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah pada eksremitas
4. Krepitasi, krepitasi teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan yang lainnya.
E. Pemeriksaan penunjang
Menurut Doenges ( 2000) ada beberapa pemeriksaan penunjang pada pasien fraktur
antara lain:
1. Pemeriksaan roentgen : untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur
2. Scan tulang, tomogram, CT- scan/ MRI : memperlihatkan fraktur dan mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak
3. Pemeriksaan darah lengkap : Ht mungkkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple).
Peningkatan sel darah putih adalah respon stress normal setelah trauma.
4. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
5. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple,
atau cedera hati.
F. Penatalaksanaan
Menurut (Smeltzer, s.c & Bare, 2001), prinsip penanganan fraktur meliputi :
1. Reduksi fraktur adalah mengembalikan fragmen tulang pada keadaan normal
2. Imobilisasi fraktur adalah mempertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar
sampai terjadi penyatuan, imobilisasi dapat di lakukan dengan fiksasi ekterna dan
interna.
3. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi adalah segala upaya yang di arahkan
pada penyembuhan tulang dan jaringan luank, reduksi dan imobilisasi harus
dipertahankan sesuai dengan kebutuhan.
G. Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut b.d fraktur tulang kerusakan jaringan tulang, spasme otot, edema,
kerusakan jaringan lunak.
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri/ketidaknyamanan, kerusakan musculoskeletal,
terapi pembatasan aktivitas dan penurunan kekuatan atau tahanan. (Nanda, 2009).
3. Resiko tinggi kerusakan intergritas kulit jaringan b.d imobilisasi, penurunan sirkulasi
fraktur terbuka. (Nanda, 2009).
4. Resiko infeksi b.d ketidaknyamanan pertahanan primer, kerusakan kulit, trauma
jaringan dan peningkatan paparan lingkungan. (Nanda, 2009)
5. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuantentang prosedur dan tindakan
operasi.
H. Perencanaan keperawatan
1. Diagnosa keperawatan Nyeri akut b.d fraktur tulang kerusakan jaringan tulang,
spasme otot, edema, kerusakan jaringan lunak.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang, kriteria
hasil : klien menyatakan nyeri berkurang, skala nyeri berkurang atau hilang
(skala 0), ekspresi wajah tampak rileks dan tenang, tanda-tanda vital dalam
batas normal,
rencana keperawatan : 1. kaji derajat nyeri, intensitas, durasi, ukur tanda-tanda vital,
2. gunakan teknik komunikasi terapeutik,
3.ajarkan teknik relaksasi nafas dalam,
4. atur posisi klien elevasi.