Anda di halaman 1dari 90

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PAD NY.

U DENGAN GANGGUAN
SISTEM REPRODUKSI DIRUANGAN NIFAS
DI RSUD PRATAMA TAMBU

Stase Keperawatan Maternitas

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK I

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2020-2021

1
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny. U Dengan Diagnosa Medis CA


Serviks Di RSUD Pratama Tambu
Penyusun : Kelompok I

WInda PO71204200
Nurafni PO71204200
Friskah Apriliani PO71204200
Apriani PO7120420063
Ning Nirmala A. Pakaya PO7120420024
Rifka Ainun Amalyah PO7120420051
Zulkifliyanto Honu PO7120420035
PERCEPTOR KLINIK PERSEPTOR INSTITUSI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2020-2021

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami ( Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Poltekkes
Kemenkes Palu) dapat menyelesaikan Laporan Kelompok Keperawatan Maternitaa
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. U Dengan Diagnosa Medis CA
Serviks Diruangan Nifas Di RSUD Pratama Tambu ”, disusun untuk melengkapi
persyaratan memperoleh gelar Ners di Politeknik Kemenkes jurusan Keperawatan
prodi Pendidikan Ners Palu.
Penulisan Laporan ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak,
baik moril maupun materil.dengan selesainya penyusunan Laporan ini, kiranya Allah
SWT akan membalas dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya atas jasa-jasa yang
telah diberikan kepada kami.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Asuhan Keperawatan
ini masih banyak kekurangan baik dari segi bentuk, isi maupun penyusunannya.Oleh
karena itu dengan rendah hati kami menerima semua saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kelengkapan dan kesempurnaan laporan ini.

Tambu, April 2020

Penyusun

3
DAFTAR ISI

COVER .....................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................................ii
KATA PENGANTAR ..............................................................................................iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iv
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan .....................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................................3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian.................................................................................................4
2.2 Etiologi ....................................................................................................4
2.3 Manifestasi Klinis ...................................................................................5
2.4 Patofisiologi ............................................................................................6
2.5 Pathway....................................................................................................9
2.6 Penatalaksanaan.......................................................................................10
2.7 Pemeriksaan Penunjang ..........................................................................10
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan .................................................................14
BAB III : PERKEMBANGAN KASUS
3.1 Pengkajian...............................................................................................
3.2 Klasifikasi Data .....................................................................................34
3.3 Analisa Data ...........................................................................................35
3.4 Intervensi Keperawatan ..........................................................................37
3.5 Implementasi Keperawatan ....................................................................41
3.6 Catatan Perkembangan ...........................................................................49
BAB IV : PEMBAHASAN KASUS

4
4.1 Pembahasan ...........................................................................................51

BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................................57
5.2 Saran ......................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut data WHO tahun 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia masih lebih tinggi dari negara Asean yang lain seperti Philipina 99
per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 40 per 100.000 kelahiran hidup,
Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup dan Malaysia 39 per 100.000
kelahiran hidup (Maternal Mortality Estimation Group: WHO, UNICEF,
UNFPA: World Bank, 2012). Sedangkan pada tahun 2015 Angka Kematian
Ibu ( AKI) di Indonesia 305 per 100.000 kelahiran hidup (Indonesian Profil
Health, 2015).
Rasio kematian ibu di Negara berkembang menempati grade tertinggi,
dengan 290 per 100.000 kelahiran hidup, dibandingkan dengan Negara maju
yaitu, 14 per 100.000 kelahiran hidup. Beberapa negara telah berhasil
mencapai target MMR (Maternal Mortality Ratio).
Peningkatan kesehatan ibu dan bayi di Indonesia adalah salah satu
komitmen Depkes melalui penerapan rencana pengurangan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Penurunan Angka Kematian Ibu
per 100.000 kelahiran hidup masih terlalu lamban untuk mencapai target
Indonesia sehat 2010 dan tujuan MDGs (Millenium Development Goals)
tahun 2015 yaitu 102per 100.000 kelahiran hidup(WHO 2012). Laporan
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) menyebutkan Angka
Kematian Ibu pada tahun 2012 di Indonesia mencapai 359 per 100.000
kelahiran hidup(SDKI 2012).
Jumlah kematian di provinsi Sulawesi-Selatan tahun 2013 sebanyak

6
115 orang dengan angka kematian ibu hamil sebanyak 18 orang (15,6%), ibu
bersalin sebanyak 59 orang (51,3%), dan ibu nifas sebanyak 38 orang (33%).
Dan penyebab kematian ibu yaitu hipertensi 68 %, perdarahan 30% dan
infeksi 4 %(Dinas Kesehatan provinsi Sul-Sel, 2013). Masa kehamilan yaitu
dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah
280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid
terakhir. Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-
kira 280 hari, dan tidak lebih 300 hari (43 minggu) (Nadyah, 2013:37).

Tujuan dari pelayanan ANC adalah menjaga agar ibu hamil dapat
memantau kemajuan kehamilan, meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan fisik dan mental ibu, mengenali secara dini adanya ketidaknormalan
yang mungkin terjadi selama kehamilan, mempersiapkan agar masa nifas
berjalan dengan normal dan mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam
menerima bayi(Nurul Jannah, 2012:5).
Pada pemeriksaan ANC ibu hamil diberikan konseling mengenai
tanda-tanda bahaya dalam kehamilan. Pengetahuan ibu hamil mengenai tanda-
tanda bahaya dalam kehamilan sangat penting agar ibu dapat memeriksakan
dirinya ke pelayanan kesehatan. Sebagaimana penelitian yang dilakukan Eri
Susanti tentang pengetahuan ibu hamil tentang pre eklampsia dan eklampsia
di Suminten Mantingan Ngawi sudah cukup baik. Pada umunya kehamilan
akan berlangsung normaldan sering kali kehamilan berubah menjadi
kehamilan patologi. Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan
merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius
terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil. Deteksi dini didapatkan
dari pemeriksaan tekanan darah secara rutin pada saat pemeriksaan kehamilan

7
(antenatal care). Karena itu pemeriksaan kehamilan rutin mutlak dilakukan
agar pre eklampsia dapat dideteksi lebih awal(Sarwono, 2014).
Gambaran klinik preeklampsia bervariasi luas dan sangat individual.
Kadang-kadang sukar untuk menetukan gejala preeklampsia mana yang
timbul lebih dahulu. Secara teoritik urutan-urutan gejala yang timbulpada
preeklampsia ialah edema, hipertensi, dan terakhir protein merupakan gejala
yang paling penting. Namun sayangnya penderita sering kali tidak merasakan
perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan penglihatan,
atau nyeri epigastrum, maka penyakit ini sudah cukup lanjut (Sarwono, 2014).
Tidak sedikit ibu yang mengalami komplikas-komplikasi pada
kehamilan salah satunya pre eklampsia berat. Pre eklampsia berat adalah
preeklampsia dengan tekanan darah sistolik >160 mmHg dan tekanan darah
diastolik >110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam (Sarwono, 2014).
Dampak pre eklampsia pada ibu kerusakan organ-organ tubuh seperti,
sistem saraf pusat, perdarahan intrakranial, gagal jantung, gagal ginjal,
gangguan fungsi hati dan edema paru, sedangkan pada janin ialah intrauterine
fetal growth restriction, solusio plasenta, prematur, sindroma distress,
kematian janin, kematian neonatalperdarahan intraventikular (Sarwono,
2014:550).

Penanganan pada preeklampsia bertujuan untuk menghindari


kelanjutan menjadi eklampsia dan pertolongan dengan melahirkan janin
dalam keadaan optimal dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal.

8
Sebagaimana penelitian yang dilakukan Suresh Candra Mondal, dkk di India
tentang dosis profilaksis awal MgSO4 pada pre eklampsia berat untuk
memperbaiki keadaan ibu dan perinatalmengatakan dosis awalmagnesium
sulfat dapat mencegah perinataldan kematian ibu. Jadi, profilaksis magnesium
sulfat (MgSO4) harus dimulai pada titik kontak pertama dengan penyedia
kesehatan yang terlatih (Suresh, dkk, 2014).
Kematian ibu terjadi akibat berbagai komplikasi dalam kehamilan,
persalinan atau periode setelah melahirkan. Komplikasi tersebut disebabkan
oleh penyakit langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung terjadi akibat
komplikasi obstetrik atau penyakit kronik yang menjadi lebih berat selama
kehamilan. Penyebab langsung yang sering ditemui antaralain perdarahan,
eklampsia,dan sifat infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsung terjadi akibat
penyakit yang telah ada sejak atau sebelum kehamilan atau penyakit yang
timbul selama kehamilan seperti malaria dan anemia. (Sarwono, 2014).
Sebagaimana penelitian yang dilakukan Ahmed, dkk mengenai kematian ibu
pengalaman Rumah Sakit tersier di Mesir Bagian Atas menyebutkan rasio
kematian ibu menurun secara progresif 2009-2014. Selain itu, menemukan
bahwa penyebab tidak langsung kematian ibu melahirkan sebanyak 24,9%
dari semua kematian. Mengenai penyebab langsung kematian ibu hamil, pre
eklampsia tetap menjadi penyebab utama (Ahmed, dkk 2016).
Di Sulawesi-Selatan penyebab langsung kematian ibu adalah
hipertensi, halini berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Ansariadi
tentang Epidemologi Kematian Ibu di Sulawesi-Selatan 2008-2013
menunjukkan bahwa 61% (15 kabupaten) di Sulawesi-Selatan mengalami
penurunan MMR pada tahun 2013. Peningkatan dan penurunan MMR
tersebut bervariasi antar kabupaten.Pada tahun 2013, hanya 6 kabupaten yang
memiliki MMR diatas 100 per 100.000 kelahiran hidup.Hasil spatial analisis
menunjukkan bahwa kenaikan MMR terjadi pada kabupaten di wilayah
bagian tengah Sulawesi-Selatan. Pola penyebab langsung kematian maternal

9
mengalami perubahan selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2013 kematian
karena hipertensi menjadi penyebab utama kematian ibu yaitu 38%,
sedangkan perdarahan menempati urutan kedua yaitu 30%. Selain itu terdapat
variasi penyebab kematian ibu pada tingkat kabupaten (Ansariadi, 2014).
Insiden pre eklampsia di negara berkembang sekitar 1,8%-18%. Pre
eklampsia dan eklampsia menempati urutan kedua sebagai penyebab kematian
ibu di Indonesia dengan presentasi sebesar 26,9% pada tahun 2012 dan
meningkat 27,1% pada tahun 2013 (Depkes RI, 2015).
Berdasarkan laporan data Rumah Sakit Syech Yusuf Gowa tentang
jumlah pre eklampsia berat pada tahun 2014 sebanyak 18 kasus, tahun 2015
sebanyak 17 kasus, sedangkan tahun 2015 sebanyak 14 kasus, dan pada tahun
2017 bulan januari-maret sebanyak 8 kasus.
Berdasarkan kasus yang saya angkat sesuai dengan standar 7
Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan yang memiliki tujuan untuk
mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan
melakukan tindakan yang diperlukan.Pernyataanstandar bidan menemukan
secara dini setisp kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenal tanda
serta gejala pre-eklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan
merujuknya. Kemudian dapat di temukan hasil bahwa ibu hamil dengan tanda
preeklampsi mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu dan
penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklampsi
Adapun persyaratannya yakni bidan melakukan pemeriksaan
kehamilan secara teratur, pengukuran tekanan darah.Bidan mampu mengukur
tekanan darahdenganbenar, mengenali tanda-tanda preeklampsia dan
mendeteksi hipertensi pada kehamilan, dan melakukan tindak lanjut sesuai
dengan ketentuan (Purwoastuti dan Walyani, 2014: 15-20).
Dari uraian diatas, pre eklampsia berat pada kehamilan meruapakan
masalah yang penting karena dapat berlanjut menjadi eklampsia yang dapat
meningkatkan mortbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal. Maka dari

10
itu penulis tertarik menerapkan prinsip-prinsip Asuhan keperawatan
maternitas pada Ibu Hamil Dengan Pre Eklampsia Berat di Rumah Sakit
Pratama Tambu Tahun 2021

B. .Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien pre eklamsia yang
mengalami resiko jatuh dan ansietas ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum Dapat melaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu
Hamil dengan Pre eklampsia Berat di Rumah Sakit Pratama Tambu
dengan penerapan manajemen asuhan keperawatan maternitas pada ibu
hamil.
2. Tujuan Khususa.
a. Dapat melaksanakan pengakajian dan analisis data Ibu Hamil dengan
Pre eklampsia Berat, di Rumah Sakit Pratama Tambu Tahun 2021
b. Dapat merumuskan diagnosa/maslah aktual Ibu Hamil dengan Pre
eklampsia Berat, di Rumah Sakit Pratama Tambu Tahun 2021
c. Dapat merumuskan diagnosa/masalah potensial Ibu Hamil dengan Pre
eklampsia Berat, di Rumah Sakit Pratama Tambu Tahun 2021
d. Dapat mengindentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi Ibu
Hamil dengan Pre eklampsia Berat, di Rumah Sakit Pratama Tambu
Tahun 2021.

11
e. Dapat menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan Ibu Hamil
dengan Pre eklampsia Berat, di Rumah Sakit Pratama Tambu Tahun
2021
f. Dapat melaksanakan tindakan asuhan yang disusun pada Ibu Hamil
dengan Pre eklampsia Berat, di Rumah Sakit Pratama Tambu Tahun
2021.
g. Dapat mengetahui hasil tindakan yang telah dilakukan pada Ibu Hamil
dengan Pre eklampsia Berat, di Rumah Sakit Pratama Tambu Tahun
2021
h. Dapat mendokumentasikan semua temuan dan tindakan yang telah
diberikan pada Ibu Hamil dengan Pre eklampsia Berat, di Rumah Sakit
Pratama Tambu Tahun 2021
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan pada kasus tersebut diatas adalah:
1. Manfaat Praktis
Adapun sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan
pelaksanaan program di Rumah Sakit Pratama Tambu Tahun 2021 dalam
menyusun perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program-program KIA.
2. Manfaat InstitusiUntuk menambah wacana bagi pembaca di perpustakaan
dan informasi mengenai asuhan keperawatan maternitas pada ibu hamil
khususnya ibu hamil dengan pre eklampsia berat.
3. Manfaat ilmiah
Diharapkan hasil penulisan ini dapat menjadi sumber informasi dan
menambah pengetahuan serta bahan acuan bagi penulis selanjutnya.

4. Manfaat Bagi Penulis


Penulisan ini merupakan pengalaman ilmiah yang sangat berharga bagi
penulis karena meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan baru
tentang ibu hamil dengan pre eklampsia berat.

12
5. Manfaat Bagi Pembaca Khususnya Ibu hamil
Sumber informasi dan menambah pengetahuan bagi para pembaca
khususnya ibu hamilnya yang mengalami pre eklampsia berat.

13
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Definisi Antenatal Care (ANC)
Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang berawal dari
terjadinya pertemuan dan persenyawaan antara sperma dan ovum sehingga
akan terbentuk zigot yang pada akhirnya membentuk janin. Kehamilan
terjadi pada saat pertemuan ovum dan sperma hingga masa dimana janin siap
lahir, dalam perhitungan medis ± 40 minggu ( Masriroh, 2013)
Masa kehamilan yaitu dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 10 hari)
dihirung hari pertama haid terakhir. Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi
sampai partus adalah kira-kira 280 hari, dan tidak lebih 300 hari (43
minggu). Kehamilan 40 minggu ini disebut matur (cukup bulan). Bila
kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan
antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur (Nadyah, 2013).
2. Etiologi
Suatu Kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek yaitu :
a. Ovum
b. Spermatozoa
c. Konsepsi
d. Nidasi
e. Plasenta
3. Manifestasi klinik
1) Tanda presumtif kehamilan
a. Amenore (terlambat datang bulan)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya pembentukan

14
folikel de Graff dan ovulasi di ovarium. Gejala ini sangat penting
karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi selama
kehamilan, dan perlu diketahui hari pertama haid terrakhir untuk
menentukan tuanya kehamilan dan tafsiran persalinan.
b. Mual muntah
Umumnya tejadi pada kehamilan muda dan sering terjadi pada
pagi hari. Progesteron dan estrogen mempengaruhi pengeluaran
asam lambung yang berlebihan sehingga menimbulkan mual
muntah.

c. Ngidam
Menginginkan makanan/minuman tertentu, sering terjadi pada
bulan-bulan pertama kehamilan tetapi menghilang seiring tuanya
kehamilan.
d. Sinkope atau pingsan
Terjadi sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia
susunan saraf dan menimbulkan sinkope/pingsan dan akan
menghilang setelah umur kehamilan lebih dari 16 minggu.
e. Payudara tegang
Pengaruh estrogen, progesteron, dan somatomamotropin
menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara
menyebabkan rasa sakit terutama pada kehamilan pertama.
f. Anoreksia nervousa
Pada bulan-bulan pertama terjadi anoreksia (tidak nafsu makan),
tapi setelah itu nafsu makan muncul lagi.
g. Sering kencing
Hal ini sering terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan
pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar.
Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini hilang karena uterus

15
yang membesar keluar rongga panggul.
h. Konstipasi/obstipasi
Hal ini terjadi karena tonus otot menurun disebabkan oleh
pengaruh hormone estrogen.
i. Epulis
Hipertrofi gusi disebut epulis dapat terjadi pada kehamilan.
j. Pigmentasi
Terjadi pada kehamilan 12 minggu keatas
 Pipi                      : - Cloasma gravidarum
 Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis
anterior menyebabkan pigmentasi yang berlebihan pada
kulit.
 Perut                    : - Striae livide
 Striae albican
 Linea alba makin menghitam
 Payyudara            : - hipepigmentasi areola mamae

k. Varises atau penampakan pembuluh vena


Karena pengaruh estrogen dan progesteron terjadi penampakan
pembuluh darah vena. Terutama bagi mereka yang mempunyai
bakat. Penampakan pembuluh darah itu terjadi disekitar genitalia
eksterna, kaki dan betis erta payudara.
2) Tanda Kemungkinan (Probability Sign)
a. Pembesaran Perut
Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan
keempat kehamilan.
b. Tanda Hegar
Tanda Hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthmus
uterus.

16
c. Tanda Goodel
Pelunakan serviks
d. Tanda Chadwiks
Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa
vagina termasuk juga porsio dan serviks.
e. Tanda Piskacek
Pembesaran uterusyang tidak simetris. Terjadi karena ovum
berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah
tersebut berkembang lebih dulu.
f. Kontraksi Braxton Hicks
Peregangan sel – sel otot uterus, akibat meningkatnya actomycin
didalam otot uterus. Kontraksi ini tidak beritmik, sporadis, tidak
nyeri, biasanya timbul pada kehamilan 8 minggu.
g. Teraba Ballotement
Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin
bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan
pemeriksa.
h. Pemeriksaan tes biolgis kehamilan (planotest) positif
Pemeriksaan ini adaah untuk mendeteksi adanya hCG yang
diproduksi oleh sinsitotrofoblas sel selama kehamilan. Hormon
ini disekresi diperedaran darah ibu (pada plasma darah), dan
diekskresi pada urine ibu.
3) Tanda Pasti (Positive Sign)
a. Gerakan janin dalam rahim
Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa.
Gerakan ini baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20
minggu.
b. Denyut jantung janin
Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat

17
fetal electrocardiograf ( misalnya doppler)
c. Bagian bagian janin
Bagian besar janin (kepala dan bokong) serta bagian kecil janin
(lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia kehamilan
lebih tua (trimester akhir)
d. Kerangka janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG
(Marjati dkk, 2010).
4. Patofisiologi
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari indung
telur (ovulasi), yang di tangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke
dalam sel telur, waktu persetubuhan, cairan semen tumpah ke dalam vagina
dan berjuta-juta sel mani (sperma) bergerak memasuki rongga rahim lalu
masuk ke saluran telur.

Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di bagian yang


mengembang oleh tuba falofi. Disekitar sel telur banyak berkumpul sperma
yang mengeluarkan ragi untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum.
Kemudian pada tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah salah satu sel
mani dan kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini disebut
pembuahan (konsepsi = fertilitas)

Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak
(oleh rambut getar tuba), menuju ruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi
(implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu 6 – 7 hari.
Untuk menyuplai darah ke sel-sel makanan bai mudligah dan janin,
dipersiapkan uri (plasenta) jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap

18
kehamilan harus ada ovum (sel telur), spermatozoa (sel mani), pembuahan
(konsepsi = fertilitas), nidasi dan plasenta. (Handerson 2010).

19
Pathway

Kehamilan

Perubahan fisiologis Perubahan psikologis

Hormon HCG Krisis Kurang


informasi
Esterogen meningkat

Mobilitas lambung dan Ancaman Kurang


Pengetahuan
Usus menurun kehilangan janin

Kembung dan produksi Cemas

Gas berlebihan

Mual dan
Muntah berlebihan Nafsu makan
menurun

Cairan elektrolit Kurang Volume


Keluar berlebihan Cairan dan BB turun

20
Kurangnya
Elektorlit
Pemenuhan
Turgor kuli lemah

Menurun/jelek
Peningkatan Suhu intoleransi Aktivitas

Resiko Kerukana Tubuh

5. Perubahan Anatomi dan Fisiologi pada kehamilan


b. Sistem reproduksi
1) Uterus
a. Ukuran uterus pada wanita hamil yang kehamilan cukup
bulan, ukuran ukterus adalah 30 ×25×20 cm dengan
kapasitas lebih dari
a) 4. 000 cc. Hal ini rahim membesar akibat hiperplasia otot
polos rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi
higgroskopik, dan endometrium menjadi desidua.
b) Ukuran uterus pada wanita hamil yang kehamilan
cukup bulan, ukuran ukterus adalah 30 ×25×20 cm
dengan kapasitas lebih dari
4. 000 cc. Hal ini rahim membesar akibat hiperplasia
otot polos rahim, serabut-serabut kolagennya
menjadi higgroskopik, dan endometrium menjadi
desidua.

c) Vaskularisasi

21
Arteri uterine dan ovarika bertmbah dalam diameter,
panjang, dan anak-

anak cabangnya, pembuluh darah vena mengembang


dan bertambah.

d) Serviks uteri
Bertambah vaskulareisasinya dan menjadi lunak,
kondisi ini disebu tanda goodell. Kelenjar
endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak
cairan mucus. Oleh karena pertambahan dan
pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi livid
dan ini disebut dengan tanda chadwick.
2) Ovarium
Ovulasi berhenti namun masih tetap terdapat korpus luteum
graviditas sampai terbentuknya plasenta yang akan mengalami
ahli pengeluaran estrogen dan progesteron.
3) Vagina dan Vulva
Oleh karena pengaruh estrogen, terjadi hipervasikularisasi pada
vagina dan vulva sehingga pada bagian tersebut terlihat lebih
merah atau kebiruan kondisi ini disebut tanda chadwick ( Nurul
Jannah, 2012:87- 90).

b. Payudara

22
Karena adanya peningkatan suplai darah dibawah pengaruh aktivitas
hormon, jaringan glandular dari payudara membesar dan puting
menjadi lebih efektif walaupun perubahan payudara dalam bentuk
yang membesar terjadi pada waktu menjelang persalinan. Estrogen
menyebabkan penyimpangan lemak. Progesteron menyebabkan
tumbuhnya lobus, alveoli lebih tervakularisasi dan mampun
bersejresi. Hormon pertumbuhan dan glukokortikoid juga
mempunyai peranan penting dalam perkembangan ini. Prolaktin
meransang produksi kolostrum dan air susu ibu ( Nurul Jannah,
2012:87-90).
c. Sistem Metabolisme
1) Rongga mulut
Salivasi mungkin akan meningkat sehubungan dengan
kesukaran menelan akibat nausea. Gusi dapat menjadi
hiperemis dan melunak kdang berdarah kalau terkena cedera
ringan saja. Contohnya pada saat gosok gigi. Pembengkakan
gusi sangat vaskuler yang disebut epulsi kehamilan kadang-
kadang timbul terapi secara khas mengecil secara spontan
setelah kelahiran. Keadaan tersebut disebabkan oleh pengaruh
hormon estrogen yang meningkat atau kadang terjadi pada
pengguna kontrasepsi oral dan ibu mengalami defisiensi
Vitamin C. Tidak ada bukti yang baik bahwa kehamilan
mendorong proses pembusukan pada gigi.
2) Motabolisme saluran gastrointestinsl
Biasanya ada penurunan tonus dan motilitas saluran
gastrointestinal yang menimbulkan pemanjangan waktu
pengosongan lambung dan transit usus. Ini merupakan akibat
jumlah progesteron yang besar selama proses kehamilan dan
menurunnya kadar motalin, suatu peptida hormonal yang

23
diketahui mempengaruhi otot-otot halus atau keduanya.
3) Lambung dan esophagus
Pirosis umum pada kehamilan, paling mungkin disebabkan oleh
refleks sekret-sekret asam ke esophagus bagian bawah, posisi
vambung yang berubah mungkin ikut menyumbang pada
seringnya terjadi peristiwa ini. Tonus esopagus dan vambung
berubah selama kehamilan dengan tekanan intraesopagus yang
vebih rendah dari tekanan vambung lebih tinggi selain itu
pada saat yang bersamaan peristaltis esopagus mempunyai
kecepatan gelombang dan amplitudo yang rendah.
4) Usus kecil, besar dan appendik
Karena kehamilannya berkembang terus lambung dan usus
digeser oleh uterus yang membesar ke arah atas dan ke arah
lateral. Sebagai akibatnya appendiks sebagai contoh biasanya
bergeser ke arah atas dan ke arah vateral dan seringkali mencapai
pinggang kanan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya tonus ott
dan motilitas dari lambung dan usus berkurang selama
kehamilan.
5) Hati
Meskipun hati pada beberapa binatang jelas bertambah
ukurannya namun tidak ada bukti pembesaran tersebut pada
kehamilan manusia. Selain itu, dengan evaluasi histologis hati
yang didapat dengan biopsi termasuk pemeriksaan dengan
mikroskop elektron tidak ada perbedaan yang jelas dari
morfologi hati yang terjadi sebagai respn terhadap kehamilan
normal.
6) Kandung empedu
Fungsinya berubah selama kehamilan karena pengaruh
hipotoni dari otot-otot halus. Potter (1936) menemukan

24
selama melakukan SC cukp sering empedu teregang namun
hipotonik, aspirat empedu cukup kental (Nurul Jannah,
2012:90:94).
d. Sistem Muskuluskeletal
Keseimbangan kadar kalsium selama kehamilan biasanya
normal apabila asupan nutrisi khususnya produk susu terpenuhi.
Tulang dan gigi baiasanya berubah pada kehamilan yang normal.
Karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron, terjadi
relaksasi dari ligamen-ligamen dalam tubuh menyebabkan
peningkatan mobilitas dari sambungan / otot terutama otot –otot
pelpik.

Bersamaan dengan membesarnya ukuran uterus menyebabkan


perubahan yang drastis pda kurva tulang belakang yang biasanya
menjadi salah satu ciri pada seorang ibu hamil. Perubahan-
perubahan tersebut dapat meningkatkan resiko ketidaknyamanan
dan rasa sakit pada bagian belakang yang bertambah seiring
dengan penambahan umur kehamilan.

Sejak trimester I akibat peningkatan kadar hormon estrogen


dan progesteron, terjadi relaksasi dari jaringan ikat, kartilago, dan
ligamet juga meningkatkan jumlah cairan synovial. Bersamaan dua
keadaan tersebut meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas
persendian. Selama trimester kedua mobilitas persendian akan
berkurag terutama pada daerah sikut dan pergelangan tangan
dengan meningkatkan retensi cairan pada jaringan
konektif/jaringan yang berhubunga disekitarnya.

25
Pada trimester II dan III hormon progesteron dan hormon
relaxing menyebabkan relaksasi jaringan ikat dan otot-otot. Hal ini
terjadi maksimal pada satu minggu terakhir kehamilan. Proses
relaksasi ini memberikan kesempatan pada panggul untuk
meningkatkan kapasitasnya sebagai persiapan proses persalinan,
tulang pubik melunak menyerupai tulang sendi, sambungan sendi
sacrococcigius mengendur membuat tulang coccigius bergeser ke
arah belakang sendi panggul yang tidak stabil. Pada ibu hamil, hal
ini menyebabkan sakit pinggang.

Postur tubuh wanita secara bertahap mengalami perubahan


karena janin membesar dalam abdomen sehingga untuk
mengkompensasi penambahan berat ini. Bahu lebih tertarik
kebelakang dan tulang lebih lentur, dan dapat menyebabkan nyeri
punggung pada beberapa wanita.

e. Sistem Kardiovaskuler
Yang khas denyut nadi istirahat meningkat sekitar 10-15 denyut
per menit pda kehamilan. Karena diafragma semakin naik terus
selama kehamilan, jantung digeser ke kiri dan ke atas. Sementara
pada waktu yang sama, organ ini agak berputar pada sumbu
panjangnya. Akibatnya apeks jantung digerkkan agak ke lateral dari
posisinya pada kedaan tidak hamil normal, dan membesarnya
ukuran bayangan jantung ditemukan pada radiogra. Luasnya
perubahan-perubahan ini dipengaruhi oleh ukuran dan posisi uterus,
kekuatan otot-otot abdomen dan konfiguransi abdomen dan thorak.
Besar dari jantung bertambah sekitar 12% dan meningkatkan
kapasitas jantung sebesar 70-80% ml.

26
Pada trimester I sirkulasi darah ibu dalam kehamilan
dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta. Uterus yang
membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yng membesar pula,
mammae dan alat lain-lain yang memegang berfungsi berlebihan
dalam kahamilan. Suplai darag ke dalam rahim harus meningkat
seiring dengan perkembangan rahim dan memenuhi kebutuhan
plasenta. Hormon estrogen menyebabkan perkembangan
pembuluh-pembuluh darah baru. Pada awalnya pembuluh-
pembuluh darah darah baru ini membentuk jaringan berliku-liku
melalui dinding rahim.

Pada trimester II ukuran jantung membesar karena ada


peningkatan beban kerja yang disebabkan oleh meningkatnya
cardiac output. Jantung juga dapa bergeser ke kanan dan ke kiri
serta berputar di muka karena tekanan unterus meningkat yang
disebabkan oleh perkembangan uterus. Cardiac output jantung
yang meningkat mengakibatkan menurunnya sedikit daya tahan
tubuh. Dinding- dinding pembuluh darah mengalami relaksasi da
membesar akibat pengaruh hormon progesteron. Kapasitas
pembuluh darah dan kapiler bertambah, curah jantung akan
bertambah sekitar 30%. Bertambahnya hemodelusi darah mulai
tampak sekitar umur kehamilan 16 minggu. Vovume darah
meningkat tetapi tekanan darah cenderung akan menurun.

27
Pada trimester III volume darah semakin meningkat dimana
jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah
sehingga terjadi pengenceran darah. Hemodelusi mencapai
puncaknya pada umur kehamilan 32 minggu, serum darah volume
darah bertambah sebesar 25-30%. Selama kehamilan, dengan
adanya peningkatan volume darah pada hampir semua oragan dalam
tubuh, terlihat adanya perubahan yang signifikan pada
kardiovaskuler.
f. Sistem Gastrointestinal
Rahim semakin membesar akan menekan rectum dan usus
bagian bawah, sehingga terjadi sembelit atau konstipasi. Sembevit
semakin berat karena gerakan otot di dalam usus diperlambat oleh
tingginya kadar progesteron. Wanita hamil sering mengalami rasa
panas di dada (haertburn) dan sendawa, yang memungkinakan
terjadi karena makanan lebih lama berada di dalam lambung dan
karena relaksasi spinter dikerongkonan bagian bawah yang
memungkinkan isi lambung mengalir kembali ke kerongkongan.
Ulkus dastrikum jarang ditemukan pada wanita hamil dan jika
sebelumnya menderita ulkus gastrikum biasanya membaik karena
asma lambung yang dihasilkan lebih sedikit.
g. Sistem Urinaria
Pada trimester kedua aliran darah ginjal meningkat dan tetap
terjadi hingga usia kehamilan 30 minggu, setelah itu menurun
secara perlahan. Ginjal meengalami pembesaran dan filtrasi
glomerular. Perubahan dalam filtrasi glomerulus adalah penyebab
peningkatan klirens kreatinin, urea, dan asam urat yang sangat
direabsorpsi pada awal kehamilan. Protein dan asam amino sangat
sedikit direabsobsi, sementara asam amino dan vitamin ditemukan
dalam jumlah yang banyak dalam urin wanita hamil hanya protein

28
yang tidak bisa ditemukan pada urin wanita hamil.
h. Sistem Endokirin
1) Hormon Sekresi hormon plasenta dan HCG dari plasenta janin
mengubah organ endokrim secara langsung. Peningkatan kadar
estrogen menyebabkan produksi globulin meningkat dan menekan
produksi tiroksin, kortikosteroid dan steroid. Akibat plasenta yang
mengandung hormon-hormon ini akan miningkat jumlahnya,
tetapi kadar hormon bebas tidak mengalami peningkatan besar.
2) Kelenjar hipofisis
Berat kelenjar hipofisis anterior meningkat sampai 30-50% yang
menyebabkan wanita hamil menderita pusing. Sekresi hormon
provaktin, adrenokortikosteroid, tirotropik, dan melanocyt
stimulatiting hormone meningkat. Produksi hormon perangsang
folikel dan LH dihambat oleh estrogen dan progesteron plasenta.
Efek meningkatnya sekresi prolaktin adalah ditekannya produksi
estrogen dan progesteron pada masa kehamilan.
3) Kelenjar tyroid
Dalam kehamilan, normal ukuran kelenjar tiroid akan mengalami
pembesaran kira-kira 13% karena adanya hyperplasia dari
jaringan glandula dan peningkatan vaskularisasi. Secara fisiologi
akan terjadi peningkatan ambilan iodine sebagai kompensasi
kebutuhan ginjal terhadap iodine yang meningkatakn laju filtrasi
glomerulus. Walaupun kadang-kadang kehamilan dapat
menunjukkan hipertiroid, fungsi tiroid biasanya normal.
4) Kelenjar adrenal
Karena diransang oleh hormon estrogen, kelenjar adrenal
memproduksi lebih banyak kortisol plasma bebas dan juga

29
kortikosteroid termasuk ACTH dan hal ini terjadi di usia
kehamilan 12 minggu sampai aterm ( Nurul Jannah, 2012:104-
105).
i. Sistem Pernafasan
Ruang abdomen yang membesar karena meningkatnya ruang
rahim dan pembentukan hormon progesteron menyebabkan paru-
paru berfungsi sedikit berbeda dari biasanya. Wanita hamiv
bernapas lebih cepat dan lebih dalam karena memerlukan oksigen
lebih banyak untuk janin dan untuk dirinya. Lingkar dada wanita
hamil agak lebih meKmbesar, lapisan salurann pernapasan
menerima lebih banyak darah dan menjadi agak tersumbat oleh
penumpikkan darah ( kongesti). Kadang hidug dan tenggorokkan
mengalami penyumbatan parsial akibat kongesti ini ( Nurul Jannah,
2012:106). Perubahan Psikologis Ibu Hamil
a. Trimester Pertama
Segera setelah terjadi  peningkatan hormon estrogen dan progesteron
dalam tubuh maka akan segera muncul  berbagai ketidaknyamanan
secara fisiologis pada ibu misalnya mual muntah , keletihan dan
pembesaran pada payudara. Hal ini akan memicu perubahan psikologi
seperti berikut ini.
a) Ibu akan membenci kehamilannya, merasakan kekecewaan,
penolakan,
kecemasan dan kesedihan
b) Mencari tahu secara aktif apakah memang benar – benar hamil
dengan
memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan seringkali
memberitahukan orang lain apa yang dirahasiakannya
c) Hasrat melakukan seks berbeda – beda pada setiap wanita. Ada
yang meningkat libidonya, tetapi ada juga yang mengalami

30
penurunan. Pada wanita yang mengalami penurunan libido, akan
menciptakan suatu kebutuhan untuk berkomunikasi secara
terbuka dan jujur dengan suami.
d) Bagi calon suami sebagai calon ayah akan timbul kebanggan,
tetapi
bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan untuk mencari
nafkah bagi keluarga.
b. Trimester Kedua
Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sdah terbiasa dengan
kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat kehamilan 
sudah mulai berkurang. Perut ibu pun belum terlalu besar sehingga
belum terlalu dirasakan ibu sebagai beban. Ibu sudah menerima
kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energi dan pikirannya
secara lebih kontruktif. Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan
gerakan janinnya dan ibu mulai meraskaan kehadiran bayinya sebagai
seseorang diluar dirinya dan dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasa
terlepas dari kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang
dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya
libido.
c. Trimester ketiga
Trimester ketiga biasanya disebut dengan periode menunggu dan
waspada sebab pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kehadiran
bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal
yang mengingatkan ibu akan lahir sewaktu – waktu. Ini menyebabkan
ibu meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala
terjadinya persalinan pada ibu. Seringkali ibu  merasa khawatir  atau
takut kalu – kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal.
Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan
menghindari orang atau benda apa saja yang dianggap

31
membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut
akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu
melahirkan. Trimester juga saat persiapan aktif untuk kelahiran
bayinya dan menjadi orang tua.keluarga mulai menduga – duga
apakah bayi mereka laki – laki atau perempuan dan akan mirip siapa.
Bahkan sudah mulai memilih nama unutk bayi mereka (Marjati dkk,
2010)

6. Perubahan dan Adaptasi Psikologis dalam Masa Kehamilan


a. Kehamilan Trimester I
Trimester pertama sering dianggap periode penyesuaian.
Penyesuaian yang dilakukan wanita terhadap kenyataan ini dan arti
semua ini bagi dirinya merupakan tugas psikologis yang paling
penting pada trimester pertama kehamilan.
Seabgian besar wanita merasa sedih dan ambivalen tentang
kenyataan bahwa ia hamil. Kurang lebih 80% wanita mengalami
kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi, dan kesedihan. Hingga
kini masih diragukan bahwa seorang wanita lajang bahkan telah
merencanakan dan menginginkan kehamilan atau telah berusaha
keras untuk hamil tidak mengatakan pada dirinya sedikitnya satu
kali bahwa ia sebenarnya berharap tidak hamil. Keseragaman
kebutuhan ini perlu dibicarakan dengan wanita karena ia cenderung
meyembunyikan ambivalensi atau perasaan negatifnya ini karena
persaan tersebut bertentangan dengan apa yang menurutnya
semestinya ia rasakan. Hal ini akan terlihat jelas terutama pada
wanita yang telah beberapa kali mengalami keguguran dan bagi para
tenaga kesehatan profesional wanita yang cemas akan
memungkinkan terjadinya keguguran kembali atau terotoma.

32
(Elizabeth, 2013:67).
b. Kehamilan trimester II
Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang
baik, yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari
segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Namun
trimester kedua juga merupakan fase ketika wanita menelusur dan
paling banyak mengalami kemunduran. Trimester kedua sebenarnya
terbagi atas dua fase yaitu pra queckening dan pasca queckening.
Queckening menunjukkan adanya kenyataan kehidupan yang
terpisah, yang menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan
tugas psikologis utamanya pada trimester kedua, yakni
mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri yang
berbeda dari ibunya.
c. Kehamilan trimester III
Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan
penuh kewaspadaan. Sejumlah ketakutan muncul pada trimester
ketiga. Wanita mungkin merasa cemas dengan kehiduapan bayi dan
kehidupannya sendiri, seperti apakah banyinya nanti akan lahir
abnormal, terkait persalinan dan pelarian 9 nyeri, kehilangan kendali,
hal-hallain yang tidak diketahui), apakah ia akan menyadari bahwa ia
akan bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena perutnya
sudah luar biasa besar. Atau apakah organ vitalnya akan mengalami
cedera akibat tendengan bayi (Elizabeth, 2013:69)

33
7. Kunjungan Pelayanan Antenatal Care
Kunjungan antenatal pertama mungkin hal yang paling penting
dalam kehamilan dan merupakan kesempatan bagi ibu dan bidan untuk
saling mengenal ( Helen dan Jennifer, 2013:21).
Kunujungan ANC dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan yaitu :
a. Trimester I sebelum 14 minggu
1) Mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum
membahayakan jiwa
2) Mencegah masalah, misalnya tetanus neonatal, anemia, kebiasaan
tradisional yang berbahaya
3) Membangun hubungan saling percaya
4) Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi
komplikasi
5) Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat,
seks, dan sebagainya)
b. Trimester II 14-28 minggu
1) Mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum
membahayakan jiwa
2) Mencegah masalah misalnya tetanus neonatal, anemia, kebiasaan
tradisionalnya yang berbahaya
3) Mencegah masalah misalnya tetanus neonatal, anemia, kebiasaan
tradisionalnya yang berbahaya
4) Mencegah masalah misalnya tetanus neonatal, anemia, kebiasaan
tradisionalnya yang berbahaya
5) Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat,
seks, dan sebagainya)
6) Kewaspadaan khusus terhadap hipertensi kehamilan ( deteksi
gejala pre eklampsia, pantau TD, evaluasi edema dan proteinuria)

34
c. Trimester III 28-36 minggu
1) Mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum
membahayakan jiwa
2) Mencegah masalah misalnya tetanus neonatal, anemia, kebiasaan
tradisionalnya yang berbahaya
3) Membangun hubungan saling percaya
4) Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi
komplikasi
5) Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat,
seks, dan sebagainya)
d. Setelah 36 minggu
1) Mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum
membahayakan jiwa
2) Mencegah masalah misalnya tetanus neonatal, anemia, kebiasaan
tradisionalnya yang berbahaya
3) Membangun hubungan saling percaya
4) Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi
komplikasi
5) Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat,
seks, dan sebagainya)
6) Deteksi kelainan letak atau kondisi yang memerlukan persalinan
di RS (Elisabeth, 2016:19-20).
e. Minggu 38 (ulangi pada minggu ke-40 untuk nulipara)
Pemeriksaan antenatal lengkap
f. Minggu 41
1) Pemeriksaan antenatal lengkap seperti sebelumnya
2) Pengkajian untuk induksi persalinan atau peningkatan
pengawasan janin ( S. Elisabeth dan Jason, 2013: 5).

35
8. Penatalaksanaan
Pelayanan Ante Natal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar
pelayanan Ante Natal Care (ANC), selengkapnya mencakup banyak hal
yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik baik umum dan kebidanan,
pemeriksaan laboratorium atas indikasi serta intervensi dasar dan
khusus sesuai dengan resiko yang ada.
Namun dalam penerapan operasionalnya dikenal standar minimal
”7T” untuk pelayanan Ante Natal Care (ANC) yang terdiri atas:
1) (Timbang) berat badan
Ukuran berat badan dalam kg tanpa sepatu dan memakai pakaian
yang seringan-ringannya. Berat badan kurang dari 45 kg pada
trimester III dinyatakan ibu kurus kemungkinan melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah.
2) Ukur (tekanan) darah
Untuk mengetahui setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan
dan mengenali tanda-tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta
mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
3) Ukur (tinggi) fundus uteri
Pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi
untuk memperkirakan usia kehamilan; serta bila umur kehamilan
bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya
kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta
melakukan rujukan tepat waktu.
4) Pemberian imunisasai (Tetanus Toksoid) TT lengkap.
5) Untuk mencegah tetanus neonatorum.

36
Tabel 1  Jadwal Pemberian Imunisasi TT
Antigen Interval (selang Lama %
waktu minial) Perlindungan
TT 1 Pada kujungan - -
antenatal pertama
TT 2 4 minggu setelah TT 3 tahun 80
1
TT 3 1-6 bulan setelah TT 5 tahun 95
2
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 95
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun/seumur 99

Keterangan :   apabila dalam waktu tiga (3) tahun WUS tersebut


melahirkan maka bayi yang dilahirkan akan terlindungi dari tetanus
neonatorum.Pemberian (tablet besi) minimnal 90 tablet selama
kehamilan

6) (Tes)  terhadap penyakit menular seksual


Melakukan pemantauan terhadap adanya PMS agar perkembangan
janin berlangsung normal.
7) (Temu)  wicara dalam rangka pensiapan rujukan. Memberikan saran
yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya tentang tanda-
tanda resiko kehamilan.

9. Pemeriksaan Leopold
a. Leopold I:
Untuk menemukan presentasi dengan cara mengidentifikasi
bagian tubuh fetus apa yang berada di fundus dan daerah pelvik.

37
Caranya: Menghadap ke kepala pasien, gunakan jari-jari kedua tangan
mempalpasi fundus uteri. Jika kepala yang berada di fundus maka akan
terassa keras, bulat dan melenting. Jika bokong teraba di fundus, maka
akan terasa lembut, tidak bulat dan gerakan kurang.
b. Leopold II
Untuk menemukan posisi janin (punggung janin).
Caranya: Menghadap pada kepala pasien, letakkan kedua tangan pada
kedua sisi abdomen. Letakkan tangan pada satu sisi dan tangan lain
mempalpasi sisi yang berbeda untuk menemukan bagian punggung
janin. Jika punggung akan teraba cembung dan resisten.
c. Leopold III:
Untuk mengidentifikasi bagian apa dari janin yang dekat dengan
daerah pelvik.
Caranya:  Letakkan 3 jari pertama tangan yang dominan pada sisi
abdomen di atas simpisis pubis dan minta pasien menarik napas
panjang dan menghembuskannya. Pada saat mengeluarkan napas,
gerakkan tangan turun perlahan dan menekan sekitar daerah tersebut.
Jika kepala akan teraba keras, bulat, dan bergerak jika disentuh. Jika
bokong akan teraba lembut dan tidak beraturan.
d. Leopold IV
Untuk mengidentifikasi bagian yang menonjol dari bagian
terendah janin masuk ke pintu atas panggul.
Caranya: Menghadap ke kaki pasien dengan lembut gerakan tangan
turun ke sisi abdomen mendekati pelvis sampai salah satu tangan
merasakan bagian tulang yang timbul. Ada 3 keadaan yaitu:
Konvergen yaitu jika bagian yang masuk baru sebagian kecil, sejajar
yaitu jika bagian yang masuk baru setengah, divergen yaitu jika
hampir sebagian besar dari tubuh janin masuk ke dalam rongga
panggul.

38
10. Perdarahan Antenatal Care
1) Perdarahan pada Kehamilan muda
a. Abortus
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti
dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil
konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut. Abortus biasanya disertai dengan perdarahan di dalam
desidua basalis dan perubahan nekrotik di dalam jaringan-
jaringan yang berdekatan dengan tempat perdarahan. Ovum yang
terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi benda
asing di dalam uterus sehingga merangsang kontraksi uterus dan
mengakibatkan pengeluaran janin.
b. Kehamilan Ektopik
Proses implantasi ovum yang dibuahi terjadi di tuba pada
dasarnya sama halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi
secara kolumner. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh
kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan
kemudian direasibsu, setekag tempat nidasi tertutup, maka telur
dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang
menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis.
Pembentukan desidua di tuba tidak sempurna. Perkembangan
janin selanjutnya bergantung pada beberapa factor, seperti tempat
implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan
yang terjadi oleh invasi trofoblas. Mengenai nasib kehamilan
dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan.Sebagian besar
kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai

39
10 minggu.
1) Hasil konsepsi mati dini dan resorbsi
2) Abortus ke dalam lumen tuba
3) Rupture dinding tuba. Prinsip patofisiologi yakni terdapat
gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam
prjalanannya menuju kavum utei. Pada suatu saat kebutuhan
embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai
darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberfapa kemungkinan
akibat dari hal ini yaitu :
a) Kemungkinan “tubal abortion “, lepas dan keluarnyda
darah dan jaringan ke ujung distal (timbria) dan ke rongga
abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan
ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke
rongga peritoneum baisanya tidak begityu banyak karena
dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
b) Kemungkinan rupture dinding tuba ke dalam rongga
peritoneum, sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba.
c) Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Rupture dinding
tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus
dan biasanya pada kehamilan muda.
Rupture dapat terjadi secara spontan atau karena trauma
koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan
terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang
sedikit hinggabanyak, sampai menimbulkan syok dan
kematian.
2) Perdarahan pada kehamilan Lanjut
a.Plasenta Previa
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus.
Kadang-kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada
segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai
plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama

40
kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi
serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding
uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga
terjadi pendarahan.

b. Solusio Plasenta
Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam
desidua basalis yang kemudian terbelah dan meningkatkan
lapisan tipis yang melekat pada mometrium sehingga terbentuk
hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan
akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian
tersebut. Ruptur pembuluh arteri spiralis desi dua menyebabkan
hematoma retro plasenta yang akan memutuskan lebih banyak
pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan
mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan
adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk
menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang
mengalir keluar dapat melepaskan Selaput ketuban.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengakjian

41
a. Anamnesa identitas istri dan suami
b. Anamnesa umum : keluhan kehamilan (mual,muntah, sakit kepala,
nyeri ulu hati), nafsu makan, tidur, miksi, defekasi, perkawinan
c. Tentang kehamilan, persalinan, keguguran dan kehamilan ektopik
atau
kehamilan mola sebelumnya
Pemeriksaan Fisik Diagnostik
a. Keadaan umum
Dengan inspeksi, dapat diperoleh gambaran mengenai
keadaan  panggul. Adanya kesempitan atau kelainan panggul,
dapat diduga bila terlihat jalannya ibu tidak normal, misalnya
pincang, ibu sangat pendek, adanya kelainan panggul (kifosis,
skoliosis), kelainan belah ketupat dari michealis (tidak simetris).
b. Tinggi badan
Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor risiko untuk
ibu hamil atau ibu bersalin. Jika tinggi badan kurang dari 145 cm
dimungkinkan sang ibu memiliki panggul sempit.
c. Berat badan
Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5
kg/minggu. Bila dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat
badan selama hamil muda 5 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan
III) masing-masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan,
pertambahan berat badan total adalah 9-12 kg. Bila terdapat BB
yang berlebihan, perlu dipikirkan adanya risiko bengkak,
kehamilan kembar, hidroamnion, dan anak besar.
d. Lingkar lengan atas (LILA)
LILA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status
gizi yang kurang/buruk. Ibu beresiko untuk melahirkan anak
dengan BBLR.
e. Tanda-tanda vital
 Tekanan darah

42
TD yang tinggi (lebih dari 140/90 mmHg) merupakan resiko
dalam kehamilan. Penanganan yang kurang tepat, TD sistolik
30 mmHg atau lebih, dan/atau diastolik 15 mmHg atau lebih
dapat berlanjut menjadi preeklamsi dan eklamsi.
 Denyut nadi
Jumlah denyut nadi normal adalah sekitar 80 kali/menit.
 Suhu
Suhu tubuh ibu hamil lebih dari 37,5oC dikatakan demam, hal
ini kemungkinan ada infeksi dalam kehamilan.
 Pernapasan
Frekuensi napas normal orang dewasa adalah 16-20 kali/menit.
Bila ibu mengalami peningkatan frekuensi napas, ibu akan
mudah lelah atau kemungkinan dicurigai mempunyai penyakit
jantung.
f. Kepala dan Leher
 Memeriksa apakah terdapat edema pada wajah
 Memeriksa apakah kelopak mata bagian bawah tampak pucat,
berwarna kuning/jaundice pada sclera
 Memeriksa apakah rahang pucat dan periksa juga keadaan gigi
 Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui pembesaran
kelenjar tiroid, pembesaran pembuluh limfe dan pembesaran
vena jugularis
g. Payudara
 Amati bentuk, ukuran dan kesimetrisannya; payudara normal
melingkar, agak simetris, dan dapat dideskripsikan kecil,
sedang, dan besar
 Puting payudara menonjol atau masuk ke dalam
 Adanya kolostrum atau cairan lain, misalnya ulkus
 Retraksi akibat adanya lesi
 Masa atau pembesaran pembuluh limfe
h. Abdomen

43
 Memeriksa apakah ada bekas luka operasi
 Mengukur tinggi fundus uteri menggunakan tangan bila usia
kehamilan > 12 minggu, atau pita ukuran bila usia
kehamilan     > 22 minggu
 Melakukan palpasi untuk mengetahui letak presentasi, posisi,
dan penurunan kepala janin kalau lebih dari 36 minggu
Pemeriksaan Leopold :
Leopold I   : 
 Pemeriksaan menghadap kemuka ibu hamil
 Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam
fundus
 Konsistensi uterus
Leopold II  :
 Menentukan batas samping rahim kanan-kiri
 Menentukan letak punggung janin
 Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin
Leopold III  : 
 Menentukan bagian terbawah janin
 Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk/ masih
goyang
Leopold IV  :
 Pemeriksa menghadap kea rah kaki ibu hamil
 Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan
berapa jauh sudah masuk PAP
i.  Tangan dan kaki
 Memeriksa apakah tangan dan kaki edema atau pucat pada
kuku jari
 Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya varises
 Memeriksa refleks patela untuk melihat apakah terjadi gerakan
hipo atau hiper
j. Pemeriksaan panggul

44
1) Panggul : genital luar
 Memeriksa labia mayora dan minora, klitoris, lubang
uretra, introitus
vagina untuk melihat adanya tukak atau luka, varises,
cairan yang ada (warna, konsistensi, jumlah, bau)
 Melakukan palpasi pada kelenjar bartolini untuk
mengetahui adanya pembengkakan masa atau cairan kista
2) Panggul : menggunakan speculum
 Memeriksa serviks untuk melihat adanya cairan/darah,
luka/lesi,
apakah serviks sudah membuka atau belum
 Memeriksa dinding vagina untuk melihat adanya
cairan/darah dan luka
3) Panggul : pemeriksaan bimanual
 Mencari letak serviks dan merasakan untuk mengetahui
pembukaan (dilatasi) dan rasa nyeri karena gerakan (nyeri
tekan atau nyeri goyang)
 Menggunakan dua tangan, satu tangan di atas abdomen, dua
jari di dalam vagina untuk palpasi uterus. Ukuran, bentuk
dan posisi, mobilitas, rasa nyeri, serta adanya masa.
4) Auskultasi untuk mendengar denyut jantung janin (DJJ) :
a. Dari Janin  : 
 Djj pada bulan ke 4-5
 Bising tali pusat
 Gerakan dan tendangan janin
b. Dari ibu     :
 Bising rahim
 Bising aorta
 Peristaltik usus
5) Pemeriksaan Dalam
a. Vaginal Toucher (VT)

45
b. Rectal Toucher (RT)
Dapat dinilai :
 Pembukaan serviks : berapa cm/ jari
 Bagian anak paling bawah : kepala, bokong serta
posisinya
 Turunnya bagian terbawah menurut bidang Hodge

2. Diagnosa Keperawatan
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan keinginan untuk makan akibat mual  dan
muntah.
2) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
akibat vomitus
3) Ansietas berhubungan dengan konsep diri sekunder akibat
kehamilan.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, dispnea
sekunder akibat penekanan pembesaran uterus pada diafragama
dan peningkatan volume darah
5) Risiko terhadap perubahan membrane mukosa oral berhubungan
membrane mukosa oral berhubungan dengan gusi hiperemik
sekunder akibat kadar estrogen dan progesterone
6) Resiko perubahan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
darah dan nutrisi kejaringan-jaringan sekunder akibat dehidrasi
7) Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan informasi

3. Intervensi keperawatan

46
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan keinginan untuk makan akibat mual  dan
muntah.
Kriteria hasil :
 Meningkatkan masukan oral
 Menjelaskan faktor-faktor penyebab bila diketahui
Intervensi :
 Tentukan kebutuhan kalori harian yang realistis dan adekuat
 Timbang BB setiap hari
 Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
 Beri dorongan individu makan makanan yang kering
2) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
akibat vomitus
dan asupan cairan yang tidak adequat
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
 Keseimbangan cairan dan elektrolit akan kembali ke kondisi
normal, yang terbukti dengan turgor kulit normal, membran
mukosa lembab, berat badan stabil, tanda-tanda vital dalam
batas normal; elektrolit, serum, hemoglobin, hematokrit, dan
berat jenis urin akan berada dalam batas normal
 Pasien tidak akan muntah lagi
 Pasien akan mengkonsumsi asupan dalam jumlag yang
adequat.
Intervensi:
 Tentukan frekuensi atau beratnya mual/muntah.
 Tinjau ulang riwayat kemungkinah masalah medis lain
(misalnya\
Ulkus
 Kaji suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa, TD,
input/output dan

47
 berat jenis urine. Timbang BB Pasien setiap hari.
 Anjurkan peningkatan asupan minuman berkarbonat,
makan sesering mungkin dengan jumlah sedikit. Makanan
tinggi karbonat seperti : roti kering sebelum bangun dari
tidur.
 Berikan obat sesuai indikasi misalnya vitamin dan
suplemen mineral misalnya siano kobalamin (vit.B12),
asam folat (flovite), asam askorbat (vitamin C).
3) Ansietas berhubungan dengan konsep diri sekunder akibat
kehamilan.
Kriteria hasil :
 Menggambarkan ansietas dan pola kopingnya
 Menghubungkan peningkatan kenyamanan psikologis
 Menggambarkan mekanisme kopinh yang efektif
Intervensi :
 Gali ketakutan dan kekhawatiran selama hamil
 Bantu pasangannya mengenali harapan yang tidak realistis
 Terima ansietasnya dan kenormalan dari proses tersebut
 Diskusikan kekhawatiran inin dengan Pasien dan pasangannya
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, dispnea
sekunder akibat penekanan pembesaran uterus pada diafragama
dan peningkatan volume darah
Kriteria hasil :
 Mengidentifikasi factor-faktor yang menurunkan toleransi
aktivitas
 Menurunkan penurunan gejala-gejala intoleransi aktivitas

48
Intervensi :
 Jelaskan penyebab keletihan dan dispnea pada pertnegahan
kehamilan
dan masa akhir kehamilan
 Perubahan pada pusat gravitasi
 Peningkatan berat badan
 Tekanan pembesaran uterus pada diafragma
 Ajarkan metode penghematan energy
5) Risiko terhadap perubahan membrane mukosa oral berhubungan
membrane mukosa oral berhubungan dengan gusi hiperemik
sekunder akibat kadar estrogen dan progesterone.
Kriteria hasil :
 Memperlihatkan integritas rongga mulut
 Bebeas dan rasa tidak nyaman saat makan dan minum
Intervensi :
 Diskusikan pentingnya hygiene oral setiap hari dan
pemeriksaan gigi
secara periodic
 Ingatkan untuk memberi tahu dokter gigi tentang kehamilan
 Jelaskan bahwa hipertropi dan nyeri tekan guzi adalah normal
pada kehamilan.
6) Resiko perubahan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
darah dan nutrisi kejaringan-jaringan sekunder akibat dehidrasi
Tujuan : Tidak terjadi ganguan integritas kulit.
Kriteria hasil :
 Mengidentifikasi dan menunjukkan perilaku untuk
mempertahankan kulit halus, kenyal, utuh.
Intervensi :
 Observasi kemerahan, pucat, ekskoriasi
 Dorong mandi tiap 2 hari satu kali, pengganti mandi tiap hari.
 Gunakan krim kulit dua kali sehari dan setelah mandi.

49
 Diskusikan pentingnya perubahan posisi sering, perlu untuk
mempertahankan aktivitas.
 Tekankan pentingnya masukan nutrisi/cairan adequat.
7) Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan informasi
Tujuan: Pasien mengerti tentang perubahan fisiologis dan
pskologis yang normal dan tanda-tanda bahaya kehamilan.
Kriteria hasil:
 Pasien menjelaskan perubahan fisiologis dan pskologis normal
berkaitan dengan kehamilan trimester pertama.
 Pasien menunjukkan perilaku perawatan diri sendiri yang
meningkatkankesehatan.
 Mengidentifikasi tanda-tanda bahaya kehamilan.
Intervensi:
 Jelaskan tentang Hiperemesis Grvidarum dan kaji pengetahuan
pasien.
 Berikan pendidikan kesehatan tentang hiperemesis gravidarum.
 Buat hubungan perawat-Pasien yang mendukung dan terus
menerus.
 Evaluasi pengetahuan dan keyakinan budaya saat ini
berkenaan dengan
 perubahan fisiologis/psikologis yang normal pada kehamilan,
serta
 keyakinan tentang aktivitas, perawatan diri dan sebagainya.
 Klarifikasi kesalahpahaman.
 Tentukan derajad motivasi untuk belajar
 Pertahankan sikap terbuka terhadap keyakinan Pasien/pasangan.
 Jawab pertanyaan tentang perawatan dan pemberian makan bayi
 Identifikasi tanda bahaya kehamilan, seperti perdarahan, kram,
nyeri

50
 abdomen akut, sakit punggung, edema, gangguan penglihatan,
sakit
 kepala dan tekanan pelvis.

DAFTAR PUSTAKA

51
Baston, Helen dan Jennifer Hall, Midwifery Esesential ANTENATAL, Jakarta: EGC,
2013

Henderson,C,. Jones,K.2010.Buku Ajar Konsep Kebidanan.Jakarta : EGC

Lalita, Elisabeth, M. F. Asuhan Kebidanan Kehamilan , Jakarta: In Media 2013

Masriroh, Siti. 2013. Keperawatan Obstetri & Ginekologi.Imperium : Yogyakarta

Nadyah, Kegawatdaruratan Neonatal Anak dan Maternal. Makassar-Samata


Gowa: UIN Press, 2013.

TINJAUAN TEORI PREEKMPLASI

52
A. Definisi
Preeklampsia dan eklampsia meruapakan salah satu masalah kesehatan
yang sering terjadi dalam kehamilan. Preeklampsia dan eklampsia dapat
menyebabkan retardasi mental, morbiditas dan mortitilitas bayi, kelahiran
prematur, dan kematian ibu. Preeklampsia didefinisikan sebagai timbulnya
hipertensi disertai dengan proteinuria pada umur kehamilan lebih dari 20
minggu atau segera setelah persalinan. Preeklampsia merupakan gangguan
multisistem pada kehamilan yang dikarakteristikkan disfungsi endotelial,
peningkatan takanan darah karena vasokontriksi, proteinurinea akibat
kegagalan glomeru, dan udema akibat peningkatan permeabilitas vaskular.
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang tonik klonik yang
dissusul dengan koma. Kejang eklampsia dapat terjadi pada saat antepartum
(53%), intrapartum (19%), dan postpartum (28%). Sangat jarang eklampsia
terjadi pada akhir masa postpartum (48 jam setelah kelahiran) (Yulia
Fauziyah, 2012:17).
Preeklampsia berat ialah pre eklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥
160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria
lebih 5 g/24 jam (Sarwono, 2014:544).
Pre eklampsia berat dibagi atas 2 kategori yaitu, pre eklampsia berat
tanpa impending eclampsia, dan pre eklampsia berat dengan impending
eclampsia dengan gejala-gejala impending seperti nyeri kepala, mata kabur,
mual atau muntah, nyeri epigastrum dan nyeri kuadran kanan atas abdomen
(Dewi Setiawati, 2013:179).
Pre eklampsia berat dibagi atas 2 kategori yaitu, pre eklampsia berat
tanpa impending eclampsia, dan pre eklampsia berat dengan impending
eclampsia dengan gejala-gejala impending seperti nyeri kepala, mata kabur,
mual atau muntah, nyeri epigastrum dan nyeri kuadran kanan atas abdomen
(Dewi Setiawati, 2013:179)
B. Epidemiologi

53
Insiden pre eklampsia di negara berkembang sekitar 1,8%-18%. Pre
eklampsia dan eklampsia menempati urutan kedua sebagai penyebab
kematian ibu di Indonesia dengan presentasi sebesar 26,9% pada tahun
2012 dan meningkat 27,1% pada tahun 2013 (Depkes RI, 2015).

C. Etiologi
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2014) Terdapat banyak faktor risiko
untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat di kelompokkan
dalam faktor risiko sebagai berikut:
1. Primigravida, primipaternitas.
2. Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multiple,
diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar.
3. Umur yang ekstrim ( <18 tahun atau >35 tahun )
4. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia.
5. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil.
6. Obesitas
Menurut Miko dan Pratiwi (2017) Terdapat beberapa indikator
antropometrik yang kerapdipakaiadalah pengukuran berat badan
berdasarkan usia (BB/U), Tinggi badan (TB/U),dan berat badan
berdasarkan tinggi badan ( BB/TB) dan dihitung menggunakan Indeks
Massa Tubuh (IMT)

54
Klasifikasi IMT untuk wilayah Asia Pasifik :
Klasifikasi BMI(Kg/m2)
Abnormal <18,5
Ideal 18,5 – 24,9
Berat badan berlebih >25
Pra-obesitas 25-29,9
Obesitas stadium 1 30-34,9
Obesitas stadium 2 35-39
Obesitas stadium 3 >40

D. Manifestai Klinik
Menurut Purwoatui (2014) Manifestasi klinis untuk hipertensi ringan
dalam kehamilan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Tekanan darah diastolik <100 mmHg.
2. Proteinuria samar sampai +1.
3. Peningkatan enzim hati minimal.
Menifestasi klinis untuk hipertensi berat dalam kehamilan antara lain
sebagai berikut:

1. Tekanan darah distolik 110 mmHg atau lebih


2. Proteinuria 2+ persisten atau lebih Nyeri kepala
3. Gangguan penglihatan
4. Nyeri abdomen atas
5. Oliguria
6. Kejang
7. Kreatinin meningkat
8. Trombositopenia
9. Peningkatan enzim hati
10. Pertumbuhan janin terhambat
11. Edema paru

E. Patofisiologi

55
Menurut Nuraini (2011) Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh
darah yang disertai dengan retensi air dan garam. Pada biopsi ginjal
ditemukan spasme hebat arteriola glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen
aretriola sedemikan sempitnya sehingga nyata dilalui oleh satu sel darah
merah. Jadi jika semua arteriola di dalam tubuh mengalami spasme maka
tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasai kenaikan tekanan
perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat
badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan
dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi
air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga
terjadi perubahan pada glomerolus.
Vosokontriksi merupakan dasar patogenesis preeklampsia yang dapat
menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi.
Adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel
setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriola disertai
perdarahan mikro tempat endotel.
Pada preeklampsia serum antioksidan kadarnya menurun dan plasenta
menjadi sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil
normal, serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang
berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar
dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan
sampai kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel- sel endotel
tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan mengakibatkan antara lain ;
adhesi dan agregasi trombosit, gangguan permeabilitas lapisan endotel
terhadap plasma, terlepasnya enzim lisosom, thromboksan dan serotonin
sebagai akibat rusaknya trombosit.

Produksi tetrasiklin terhenti, terganggunya keseimbangan prostasiklin dan


tromboksan, terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen dan
perioksidase lemak.

56
Pathway

Primigravida, primipaternitas, Hiperplasentosis,


misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multiple,
SC
diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar.
Umur yang ekstrim ( <18 tahun atau >35 tahun )
Riwayat keluarga pernah
preeklampsia/eklampsia.
Sistem saraf

Pre Eklampsia Luka operasi

Penurunan tekanan Hambatan


nyeri
osmotic koloid Mobilitas

Oedema

Peningkatan BB

Tidak mendapat informasi yang ade kuat

Pasien tidak mengerti


dengan penyakitnya

Kurang pengetahuan

57
F. Faktor Resiko
Beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia dan
eklampsia diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Risiko yang berhubungan dengan partner laki-laki berupa primigravida
(resiko primigravida 2 kali lebih besar daripada multigravida), umur yang
ekstrim terlalu muda atau terlalu tua untuk kehamilan, partner laki-laki
yang pernah menikahi wanita yang kemudian hamil dan mengalami
preeklampsia, inseminasi donor dan donor oocyte.
2. Resiko yang berhubungan dengan riwayat penyakit dahulu dan riwayat
penyakit keluarga berupa riwayat penyakit preeklampsia, hieprtensi
kronis, penyakit ginjal, obesitas,diabetes gestsional.
3. Resiko yang berhubungan dengan kehamilan berupa mola hidatidosa
kehamilan multipel, hydrops fetals (Yulia Fauziyah, 2012:18).
G. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
preeklampsia adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :
1) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr %)
2) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol %).
3) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ).
b. Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine.

c. Pemeriksaan Fungsi hati


1) Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ).
2) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat.
3) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
4) Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT )
meningkat (N= 15-45 u/ml).

58
5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT)
meningkat (N= <31 u/l).
6) Total protein serum menurun (N= 6,7-8,7 g/dl)
7) Tes kimia darah
8) Asam urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dl)
2. Radiologi
a. Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan
ketuban sedikit.

b. Kardiotografi
Di ketahui denyut jantung lemah
H. Penatalaksanaan
Menurut Pratiwi (2017) penatalaksanaan pada preeklampsi adalah
sebagai berikut :
1. Tirah Baring miring ke satu posisi.
2. Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ.
3. Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan
garam.
4. Pemenuhan kebutuhan cairan : Jika jumlah urine < 30 ml/jam
pemberian cairan infus Ringer Laktat 60-125 ml/jam.
5. Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan diuretik.
6. Monitor keadaan janin ( Aminoscopy, Ultrasografi).
Monitor tanda-tanda kelahiran persiapan kelahiran dengan
induksi partus pada usia kehamilan diatas 37 minggu.

59
I. Konsep Dasar Keperawatan
1. Identitas Ibu
Sering terjadi usia<18 atau >35 tahun. Status perkawinan pasien,
dan pekerjaan. Terjadi pada primigravida atau multipra dengan usia lebih
tua (Bobak, 2016).

2. Riwayat Kesehatan
Pada Pasien post sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi
berat terdapat nyeri pada bekas luka sectio caesaria. Pada umum nya
pasien post sectio caesaria dengan indikasi preeklamsi berat akan
mengalami keterbatasan aktifitasnya karena ada nyeri pada bagian
abdomennya ada luka bekas sayatanya, nyeri seperti diiris-iris atau
ditusuk dengan skala nyeri 1 sampai 10.

3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Dalam riwayat kesehatan dahulu perlu dikaji apakah Pasien perna
mengalami riwayat sectio caseria sebelimnya. Riwayat alergi
terhadap obat dan makanan. Serta ada tidaknya penyakit yang dapat
memperberat keadaan Pasien seperti: penyakitginjal, anemia,
vaskuler asensial, hipertensi kronik, dieabetes melitus.

b. Riwayat Kehamilan Yang Lalu


Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu perlu diketahui
tentang umur kehamilan, pemeriksaan kehamilan, informasi tentang
umur kehamilan, pemeriksaan kehamilan,imunisasi yang didapatkan,
keluhan selama kehamilan, pernah mengalami abortus atau tidak,
melahirkan dimana, ditolong siapa dan apakah ada penyulit selama
kehamilan

60
c. Riwayat persalinan sekarang
Riwayat persalinan sekarang meliputi: hari, tanggal, jam persalinan
operasi sectio caesaria, penolong persalinan, penyulit
persalinan(pada penderita preeklamsi ibu akan mengalami kenaikan
tekanan darah tinggi, oedema, dan proteinuria), penanganan
persalinan biasanya dilakukan sectio caesaria, keadaan bayi hidup
atau mati,dan biasanya pasa kasus preeklamsi bayi akan mengalami
prematur atau BBLR

d. Riwayat Keluarga Berencana


Meliputi alat kontrasepsi yang digunakan, lama penggunaan,
keluhan selama penggunaa, jumlah anak yang direncanakan, pada
Pasien post sectio caesaria dengan indikasi preeklamsi tidak ada
hubunganya denga keluarga berencana yang digunakan oleh Pasien.

e. Riwayat Perkawinan
Meliputi usia Pasien dan suami saat menikah, pernikahan yang ke
berapa bagi Pasien dan suami Pasien. Pada Pasien dengan
preeklamsi usia sangat mempengaruhi karena hamil ketika usia
diatas 35 tahun rentan terhadap terjadinya preeklamsi

f. Pengkajian Nifas
Pada persalinan lalu apakah pernah mengalami demam,
keadaan lochia, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat
aktifitas setelah melahirkan, keadaan perineal, abdominal, nyeri
pada payudara, kesulitan eliminasi, keberhasilan pemberian ASI,
respond an support keluarga.kontraksi kuat dan terletak di
umbilikus.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : ibu baik
b. Kesadaran : komposmentis

61
c. TB : 154 cm
LL : 24 cm
BB sebelumnya : 50 kg
BB sekarang : 63 kg
d. Pemeriksaan Tanda-tanda Vita[
TD : 170/110 mmHg S : 36,8 ºc
N :82 x/menit R : 22 x/m
e. Pemeriksaan fisik Head to Toe
1) Kepala
a) Inspeksi : kulit kepala bersih, rambut lurus dan tidak
ada ketombe
b) Palpasi : tidak rontok, tidak ada oedema, tidak ada nyeri
tekan
2) Wajah
a) Inspeksi : Simestris kiri dan kanan, ada cloasma
gravidarum
b) Palpasi : Todak ada odema dan tidak ada nyeri tekan
3) Mata
a) Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
b) Palpasi : Konjungtiva merah muda dan sklera putih
4) Mulut dan gigi
a) Inspeksi : Mulut dan gigi bersih, tidak terdaat gigi
caries
5) Telinga
a) Inspeksi : Simetris kiri dam kanan, tidak ada serumen
b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
6) Leher
a) Palpasi : Tidak ada pembesaran kelnjar limfe,
kelenjar tyroid dan vena jugularis
7) Payudara
a) Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, putting susu

62
menonjol keluar serta hiperpigmentasi pada areola mamae
b) Palpasi : Tidak ada massa dan nyeri tekan

8) Abdomen
a) Inspeksi : Tidak ada bekas operasi dan tampak linea
nigra striae alba
b) Palpasi :
Leopold I : TFU 3 jari di atas pusat, 27 cm teraba bokong
Leopold II : Puki
Leopold III : Kepala
Lepolold IV : BAP
LP : 85 cm
TBJ : 85 X 27 = 2295 gr
c) Auskultasi : DJJ terdengar jelas dan teratur pada kudran
kiri bawah perut Ibu dengan frekuensi 142 /m
9) Ekstermitas
 Ekstermitas atas
a) Inspeksi : Simetris kiri dan kanan dan terpasang infus
RL pada bagian tangan kiri
b) Palpasi : Tidak ada oedema
 Ekstermitas bawah
a) Inspeksi : Simstris kiri dan kanan
b) Palpasi : Terdapat oedema dan tidak ada varises
c) Perkusi : Refleks patella (÷/÷) kiri dan kanan
5. Diagnosa Keperawatan
Menurut Sarwono (2012) Pada post sectio caesaria dengan indikasi
preeklamsia :
a. nyeri akut berhubungan dengan luka post oprasi

63
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma
jaringa/kulit rusak
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akut
d. Defisit pengetahuan tentang perawatan payudara berhubungan
dengan kurangnya informasi tentang perawatan payudara

6. Intervensi keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan luka post op
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam
diharapkan nyeri pada Pasien berkurang atau hilang dengan
Kriteria hasil :

1) Adanya penurunan skala nyeri 1-3 berarti nyeri ringan, skala


nyeri 4-6 berarti nyeri sedang, skala nyeri 7-10 berarti nyeri
berat.
2) Tampak rileks/dapat beristirahat dengan tepat
3) Ibu mengerti penyebab nyerinya
Tanda-tanda Vital dalam batas normal.
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda vita (tekanan darah, respirasi, nadi, suhu)
perhatikan adanya perubahan perilaku (bedakan antara
kegelisahan karena kehilangan darah berlebihan karena nyeri)
R/ Pada Pasien dengan gangguan nyeri menyebabkan gelisah
serta tekanan darah dan nadi meningkat

2) Kaji skala nyeri Pasien (0-10)


R / Skala nyeri dapat menunjukkan kualitas nyeri yang dapat di
rasakan Pasien

3) Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya karakteristik nyeri

64
R/ Selama 12 jam pertama paksa partum kontraksi uterus kuat
dan teratur dan ini berlanjut selama 2-3 hari berikutnya
meskipun frekuensi dan intensitasnya di kurangi.

4) Ketidak nyamanan,perhatikan isyarat verbal maupun non verbal


seperti meringis, kaku, gerakan melindungi terbebas
R/ Pasien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan
ketiknyamanan secara langsung. Membedakan karaakteristik dari
nyeri,membantu membedakan nyeri paska oprasi dari terjadinya
komplikasi.

5) Ajarkan Pasien untuk melakukan teknik relaksasi napas dalam.


R/ Teknik relaksasi napas dalam dapat menurunkan rasa nyeri
dan meninggalkan koping individu

6) Ubah posisi Pasien (sesuai dengan kenyamanan Pasien) kurangi


rangsangan yang berbahaya dan berikan gosokan
punggung,anjurkan penggunaan teknik distraksi
R/ Merelaksasikan oto dan mengalihkan perhatian dari sensasi
nyeri, meningkatkan kenyamanan dan menurunkan distraksi
tidak menyenangkan

7) Kolaborasi pemberian analgesik sesuai dengan advis dokter.


R/ Pemberian analgesik dapat menurunkan rasa nyeri, kenyamanan
yang memperbaiki status psikologi dan meningkatkan mobilitas

b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/kulit


rusak
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan resiko tinggi infeksi tidak terjadi dengan Kriteria
Hasil:

65
1) Mendemonstrasikan teknik-teknik untuk menurunkan resiko-resiko
dan atau meningkatkan penyembuhan
2) Menunjukan luka bebas dari drainasepurulen dengan tanda awal
penyembuhan (misalnya penyatuan tepi-tepi luka)
3) Uterus lunak atau tidak ada nyeri tekan
4) Dengan aliran dan karakter lokhea normal
5) Tidak demam
6) Urine jernih kuning pucat
Intervensi :

1) Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan


pembuangan pengalas kotoran, pembalut perineal dan linen dengan
tepat
R/ Membantuu mencegah atau membatasi penyebaran infeksi
Perhatikan luka oprasi dan kaji warna kemerahan, edema, nyeri,

2) Eksudat atau gangguan penyatuan pada daerah lika oprasi


R/ Tanda-tanda ini menandakan infeksi luka yang biasanya di
sebabkan oleh bakteri

3) Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah putih


R/ Demam setelah pasca oprasi hari ke 3 leukosit dan
takikardiamenunjukkan infeksi, peningkatan suhu sampai 38.3°C
dalam waktu 24jam pertama mengidentifikasi adanya infeksi

4) Lakukan perawatan lukadengan teknik aseptic


R/ Dengan teknik aseptik dapat memperkecil kemungkinan masuknya
kuman dalam luka infeksi

c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Nyeri Akut


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam dapat
melakukan mobilisasi Kriteria hasil:

66
1) Pasien sudah mampu mika/miki
2) Pasien mampu duduk
3) Pasien sudah berjalan dengan jarak 5-10 meter
4) Pasien sudah mampu memenuhi kebutuhan mandiri seperti BAK,
BAB, menggosok gigi dikamar mandi
5) Kekuatan otot kembali normal.
Intervensi :

1) Anjurkan pada pasien untuk memulai menggerakkan ekstremitas


bawah, mika miki, duduk, sampai jalan dalam jarak dekat
R/ Mencegah terjadinya kekakuan pada otot setelah post op

2) Motivasi pasien agar mau bergerak


R/ Membantu melenturkan otot ektremitas tubuh trauma
ekstremitas bawah agar kembali seperti semula

3) Batasi aktivitas pasien yang terlalu berat


R/ Mencegah terjadinya nyeri berat sampai terbukanya jahitan luka
post SC

4) Bantu pasien dalam melakukan aktivitas mandiri pasien yang belum


bisa dilakukan sendiri.
R/ Mengistirahatkan pasien decara optimal dengan mencegah
terjadinya resiko jatuh dan pendarahan pada luka SC

5) Kolaborasi dengan dokter dan tim medis dalam pemberian terapi


farmakologi
R/ Membantu mempercepat proses kesembuhan pasien

67
DAFTAR PUSTAKA

Fauziyah, Yulia. Obstetri Patologi Untuk Mahasiswa Kebidanan dan


Keperawatan, Yogyakarta : Nuha Medika, 2012.

Prawihardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono


Prawihardjo, 2014

Purwoatui, Endang. TH dan Elisabeth. Konsep Kebidanan, Yogyakarta: PUSTAKA


BARU PRESS, 2014

Setiawati, Dewi. Kehamilan dan pemeriksaan Kehamilan. Makassar-Samata


Gowa: UIN Press, 2013

68
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Tanggal masuk : 27-03-2021
Jam masuk : 10.30 WITA
Ruang/ kelas : Poli KIA
Pengkajian tanggal : 27-03-2021
Jam : 11.00 WITA
Nama pasien : Ny. R
Umur : 29 tahun
Suku/Bangsa : Kaili/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : URT
Alamat : Ds. Labean
Status Perkawinan : Kawin
No Register : 008962

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama suami : Tn. J
Umur : 29 tahun
Suku/Bangsa : Kaili/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Ds. Labean
B.     Status Kesehatan Saat Ini :

1). Keluhan Utama : Pusing

69
2). Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien masuk RSUD Pendau Tambu pada tanggal 27 maret 2021


pada jam 11:30 di Poli KIA dengan keluhan pusing, pada saat dikaji
pasien mengatakan pusing, pasien mengatakan pusing berputar putar,
pasien mengatakan pusing hilang timbul, pusing dirasakan saat mau
berdiri dan berjalan.
3.) Keluhan yang menyertai :

Pada saat dikaji pasien mengatakan merasa cemas dan gelisah


karena ini kehamilan pertamanya
3). Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit
seperti ini.
4). Riwayat Penyakit Keluarga :

Pasien mengatakan tidak ada anggota didalam keluarga yang


mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan pasien

5). Diagnosa Medik : Pre Eklampsia

C.    Riwayat Keperawatan :

1. Riwayat Obstetri

a) Riwayat Menstruasi :

       Menarche : Umur 12 tahun

 Siklus : Tidak teratur


       Banyaknya : 3x ganti pembalut

 Lamanya : 5-7 Hari


 Keluhan : Dismenorhoe

70
b). Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu :
N Kehamilan Persalinan Anak Riwayat
o nifas
Umur Keadaan Tahun Tempat Penolong L/P Lama Keadaan
menyusui sekarang

Status Obstetri: G1 P0 A0

c). Genogram :

G1

G2

G3

Keterangan :

: Perempuan A : Orangtua dari ayah pasien

: Laki-laki B : Orangtua dari ibu pasien

X : Meninggal C : Ayah Pasien bersaudara

: Garis keturunan D : Ibu Pasien bersaudara

71
: Tinggal serumah E : Orangtua dari suami Pasien

: Pasien F : Pasien bersaudara

G : Suami Pasien bersaudara

Keterangan :

- G1 :Pasien mengatakan orangtua dari ayah dan orang tua dari ibu
meninggal karena faktor usia
- G2 :Pasien mengatakan ayah dan ibu masih hidup
- G3 :Pasien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara, terdiri dari 2
perempuan
2. Riwayat Keluarga Berencana
Pasien mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi (KB)

3. Riwayat Lingkungan
Pasien mengatakan lingkungan disekitar rumah pasien sering
dibersihkan. Keluarga pasien mengatakan tidak ada kondisi atau situasi yang
bisa membahayakan keselamatan pasien dengan keluarga

4.   Aspek Psikososial :

Pasien mengatakan cemas dengan kehamilan dan persalinan yang dia


alami sekarang

5. Kebutuhan Dasar Khusus :


No Kebutuhan Dasar Sebelum Hamil Saat Hamil
1. Pola nutrisi
a. Frekuensi makan Pasien makan 3x Pasien hanya makan
dalam 1 hari 2x sehari 1 porsi

b. Nafsu makan Nafsu makan baik , Makan tidak di


tidak ada keluhan saat habiskan tidak nafsu
makan makan lidah terasa
pahit

c. Jenis makanan Pasien makan nasi Saat sakit pasien

72
lauk sesuai dengan hanya makan bubur
keinginan Pasien

d. Makan yang tidak Pasien mengatakan Pasien mengatakan


disukai sebelum hamil tidak tidak mengonsumsi
mengonsumsi ikan ikan garam
garam
2 Pola eliminasi Pasien mengatakan Saat di kaji Pasien
tidak ada keluhan saat mengatakan tidak ada
BAK, frekuensi 3x keluhan saat BAK
dalam sehari warna dan BAB, warna urine
urine kuning, Pasien kuning .
juga mengatakan tidak
ada keluhan saat bab

3 Pola personal hygiene Saat di kaji Pasien Saat di kaji Pasien


mengatakan sebelum mengatakan belum
sakit pasien mandi 2 mandi selama di
kali dalam sehari rawat di rumah sakit
dengan menggunakan Pasien mengatakan
sabun mencuci rambut hanya di waslap oleh
dan menyikat gigi 3 keluarga.
kali dalam sehari
4 Pola istirahat dan tidur Pasien mengatakan Pasien mengatakan
tidak ada keluhan saat tidak ada keluhan saat
tidur Pasien tidur tidur, Pasien
kurang lebih 8 jam mengatakan tidur
dalam sehari kurang lebih 8 jam
sehari.
5 Pola aktivitas dan Pasien mengatakan Pasien mengatakan
latihan sebelum sakit Pasien aktivitas Pasien
bekerja sebagai URT selama di rumah sakit
dan melakukan semuanya di bantu
pekerjaan rumah keluarganya Pasien
seperti biasanya tidak merasa lemah..
ada keluhan saat
beraktivitas

6 Pola kebiasaan Pasien mengatakan Pasien mengatakan


tidak pernah merokok tidak merokok
dan tidak maupun konsumsi
mengonsumsi alkohol, tidak
minuman keras,serta memiliki
tidak memiliki riwayat ketergantungan obat-
ketergantungan obatan hanya saja

73
terhadap obat-obatan. konsumsi obat yang
sudah di resepkan
obat.

7.    Pemeriksaan Fisik :

Keadaan umum : Lemah

Kesadaran : Composmentis

Tekanan darah : 140/10 mmhg

Nadi : 100 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : 36,5 ◦C

Berat badan : 50 kg

Tinggi badan : 142 cm

a) Sistem pernapasan
Inspeksi : Tidak terpasang alat bantu pernapasan, irama napas teratur,
pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, respirasi 20 x/
menit.
Palpasi : Tidak adanya nyeri tekan pada dada
Auskultasi : Tidak terdapat suara napas tambahan.
b) Sistem penglihatan
Inspeksi : Tidak ada edema palpebra, konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik, pupil isokor, tidak ada luka bekas operasi, Pasien tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan oedema
c) Sistem pendengaran
Inspeksi : Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada keluhan nyeri telinga,

74
,Pasien tidak dilakukan pemeriksaan rine dan weber, tidak ada
riwayat operasi gendang telinga, Pasien tidak menggunakan alat
bantu pendengaran, terdapat serumen.
Palpasi : Tidak adanya nyeri tekan pada telinga dan tulang mastoid
d) Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : Tidak terlihat adanya pulsasi ictus cordis, irama jantung tidak
teratur, crt > 2 detik
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada dada, ictus cordis teraba di ICS 5

Perkusi : batas atas ICS II line sternal dekstra, batas bawah ICS V line
midclavicular sinistra, batas kiri ICS III line sternal dekstra, batas
kiri ICS III line sternal sinistra
Auskultasi : bunyi jantung S1,S2 normal, irama jantung regular, tidak ada
bunyi tambahan di jantung.
e) Sistem pencernaan
Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi dan garis strecmark, mulut tampak
bersih membran mukosa lembab, tidak ada nyeri menelan Pasien
mual dan muntah sudah 2 kali, , tidak ada keluhan saat BAB

Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak teraba adanya massa,
tidak ada pembesaran pada hepar dan lien

Auskultasi : peristaltik 15x/menit

Perkusi : Shifting dullnes(-)

f) Sistem muskuloskeletal
Inspeksi : Tidak ada kelainan tulang belakang, Pasien tidak memiliki riwayat
fraktur, pergerakan sendi baik, kekukatan 4 4 Pasien merasa
4 4
lemah, terdapat edema pada kedua tungkai kaki, ektermitas terasa
lemas, tidak ada nyeri tekan bagian ekstermitas, tidak mengalami
pembekakan ektermitas.

75
g) Sistem perkemihan
Inspeksi : Pasien tidak ada keluhan saat bak
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan di kandung kemih.
h) Sistem endokrin
Inspeksi : Tidak ada pembesaran tyorid, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ada tanda hipoglikemi dan hiperglikemi, tidak ada
riwayat luka diabetes melitus dan tidak ada riwayat amputasi.
i) Sistem persyarafan
Inspeksi : Pasien membuka mata spontan, tidak di lakukan pemeriksaan
refleks fisiologis maupun patologis, Pasien mengeluh pusing,
pupil isokor. Pasien Nampak memegang kepalanya, Tidak di
lakukan pemeriksaan syaraf kranial secara keseluruhan. Pasien
istirahat tidur ±8 jam/hari.
j) Sistem reproduksi
Inspeksi : tidak dilakukan pemeriksaan pada sistem reproduksi

76
d.) Data Penunjang

1.  Laboratorium

Nama : Ny. R

Tanggal periksa : 02 – 04 - 2021

Parameter Hasil Nilai Rujukan


URINALISA
Warna Kuning Kuning
Keton - Negatif
Protein +1 Negatif
Bilirubin - Negatif
Urobilinogen +3 ≤1 mg/dl
PH 6,5 5,0-7,0
Berat Jenis 1003-1030
Nitrit - Negatif
Glukosa - Negatif
Leukosit - Negatif
Bold Negatif

KIMIA DARAH
Glukosa Sewaktu 118 mg/dl 65-115 mg/dl

k) Terapi yang didapat :


a. PCT 500 g 3x1
b. Formon 1x1
c. Nifidipin 10 mg 1 tab

77
78
Klasifikasi Data

1. Data Subyektif
- Pasien mengatakan pusing
- Pasien mengatakan pusing seperti berputar
- Pasien mengatakan pusing hilang timbul
- Pasien mengatakan pusing saat mau berdiri dan berjalan
- Pasien mengatakan berjalan dibantu oleh suami dan memegang dinding
- Pasien mengatakan sulit untuk beraktivitas
- Pasien mengatakan cemas dengan persalinannya karena baru pertama kali
- Pasien mengatakan gelisah
2. Data Objektif
- Ku : lemah
- Pasien nampak lemas
- Pasien nampak memegang kepalanya
- Terdapat edema pada kedua tungkai kakinya
- Pasien nampak cemas
- Pasien nampak gelisah
- Pasien nampak dibantu oleh keluarga yaitu suami
- Protein urine : +1
- Hb : 8.8
- TTV:
TD : 140/100 mmHg
N :100 x/m
S : 37,0◦C
R : 20 x/m

79
ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem


1 Ds : Berkurangnya suplai Resiko Jatuh
- Pasien mengatakan oksigen kesusunan saraf
pusing pusat
- Pasien mengatakan
pusing seperti
berputar Kehamilan
- Pasien mengatakan
pusing hilang timbul
- Pasien mengatakan
Perubahan fisiologis
pusing saat mau
berdiri dan berjalan
- Pasien mengatakan
Hormone HCG estrogen
sulit untuk
meningkat
beraktivitas
- Pasien mengatakan
berjalan dibantu
oleh suami dan Motilitas lambung dan

memgang dinding usus menurun


Do :
- Ku : lemah
- Pasien Nampak Kembung dan produksi
lemas gas berlebihan
- Pasien Nampak
memegang
kepalanya Mual dan muntah
- Terdapat edema

80
pada kedua tungkai berlebihan
kakinya
- Pasien nampak BB menurun
beraktivitas di bantu
oleh keluarga yaitu
suami
- Protein urine : +1
lemah
- Hb : 8.8
- Ttv :
TD : 140/105 mmHg
Resiko Jatuh

N :100 x/m
S : 37,0◦C
R : 20 x/m
-
2 Ds : Proses kehamilan Ansietas
- Pasien mengatakan
cemas dengan
persalinannya Kehamilan
karena baru pertama
kali
- Pasien mengatakan
Perubahan fisiologi
gelisah
- Pasien nampak
cemas
Krisis
- Pasien nampak
gelisah
- Pasien nampak tidak
Ancaman kehilangan
kooperatif
- Ttv : janin

TD : 140/100mmHg

81
N :100 x/m
S : 37,0◦C
Ansietas
R : 20 x/m

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko Jatuh dengan faktor resiko kelelahan


2. Ansietas berhubungan dengan ancaman kehilangan janin

82
Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Diagnosa Keperawatan

Resiko Jatuh Berhubungan Dengan Kelelahan dan Ansietas

berhubungan dengan Ancaman kehilangan Janin

Di RSUD Pratama Tambu

No Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi


Tujuan Intervensi Rasional
1. Resiko Jatuh dengan faktor Setelah dilakukan 1. Mengidientifikasi 1. Untuk mngetahui 1. Mengidientifikasi defisit S :
resiko ditandai dengan : tindakan keperawatan defisit kognitif atau kognitif dan fisik kognitif atau fisik pasien - Pasien mengatakan
Ds : selama 2 jam fisik pasien yang pasien dalam yang dapat meningkatkan pusing
- Pasien mengatakan diharapkan tidak dapat meningkatkan mencegah potensi potensi jatuh dalam - Pasien mengatakan
pusing terjadi jatuh pada potensi jatuh dalam jatuh lingkungan tertentu pusing seperti berputar
lingkungan tertentu Hasil : Pasien mengatakan
- Pasien mengatakan pasien dengan kriteria - Pasien mengatakan
berjalan dengan lemah.
pusing seperti hasil :
2. Mengidentifikasi 2. Untuk mengetahui 2. Mengidentifikasi perilaku pusing hilang timbul
berputar perilaku dan faktor perilaku dan faktor dan faktor yang - Pasien mengatakan
- Pasien mengatakan 1.Gerakan yang mempengaruhi apa saja yang mempengaruhi resiko pusing saat mau berdiri
pusing hilang terkoordinasi : dan berjalan
resiko jatuh mempengaruhi jatuh
timbul kemampuan otot
resiko jatuh Hasil : Pasien berjalan - Pasien mengatakan sulit
untuk bekerja sama
- Pasien mengatakan dengan hati-hati dan di untuk beraktivitas
secara volunteer
pusing saat mau 3. Mengidentifikasi 3. Untuk mengetahui bantu oleh keluarga yaitu - Pasien mengatakan
untuk melakukan
berdiri dan karakteristik karakteristik suami berjalan dibantu oleh
gerakan yang
berjalan lingkungan yang lingkungan yang 3. Mengidentifikasi suami dan memegang
bertujuan.
dapat meningkatkan dapat karakteristik lingkungan

83
- Pasien mengatakan 2.Kejadian jatuh : tidak potensi untuk jatuh meningkatkan yang dapat meningkatkan dinding
sulit untuk ada riwayat jatuh misalnya lantai licin potensi untuk jatuh potensi untuk jatuh
beraktivitas 3.Pengetahuan : dan tangga terbuka misalnya lantai licin dan
pemahaman terhadap 4. Anjurkan pasien 4. Untuk membantu tangga terbuka
pencegahan jatuh untu menggunakan pasien dalam Hasil : Lantai di Poli KIA
- Pasien mengatakan
4.Perilaku pencegahan tongkat atau alat beraktivitas tidak licin dan di Poli O :
berjalan dibantu - Ku : lemah
jatuh : tindakan pembantu berjalan KIA tidak memiliki
oleh suami dan individu atau 5. Memantau 5. Untuk mengetahui tangga terbuka. - Pasien Nampak lemas
memgang dinding pemberi asuhan kemampuan untuk kemampuan pasien 4. Menganjurkan pasien - Pasien Nampak
Do : keperawatan untuk mentransfer dari dalam beraktivitas untu menggunakan memegang kepalanya
- Ku : lemah meminimalkan tempat tidur ke kursi tongkat atau alat - Terdapat edema pada
- Pasien Nampak resiko yang dapat dan demikian pula pembantu berjalan kedua tungkai kakinya
lemas memicu jatuh sebaliknya Hasil : Pasien mengatakan - Pasien nampak
- Pasien Nampak dilingkungan 6. Kolaborasi dalam 6. Untuk berjalan di bantu oleh beraktivitas di bantu
memegang individu. pemberian obat mempercepat keluarga yaitu suami dan
oleh keluarga yaitu
kepalanya proses pasien memegang dinding
saat berjalan suami
- Terdapat edema penyembuhan
5. Memantau kemampuan - Protein urine : +1
pada kedua untuk mentransfer dari - Hb : 8.8
tungkai kakinya tempat tidur ke kursi dan - Ttv :
- Pasien nampak demikian pula sebaliknya TD : 140/105 mmHg
beraktivitas di Hasil : Pasien berpindah N :100 x/m
bantu oleh ke kursi di bantu oleh S : 37,0◦C
keluarga yaitu keluarga yaitu suami
R : 20 x/m
suami 6. Mengkolaborasi dalam
pemberian obat A : Masalah belum teratasi
- Protein urine : +1
- Hb : 8.8 Hasil :
- Ttv : 1. PCT 500 g 3x1 P : Hentikan intervensi
2. Formon 1x1 1. Berikan Health edukasi
TD : 140/105
3. Nifidipin 10 mg 1tab mengenai faktor-faktor
mmHg yang dapat

84
N :100 x/m menyebabkan jatuh
S : 37,0◦C 2. Klien Pulang
R : 20 x/m

2. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan 1. Gunakan pendekatan 1. Untuk membangun 1. Menggunakan pendekatan S:
dengan ancaman tindakan keperawatan yang menenangkan dan membuka yang menenangkan 1. Pasien mengatakan cemas
kehilangan janin, di tandai 2 jam di harapkan kepercayaan pasien Hasil : pasien nampak dengan kehamilan dan
dengan : ansietas dapat 2. Temani pasien untuk kepada perawat cemas dan gelisah saat persalinannya karena ini
Ds : berkurang dengan memberikan dikaji dan diajak bercerita kehamilan pertamanya
keamanan dan 2. Untuk mengurangi 2. Menemani pasien untuk 2. Pasien mengatakan gelisah
- Pasien mengatakan kriteria hasil :
1. Pasien mampu mengurangi takut kecemasan pasien memberikan keamanan
cemas dengan dan mengurangi takut
mengidentifikasi O:
persalinannya karena Hasil : pasien nampak
dan 1. Pasien nampak cemas
baru pertama kali 3. Bantu pasien 3. Untuk mengetahui merasa tenang saat 2. Pasien nampak gelisah
mengungkapkan
- Pasien mengatakan mengenal situasi penyebab cemas ditemani oleh keluarga 3. Pasien tidak nampak
gejala kecemasan
gelisah 2. Mengidentifikasi, yang menimbulkan pada pasien dan perawat kooperatif
Do : mengungkapkan cemas 3. Mendorong pasien untuk 4. TTV :
- Pasien nampak cemas dan menunjukkan mengungkapkan perasaan TD : 140/100 mmHg
- Pasien nampak tehnik untuk 4. Dorong pasien untuk 4. Untuk mengetahui ketakutan persepsi N : 100 x/m
gelisah mengontrol mengungkapkan penyebab cemas Hasil : pasien mengatakan S : 37,0 ºC
kecemasan perasaan ketakutan pada pasien cemas dengan kehamilan R : 20 x/m
- Pasien nampak tidak
3. Vital sign dalam dan persalinannya karna
kooperatif baru pertama kali
- Ttv : batas normal A : masalah Belum Teratasi
4. Postur tubuh dan 5. Instruksikan pasien 5. Untuk memberikan 4. Menginstruksikan pasien
TD : 140/105 mmHg menggunakan tehnik pasien rasa tenang menggunakan teknik
tingkat aktivitas P : Hentikan intervensi
N :100 x/m menunjukkan relaksasi apabila merasa relaksasi 1. Berikan Health edukasi
S : 37,0◦C berkurangnya cemas Hasil : teknik relaksasi untuk menghilangkan
R : 20 x/m cemas dilakukan dengan cara kecemasan yang dirasakan
menarik napas melalui pasien

85
hidung kemudian tahan 2. Klien Pulang
selama 3-5 detik lalu
hembuskan nafas melalui
mulut.

86
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah menerapkan asuhan keperawatan maternitas pada ibu dengan


antenatal care maka dalam asuhan keperawatan ini kami akan membahas dan
menguraikan antara tinjauan kasus dan tinjauan teori dalam asuhan keperawatan pada
Pasien dengan asuhan keperawatan antenatal care di ruangan nifas Rs Pratama Tambu,
dalam bab ini juga kami melakukan pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
rencana tindakan keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian
Dari tinjauan didalam pengkajian didapatkan pasien mengeluh pusing, pasien
mengatakan pusing berputar-putar, pasien mengatakan pusing hilang timbul, pusing
dirasakan saat mau berdiri dan berjalan, pasien mengatakan cemas karna ini
merupakan persalinan pertamanya. Pasien nampak lemas, pasien nampak memegang
kepalanya, terdapat edema pada kedua kakinya, pasien nampak gelisah, protein urine
+1, TTV: TD: 140/100, Nadi: 100x/menit, Suhu 37ºc, Respirasi: 20x/menit.
Dari pengkajian yang dilakukan terhadap pasien penulis dapat merumuskan
beberapa masalah diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan Preeklamsi.
2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah


aktual atau potensial, dalam merumuskan diagnosa keperawatan yang mengandung
komponen PES (Problem, Etiologi, Symptom). Sehingga penulis dalam membuat
diagnosa keperawatan berdasarkan literatur yang ada hubungannya dengan kasus
yang penulis angkat sebagai karya tulis ilmiah ini.
Diagnosa keperawatan dalam tinjauan kasus ini adalah, Ansietas berhubungan
dengan ancaman kehilangan janin dan resiko jatuh berhubungan dengan kelelahan.
Berdasarkan data diatas penulis merumuskan beberapa intervensi disetiap
diagnosa yang diangkat terutama terhadap ansietas yang dapat mengancam
kehilangan janin yaitu dengan temani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengurangi takut, mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan ketakutan
persepsi. Sesuai data yang ditemukan pada pengkajian ditemukan tanda
preeklampsia yang sesuai dengan artikel yang diambil untuk melengkapi asuhan
keperawatan. Tanda yang ditemukan dalam pengkajian dan artikel ditemukan riwayat

lxxxvii
hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan kesakitan
yang tinggi. Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa riwayat hipertensi merupakan faktor resiko
kejadian preeklampsia. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai OR yaitu 1,591.
Hal ini menunjukkan bahwa riwayat hipertensi merupakan faktor resiko kejadian
preeklampsia dengan kata lain riwayat hipertensi beresiko 1.591 kali lebih besar
untuk mengalami preeklampsia dibanding dengan yang tidak memiliki riwayat
hipertensi. Nilai Lower Limit dari uji statistik yaitu 0,652 dan Upper Limit yaitu
3.883. hal ini menunjukkan bahwa riwayat hipertensi merupakan faktor resiko tetapi
dinyatakan tidak signifikan, karena nilai upperlower < 1 yaitu 0,652 sedangkan nilai
upperlimit >1 yaitu 3.883. hasil analisis statistik diketahui bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara riwayat hipertensi dengan terjadi nya preeklampsia. Hali ini
tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa riwayat hipertensi merupakan
faktor predisposisi terjadinya preeklampsia atau eklampesia.

lxxxviii
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah mempelajari teori dan pengalaman langsung di lahan praktek
melalui studi kasus tentang asuhan keperawatan maternitas pada Ny “R”
dengan Preeklamsia ringan di RSUD Pratama Tambu, maka penulis menarik
kesimpulan dan saran sebagai berikut
Dalam melakukan pengkajian terhadap ibu hamil dengan pre eklampsia
ringan dilaksanakan dengan pengumpulan data subjektif yang diperoleh dari
hasil wawancara dari pasien dengan keluhan pusing, pasien mengatakan
pusing seperti berputar, pasien mengatakan pusing hilang timbul, pasien
mengatakan pusing saat mau berdiri dan berjalan, pasien mengatakan sulit
beraktivitas, pasien mengatakan cemas dengan persalinannya karena baru
pertama kali, pasien mengatakan gelisah. Data objektif di peroleh dari
pemeriksaan tekanan darah 140/100 mmHg, Nadi 100x/m, Respirasi 20x/m,
Suhu 370C, KU lemah, pasien nampak lemas, pasien nampak memegang
kepalanya, odema pada kedua tungkai kakinya dan pemeriksaan laboratorium
protein urinaria +1.
Interpretasi data dilakukan dengan pengumpulan data dengan teliti dan
akurat sehingga didapatkan diagnosa Resiko Jatuh b.d Kelemahan dan
Ansietas b.d Ancaman Kehilangan Janin pada Ny “R” GIP0A0 umur 29
tahun, gestasi 29 minggu , intra uterine, situs memanjang, hidup, keadaan ibu
dan janin baik dengan pre eklampsia ringan. Tindakan segera pada Ny “R”
dengan pre eklampsia ringan adalah memantau tekanan darah,melakukan
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yaitu Paracetamol 500 mg
3x1, dan Formon 1x1.

lxxxix
Rencana tindakan pada Ny “R” dengan pre eklampsia ringan
memberikan konseling kepada ibu tentang keadaanya, pantau tekanan darah,
melakukan pemberian terapi obat nifedipin 3×1 hari @10 mg dan metildopa
3×1 hari @250 mgdan melakukan pemasangan kateter dan melakukan
kolaborasi dengan petugas lab untuk mevakukan pemeriksaan protein
urinaria.
Pelaksanaan pada ibu hamil Ny “R” dengan pre eklampsia ringan sudah
dilaksanakan sesuai denga rencana tindakan. Evaluasi pada Ny “R” dengan
pre eklampsia ringan yaitu pre eklampsia berat dapat teratasi.
Dalam penanganan kasus pre eklampsia ringan pada Ny “R” tidak ada
kesengajangan antara teori dan praktek.
Pendokumentasian sangat penting dilakukan pada setiap tahap dalam
manajemen kebidanan, karena merupakan bukti pertanggung jawaban bidan
terhadap asuhan kebidanan yang telah diberikan terhadap pasien.
B. Saran
Diperlukan keterlibatan keluarga untuk lebih memfokuskan perhatian
pada pasien terhadap keluhan ibu, dan segera membawa ke rumah sakit
terdekat. Sebagai petugas kesehatan, diharapkan senantiasa berusaha untuk
meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan yang lebih profesional.Perawat Hendaknya menganggap semua ibu
hamil mengalami resiko komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu. Jadi
diharapkan perawat mampu mendeteksi dini adanya tanda bahaya dan
menganjurkan ibu dan keluarga segera ke pelayanan kesehatan bila
mengalami hal tersebut. Sebagai seorang perawat diperlukan kerjasama dan
komunikasi yang baik antara petugas lain (dokter, bidan , dan sesama
perawat) untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan maternitas
yang lebih baik dan lebih profesional.

xc

Anda mungkin juga menyukai