Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN INPARTU KALA II MULTIGRAVIDA

PADA NY. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS KETUBAN


PECAH DINI DI RUANG VK RSUD
dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

OLEH :
LISNAWATIE
NIM: 20231490104040

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
TAHUN 2023/2024
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan Ini Dibuat Oleh :


Nama : Lisnawatie
NIM : 20231490104040
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Asuhan Keperawatan Inpartu Kala II Multigravida Pada
Ny. M Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Dini Di
Ruang VK RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Telah melaksanakan Asuhan Keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh


Praktik Profesi Keperawatan Maternitas Pada Program Studi Ners Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ayu Puspita, Ners., M. Kep Eka Tara, S. Tr., Keb


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Asuhan
Keperawatan Inpartu Kala II Multigravida Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis
Ketuban Pecah Dini Di Ruang VK RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini disusun dalam rangka untuk
ataupun melengkapi mata kuliah Praktik Profesi Keperawatan.
Laporan dan Asuhan Keperawatan Maternitas ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Maria A Adhelheid Ensia, S.Pd, M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M. Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKES
Eka Harap Palangka Raya.
3. Bapak Ayu Puspita, Ners, M. Kep selaku dosen pembimbing Akademik yang
telah banyak memberi saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan asuhan
keperawatan ini.
4. Ibu Eka Tara, S. Tr., Keb selaku dosen pembimbing Klinik dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
5. Kelompok II C Profesi Ners Tahun Akademik 2023/2024 STIKES Eka Harap
Palangka Raya atas segala bantuan, dukungan dan motivasi dalam penyusunan
asuhan keperawatan ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan dan Asuhan Keperawatan Maternitas ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena ini, Penulis berharap tanggapan dan
kritikan serta saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir kata penulis
berharap agar Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini bermanfaat bagi
kita semua.

Palangka Raya, 24 Januari 2024

Lisnawatie
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................
1.4.1 Bagi Pelayan Kesehatan...................................................................................
1.4.2 Bagi Institusi....................................................................................................
1.4.3 Bagi pasien dan keluarga.......................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini.......................................................................
2.1.1 Definisi...........................................................................................................
2.1.2 Etiologi...........................................................................................................
2.1.3 Klasifikasi.......................................................................................................
2.1.4 Patofisiologi....................................................................................................
2.1.5 Komplikasi.....................................................................................................
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................
2.1.7 Penatalaksanaan Medis...................................................................................
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................................
2.2.1 Pengkajian Keperawatan................................................................................
2.2.2 Diagnosa.........................................................................................................
2.2.3 Intervensi........................................................................................................
2.2.4 Implementasi Keperawatan............................................................................
2.2.5 Evaluasi Keperawatan....................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketuban pecah dini (KPD) atau sering disebut dengan Premature Rupture of
the Membrane (PROM) merupakan pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya
melahirkan (Rohmawati, 2018). Sebagian besar ketuban pecah dini yang terjadi
pada umur kehamilan diatas 37 minggu, sedangkan pada umur kehamilan kurang
dari 36 minggu tidak terlalu banyak (Lazuarti, 2020). Ketuban pecah dini
menyebabkan dampak yang serius pada morbiditas dan mortalitas ibu serta bayi
yang dikandungnya, sehingga dapat menyebabkan angka kematian neonatal
cukup tinggi (Legawati, 2018). Angka kejadian KPD terjadi lebih tinggi pada
wanita dengan serviks inkompeten, polihidramnion, malpresentasi janin, janin
kembar atau adanya infeksi pada serviks atau vagina (Sudarmi, 2013). Masalah
keperawatan yang sering muncul akibat ketuban pecah dini yaitu ibu mengalami
ansietas, ibu merasa khawatir dengan kondisi kehamilannya akan berisiko pada
bayinya, resiko infeksi juga dapat terjadi pada ibu dan bayi. Pada ibu dapat terjadi
korioamnionitis, sedangkan pada bayi dapat terjadi septicaemia, pneumonia,
omfelitis (Sarwono, 2013).
World Health Organization (WHO) telah memaparkan bahwa pada tahun
2017 angka kejadian ketuban pecah dini di dunia sebanyak 50-60% (Wulandari,
et al., 2019). Di Indonesia pada tahun 2020 angka kejadian ketuban pecah dini
sebanyak 65% (Wulandari, et al., 2019). Di Jawa Timur pada tahun 2018 angka
kejadian ketuban pecah dini sebanyak 4,07% (Riskesdas, 2018). Pada kehamilan
aterm insidensinya bervariasi antara 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm
insidensinya 2% dari semua kehamilan (Syarwani, 2020). Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti di Ruang VK IGD RSPAL Dr. Ramelan
Surabaya didapatkan hasil kejadian pecah dini pada kehamilan aterm pada bulan
Januari hingga April 2022 sebanyak 44,18% dari 43 kasus kehamilan dengan
KPP. Dan sebanyak 55,81% dari 43 kasus kehamilan dengan KPP pada
kehamilan preterm.
Penyebab ketuban pecah dini diantaranya yaitu adanya infeksi yang terjadi
secara langsung pada selaput ketuban atau asenderen dari vagina atau serviks.
Selain itu fisiologi selaput ketuban yang abnormal, serviks inkompetensia,
kelainan letak janin, usia wanita kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun, faktor
golongan darah, faktor multigraviditas/paritas, merokok, keadaan sosial ekonomi,
perdarahan antepartum, riwayat abortus, dan persalinan preterm sebelumnya,
riwayat KPD sebelumnya, defisiensi gizi yaitu tembaga atau asam askorbat,
ketegangan rahim yang berlebihan, kesempitan panggul, kelelahan ibu dalam
bekerja, serta trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan
dalam dan amniosintesis (Nugroho, 2012). Komplikasi yang dapat terjadi dari
ketuban pecah dini yaitu dapat mengakibatkan infeksi perinatal, kompresi tali
pusat, solusio plasenta, serta adanya sindrom distress pada napas bayi baru lahir
(Ratnawati, 2016). KPD akan berisiko terhadap terjadinya oligohidramnion yang
dapat menekan tali pusat sehingga dapat terjadi asfiksia (Prastuti, 2016). Akibat
lain yang terjadi adalah necrotizing enterocolitis, perdarahan intraventrikular,
sepsis neonatorum, serta dapat terjadi kematian, sedangkan komplikasi pada
jangka panjang dapat mengakibatkan kecacatan (Prabantori, 2011).
Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan) kolaborasi dengan dokter
diantaranya dalam pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi, tokolisis,
pematangan paru, monitoring fetal dan maternal. Tindakan aktif (terminasi/
mengakiri kehamilan) yaitu dengan partus pervagina atau SC (Fadlun, 2011).
Selain itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut maka peran perawat sangat
dibutuhkan dalam pemberian asuhan keperawatan maternitas agar penanganan
ketuban pecah dini dapat sesuai dengan keadaan yang ada dan dapat memperkecil
resiko terjadinya komplikasi (Ratnawati, 2016). Perawat juga dapat memberikan
edukasi kepada ibu hamil dan keluarga tentang penyebab yang dapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini dan tanda bahaya ketuban pecah
dini. Untuk mencegah terjadinya ketubah pecah dini ibu hamil dianjurkan untuk
mengurangi aktivitas pada akhir trimester ke 3 dan tidak melakukan kegiatan
yang membahayakan kandungan selama kehamilan. Asuhan keperawatan
maternitas yang diberikan memerlukan serangkaian proses keperawatan yaitu
pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana tindakan,
serta implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam laporan


kasus ini yaitu bagaimana Asuhan Keperawatan Infartu Kala II Multigravida
Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Dini Di Ruang VK RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi pemberian


Asuhan Keperawatan Inpartu Kala II Multigravida Pada Ny. M Dengan
Diagnosa Medis Ketuban Pecah Dini Di Ruang VK RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian Keperawatan Inpartu Kala II


Multigravida Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Dini Usia
Di Ruang VK RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

1.3.2.2 Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa Keperawatan Inpartu Kala II


Multigravida Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Dini Di
Ruang VK RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

1.3.2.3 Mahasiswa mampu menyusun intervensi Keperawatan Inpartu Kala II


Multigravida Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Dini Di
Ruang VK RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

1.3.2.4 Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi Asuhan Keperawatan


Inpartu Kala II Multigravida Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis Ketuban
Pecah Dini Di Ruang VK RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

1.3.3.5 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi Asuhan Keperawatan Inpartu


Kala II Multigravida Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Dini
Di Ruang VK RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Pelayan Kesehatan


Laporan asuhan keperawatan ini dapat sebagai bahan masukan dalam
pelayanan kesehatan dan meningkatkan mutu pelaksanaan serta bahan evaluasi
dan perbaikan asuhan keperawatan.

1.4.2 Bagi Institusi


Laporan asuhan keperawatan ini dapat dijadikan sebagai sumber
informasi, bahan bacaan, dan bahan masukan untuk menambah wawasan bagi
mahasiswa khususnya yang terkait dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
pada pasien dengan ketuban pecah dini.

1.4.3 Bagi pasien dan keluarga


Laporan kasus ini dapat menjadi tambahan informasi bagi pasien dan
keluarga tentang bagaimana cara merawat anggota keluarga dengan ketuban
pecah dini.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini


2.1.1 Definisi
Ketuban Pecah Dini (KPD) secara teknis didefinisikan sebagai pecah
ketuban spontan sebelum awitan persalinan, terlepas dari usia kehamilan
(Kennedy, 2014).
Ketuban pecah dini dikenal dengan istilah Premature/Spontaneus/Early
Rupture of Membrane (PROM) adalah pecah selaput ketuban secara spontan
sebelum adanya tanda persalinan atau dimulainya tanda inpartu pada usia
kehamilan lebih dari 37 minggu (Jazayeri, 2015). Ketuban pecah dini adalah
pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang
dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm (Mochtar, 2012). Ketuban
pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan yang
merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan
(Mansjoer dalam Norma dan Dwi, 2013). Dari beberapa definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa ketuban pecah dini merupakan pecahnya atau keluarnya
cairan ketuban secara spontan dari jalan lahir sebelum adanya tanda
persalinan dan sebelum dimulainya tanda inpartu dengan pembukaan pada
primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.

2.1.2 Etiologi
Penyebab ketuban pecah prematur masih belum diketahui secara pasti.
Namun beberapa faktor predisposisi yang berhubungan dengan kejadian KPP
antara lain, yaitu :
1. Infeksi vagina atau serviks
Infeksi seperti gonorrhea, streptococcus, group B dan grandelavaginalis
bacteriolis fragilis, lactobacilli, shaphylococus. Bakteri ini melepaskan
mediator inflamasi yang menyebabkan adanya pembukaan dan perubahan
serviks dan pecahnya selaput ketuban.
2. Serviks yang inkompetensia
Kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik
uteri (akibat persalinan, curetage).
3. Tekanan intrauterin
Tekanan intrauterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) pada usia lebih dari 37 minggu sering mengalami
KPP.
4. Keadaan fetus yang abnormal
Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya letak sungsang atau letak
lintang dapat menyebabkan KPP.
5. Trauma yang didapat
Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini karena
biasanya disertai infeksi.
6. Riwayat KPP
Ibu hamil yang memiliki riwayat KPP pada kehamilan sebelumnya
beresiko 2-4 kali mengalami KPP kembali akibat adanya penurunan
kandungan kolagen dan membran sehingga memicu terjadinya KPP.
7. Makrosomia
Berat badan neonates >4000 gram menimbulkan overdistensi uterus yang
mengakibatkan uterus menipis/selaput merangsang dan pecah.
8. Hipermoftalitas
Kontraksi otot uterus rahim menjadi meningkat yang menekan selaput
amnion.
9. Faktor lain :
1) Faktor golongan darah yang tidak sesuai menimbulkan kelemahan
bawaan pada bayi, termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban.
2) Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
3) Faktor multi graviditas, merokok, dan perdarahan antepartum.
4) Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C)
(Nugroho, 2012).

2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi ketuban pecah dini dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Ketuban Pecah Dini Preterm / Preterm Premature Rupture of the
Membrane (PPROM)
Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban pada saat umur
kehamilan ibu antara 34 minggu sampai kurang dari 37 minggu (POGI,
2016).
2. Ketuban Pecah Dini Aterm / Premature Rupture of the Membrane (PROM)
Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm merupakan pecahnya ketuban
pada saat umur kehamilan ibu ≥37 minggu (POGI, 2016).

2.1.4 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala ketuban pecah dini, antara lain :
1. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
2. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah.
3. Cairan yang mengalir tidak berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran. Tetapi bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak dibawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran
untuk sementara.
4. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Nugroho,
2012).

2.1.4 Patofisiologi
Pecahnya selaput ketuban dalam persalinan umumnya disebabkan oleh
kontraksi uterus dan peregangan berulang. Ketuban pecah karena pada daerah
tertentu terjadi perubahan biokimiawi yang menyebabkan selaput ketuban
menjadi rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban sudah rapuh. Ada
keseimbangan antara sintesis dan degradasi matriks ekstraseluler. Perubahan
struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen
berubah dan menyebabkan ketuban pecah (Saifuddin, 2014).
Terjadi peningkatan pada periodonitis dan ketuban pecah dini
cenderung terjadi. Selaput ketuban sangat kuat pada awal kehamilan. Pada
trimester ketiga, selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput
ketuban ada hubungannya dengan pembesaran rahim, kontraksi rahim, dan
gerakan janin. Pada trimester akhir, terjadi perubahan biokimiawi pada
selaput ketuban (Saifuddin, 2014).
WOC

B1 B2 B3 B4 B5 B6
(Breathing) (Blood) (Brain) (Bladder) (Bowel) (Bone)

Peningkatan Kontraksi Uterus Nifas Nyeri saat


Sekresi Mukosa (post pembedahan) Bedrest Khekawatiran
mobilisasi
Luka terbuka
post dientri
Reflex Batuk Atonia aliran Terputusnya Pusing
Menahan BAK Gelisah
darah uteri kontinuitas jaringam

Perawatan
Akumulasi Kurang Mual muntah
sekret Kontraksi Pengeluaran
berlebihan mediator nyeri

Pendarahan Nyeri saat Intake Menurun


Meningkat beraktifitas
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat ketuban pecah dini yaitu :
a. Komplikasi pada Ibu
1) Infeksi intrapranatal dalam persalinan
2) Infeksi peurperalis/masa nifas
3) Dry labour (partus lama)
4) Perdarahan post partum
5) Meningkatkan tindakan operatif obstetric khususnya SC
6) Morbilitas dan mortalitas maternal (Rahmawati 2014 dalam Izati 2020).
b. Komplikasi pada Janin
1) Prematuritas
2) Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur diantaranya adalah
Respiratory Distress Syndrome, Neonatal Feeding Problem, dan
hipotermia.
3) Prolaps funiculli (penurunan tali pusat)
4) Hipoksia dan afiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi).
5) Sindrom deformitas janin
6) Morbilitas dan mortalitas perinatal (Rahmawati 2014 dalam Izati 2020).

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus KPD, yaitu :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a) Tes Lakmus (tes nitrazin)
1) Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsistensi, bau,
dan pHnya.
2) Cairan yang keluar dari vagina ini adalah kemungkinan air ketuban, urine
atau secret vagina.
3) Secret vagina ibu pH: 4,5-5,5 dengan kertas nitrazin tidak berubah warna,
tetap kering
4) Tes lakmus jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan
adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-7,5. Darah dan infeksi
vagina dapat menghasilkan tes palsu (Nugroho, 2012).
Bahan yang digunakan sebagai indikator pH adalah kertas litmus atau kertas
lakmus, alat ukur ini digunakan karena sifat membrane permeabilitas yang ada
pada kertas lakmus memudahkan sisa air ketuban yang ada disarung tangan
terserap dan memberikan perubahan warna, informasi yang didapatkan dengan
metode ini adalah kuantitatif yaitu ketuban pecah atau belum, dikatakan ketuban
positif apabila kertas lakmus berwarna merah berubah warna menjadi biru (basa)
atau kertas lakmus biru berubah warna menjadi merah (Pratiwi, 2018).
b) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek
dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran
daun pakis.
2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri.
1) Amniotic Fluid Index (AFI)
2) Aktivitas janin
3) Pengukuran berat badan janin
4) Detak jantung janin
5) Kelainan kongenital atau deformitas.

2.1.7 Penatalaksanaan Medis


Penanganan ketuban pecah dini pada kehamilan, yaitu :
1. Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada kehamilan preterm
a) Rawat di rumah sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenbreg, tidak perlu
dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan
kehamilan diusahakan mencapai 37 minggu.
b) Berikan antibiotik (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak tahan
ampisilin) dan metronidazole 2x500 mg selama 7 hari.
c) Jika umur kehamilan <32-34 minggu dirawat selama air ketuban keluar
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin dan kalau memungkinkan periksa kadar listin dan
spingomielin tiap minggu. Sediaan terdiri atas betametason 12 mg sehari
dosis tunggal selama 2 hari atau deksametason IM 5 mg setiap 6 jam
sebanyak 4 kali.
e) Jika usia 32-37 minggu belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa (-) beri
deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
f) Jika usia kehamilan 32-37 minggu sudah inpartu, tidak ada infeksi
berikan antibiotik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24
jam.
g) Jika usia kehamilan 32-37 minggu ada infeksi beri antibiotik dan lakukan
induksi
h) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterine)
bergantung pada usia janin dan risiko infeksi (Lockhart dan Lyndon,
2014).
2. Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada kehamilan aterm
a) Kehamilan >37 minggu induksi dengan oksitosin bila gagal SC. Dapat
pula diberikan misoprostol 50 µg intra vaginal tiap 6 jam maksimal 4
kali.
b) Bila ada tanda-tanda infeksi beri antibiotik dosis tinggi dan persalinan
diakhiri dengan :
1) Induksi persalinan
Induksi adalah proses stimulasi untuk merangsang kontraksi rahim
sebelum kontraksi alami terjadi, dengan tujuan untuk mempercepat
proses persalinan.
3. Penatalaksanaan lanjutan
a) Kaji denyut jantung janin setiap jam, suhu, nadi setiap 2 jam.
b) Lakukan DJJ setiap jam sebelum persalinan.
c) Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu untuk menghindari
terjadinya infeksi (Lockhart dan Lyndon, 2014).
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-
masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan
(Prawirohardjo, 2016). Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantung pada
tahap ini. Tahap ini terbagi atas :
1. Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh
tenaga kesehatan secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau
komunikasi (Wiknjosastro, 2016).
1) Identitas
a. Nama : dikaji untuk mengenal dan mengetahui nama pasien agar tidak
keliru dalam memberikan asuhan keperawatan.
b. Umur : untuk mengetahui umur pasien, pada ibu yang sangat rentan
terjadi katuban pecah dini yaitu usia 35 tahun keatas.
c. Agama : sebagai keyakinan individu untuk proses kesembuhannya.
d. Suku/bangsa : dikaji untuk mengetahui kebiasaan-kebiasaan atau adat
istiadat yang mempengaruhi kesehatan.
e. Pendidikan : dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien,
semakin tinggi tingkat pendidikan pasien maka semakin mudah pasien
menerima informasi dari petugas kesehatan.
f. Pekerjaan : dikaji untuk mengukur dan mengetahui tingkat sosial
ekonominya. Semakin berat pekerjaan, maka resiko terjadinya ketuban
pecah dini akan semakin besar.
g. Alamat : dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk megetahui alasan pasien datang ke
fasilitas kesehatan. Pada kasus ibu dengan ketuban pecah dini keluhan yang
muncul adalah ibu mengatakan keluar cairan merembes dari kemaluannya,
keluar bercak banyak dari vagina, perut mules (Nugroho, 2012)
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui penyebab terjadinya masalah yang dialami pasien,
mengetahui sejak kapan cairan ketuban merembes, warna cairan ketuban,
berapa banyak cairan ketuban yang keluar dan mengetahui masalah atau
komplikasi lain yang muncul pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini.
c. Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui tentang pertama kali pasien pasien mendapatkan
menstruasi (menarche), teratur atau tidak, siklus haid, lama menstruasi,
banyaknya darah dan sifat darah (cair atau ada gumpalan), disminorhoe atau
tidak, haid pertama haid terakhir.
d. Riwayat Kehamilan
Dikaji untuk mengetahui jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup, persalinan
atenatal, persalinan prematur, keguguran, persalinan dengan tindakan, riwayat
perdarahan pada kehamilan, persalinan atau nifas sebelumnya.
e. Riwayat Persalinan
Hal yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status pernikahan sah atau
tidak, karena bila menikah tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan
psikologisnya.
f. Riwayat Keluarga Berencana (KB)
Dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut Keluarga Berencana
dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, ada keluhan selama menggunakan
kontrasepsi.
g. Riwayat Kesehatan Dahulu
Dikaji untuk mengetahui apakah ada hubungan dengan masalah yang
dihadapi oleh pasien pada saat ini.
h. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji untuk mengetahui apakah ada penyakit menurun dalam keluarga
seperti asma, diabetas mellitus, hipertensi, jantung, dan riwayat penyakit yang
menular lainnya.
i. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a) Pola Nutrisi
Mengetahui kecukupan asupan gizi selama hamil, bagaimana menu
makanan, frekuensi makan, jumlah per hari dan juga untuk mengetahui
bagaimana pasien mencukupi kebutuhan cairan selama hamil meliputi
jumlah per hari, frekuensi minum, dan jenis dari minuman tersebut
(Ratnawati, 2016).
b) Personal Hygiene
Data ini dikaji untuk mengetahui tentang kebiasaan pasien mengenai cara
perawatan diri dengan kesehatan dirinya, meliputi mandi, keramas, ganti
baju atau celana dalam, kebersihan kuku, gosok gigi (Ratnawati, 2016).
c) Pola Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, warna dan bau, serta kebiasaan
buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah (Ratnawati, 2016).
d) Pola Aktivitas dan Istirahat/tidur
Dikaji untuk mengetahui aktivitas ibu apakah terlalu membuat ibu merasa
lelah, waktu istirahat ibu baik siang maupun malam hari (Ratnawati,
2016).
e) Aktivitas Sexual
Mengkaji tentang berapa kali pasien melakukan hubungan sexual dalam
satu minggu, apakah ada gangguan atau keluhan saat berhubungan sexual
dengan suami (Ratnawati, 2016)
f) Pola Psikososial Budaya
Dikaji untuk mengetahui apakah pasien dan keluarga menganut adat
istiadat yang menguntungkan atau merugikan pasien, misalnya kebiasaan
pantangan makanan atau kebiasaan yang tidak diperbolehkan selama
hamil dalam adat masyarakat setempat. Pada kasus ketuban pecah dini
mitos atau adat yang ada adalah ibu hamil tidak boleh makan tape ketan
terlalu banyak karena bisa menyebabkan ketuban pecah sebelum
waktunya (Ratnawati, 2016).
2. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum
Untuk mengatahui keadaaan umum pasien secara keseluruhan dengan kriteria
baik yaitu apabila ibu mampu melakukan aktivitas secara mandiri tanpa
bantuan atau lemah apabila ibu tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri.
b. Kesadaran
Menggambarkan tentang kesadaran pasien, kategori dari kesadaran adalah
composmentis yaitu pasien sadar sepenuhnya apatis yaitu pasien dalam
keadaan sadar tetapi acuh tak acuh, somnolen yaitu pasien tampak
mengantuk, selalu ingin tidur, sopor yaitu pasien tidak memberikan respon
ringan maupun sedang, koma yaitu pasien tidak dapat bereaksi terhadap
stimulus apapun (Matondang, 2013).
c. Tekanan Darah
Untuk mengetahui faktor risiko hipertensi atau hipotensi. Keadaan normal
110/60 sampai 140/90 dan diastolik antara 70-90 mmHg. Hipertensi jika
tekanan sistolik sama dengan atau >140 mmHg dan Hipotensi jika tekanan
diastolik sama dengan atau 70 mmHg (Astuti, 2012).
d. Suhu
Untuk mengetahui suhu badan pasien, suhu badan normal adalah 36,5℃
sampai 37,2℃, bila suhu tubuh lebih dari 37,2℃ disebut demam atau febris
(Astuti, 2012).
e. Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam satu menit, frekuensi
denyut jantung normalnya 60-100 kali per menit.
f. Respirasi
Pernapasan pasien dapat diobservasi dari frekuensi per menit, kedalaman,
keteraturan dan tanda-tanda yang menyertai, seperti bunyi napas dan bau
napas, pernapasan normal yaitu 16-20 kali per menit pada orang dewasa.
g. Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan ibu
h. Berat badan
Untuk mengetahui berat badan ibu
i. Lingkar lengan atas
Untuk mengetahui lingkar lengan ibu
2) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
a) Rambut
Dikaji untuk mengetahui warna rambut, kebersihan rambut, dan rambut
mudah rontok atau tidak.
b) Wajah
Dikaji untuk mengetahui keadaan wajah pasien pucat atau tidak, adakah
kelainan, adakah oedema.
c) Mata
Dikaji untuk mengetahui warna konjungtiva dan sklera, kebersihan mata,
ada kelainan atau tidak dan adakah gangguan penglihatan (rabun
jauh/rabun dekat). Pada wanita dengan ketuban pecah dini konjungtiva
pucat.
d) Hidung
Dikaji bagaimana kebersihannya, ada polip atau tidak, ada gangguan
penciuman atau tidak.
e) Telinga
Dikaji kebersihannya, ada serumen atau tidak dan ada tidak gangguan
pendengaran.
f) Mulut dan Gigi
Untuk menilai warna, integritas jaringan, gangguan pada mulut, karies
gigi, gusi berdarah atau tidak.
g) Leher Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar tiroid,
kelenjar limfe dan parotitis atau tidak.
b. Dada dan Axila
Untuk mengetahui bentuk dada simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak
pada payudara, nyeri atau tidak, keadaan puting, hiperpigmentasi areola dan
kolostrum ASI sudah keluar atau belum.
c. Abdomen
a) Inspeksi
Inspeksi dilakukan untuk mengetahui apakah ada pembedahan, ada luka
bekas operasi atau tidak, striae gravidarum, linea agra atau alba
(Rahmatina, 2018).
b) Palpasi

- Kontraksi : pada kasus ibu dengan ketuban pecah dini terjadi


gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan kontraksi uterus
yang ditandai dengan rasa nyeri di bagian perut, ekspresi wajah
meringis, ibu menahan sakit dan keadaan umum lemah.

- Leopold I : untuk menentukan tinggi fundus uteri sehingga dapat


diketahui berat janin, umur kehamilan dan bagian janin yang terjadi di
fundus uteri seperti membujur atau akan kosong jika posisi janin
melintang. Kepala bulat padat mempunyai gerakan pasif
(ballotement), bokong tidak padat, lunak, tidak mempunyai gerak
pasif (bantuan atau gerak ballotement).

- Leopold II : untuk menentukan letak pungguung janin dapat untuk


mendengar detak jantung janin pada punctum maximum dengan
teknik kedua telapak tangan melakukan palpasi pada sisi kanan dan
kiri (Rahmatina, 2018).

- Leopold III : untuk mengetahui bagian terendah janin, bila teraba


bulat padat (kepala) dan bila teraba bulat tidak keras (bokong).
Menentukan apakah bagian tersebut sudah masuk ke pintu atas
panggul atau masih dapat digerakkan.

- Leopold IV : untuk menentukan apa yang bagian terbawah janin dan


seberapa jauh sudah masuk pintu atas panggul (Mochtar, 2012)

- Tafsiran Berat Janin (TBJ) : dapat ditentukan berdasarkan Johnson


Toschock yang berguna untuk mengetahui pertimbangan persalinan
secara spontan pervaginam (Rahmatina, 2018).
c) Auskultasi
Untuk mendengarkan DJJ (Denyut Jantung Janin). Terdengarnya jantung
janin menunjukkan bahwa janin hidup dan tanda pasti kehamilan,
puncthum maximum janin tergantung presentasi, posisi, dan kehamilan
kembar, biasanya pada daerah punggung janin, frekuensi diatas 120-160x
per menit (Rahmatina, 2018).
d. Pemeriksaan panggul
Pada lingkar panggul jarak antara tepi atas simfisis pubis superior kemudian
ke lumbal kelima ke sisi sebelahnya sampai kembali ke tepi atas simfisis
pubis diukur dengan metlin normalnya 80-90 cm.
e. Anogenital
Menurut Ratnawati (2016), pemeriksaan anogenital terdiri atas
a) Vulva – Vagina
- Varices : ada varices atau tidak, oedem atau tidak
- Luka : ada luka bekas operasi atau tidak
- Kemerahan : ada kemerahan atau tidak
- Nyeri : ada nyeri atau tidak
- pervaginam : terjadi pengeluaran pervaginam atau tidak. Pada kasus
ibu dengan ketuban pecah dini keluar cairan ketuban merembes
melalui vagina.
b) Perineum
- Bekas luka : ada bekas luka perineum atau tidak
- Lain-lain : ada bekas luka lain atau tidak, ada kemerahan dan nyeri
atau tidak
c) Anus
- Haemorhoid : terjadi haemorhoid atau tidak
- Lain-lain : terdapat kelainan lain pada anus atau tidak
d) Inspekulo
- Vagina : ada benjolan atau tidak, ada kemerahan serta infeksi atau
tidak - Portio : ada erosi atau tidak
e) Vagina Toucher
- Pembukaan : sudah ada pembukaan serviks atau belum. Pada kasus
ketuban pecah dini terjadi pada pembukaan serviks < 4 cm.
- Presentasi : untuk mengetahui presentasi bawah janin apakah kepala
atau bokong.
- Posisi : untuk mengetahui posisi janin memanjang atau melintang
- Kesan panggul : untuk mengetahui kesan panggul normal atau tidak
f) Ekstremitas
Dikaji ekstremitas atas dan bawah. Ekstremitas atas dikaji ada atau tidak
gangguan atau kelainan dan bentuk. Ekstremitas bawah dikaji bentuk,
oedema, dan varises.
3) Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nugroho (2012), pemeriksaan penunjang ada 2 jenis yaitu :
a. Pemeriksaan Laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau
dan pHnya. Sekret vagina ibu hamil pH (4-5).
a) Tes lakmus (tes niazin) : jika kertas lakmus merah berubah menjadi
biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban yaitu
7-7,5 darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif
palsu
b) Mikroskopik (tes pakis) : dengan meneteskan air ketuban pada gelas
objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan
gambaran daun pakis.
b. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus
ketuban pecah dini terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.

2.2.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respon individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Poka SDKI DPP PPNI, 2017)
1. Risiko infeksi dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
(ketuban pecah sebelum waktunya) (SDKI, D.0142; 304)
2. Nyeri melahirkan berhubungan dengan dilatasi serviks (SDKI, D.0079; 176)
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian (SDKI, D.0080; 180)
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (SDKI,
D.0111; 246)

2.2.3 Intervensi
Intervensi keperawatan diberikan jika kemampuan merawat diri klien
berkurang dari yang dibutuhkan untuk memenuhi self care yang sebenarnya sudah
diketahui. Berikut intervensi yang dapat dilakukan sesuai Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) :
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Risiko infeksi dibuktikan dengan Setelah dilakukan tindakan asuhan
Pencegahan Infeksi (SIKI I.14539 Hal.278)
ketidakadekuatan pertahanan tubuh keperawatan selama 3x7 jam diharapkan
Observasi :
primer (ketuban pecah sebelum Resiko infeksi menurun dengan kriteria
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
hasil sistemik
waktunya) (SDKI, D.0142; 304)
kriteria hasil : SLKI (L.14137 hal 139)
Terapeutik :
1. Kebersihan tangan meningkat (5)
1. Batasi jumlah pengunjung
2. Kebersihan badan meningkat (5)
2. Berikan perawatan kulit pada area edema
3. Demam menurun (5) 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
4. Kemerahan menurun (5) dengan pasien dan lingkungan pasien
5. Nyeri menurun (5) 4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
6. Bengkak menurun (5) berisiko tinggi
7. Kultur area luka membaik (5)Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gelaja infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
2. Nyeri melahirkan berhubungan Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen Nyeri (SIKI I.08238 Hal.201)
keperawatan selama 3x7 diharapkan Observasi :
dengan dilatasi serviks (SDKI,
nyeri akut berkurang dengan kriteria 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
D.0079; 176) hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
SLKI (L.08066 hal 145) 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun (5) 3. Identifikasi respon nyeri nonverbal
2. Meringis menurun (5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
3. Gelisah menurun (5) memperingan nyeri
4. Kesulitan tidur menurun (5) 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
5. Nafsu makan membaik (5) tentang nyeri
6. Pola tidur membaik (5) 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
9. Monitor efek samping yang sudah diberikan
penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara
mandiri
5. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
6. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3. Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan REDUKSI ANXIETAS (I.09314)
selama 1 x 24 jam diharapkan tingkat Observasi
ancaman terhadap kematian (SDKI,
ansietas menurun dengan 1. Identifikasi saat tingkat anxietas berubah
D.0080; 180) Kreteria Hasil : (mis. Kondisi, waktu, stressor)
1. Verbalisasi kebingungan menurun 2. Identifikasi kemampuan mengambil
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi keputusan
yang dihadapi menurun 3. Monitor tanda anxietas (verbal dan non
3. Perilaku gelisah menurun verbal)
4. Perilaku tegang menurun Terapeutik
5. Konsentrasi membaik 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
6. Pola tidur membaik menumbuhkan kepercayaan
2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
, jika memungkinkan
3. Pahami situasi yang membuat anxietas
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Gunakan pedekatan yang tenang dan
meyakinkan
6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
7. Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang
Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Informasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi
ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri
yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika
perlu
5. Defisit pengetahuan berhubungan Tingkat Pengetahuan (SLKI L.12111 Edukasi Kesehatan (SIKI I.12383 Hal65)
hal 146) Observasi
dengan kurang terpapar informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
(SDKI, D.0111; 246) selama 3x7 jam diharapkan tingkat menerima informasi
pengetahuan teratasi dengan kriteria Terapuetik
hasil: 1. Sediakan materi dan media pendidikan
Pertanyaan tentang masalah yang kesehatan
dihadapi meningkat Edukasi
1. Jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini dilakukan sesuai dengan
intervensi keperawatan yang sudah dibuat, setiap implementasi akan ada respon hasil
dari pasien setiap harinya. Implementasi keperawatan ini dilakukan dengan tujuan
pasien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri (self care) dengan penyakit
yang dialami oleh pasien sehingga pasien mencapai derajat kesembuhan yang
optimal dan efektif (Lazuarti, 2020)

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Tahap evaluasi keperawatan ini dapat menilai sejauh mana keberhasilan yang
dicapai dan seberapa besar kegagalan yang terjadi. Dari hasil evaluasi, tenaga
kesehatan dapat menilai pencapaian dari tujuan serta dari hasil evaluasi ini, tenaga
kesehatan akan menjadikan hasil evaluasi ini sebagai bahan koreksi dan catatan
untuk perbaikan tindakan yang harus dilakukan (Prabowo, 2018).
Evaluasi keperawatan disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional,
seperti:
1. S (Subjektif) adalah ungkapan perasaan maupun keluhan yang disampaikan
pasien
2. O (Objektif) adalah pengamatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui
sikap ibu ketika dan setelah dilakukan tindakan keperawatan
3. A (Assesment) adalah analisa tenaga kesehatan setelah mengetahui respon
subjektif dan objektif yang dibandingkan dengan tujuan dan kriteria hasil yang
ada pada rencana keperawatan
4. P (Planning) adalah perencanaan untuk tindakan selanjutnya yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan setelah melakukan analisa atau assesmen
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Lisnawatie


NIM : 20231490104040
Ruangan Praktik : VK Bersalin
Tanggal & Jam Pengkajian : 30 Januari 2024 & 15.00 WIB

PENGKAJIAN

I. IDENTITAS KLIEN & PENANGGUNGJAWAB


A. Identitas Klien
Nama : Ny. M
Tempat / tanggal lahir : Palangka Raya, 10 Agustus 1984
Agama : Islam
Suku Bangsa : Dayak
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : PNS
Golongan Darah :A
Alamat : Jl. Katamso XIII
Diagnosa Medis : Ketuban Pecah Dini
Penghasilan Per Bulan :-
Tanggal Masuk RS : 30 Januari 2024
Tanggal Pengkajian : 30 Januari 2024
Nomor Rekam Medik : 44 xx xx
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. D
Umur : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Dayak
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Golongan Darah :B
Alamat : Jl. Katamso XIII
Hubungan dengan Klien : Suami
II. STATUS KESEHATAN
a. Alasan Kunjungan / Keluhan Utama :
Klien mengatakan “mengeluh nyeri bagian perut”

b. Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST) :


Pada tanggal 30 Januari 2024 pukul 07.00 WIB diantar oleh suami ke IGD
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya atas rujukan dr. Mikko. Sp.OG
dengan G5P3 A1 keluhan klien mengatakan mengeluh perut mules dari pagi
dan keluar cairan kekuningan, nyeri, hamil anak ke 5. Hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital, TD: 119/76 mmHg, N: 102 x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,2
ᵒC, SPO2: 99%. Terpasang infus RL 500 Ml 20 Tpm ditangan sebelah kiri
drip Nairet 1 Ampul. Pada tanggal 24 Januari 2024 pukul: 14.30 WIB pasien
dipindahkan ke ruang VK, pada saat dilakukan pengkajian didapatkan hasil,
klien mengeluh perut nyeri, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri
6, nyeri hilang timbul, Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital, TD: 125/85
mmHg, N: 82 x/menit, RR: 20x/menit, S: 36, 3 ᵒC, SPO2: 99%.

c. Riwayat Kesehatan Yang Lalu / Yang Pernah Dialami :


Klien mengatakan tidak memiliki riwayat kesehatan yang lalu

2. Riwayat Kesehatan Keluarga :


Klien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit keturunan

3. RIWAYAT OBSTETRIC DAN GINEKOLOGI


Riwayat Ginekologi:
 Riwayat Menstruasi :
Menarche : 13 Tahun
Siklus : 28 Hari
Lamanya Haid : 4-5 Hari
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
Sifat Darah (warna, bau, cair/gumpalan, dysmenorhoe) : Merah, kental
Gangguan sewaktu menstruasi : Tidak ada gangguan
Gejala pre menstruasi : Nyeri perut bagain bawah
HPHT : 05 Mei 2023
Taksiran Persalinan : 14 Februari 2024
 Riwayat Perkawinan (suami dan isteri) :
Usia menikahan : 1,2 Tahun
Lamanya Pernikahan:
Pernikahan Ke : 1 (Pertama)
 Riwayat Keluarga Berencana :
Jenis kontrasepsi apa yang digunakan sebelum hamil : Tidak ada
Waktu dan lamanya penggunaan : Tidak ada
Apakah ada masalah dengan cara tersebut : Tidak ada
Jenis, kontrasepsi yang direncanakan setelah persalinan sekarang : Kb
Suntik
Berapa jumlah anak yang direncanakan oleh keluarga : 5 Anak

Riwayat Obstetri :

Tgl Umur Jenis Tempat/ Jenis Masalah Keadaan


No BB
partus hamil partus Penolong kelamin Hamil Lahir Nifas Bayi Anak
1 08/03/20 39 Minggu Tunggal Rumah Sakit Laki- 3000 Tidak Tidak Tidak Tidak Normal
19 Laki Gram ada ada ada ada
2. 12/11/20 37 Minggu Tunggal Rumah Sakit Laki- 2.900 Tidak Tidak Tidak Tidak Normal
20 Laki Gram ada ada ada ada
3. 25/01/20 38 Minggu SC Rumah sakit Perempu 2.750 Tidak Tidak Tidak Tidak Normal
22 an Gram ada ada ada ada

a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : G5 P3 A1


Keterangan :
 Masa hamil : tekanan darah tinggi, bengkak, infeksi saluran
perkemahan, perdarahan, premature, dll
 Masalah Lahir/persalinan : SC atas indikasi ………………..,
perdarahan, kejang-kejang, dll
 Masalah Nifas : perdarahan, infeksi, anemia, dll
 Masalah bayi : pernapasan, makanan, ikterus, cacat, meninggal
dalam kandungan, meninggal setelah lahir, dll
 Keadaan Anak : hidup / mati, sebab kematian : -
b. Riwayat Kehamilan Sekarang.
 Amenorhoe : -
 Keluhan waktu hamil : Tidak ada
 Gerakan anak pertama di rasakan :
 Imunisasi : Lengkap
 Penambahan BB selama hamil : 5 kg
 Pemeriksaan kehamilan : teratur / tidak
 Tempat pemeriksaan dan hasil pemeriksaan :

4. PEMERIKSAAN FISIK
Subjektif Objektif
1. Keadaan Umum Suhu : 36,30C
BB sebelum hamil 55 kg Nadi : 82x/menit
Tekanan Darah: 125/85 mmHg
BB : 60 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Kesadaran : Composmentis
Turgor Kulit : Baik

2. Kepala Warna rambut : Hitam, Bersih

3. Muka Hyperpigmentasi : Tidak ada


Rasa bengkak? Tidak ada Cloasma gravidarum : Tidak ada
Edema : Tidak ada
Simetris : Ya

4. Mulut Mukosa mulut & bibir : Bersih


Keluhan : Tidak ada Keadaan gigi : Normal
Fungsi Pengecapan : Normal
Keadaan Mulut : Normal
Fungsi menelan : Normal

5. Mata Ukuran pupil : 2-4 mm


Keluhan : Tidak ada Konjungtiva : Kemerah-merahan
Sklera : Putih
Fungsi Penglihatan : Baik

6. Hidung Reaksi alergi : Tidak ada


Keluhan : Tidak ada Pernah flu : Pernah
Frekuensinya dalam 1 tahun : 3-4 kali
Perdarahan/peradangan : Tidak ada
Keadaan/kebersihan : Bersih

7. Telinga Keadaan : Bersih


Keluhan : Tidak ada Fungsi pendengaran : Normal

8. Leher Pembesaran kel.Tyroid : Tidak ada


Pembengkakan : Tidak ada Distensi vena jugularis : Tidak ada
Pembesaran KGB : Tidak ada

9. Daerah dada Sesak napas : Tidak ada


Jantung dan paru-paru : Normal Batuk : Tidak ada
Sakit dada : Tidak ada
Suara napas : Tidak ada
Bunyi jantung : Lup dup
Palpitasi : Tidak ada
Payudara : Normal
Bentuk buah dada bulat, keadaan puting
susu kecokelatan, cairan yang keluar
putih, keadaan bersih, nyeri/ tegang
skala nyeri 1
10. Abd
omen TFU 2 Jari diatas pusat, kontraksi
uterus ada dan teraba keras, bising usus
25x/menit

11. Gen Tidak ada oedema, tidak ada varises,


italia Eksterna pengeluaran lochea rubra, warna merah,
jumlah sedikit, bau amis

12. Anu Ukuran panggul dalam :


s - Promonotorium : Normal
- Linea inominata : Normal
- Dinding samping : Normal
13. Ekst
remitas - Spina Ischiadika : Normal
- Sacrum : Normal
- CV : - CD : -

Vulva/vagina :
- Edema/tumor/penyempitan : Tidak
14. Pem ada
eriksaan Dalam
Portio :
- Konsistensi :-
- Pendataran : -
- Pembukaan : 2
- Hodge/bagian terendah: Kepala
- Selaput Ketuban : Normal
- Presentasi : -
- Posisi : -

5. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI


1. Pola Nutrisi :
Frekuensi makan 3x sehari, jenis makanan nasi, lauk, sayur, buah-buahan,
makanan yang disukai bakso, nafsu makan berkurang, porsi makan yang
dihabiskan sedang, minum 8-10 gelas air mineral.
2. Pola Eliminasi
a. Buang Air Kecil (BAK) :
Frekuensi 5-6 kali sehari, warna jernih, bau khas amoniak
3. Buang Air Besar (BAB) :
Frekuensi 5-6 kali sehari, warna kuning kecokelatan, konsistensi lembek,
4. Pola tidur dan istirahat :
Malam 21.00-05.00 WIB, Siang 12.00-14.00 WIB, lama tidur/hari malam
7-8 jam, siang 1-2 jam, kebiasaan pengantar tidur tidak ada, kebiasaan saat
tidur, tidak ada, kesulitan dalam tidur tidak ada.
5. Pola aktivitas dan latihan :
Kegiatan dalam pekerjaan menyapu, mencuci piring, memasak, cuci
pakaian, dll. Olahraga jalan-jalan pagi/ sore.
6. Personal Hygiene :
Kulit : Sawo matang
Rambut : Hitam lebat
Mulut & Gigi : Bersih tidak ada caries gigi
Pakaian : Rapi
Kuku : Pendek dan bersih
Vulva Hygiene : Sering
7. Ketergantungan fisik :
Merokok : Tidak ada
Minuman Keras : Tidak ada
Obat-obatan : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
6. ASPEK PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL
7. Pola pikir dan persepsi
a. Apakah ibu telah mengetahui cara memberi ASI dan merawat bayi :
Klien mengatakan belum mengetahui cara pemberian ASI yang benar
b. Apakah klien merencanakan pemberian ASI pada bayinya :
Klien mengatakan akan memberikan ASI
c. Jenis kelamin yang diharapkan :
Klien mengatakan laki-laki atau perempuan sama saja
d. Siapa yang membantu merawat bayi di rumah :
Klien mengatakan orang tua dan juga mertua
e. Apakah hamil ini diharapkan :
Klien mengatakan sangat diharapkan
8. Perubahan perilaku
a. Kala I
 Adaptasi nyeri : Ada
 Pengaturan pernapasan : Baik
 Koping mekanisme terhadap perubahan yang ada : Baik
 Penerimaan terhadap proses persalinan : Baik
b. Kala II
 Adaptasi nyeri : Baik
 Pengaturan pernapasan : Baik
 Koping mekanisme terhadap perubahan yang ada : Baik
 Penerimaan terhadap proses persalinan : Baik
 Cara mengejan : Baik
c. Kala III
 Adaptasi nyeri : -
 Koping mekanisme terhadap perubahan yang ada : -
d. Kala IV
 Adaptasi nyeri : -
 Koping mekanisme terhadap perubahan yang ada : -
9. Persepsi diri
 Hal yang amat di pikirkan saat ini : Ny. M mengatakan khawatir
mengalami kegagalan saat melahirkan anaknya
 Harapan setelah menjalani perawatan : Ny. M mengatakan semoga
anaknya bisa lahir dengan selamat dan sehat
 Perubahan yang dirasa setelah hamil : tidak ada
Masalah Keperawatan: Ansietas
10. Konsep diri
 Body image : klien mengatakan bahagia dengan kehidupannya sekarang
 Peran : klien merupakan seorang anak dari 5 bersaudara, ibu dan calon
ibu
 Ideal diri : klien adalah orang yang ramah, klien berharap dapat cepat
pulang mengurus anak dan suaminya
 Identitas diri : Klien lulusan S1 dan sudah menikah
 Harga diri : Klien mengatakan dirinya sangat berguna dan berarti
11. Hubungan/komunikasi
 Bicara : jelas/relevan/mampu mengekspresikan/mampu mengerti orang
lain?
 Bahasa utama : Dayak
 Bahasa daerah : Dayak
 Yang tinggal serumah : Suami
 Adat istiadat yang di anut : Adat Dayak
 Yang memegang peranan penting dalam keluarga : Suami dan istri
 Motivasi dari suami : suami selalu menyemangati pasien
 Apakah suami perokok : Tidak
 Kesulitan dalam keluarga : Tidak ada
12. Kebiasaan seksual
 Gangguan hubungan seksual : Tidak ada
 Pemahaman terhadap fungsi seksual : Baik
13. Sistem Nilai – Kepercayaan
 Siapa dan apa sumber kekuatan : Klien mengatakan Tuhan
 Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda : Klien
mengatakan penting
 Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan
frekuensi) : Ibadah dan berdoa
Sebutkan kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama
di RS : Berdoa

14. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Darah
HB :- Golongan Darah/Rh B : -
Gula Darah :- Leukosit :-
VR/VDRL :-
 Golongan Darah/Rh : A
2. Urine
 Protein ………………………………... Sedimen
 Reduksi ……………………………….
3. Pemeriksaan tambahan
 TTT/NST …………………………… TTO/OCT
 USG ………………………………… Amnioscopy
 TORCH …………………………….. Rontgen

I. PENGOBATAN
Nama Obat Dosis Rut Indikasi
e
Inf. RL 20 Tpm IV untuk resusitasi cairan, misalnya pada
pasien syok, luka bakar, demam
berdarah dengue, dan dehidrasi.

Palangka Raya, 24 Januari 2024


Mahasiswa

Lisnawatie
ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN


MASALAH
DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS: Iskemia korpus uteri Nyeri Akut
Klien mengatakan “Saya (D.0079 Hal 176)
Merasakan Nyeri bagian
Saraf nyeri aferen serviks
perut” & uterus masuk kemedula
P : Nyeri bertambah ketika spinalis melalui akar
banyak bergerak posterior

Q : Nyeri seperti ditusuk-


tusuk
Merangsang saraf nyeri
R: Skala nyeri 6 (Skala pudendus melalui S2-S4
sedang)
T : Nyeri hilang timbul
Agen pencedraan
DO:
- Klien tampak meringis fisiologis
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak lemas
- Klien tampak miring
Nyeri Akut
kiri
- Skala nyeri 6
- Hasil TTV :
TD: 125/85 mmHg
N: 82 x/menit
RR: 20x/menit
S: 36,3 ᵒC
SPO2: 99% mmHg
DS: kekhawatiran mengalami Ansietas
Klien mengatakan “saya kegagalan (D.0080 Hal 180)
merasa khawatir dengan
keselamatan bayi jika air
ketuban terus merembes Ansietas
sebelum waktunya
melahirkan”.
DO:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak pucat
- Hasil TTV :
TD: 125/85 mmHg
N: 82 x/menit
RR: 20x/menit
S: 36,3 ᵒC
SPO2: 99% mmHg
DS: - Ketidakadekuatan Resiko Infeksi
DO: pertahanan tubuh primer (D.0142 Hal 304)
- Ketuban merembes
(Ketuban pecah sebelum
berwarna kekuningan
- Hasil TTV : waktunya)
TD: 125/85 mmHg
N: 82 x/menit
RR: 20x/menit
S: 36,3 ᵒC Resiko Infeksi
SPO2: 99% mmHg
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri melahirkan berhubungan dengan dilatasi serviks yang ditandai dengan
Klien mengatakan “saya merasakan nyeri perut nyeri bagian perut”, P : Nyeri
bertambah ketika banyak bergerak, Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: Skala
nyeri 6 (Skala sedang), T : Nyeri hilang timbul, Klien tampak meringis, Klien
tampak gelisah, Klien tampak lemas, Klien tampak miring kiri, Skala nyeri 6
Hasil TTV : TD: 125/85 mmHg, N: 82 x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,3 ᵒC,
SPO2: 99% mmHg
2. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan ditandai
dengan klien mengatakan “saya merasa khawatir dengan keselamatan bayi saya
jika air ketuban terus merembes sebelum waktunya melahirkan”, klien tampak
gelisah, klien tampak pucat, Hasil TTV : TD: 125/85 mmHg, N: 82 x/menit,
RR: 20x/menit, S: 36,3ᵒC, SPO2: 99%.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
(Ketuban pecah sebelum waktunya), ketuban merembes berwarna kekuningan,
Hasil TTV : TD: 125/85 mmHg, N: 82 x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,3 ᵒC,
SPO2: 99%.
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. M

Ruang Rawat : VK

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi


Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama Manajemen Nyeri (SIKI I.08238 Hal.201)
dengan dilatasi serviks Nyeri 3x7 diharapkan nyeri akut berkurang dengan kriteria
Melahirkan hasil: Observasi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
(SDKI, D.0079 Hal 176) SLKI (L.08066 Hal 145) intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
1. Kemampuan menutaskan aktivitas meningkat (5) 3. Identifikasi respon nyeri nonverbal
2. Keluhan nyeri menurun (5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
3. Meringis menurun (5) 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
4. Gelisah menurun (5) 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
5. Kesulitan tidur menurun (5) 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
6. Nafsu makan membaik (5) 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
7. Pola tidur membaik (5)
9. Monitor efek samping yang sudah diberikan penggunaan
analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara mandiri
5. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
6. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x7 jam Reduksi Ansietas (I.09314)
dengan kekhawatiran diharapkan tingkat ansietas menurun dengan Kriteria Observasi
mengalami kegagalan Hasil : 1. Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi, waktu,
(SDKI, D.0080 Hal 180) stressor)
SLKI (L.09093 Hal 132) 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
1. Verbalisasi kebingungan menurun (5) 3. Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi Terapeutik
menurun (5) 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
3. Perilaku gelisah menurun (5) 2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
4. Perilaku tegang menurun (5) memungkinkan
5. Konsentrasi membaik (5) 3. Pahami situasi yang membuat anxietas
6. Pola tidur membaik (5) 4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
7. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan
datang
Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
2. Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu
Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama Pencegahan Infeksi (SIKI I.14539 Hal.278)
berhubungan dengan 3x7 jam diharapkan Resiko infeksi menurun dengan Observasi :
ketidakadekuatan kriteria hasil : 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
pertahanan tubuh primer SLKI (L.14137 Hal 139) Terapeutik :
(ketuban pecah sebelum 1. Kebersihan tangan meningkat (5) 1. Batasi jumlah pengunjung
waktunya) 2. Kebersihan badan meningkat (5) 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
3. Demam menurun (5) 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
(SDKI, D.0142 Hal 304) 4. Kemerahan menurun (5) lingkungan pasien
5. Nyeri menurun (5) 4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
6. Bengkak menurun (5) Edukasi :
7. Kultur area luka membaik (5) 1. Jelaskan tanda dan gelaja infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Selasa, 30 Januari 2024 1. Mengidentifikasi skala nyeri S:
Jam: 15.30 WIB 2. Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Dx 1 - Klien mengatakan nyeri berkurang
3. Mengajarkan Tekhnik relaksasi napas dalam
4. Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri O:

5. Menganjurkan untuk beristirahat ketika nyeri - Meringis pasien tampak berkurang


muncul - Pasien tampak lebih rileks
6. Berkolaborasi dalam pemberian analgesic - Skala nyeri awal :6 (nyeri sedang)
Setelah diberikan Tindakan: 5( nyeri sedang)
Lisnawatie
- Pasien tampak memonitor nyeri secara mandiri
- Pasien melakukan teknik napas dalam pada saat
nyeri timbul
- Klien tampak rileks saat diajarkan teknik
relaksasi napas dalam
- Pasien tampak beristirahat pada saat nyeri
timbul
- Pasien tampak diberikan obat asam mefenamat
3x500 mg

TTV
- TD : 120/80 MmHg

- Nadi: 80 x / menit

- RR : 20x/menit

- Suhu : 36,3 ᵒC

- SPO2 : 99%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan

Selasa, 30 Januari 2024 1. Mengidentifikasi saat tingkat anxietas berubah S:


Jam: 15.55 WIB
( Kondisi, waktu, stressor) Klien mengatakan masih merasa khawatir
Dx 2
2. Menciptakan suasana terapeutik untuk
O:
menumbuhkan kepercayaan
3. Mendengarkan dengan penuh perhatian - Klien masih tampak gelisah
Lisnawatie
4. Menjelaskan prosedur, termasuk sensasi yang - Klien Mendengarkan dengan penuh perhatian

mungkin dialami - Perawat menganjurkan keluarga untuk tetap

5. Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama bersama pasien


pasien - Tegang sedikit berkurang
6. Menganjurkan mengungkapkan perasaan dan TTV :
persepsi - TD: 120/ 80 mmHg
- Nadi: 80 x/menit
- RR: 20x/menit
- S: 36ᵒC
- SPO2: 99%

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi

Selasa , 30 Januari 2024 1. Membatasi jumlah pengunjung S: -


Jam: 16.20 WIB
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak
Dx 3 O:
dengan pasien dan lingkungan pasien
3. Menjelaskan tanda dan gelaja infeksi - Air ketuban merembes berwarna kekuningan
4. Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi - TD: 120/ 80 mmHg
Lisnawatie
5. Menganjurkan meningkatkan asupan cairan - Nadi: 80 x/menit
- RR: 20x/menit
- S: 36,3ᵒC
- SPO2: 99%
A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Alim, Zainal, & Yeni Agus S. (2016). Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ketuban Pecah
Dini pada Ibu Hamil Trimester III di Rumah Sakit Bantuan Lawang. Jurnal
Kesehatan Hesti Wirasakti. Volume 4 Nomor 1, 101–109. Diakses pada 30 Juni 2022.
Retrieved from https://jurnal.poltekkes-
soepraoen.ac.id/index.php/HWS/article/view/128

Andalas, Mohd dkk. (2019). Ketuban Pecah Dini dan Tata Laksananya. Jurnal Kedokteran
Syiah Kuala. Volume 19 Nomor 3. Diakses pada 30 Juni 2022. Retrieved from
http://jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/view/18119

Asepta, Beti., Tinuk Esti Handayani., & Agung Suharto. (2013). Hubungan Antara Ketuban
Pecah Dini dengan Perpanjangan Kala 1 Persalinan. 2-TRIK: Tunas- Tunas Riset
Kesehatan. Volume 3 Nomor 4. Diakses pada 06 Juli 2022. Retrieved from
https://jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id

Astuti, P. H. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan I Kehamilan. Yogyakarta: Rohima Press.

Azisyah, Afifatul., Sri Wahyuni, & Hernandia Distinarista. (2019). Hubungan antara
Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan Tingkat Kecemasan pada Ibu Hamil di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Prosiding Seminar Nasional Konstelasi
Ilmiah Mahasiswa Unissula (KIMU) Klaster Kesehatan. Diakses pada 30 Juni 2022.
Retrieved from http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/kimukes/article/view/7941

Fadlun, Feryanto. (2011). Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: EGC.

Hasan, Nurul Annisa. (2021). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kejadian


Ketuban Pecah Dini pada Kehamilan Aterm di RSUD Lanto DG. Pasewang
Jeneponto Tahun 2016-2019. Skripsi. Makassar: Universitas Muhammadiyah Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Helmi, Nur & Zulmeliza Rasyid. (2020). Determinan Persalinan Sectio Caesarea Pada Ibu
Bersalin Suatu Rumah Sakit di Kota Pekanbaru Tahun 2019. Jurnal Kesehatan
Komunitas. Volume 6 Nomor 1, 115-120. Diakses pada 30 Juni 2022. Retrieved from
http://jurnal.htp.ac.id

Izati, Diffa Khuni’. (2020). Asuhan Keperawatan pada Ny. Y dengan Diagnosa Medis “Post
Sectio Caesarea dengan Indikasi Ketuban Pecah Dini” di Ruang Nifas RSUD Bangil
Pasuruan. Karya Tulis Ilmiah. Sidoarjo: Akademi Keperawatan Kerta Cendekia.

Anda mungkin juga menyukai