Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. M DENGAN DIAGNOSA INDIKASI SEROTINUS


POST PARTUM SPONTAN DI RSUD dr. DORIS
SYLVANUS PALANGKA RAYA

OLEH :
NAMA : Sapta
NIM : 2018.C.10a.0984

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2021/2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan ini di susun oleh :


Nama : Sapta
NIM : 2018.C.10a.0984
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. M
Dengan Diagnosa Post Partum Spontan Di RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan III (PPK III) Program Studi
Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Pembimbing Akademik

Kristinawati ,S.Kep.,Ners
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
Pada Ny. M dengan diagnosa indikasi serotinus post partum di RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi
tugas (PPK 3).

Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Kristinawati, S. Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan IIIProgram Studi Sarjana Keperawatan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.

Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan


dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 05 Mei 2021


Sapta

DAFTAR ISI

Cover ...............................................................................................................
Lembar Persetujuan.......................................................................................
Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar Isi ........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang ............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan .....................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................
2.1 Konsep Dasar .............................................................................................
2.1.1 Definisi ................................................................................................
2.1.2 Etiologi ................................................................................................
2.1.3 Klasifikasi ............................................................................................
2.1.4 Patofisiologi (Pathway) .......................................................................
2.1.5 Manifestasi Klinis (Tanda Dan Gejala) ...............................................
2.1.6 Komplikasi ...........................................................................................
2.1.7 Penatalaksanaan Medis ........................................................................
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan .......................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN ...........................................................
3.1 Pengkajian ..................................................................................................
3.2 Diagnosa ...................................................................................................
3.3 Intervensi ...................................................................................................
3.4 Implementasi ..............................................................................................
3.5 Evaluasi ......................................................................................................
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN ...........................................................
4.1 Kesimpulan ................................................................................................
4.2 Saran ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan
mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat
perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas.
Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal
dari suatu penyebab adalah kurangnya perhatian pada wanita post partum
(Maritalia, 2012).

Menurut laporan World Health Organization (WHO) yang dikutip dalam


Priharyanti Wulandari dan Prasita Dwi Nur Hiba, Untuk AKI di negara-negara
Asia Tenggara diantaranya Indonesia mencapai 214 per 100.000 kelahiran hidup,
Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran
hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran
hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).

Menurut Riset Kesehatan Dasar 2018, pelayanan persalinan normal atau pasca
partum di fasilitas kesehatan tahun 2018 di Indonesia 79.3 % dan pada tahun 2018
pelayanan KF lengkap pada perempuan 10-54 di Kalimantan Timur sekitar 38.0
% lebih meningkat dari pada tahun 2013 (Riskesdas, 2018).

Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2015, tiga faktor kematian Ibu


melahirkan adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, dan infeksi 11%. Menurut
Kementerian Kesehatan RI, sebagai upaya penurunan AKI, pemerintah melalui
Kementerian Kesehatan sejak tahun 1990 telah meluncurkan safe motherhood
initiative, sebuah program yang memastikan semua wanita mendapatkan
perawatan yang dibutuhkan sehingga selamat dan sehat selama kehamilan dan
persalinannya. Upaya tersebut dilanjutkan dengan program Gerakan Sayang Ibu
di tahun 1996 oleh Presiden Republik Indonesia. Pada tahun 2012 Kementerian
Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal Survival
(EMAS) dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu dan neonatal sebesar
25%. Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar
setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti
pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan
bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan
mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan pelayanan keluarga berencana.

Angka Kematian Ibu (AKI) termasuk indikator terpenting dari derajat


kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari
suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganan
(tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidental) selama kehamilan, melahirkan
dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama
kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) berdasarkan
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013 sebesar 177. Untuk kematian ibu di
Kalimantan Timur mengalami penurunan dari tahun 2013 sejumlah 113 kematian,
turun pada 2014 menjadi 104 kasus kematian, tahun 2015 menjadi 100 kasus
kematian, dan lebih turun lagi pada tahun 2016 menjadi 95 kasus kematian Ibu.
(Dinas Kesehatan Kalimantan Timur, 2016).

Kebijakan Program Nasional Masa Nifas yaitu kunjungan masa nifas paling
sedikit 4 kali, kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status kesehatan ibu
dan bayi baru lahir (Saleha, 2009). Masa nifas merupakan proses fisiologis,
sehingga bagaimana upaya yang dilakukan supaya kondisi fisiologis tidak jatuh ke
patologis adalah memberikan asuhan keperawatan pada ibu nifas (Nurniati dkk,
2014).

Berbagai perubahan anatomi dan fisiologis yang nyata terjadi selama masa
pasca partum ini seiring dengan proses yang terjadi selama masa kehamilan
dikembalikan. Pengetahuan tentang proses reproduksi dalam kehamilan dan
persalinan merupakan suatu dasar untuk memahami adaptasi organ generatif dan
berbagai sistem tubuh manusia setelah pelahiran. (Martin, Reeder, G., Koniak,
2014).

Istilah puerperium (puer, seorang anak, dtitambah kata parere, kembali ke


semula) merujuk pada masa enam minggu antara terminasi persalinan dan
kembalinya organ reproduksi ke kondisi sebelum hamil. Purperium meliputi
perubahan progresif payudara untuk laktasi, serviks yang mengeluarkan cairan
lokia yang normal terjadi dalam tiga tahap yaitu lokia rubra berwarna merah
terang, lokia serosa berwarna merah muda, lokia sanguilenta berwarna kecoklatan,
lokia alba berwarna coklat keputih-putihan dan lokia yang patologis yaitu lokia
purulenta yang berbau busuk disertai nanah. Perubahan yang disebabkan involusi
adalah proses fisiologis normal. Meskipun begitu, involusi yang mencolok cepat
biasanya menandakan adanya penyakit. (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).

Asuhan keperawatan pasca partum atau masa nifas untuk membantu ibu baru
dan keluarganya berhasil beradaptasi pada masa transisi setelah kelahiran anak
dan tuntutan menjadi orangtua. Penekanan asuhan keperawatan pada masa ini
adalah pada pengkajian dan modifikasi faktor faktor yang mempengaruhi
pemulihan ibu dari masa nifas untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam
pengkajian post partum, banyak perawat menggunakan istilah BUBBLE-LE yaitu
termasuk Breast (payudara), Uterus (rahim), Bowel (fungsi usus), Bladder
(kandung kemih), Lochia (lokia), Episiotomy (episiotomi/perinium), Lower
Extremity (ekstremitas bawah), dan Emotion (emosi). Kemampuannya untuk
mengemban peran perawatan bayi baru lahir, dan transisi peran dan kemampuan
fungsional ibu serta keluarganya.

Berdasarkan uraian diatas penulis memutuskan untuk membuat karya tulis


ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.L Dengan Post Partum
Spontan indikasi serotinus Di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. M dengan post partum spontan


indikasi serotinus ?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan Asuhan Keperawatan post


partum spontan pada Ny. M.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian


2. Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi pada Ny. M
3. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny. M
4. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi.
5. Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi keperawatan

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Institusi
1.4.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang post partum spontan dan Asuhan
Keperawatannya.
1.4.2.2 Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan
Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit tentang post
partum spontan melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara
komprehensif.
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Definisi Post Partum Spontan

Post Partum atau masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu (Ary Sulistyawati, 2009).

Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai
sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi
secara berlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil.
Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka
kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam Angka Kematian Ibu
(AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu
penyebab kurangnya perhatian pada wanita post partum (Maritalia,
2012).

2.1.2 Anatomi Fisiologi


2.1.2.1 Anatomi
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak didalam
rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna,
yang terletak di perineum. Struktur reproduksi interna dan 9 eksterna
berkembang menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen dan
progesteron (Syafrudin & Fratidhini, 2009).
1. Struktur eksterna

a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata
ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang
dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat
jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak
kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal
pada masa pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan melindungi
simfisis pubis selama koitus.

c. Labia mayora

Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya
memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia minora,
berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi labia
minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang belum
pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora terletak
berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya. Setelah
melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada
perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada
permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih
gelap daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan
semakin menipis ke arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora
licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap
sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf
yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.

d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan
lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang ,
memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan
fourchett. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya
mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan
mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia
berwarna merah kemerahan dan memungkankan labia minora
membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-
kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat
banyak membuat labia minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi
erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak
tepat di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian
yang terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris
dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara
seksual
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina
dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak
berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora
adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-masing satu
pada setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis
tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis
terletak di antara fourchette dan himen
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
2. Struktur internal

a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang
tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi
dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan
ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua
fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi
hormon.
Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum
primordial. Di antara interval selama masa usia subur ovarium juga
merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid dalam jumlah
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita
normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke
arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk
mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan
berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum
didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh
gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin
mempengaruhi gerakan peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi dan
fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal,muskular, pipih,cekung yang tampak
mirip buah pir yang terbalik.Uterus normal memiliki bentuk simetris,
nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga
bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan
insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang
mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang
menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen uterus
bagian bawah pada masa hamil.
Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan
endometrium, kehamilan dan persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :

1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh


darah ialah suatu lapisan membran mukosa yang
terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan padat,
lapisan tengah jaringan ikat yang berongga, dan
lapisan dalam padat yang menghubungkan
indometrium dengan miometrium.

2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan


serabut otot polos yang membentang ke tiga arah.
Serabut longitudinal membentuk lapisan luar
miometrium, paling benyak ditemukan di daerah
fundus, membuat lapisan ini sangat cocok untuk
mendorong bayi pada persalinan.
3) Peritonium perietalis Suatu membran serosa, melapisi
seluruh korpus uteri, kecuali seperempat permukaan
anterior bagian bawah, di mana terdapat kandung
kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada
uterus dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga
abdomen karena peritonium perietalis tidak menutupi
seluruh korpus uteri.

d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan
cepat terhadap stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal
terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel
yang di ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur
kadar hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas
atau bawah Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan
glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden
infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina
mempertahankan kebersihan relative vagina

2.1.2.2 Fisiologi

Perubahan fungsional menurut (Dewi vivian&Sunarsih,2011) :

1) Tanda-tanda vital
Suhu mulut pada hari pertama meningkat 30oC sebagai akibat pemakaian
energi saat melahirkan, dehidrasi maupun perubahan hormonik, tekanan
darah stabil, penurunan sistolik 20 mmHg dapat terjadi saat ini, nadi
berkisar antara 60- 70 kali per menit.
2) Sistem Kordiovaskuler
Cardiac output setelah persalinan meningkat karena darah sebelumnya
dialirkan melalui utero plasenta dikembalikan ke sirkulasi general.
Volume darah biasanya berkurang 300-400 ml selama proses persalinan
spontan. Trombosit pada hari ke 5 s.d 7 post partum, pemeriksaan homans
negatif.
3) Sistem Reproduksi
Involusi uteri terjadi setelah melahirkan tinggi fundus uteri adalah 2 jari di
bawah pusat, 1-3 hari TFU 3 jari di bawah pusat, 3-7 hari TFU 1 jari di
atas sympisis le bih dari 9 hari TFU tidak teraba.
Macam-macam lochea berdasarkan jumlah dan warnanya:
- Lochea rubra : 1-3 hari, berwarna merah terang, mengandung darah,
mungkin ada bekuan kecil, bau amis yang khas (bau seperti hewan),
keluar banyak sampai sedang
- Lochea Sanguinolenta : 3-7 hari berwarna putih campur merah(pink)
kecoklatan.
- Lochea Serosa : 7-14 hari berwarna kekuningan.
- Lochea Alba : setelah hari ke- 14 berwarna putih.

Macam-macam episiotomi:

1) Episiotomi mediana, merupakan insisi paling mudah


diperbaiki, lebih sedikit pendarahan penyembuhan
lebih baik.
2) Episiotomi mediolateral, merupakan jenis insisi yang
banyak digunakan karena lebih aman.
3) Episiotomi lateral, tidak dianjurkan karena hanya dapat
menimbulkan relaksasi introitus, perdarahan lebih
banyak dan sukar direparasi.
4) Sistem gastro intestinal
Pengembangan defekasi secara normal lambat dalam seminggu
pertama. Hal ini disebabkan karena penurunan mortilitas usus,
kehilangan cairan dan ketidaknyamanan perineum
5) Sistem musculoskeletal
Otot dinding abdomen teregang bertahap selama hamil, menyebabkan
hilangnya kekenyalan otot yang terlihat jelas setelah melahirkan. Dinding
perut terlihat lembek dan kendor.
6) Sistem endokrin
Setelah persalinan penaruh supresi esterogen dan progesteron berkurang
maka timbul pengaruh lactogenik dan prolaktin merangsang air susu.
Produksi ASI akan meningkat setelah 2 s.d 3 hari pasca persalinan.
7) Sistem perkemihan
Biasanya ibu mengalami ketidakmampuan untuk buang air kecil selama 2
hari post partum. Penimbunan cairan dalam jaringan selama berkemih
dikeluarkan melalui diuresis yang biasanya dimulai dalam 12 jam setelah
melahirkan.

2. Adaptasi psikologi post partum (Suherni,2009)

a. Fase taking in
Ibu berperilaku tergantung pada orang lain, perhatian berfokus pada diri
sendiri, pasif, belum ingin kontak dengan bayinya, berlangsung 1-2.
b. Fase taking hold
Fokus perhatian lebih luas pada bayinya, mandiri dan inisiatif dalam
perawatan bayinya, berlangsung 10 hari.
c. Fase letting go
Ibu memperoleh peran baru dan tanggung jawab baru, perawatan diri dan
bayinya meningkat terus,menyadari bahwa dirinya terpisah dengan
bayinya

2.1.3 Etiologi

Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori


menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).

a. Teori penurunan hormone


1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –
otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila progesterone turun.
b. Teori placenta menjadi tua
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
e. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin
menurut tetesan perinfus.

2.1.4 Klasifikasi

Menurut Anggraini (2010), tahap masa nifas di bagi menjadi 3 :

1. Purperium dini, Waktu 0-24 jam post partum. Purperium dini


yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dianggap telah bersih dan boleh melakukan
hubungan suami istri apabila setelah 40 hari.

2. Purperium intermedial, Waktu 1-7 hari post partum. Purperium


intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6 minggu

3. Remote purperium ,Waktu 1-6 minggu post partum. Adalah


waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutam
bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Waktu untuk pulih sempurna bias berminggu-minggu, bulanan
bahkan tahunan. (Yetti Anggraini,2010).

2.1.5 Patofisiologi ( Pathway )

Pada kasus post partus spontan akan terjadi perubahan fisiologis dan
psikologis ,pada perubahan fisiologis terjadi proses involusi menyebabkan terjadi
peningkatan kadar ocytosis , peningkatan kontraks uterus sehingga muncul masalah
keperawatan nyeri akut, dan perubahan pada vagina dan perinium terjadi ruptur
jaringan terjadi trauma mekanis ,personal hygine yang kurang baik, pembuluh
darah rusak menyebabkan genetalia menjadi kotor dan terjadi juga perdarahan
sehingga muncul masalah keperawatan resiko infeksi perubahan laktasi akan
muncul struktur dan karakter payudara. Laktasi di pengaruhi oleh hormon estrogen
dan peningkatan prolaktin, sehingga terjadi pembentukan asi, tetapi terkadang
terjadi juga aliran darah dipayudara berurai dari uterus (involusi) dan retensi darah
di pembuluh payudara maka akan terjadi bengkak dan penyempitan pada duktus
intiverus. Sehingga asi tidak keluar dan muncul masalah keperawatan menyusui
tidak efektiv. Pada perubahan psikologis akan muncul taking in (ketergantungan ),
taking hold (ketergantungan kemandirian ), leting go (kemandirian) . pada
perubahan taking in pasien akan membutuhkan perlindungan dan pelayanan , ibu
akan cemderung berfokus pada diri sendiri dan lemas, sehingga muncul masalah
keperawatan gangguan pola tidur, taking hold pasien akan belajar mengenai
perawatan diri dan ayi, akan cemderung utuh informasi karena mengalami
perubahan kondisi tubuh sehingga muncul masakalh keperawatan kurang
pengetahuan.
Post Partum atau masa nifas adalah masa yang dimulai setelah

WOC POST PARTUM SPONTAN plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali

seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung

selama kira-kira 6 minggu (Ary Sulistyawati, 2009).

Post Partum

Spontan

B1 B2 B3 B4 B5 B6
( BREATHING ) ( BLOOD ) ( BRAIN ) ( BLADDER ) ( BOWEL ) ( BONE )

Nafas mulut Perdarahan post partum Vulva vagina Bernapas meggunakan involusi Bayi lahir
mulut

Sirkulasi O2 maternal ↓ Kehilangan vaskuler Servik vagina perineum Terjadi laserasi


berlebih Luka pada jaln lahir Asupan cairan
berkurang
Trauma,odem, luka, Trauma jaringan kulit
Hipoksia
MK : Kekurangan jahitan
volume cairan MK : Nyeri Akut Dehidrasi k

MK : Gangguan MK : Gangguan MK : Gangguan


Pertukaran Gas MK : Risiko istirahat tidur Integritas
Ketidaknyamanan Kulit/Jaringan
Ketidalseimbangan
Cairan
MK : Ansietas Kurang terpapar informasi Kebersihan pada luka
MK : Gangguan Pola
kurang
Tidur
MK : Defisit Pengetahuan MK : Gangguan
Peradangan
Integritas Kulit
2.1.6 Manifestasi Klinis ( Tanda dan Gejala )
Menurut Masriroh (2013) tanda dan gejala masa post partum adalah sebagai
berikut:
1. Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum kehamilan.
2. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan berbalik
(kerumitan).
3. Masa menyusui anak dimulai.
4. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di asumsikan sebagai
tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya.
Menurut Hafiffah ,(2011) post partus di tandai oleh :
a. Sistem reproduksi
1) Uterus di tandai dengan kembalinya uterus ke kondisi normal setelah
hamil
2) Keluarnya lochea, komposisi jaringan endometrial, darah dan limfe.
Tahapannya:
- Rubra(merah) : 1-3 hari
- Sanguinolenta: warna merah kekuningan , berisi darah dan
lendir terjadi pada hari ke 3-7
- Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah
lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan
- Lochea alba: cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2
minggu pasca persalinan
- Lochea purulenta: ini terjadi karena infeksi, keluar cairan seperti
nanh berbau busuk
- Lochiotosis: lochea tidak lancar keluarnya
3) Siklus menstruasi
Siklus menstruasi akan mengalami perubahan saat ibu mulai menyusui
4) Serviks
Setelah lahir servik akan mengalami edema , bentuk distensi
untuk beberapa hari , struktur interna akan kembali setelah 2
minggu
5) Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu

6) Perinium
Akan terdapat robekan jika di lakukan episiotomi yang akan
terjadi masa penyembuhan selama 2 minggu
7) Payudara
Payudara akan membesar karena vaskularisasi dan engorgemen
(bengkak karena peningkatan prilaktin.
2.1.7 Komplikasi

Untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian post partum,


banyak perawat menggunakan istilah BUBBLE-LE yaitu termasuk Breast (payudara),
Uterus (rahim), Bowel (fungsi usus), Bladder (kandung kemih), Lochia (lokia),
Episiotomy (episiotomi/perinium), Lower Extremity (ekstremitas bawah), dan Emotion
(emosi). Menurut Hacker dan Moore Edisi 2 adalah :

a. Involusi Rahim

Melalui proses katabolisme jaringan, berat rahim dengan cepat menurun dari
sekitar 1000gm pada saat kelahiran menjadi 50 gm pada sekitar 3 minggu masa
nifas. Serviks juga kehilangan elastisnya dan kembali kaku seperti sebelum
kehamilan. Selama beberapa hari pertama setelah melahirkan, secret rahim
(lokhia) tampak merah (lokhia rubra) karena adanya eritrosit. Setelah 3 sampai 4
hari lokhia menjadi lebih pucat (lokhia serosa), dan dihari ke sepuluh
lokheatampak berwarna putih atau kekuning kuningan (lokhia alba).
Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lochia dibagi menjadi 4 jenis:
1. Lochia rubra, lochia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga
masa postpartum, warnanya merah karena berisi darah segar dari jaringan
sisa-sisa plasenta.
2. Lochia sanguilenta, berwarna merah kecoklatan dan muncul di hari
keempat sampai hari ketujuh.
3. Lochia serosa, lochia ini muncul pada hari ketujuh sampai hari keempat
belas dan berwarna kuning kecoklatan.
4. Lochia alba, berwarna putih dan berlangsung 2 sampai 6 minggu post
partum .
Munculnya kembali perdarahan merah segar setelah lokia menjadi alba
atau serosa menandakan adanya infeksi atau hemoragi yang lambat. Bau lokia
sama dengan bau darah menstruasi normal dan seharusnya tidak berbau busuk
atau tidak enak. Lokhia rubra yang banyak, lama, dan berbau busuk, khususnya
jika disertai demam, menandakan adanya kemungkinan infeksi atau bagian
plasenta yang tertinggal. Jika lokia serosa atau alba terus berlanjut melebihi
rentang waktu normal dan disertai dengan rabas kecoklatan dan berbau busuk,
demam, serta nyeri abdomen, wanita tersebut mungkin menderita endometriosis.
(Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:

1. Iskemia Miometrium : Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang
terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat
uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
2. Atrofi jaringan : Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon
esterogen saat pelepasan plasenta.
3. Autolysis : Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam
otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5
kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan
karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
4. Efek Oksitosin : Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi
situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.

b. Uterus

Setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang hampir padat.

Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling menutup, yang

menyebabkan rongga bagian tengah merata. Ukuran uterus akan tetap sama

selama 2 hari pertama setelah pelahiran, namun kemudian secara cepat ukurannya

berkurang oleh involusi. (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).

c. Uterus tempat plasenta

Pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke

dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil,

pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.

Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas

plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh

thrombus. Luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan

karena diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka.


Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6

minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua

basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang membeku pada

tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada

pembuangan lokia. (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).

d. Vagina
Meskipun vagina tidak pernah kembali ke keadaan seperti seleum kehamilan,
jaringan suportif pada lantai pelvis berangsur angsur kembali pada tonus semula.
e. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya Ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini terjadi karena pada
waktu melahirkan sistem pencernaan mendapat tekanan menyebabkan kolon
menjadi kosong, kurang makan, dan laserasi jalan lahir. (Dessy, T., dkk. 2009)
f. Sistem kardiovaskuler
Segera setelah kelahiran, terjadi peningkatan resistensi yang nyata pada pembuluh
darah perifer akibat pembuangan sirkulasi uteroplasenta yang bertekanan rendah.
Kerja jantung dan volume plasma secara berangsur angsur kembali normal selama 2
minggu masa nifas.
g. Perubahan Sistem Perkemihan
Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan sebagai respon
terhadap penurunan estrogen. Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema
leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami tekanan kepala janin selama
persalinan. Protein dapat muncul di dalam urine akibat perubahan otolitik di dalam
uterus (Rukiyah, 2010).
h. Perubahan psikososial
Wanita cukup sering menunjukan sedikit depresi beberapa hari setelah kelahiran.
“perasaan sedih pada masa nifas” mungkin akibat faktor faktor emosional dan
hormonal. Dengan rasa pengertian dan penentraman dari keluarga dan dokter,
perasaan ini biasanya membaik tanpa akibat lanjut.
i. Kembalinya haid dan ovulasi
Pada wanita yang tidak menyusui bayi, aliran haid biasanya akan kembali pada 6
sampai 8 minggu setelah kelahiran, meskipun ini sangat bervariasi. Meskipun
ovulasi mungkin tidak terjadi selama beberapa bulan, terutama ibu ibu yang
menyusui bayi, penyuluan dan penggunaan kontrasepsi harus ditekankan selama
masa nifas untuk menghindari kehamilan yang tak dikehendaki.
j. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah
bayi lahir berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali (Mansyur, 2014).
2.1.8 Penatalaksanaan

Menurut Masriroh (2013) penatalaksanan yang diperlukan untuk klien dengan


post partum adalah sebagai berikut:

1. Meperhatikan kondisi fisik ibu dan bayi.


2. Mendorong penggunaan metode-metode yang tepat dalam memberikan makanan
pada bayi dan mempromosikan perkembangan hubungan baik antara ibu dan
anak.
3. Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri si Ibu dan memungkinkannya
mingisi peran barunya sebagai seorang Ibu, baik dengan orang, keluarga baru,
maupun budaya tertentu.
2.2 Manajamen Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Asuhan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien
mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan
seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha, 2009).

Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang (hasil laboratorium).

a. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dengan cara mengumpulkan data-data tentang respons
pasien terhadap kelahiran bayinya serta penyesuaian selama masa post partum.
Pengkajian awal mulai dengan review prenatal dan intranatal meliputi :

1. Lamanya proses persalinan dan jenis persalinan


2. Lamanya ketuban pecah dini
3. Adanya episiotomi dan laserasi
4. Respon janin pada saat persalinan dan kondisi bayi baru lahir (nilai
APGAR)
5. Pemberian anestesi selama proses persalinan dan kelahiran
6. Medikasi lain yang diterima selama persalinan atau periode immediate post
partum
7. Komplikasi yang terjadi pada periode immediate post partum seperti atonia
uteri, retensi plasenta.
Pengkajian ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor resiko yang signifikan
yang merupakan faktor presdisposisi terjadinya komplikasi post partum.

a. Pengkajian status fisiologis maternal


Untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian post partum,
banyak perawat menggunakan istilah BUBBLE-LE yaitu termasuk Breast
(payudara), Uterus (rahim), Bowel (fungsi usus), Bladder (kandung kemih),
Lochia (lokia), Episiotomy (episiotomi/perinium), Lower Extremity (ekstremitas
bawah), dan Emotion (emosi).

b. Pengkajian fisik
a. Tanda-tanda vital
Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada Ibu. Periksa tanda-tanda
vital tersebut setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah melahirkan atau
sampai stabil, kemudian periksa setiap 30 menit untuk jam-jam
berikutnya. Nadi dan suhu diatas normal dapat menunjukan kemungkinan adanya
infeksi. Tekanan darah mungkin sedikit meningkat karena upaya untuk
persalinan dan keletihan. Tekanan darah yang menurun perlu diwaspadai
kemungkinan adanya perdarahan post partum.

1) Tekanan darah, normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut
bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post partum. Setelah
persalinan sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah
sementara waktu. Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari.
Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post
partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi,merupakan petunjuk
kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa
nifas. Namun hal ini seperti itu jarang terjadi.
2) Suhu, suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38 C. Pada hari ke 4 setelah
persalinan suhu Ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari aktivitas
payudara. Bila kenaikan mencapai lebih dari 38 C pada hari kedua sampai
hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
3) Nadi, nadi normal pada Ibu nifas adalah 60-100. Denyut Nadi Ibu
akan melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis
persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi
utamanya pada minggu pertama post partum. Pada ibu yang nervus
nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/mnt. Bisa juga terjadi gejala shock
karena infeksi khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh.
4) Pernafasan, pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit. Pada umumnya
respirasi lambat atau bahkan normal. Mengapa demikian, tidak lain
karena Ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.Bila ada
respirasi cepat post partum (> 30 x/mnt) mungkin karena adanya ikutan dari
tanda-tanda syok
5) Kepala dan wajah
1) Rambut, melihat kebersihan rambut, warna rambut, dan kerontokan
rambut.
2) Wajah, adanya edema pada wajah atau tidak. Kaji adanya flek hitam.
3) Mata, konjungtiva yang anemis menunjukan adanya anemia kerena
perdarahan saat persalinan.
4) Hidung, kaji dan tanyakan pada ibu, apakah ibu menderita pilek atau
sinusitis. Infeksi pada ibu postpartum dapat meningkatkan kebutuhan
energi.
5) Mulut dan gigi, tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami stomatitis,
atau gigi yang berlubang. Gigi yang berlubang dapat menjadi pintu
masuk bagi mikroorganisme dan bisa beredar secara sistemik.
6) Leher, kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran
kelenjar tiroid. Kelenjar limfe yang membesar dapat menunjukan
adanya infeksi, ditunjang dengan adanya data yang lain seperti
hipertermi, nyeri dan bengkak.
7) Telinga, kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan pada
telinga.
c. Pemeriksaan thorak
1) Inspeksi payudara
- Kaji ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi asi, perlu
diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran masif, gerakan yang
tidak simetris pada perubahan posisi kontur atau permukaan.
- Kaji kondisi permukaan, permukaan yang tidak rata seperti adanya
depresi,retraksi atau ada luka pada kulit payudara perlu dipikirkan
kemungkinan adanya tumor.

- Warna kulit, kaji adanya kemerahan pada kulit yang dapat menunjukan
adanya peradangan.
2) Palpasi Payudara
Pengkajian payudara selama masa post partum meliputi inspeksi ukuran,
bentuk, warna dan kesimetrisan serta palpasi apakah ada nyeri tekan guna
menentukan status laktasi. Pada 1 sampai 2 hari pertama post partum, payudara
tidak banyak berubah kecil kecuali sekresi kolostrum yang banyak.

Ketika menyusui, perawat mengamati perubahan payudara, menginspeksi


puting dan areola apakah ada tanda tanda kemerahan dan pecah, serta
menanyakan ke ibu apakah ada nyeri tekan. Payudara yang penuh dan bengkak
akan menjadi lembut dan lebih nyaman setelah menyusui.

d. Pemeriksaan abdomen
1). Inspeksi Abdomen
- Kaji adakah striae dan linea alba.
- Kaji keadaan abdomen, apakah lembek atau keras. Abdomen yang keras
menunjukan kontraksi uterus bagus sehingga perdarahan dapat
diminimalkan. Abdomen yang lembek menunjukan sebaliknya dan dapat
dimasase untuk merangsang kontraksi.

2) Palpasi Abdomen

- Fundus uteri Tinggi : Segera setelah persalinan TFU 2 cm dibawah


pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira-
kira 1 cm setiap hari.
Hari kedua post partum TFU 1 cm dibawah
pusat Hari ke 3 - 4 post partum TFU 2 cm
dibawah pusat

Hari ke 5 - 7 post partum TFU pertengahan pusat-


symfisis Hari ke 10 post partum TFU tidak teraba
lagi.

- Kontraksi, kontraksi lemah atau perut teraba lunak menunjukan


konteraksi uterus kurang maksimal sehingga memungkinkan
terjadinya perdarahan.
- Posisi, posisi fundus apakah sentral atau lateral. Posisi lateral biasanya
terdorong oleh bladder yang penuh.
- Uterus, setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan
yang hampir padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal
saling menutup, yang menyebabkan rongga bagian tengah merata.
Ukuran uterus akan tetap sama selama 2 hari pertama setelah
pelahiran, namun kemudian secara cepat ukurannya berkurang oleh
involusi. (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).
- Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot rektus
abdominis akibat pembesaran uterus jika dipalpasi "regangan ini
menyerupai belah memanjang dari prosessus xiphoideus ke umbilikus
sehingga dapat diukur panjang dan lebarnya. Diastasis ini tidak dapat
menyatu kembali seperti sebelum hamil tetapi dapat mendekat dengan
memotivasi ibu untuk melakukan senam nifas. Cara memeriksa
diastasis rektus abdominis adalah dengan meminta ibu untuk tidur
terlentang tanpa bantal dan mengangkat kepala, tidak diganjal
kemudian palpasi abdomen dari bawah prosessus xipoideus ke
umbilikus kemudian ukur panjang dan lebar diastasis.
e. Keadaan kandung kemih

Kaji dengan palpasi kandungan urine di kandung kemih. Kandung kemih yang
bulat dan lembut menunjukan jumlah urine yang tertapung banyak dan hal
ini dapat mengganggu involusi uteri, sehingga harus dikeluarkan.

f. Ekstremitas atas dan bawah


1). Varises, melihat apakah ibu mengalami varises atau tidak. Pemeriksaan
varises sangat penting karena ibu setelah melahirkan mempunyai kecenderungan
untuk mengalami varises pada beberapa pembuluh darahnya. Hal ini disebabkan
oleh perubahan hormonal.
2). Edema, Tanda homan positif menunjukan adanya tromboflebitis sehingga
dapat menghambat sirkulasi ke organ distal. Cara memeriksa tanda homan
adalah memposisikan ibu terlentang dengan tungkai ekstensi, kemudian
didorsofleksikan dan tanyakan apakah ibu mengalami nyeri pada betis, jika nyeri
maka tanda homan positif dan ibu harus dimotivasi untuk mobilisasi dini agar
sirkulasi lancar. Refleks patella mintalah ibu duduk dengan tungkainya
tergantung bebas dan jelaskan apa yang akan dilakukan. Rabalah tendon
dibawah lutut/ patella. Dengan menggunakan hammer ketuklan rendon pada
lutut bagian depan. Tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika tendon diketuk.
Bila reflek lutut negative kemungkinan pasien mengalami kekurangan vitamin
B1.Bila gerakannya berlebihan dan capat maka hal ini mungkin merupakan
tanda pre eklamsi.
b. Pengkajian status nutrisi
Pengkajian awal status nutrisi pada periode post partum didasarkan pada
data ibu saat sebelum hamil dan berat badan saat hamil, bukti simpanan besi yang
memadai (misal : konjungtiva) dan riwayat diet yang adekuat atau penampilan.
Perawat juga perlu mengkaji beberapa faktor komplikasi yang
memperburuk status nutrisi, seperti kehilangan darah yang berlebih saat
persalinan.

c. Pengkajian tingkat energi dan kualitas istirahat


Perawat harus mengkaji jumlah istirahat dan tidur, dan menanyakan apa
yang dapat dilakukan ibu untuk membantunya meningkatkan istirahat selama ibu
di rumah sakit. Ibu mungkin tidak bisa mengantisipasi kesulitan tidur setelah
persalinan.

d. Emosi
Emosi merupakan elemen penting dari penilaian post partum. Pasien post
partum biasanya menunjukkan gejala dari ”baby blues” atau “postpartum blues”
ditunjukan oleh gejala menangis, lekas marah, dan kadang-kadang insomnia.
Postpartum blues disebabkan oleh banyak faktor, termasuk fluktuasi hormonal,
kelelahan fisik, dan penyesuaian peran ibu. Ini adalah bagian normal dari
pengalaman post partum. Namun, jika gejala ini berlangsung lebih lama dari
beberapa minggu atau jika pasien post partum menjadi nonfungsional atau
mengungkapkan keinginan untuk menyakiti bayinya atau diri sendiri, pasien harus
diajari untuk segera melaporkan hal ini pada perawat, bidan atau dokter.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut bd agen pencedera fisik, luka episiotomi post partum spontan.
D.0077

2. Defisit nutrisi bd peningkatan kebutuhan karena laktasi. D.0019

3. Ansietas bd tanggung jawab menjadi orang tua. D.0080

4. Gangguan intergritas kulit/jaringan bd luka episiotomi perineum. D.0128

5. Resiko infeksi bd luka episiotomi post partum spontan. D.0141

6. Gangguan pola tidur bd tanggung jawab memberi asuhan pada bayi.


D.0055

7. Defisit pengetahuan bd kurang terpapar informasi tentang kesehatan masa


post partum. D.0110

8. Menyusui tidak efektif bd ketidakadekuatan suplai ASI. D.0029


2.2.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri akut bd agen Tingkat kenyamanan 1. Kaji nyeri dengan
pencedera fisik, luka Kriteria Hasil : komprehensif meliputi P Q R
episiotomi post partum 1. Pasien melaporkan ST
spontan nyeri berkurang 2. Observasi reaksi verbal dan
D.0077 2. Skala nyeri 2-3 non verbal
3. Pasien tampak 3. Monitor tanda tanda vital
rileks 4. Kurangi faktor presipitasi nyeri
4. Pasien dapat istirahat 5. Ajarkan teknik relaksasi
dan tidur nafas dalam
5. Tanda tanda vital 6. Tingkatkan istirahat
dalam batas normal 7. Kolaborasi pemberian analgetik
dengan tepat
2. Defisit nutrisi bd Nutritional Status : Food and 1. Kaji adanya alergi makanan
peningkatan kebutuhan Fluid intake 2. Monitor adanya penurunan BB
karena laktasi Kriteria Hasil : dan gula darah
D.0019 1. Adanya 3. Monitor turgor kulit
peningkatan berat 4. Monitor kekeringan, rambut
badan sesuai kusam, total protein, Hb dan
dengan tujuan kadar Ht
2. Berat badan ideal 5. Monitor mual dan muntah
sesuai dengan tinggi 6. Monitor pucat, kemerahan
badan 7. Ajarkan pasien bagaimana
3. Mampu membuat catatan makanan
mengidentifikasi harian.
kebutuhan nutrisi 8. Yakinkan diet yang dimakan
4. Tidak ada tanda mengandung tinggi serat untuk
tanda malnutrisi mencegah konstipasi
5. Tidak terjadi 9. Kolaborasi dengan ahli gizi
penurunan berat badan untuk menentukan jumlah kalori
yang berarti dan nutrisi yang dibutuhkan
3. Ansietas bd tanggung Anxiety control Coping 1. Kaji pasien menggunakan
jawab menjadi orang tua Kriteria Hasil : pendekatan yang
D.0080 1. Klien mampu menenangkan
mengidentifikasi dan 2. Identifikasi tingkat kecemasan
mengungkapkan 3. Nyatakan dengan jelas
gejala cemas harapan terhadap pelaku
2. Mengidentifikasi, pasien
mengungkapkan dan 4. Jelaskan semua prosedur dan
menunjukkan tehnik apa yang dirasakan selama
untuk mengontol prosedur
cemas 5. Temani pasien untuk
3. Vital sign dalam memberikan keamanan dan
batas normal mengurangi takut
4. Postur tubuh, ekspresi 6. Berikan informasi faktual
wajah, bahasa tubuh mengenai diagnosis, tindakan
dan tingkat aktivitas prognosis
menunjukkan 7. Dorong suami untuk
berkurangnya menemani pasien
kecemasan 8. Dengarkan dengan penuh
perhatian
9. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
4. Gangguan intergritas Tissue Integrity : Skin and 1. Kaji lingkungan yang dapat
kulit bd luka episiotomi Mucous Membranes menyebabkan tekanan pada kulit
atau luka
perineum D.0128 Kriteria Hasil :
2. Monitor aktivitas dan mobilisasi
1. Integritas kulit yang pasien
baik bisa dipertahankan 3. Monitor status nutrisi pasien
(sensasi, elastisitas, 4. Monitor kulit akan adanya
temperatur, hidrasi, Kemerahan
pigmentasi) 5. Anjurkan pasien untuk
2. Tidak ada luka/lesi menggunakan pakaian yang
pada kulit longgar
3. Perfusi jaringan baik 6. Hindari kerutan padaa tempat tidur
4. Menunjukkan 7. Jaga kebersihan kulit agar tetap
pemahaman dalam bersih dan kering
proses perbaikan kulit 8. Mobilisasi pasien (ubah posisi
dan mencegah pasien) setiap dua jam sekali
terjadinya sedera 9. Oleskan lotion atau minyak/baby
berulang oil pada derah yang tertekan
5. Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
5. Resiko infeksi bd Knowledge : Infection 1. Kaji keadaan kulit, warna
trauma jaringan D.0141 control dan tekstur
Kriteria Hasil : 2. Bersihkan lingkungan
1. Klien bebas dari tanda setelah dipakai pasien lain
dan gejala infeksi 3. Instruksikan pada pengunjung
2. Mendeskripsikan proses
untuk mencuci tangan saat
penularan penyakit,
factor yang berkunjung dan setelah
mempengaruhi berkunjung meninggalkan pasien
penularan serta 4. Gunakan sabun antimikrobia
penatalaksanaannya,
untuk cuci tangan
3. Menunjukkan
kemampuan untuk 5. Gunakan baju, sarung tangan
mencegah timbulnya sebagai alat pelindung
infeksi
6. Gunakan kateter intermiten
4. Jumlah leukosit dalam
batas normal untuk menurunkan infeksi
5. Menunjukkan perilaku kandung kencing
hidup sehat
7. Cuci tangan setiap sebelum
dan sesudah tindakan
kperawtan
8. Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
9. Tingktkan intake nutrisi
10. Berikan terapi antibiotik bila
perlu
6. Gangguan pola tidur bd Sleep : Extent an Pattern 1. Kaji faktor yang
tanggung jawab memberi Kriteria Hasil : menyebabkan gangguan
asuhan pada bayi 1. Jumlah jam tidur tidur
D.0055 dalam batas normal 6- 2. Monitor waktu makan dan
8 jam/hari minum dengan waktu tidur
2. Pola tidur, kualitas 3. Monitor/catat kebutuhan tidur
dalam batas pasien setiap hari dan jam
normal 4. Diskusikan dengan pasien dan
3. Perasaan segar keluarga tentang teknik tidur
sesudah tidur atau pasien
istirahat 5. Fasilitas untuk
4. Mampu mempertahankan aktivitas
mengidentifikasikan sebelum tidur (membaca)
hal- hal yang 6. Determinasi efek-efek
meningkatkan tidur medikasi terhadap pola tidur
7. Jelaskan pentingnya tidur
yang adekuat
8. Ciptakan lingkungan yang nyaman
9. Kolaborasikan pemberian obat
tidur
7. Defisit pengetahuan bd Knowledge : deases proces 1. Kaji pengetahuan klien tentang
kurang terpapar Kriteria Hasil : penyakitnya
informasi tentang 1. Menjelaskan 2. Jelaskan tentang proses penyakit
kesehatan masa post kembali tentang (tanda dan gejala), identifikasi
partum, perawatan penyakit, kemungkinan penyebab. Jelaskan
payudara, teknik 2. Mengenal kebutuhan kondisi tentangklien
menyusui perawatan dan 3. Jelaskan tentang program
D.0110 pengobatan tanpa pengobatan dan alternatif
cemas pengobantan
4. Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin digunakan untuk
mencegah komplikasi
5. Diskusikan tentang terapi dan
pilihannya
6. Eksplorasi kemungkinan sumber
yang bisa digunakan/ mendukung
7. Instruksikan kapan harus ke
pelayana
8. Tanyakan kembali pengetahuan
klien tentang penyakit, prosedur
perawatan dan pengobatan
8. Menyusui tidak efektif Breast feeding 1. Kaji kemampuan bayi untuk
bd ketidakadekuatan suplai Kriteria Hasil : latch- on dan menghisap secara
D.0029 1. Pasien mengatakan efektif
puas dengan kebutuhan 2. Pantau kemampuan untuk
menyusui
mengurangi kongesti
2. Kemantapan pemberian
ASI : Bayi : pelekatan payudara dengan benar
bayi yang sesuai pada 3. Pantau berat badan dan
dan proses menghisap
pola eliminasi bayi
payudara ibu untuk
memperoleh nutrisi 4. Pantau keterampilan ibu
selama 3 minggu dalam menempelkan bayi ke
pertama
puting
3. Kemantapan Pemberian
ASI : IBU : 5. Pantau integritas kulit puting ibu
kemantapan ibu untuk 6. Tentukan Keinginan Dan
membuat bayi melekat Motivasi Ibu untuk menyusui
dengan tepat dan
menyusui dan payudara 7. Evaluasi pola menghisap /
ibu untuk memperoleh menelan bayi
nutrisi selama 3 minggu 8. Evaluasi pemahaman ibu tentang
pertama pemberian ASI
isyarat menyusui dan bayi
4. Pemeliharaan
pemberian ASI : (misalnya reflex rooting,
keberlangsungan menghisap dan terjaga)
pemberian ASI untuk
9. Evaluasi pemahaman tentang
menyediakan nutrisi
5. bagi bayi/todler sumbatan kelenjar susu dan
6. Penyapihan Pembenian mastitis
ASI
7. Diskontinuitas progresif
pemberian ASI
8. Pengetahuan Pemberian
ASI : tingkat
pemahaman yang
ditunjukkan megenal
laktasi dan pemberian
makan bayi melalui
proses pemberian ASI
ibu mengenali isyarat
lapar dari bayi dengan
segera ibu
mengindikasikan
kepuasaan terhadap
pemberian ASI ibu
tidak mengalami nyeri
tekan pada puting
mengenali tanda-tanda
penurunan suplai ASI
2.2.4 Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan adalah dari rencana tindakan yang spesifik untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan (nursalam, 2014).
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dan rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat
sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi
kesehatan yang menjadi tim perawatan (Setiadi, 2010).
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi).
2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan klien (Nursalam, 2014).
Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi hasil
atau formatif yang dilakukan setiap selesai melakukan tindakan dan evaluasi proses
atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus
dan umum yang telah ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan SOAP.
S : Respon subyektif klien terhadap tindakan yang dilaksanakan
O : Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang di laksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap muncul atau ada masalah baru atau ada masalah yang
kontradiktif dengan masalah yang ada
P : Pelaksanaan atau rencana yang akan di lakukan kepada klien
Setelah dilakukan implementasi keperawatan di harapkan :

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN POST PARTUM

Nama Mahasiswa : Sapta


Nim : 2018.C.10a.0984
Tempat Ujian :-
Tanggal Pengkajian & Jam : Kamis, 05 Mei 2021, jam 09.00 WIB.

A. Pengumpulan Data
a. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny.M
Tempat/Tgl lahir : Desa Goha, 16 April 1996
Agama : Kristen Protestan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan terkahir : SMA
Pekerjaan : Swasta
Gol. Darah : O
Alamat : Jl. Menteng XII, Palangka Raya
Diagnosa Medis : Post Partum Spontan atas indikasi serotinus
Penghasilan perbulan : Rp.500.000-,
Tanggal masuk RS : 05 Mei 2021
Tanggal Pengkajian : 05 Mei 2021
Nomor Medrek : -
b. IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn.B
Umur : 26 thn
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Suku Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Swasta
Gol. Darah : B
Alamat : Jl. Menteng XII, Palangka Raya
b. Status Kesehatan
a. Keluhan utama :
Ny.M mengatakan nyeri pada labia minora kiri
b. Riwayat Kesehatan sekarang : (PQRST)
Pasien mengatakan mengeluh nyeri perut bagian bawah sejak subuh pada
tanggal 05 Mei 2021, kemudian nyeri pinggang sampai ke perut. Keluar
lender dari kemaluan sehingga pasien periksa ke bidan. Bidan
menyarankan untuk memeriksakan ke poli kandungan. Kemudian pasien
melahirkan dengan normal pada jam 07.20 di ruang persalinan dan
melahirkan bayi perempuan dengan berat 3,03 kg. Setelah melahirkan
pasien mengeluh nyeri di daerah vagina yaitu labia minora kiri. Saat
ditanya pasien mengatakan bahwa vaginanya lecet saat persalinan dan saat
ini telah dijahit. Pasien merasakan nyeri yang hilang timbul saat
ekstremitas bawahnya di gerakkan, skala nyeri yang di rasakan 4 dari 10.
c. Riwayat Kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak menderita penyakit menular, menurun dan menahun
seperti TBC, hepatitis, asma, jantung, DM, HT, dan lain-lain
d. Riwayat Kesehatan keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak menderita penyakit-penyakit menular,
menurun dan menahun
Genogram 3 generasi :

Keterangan :

: Laki – Laki : Tinggal satu rumah

: Perempuan : Hubungan Keluarga

: klien : Meninggal

e. Riwayat obstetric dan ginekologi


1. Riwayat Ginekologi
a. Riwayat Menstruasi :
- Menarche : 12 tahun Lamanya haid : 7 hari
- Siklus : 28 hari Banyaknya : -
- Sifat darah (warna, bau/gumpalan, dysmenorhoe) : normal
- HPHT : 10 Agustus 2020
- Taksiran persalinan : 05 Mei 2021
b. Riwayat Perkawinan : (suami dan isteri)
- Lamanya pernikahan : 7 bulan
- Pernikahan yang ke : pertama
c. Riwayat Keluarga Berencana :
- Jenis kontrasepsi apa yang digunakan sebelum hamil: -
- Waktu dan lamanya penggunaan : -
- Apakah ada masalah dengan cara tersebut : tidak ada
- Jenis, kontrasepsi yang direncanakan setelah persalinan
sekarang : belum tau
- Berapa jumlah anak yang direncanakan oleh keluarga : 2 anak
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : G:1,P:1 A:0

Keadaa
Masalah
Tgl Umur Jenis Tempat/ Jenis n Anak
No BB
partus hamil partus Penolong kelamin Ham Lahi
Nifas Bayi
il r
1 05-05- 9 bln spontan Poli perempu 3,0 Lecet Sehat
2021 persalinan an 3kg pada dan
labia normal
mino
ra
kiri

b. Riwayat Kehamilan sekarang :


- Keluhan waktu hamil : pasien mengeluh sering pusing
- Imunisasi : 3 kali
- Penambahan BB selama hamil : 5 kg
- Pemerikasaan Kehamilan :Teratur/Tidak
- Tempat pemeriksaan dan hasil pemeriksaan : klinik bidan
c. Riwayat Persalinan sekarang :
- P: A:
- Tanggal melahirkan : 09 April 2021, Jam : 07.20 wib
- Jenis Persalinan : spontan Lamanya persalinan : 2 jam
- Penyulit Persalinan : tdk ada
- Pendarahan : tdk ada
- Jenis kelamin bayi :perempuan,BB :3,03kg , APGAR Score : 8
(normal)
3. Pemerikasaan Fisik
3.1. Ibu
i. Keadaan umum - Suhu 37 0C
BB sebelum hamil: 50kg - Nadi 96x/menit
- Pernapasan : 20x/menit
- Tekanan Darah: 110/80mmHg
- BB : 55Kg
- Tinggi badan : 148Cm
- Kesadaran : compos menthis
- Turgor Kulit : normal
ii. Kepala - Warna rambut : hitam
- Keadaan : rapi
c. Muka - Oedema : tdk ada
- Cloasma gravidarum : tdk ada
d. Mulut - Mukosa mulut & bibir :
lembab
- Keadaan gigi : bersih
- Fungsi pengecapan : baik
- Keadaan mulut : tidak berbau
- Fungsi menelan : baik
e. Mata - Konjunctiva: merah muda
- Sklera : putih
- Fungsi Pengelihatan: baik
f. Hidung - Pendarahan/Peradangan : tdk
ada
- Keadaan/kebersihan : bersih
g. Telinga - Keadaan : bersih
- Fungsi pendengaran : baik
h. leher - Pembesaran kel. Tyroid : -
- Distensi Vena Jugularis: -
- Pemebesaran KGB : tdk ada
i. Daerah dada - Suara napas : vesikuler, irama
teratur
- Jantung dan paru-paru - Bunyi jantung : normal
- Retraksi dada : normal
- Payudara - Perubahan :
- Bentuk buah dada : membesar
- Hyperigmentasi areola : gelap
- Keadaan puting susu :melebar
- Cairan yang kelua: ASI
- Keadaan/Kebersihan : bersih
- Nyeri/Tegang :tdk ada
- Skala nyeri : -
j. Abdomen - Tinggi FU : 2 jari dibawah
pusar
- Kontraksi Uterus : baik
- Konsistensi Uterus : baik
- Posisi Uterus :...................................normal
- Diastasis RA : normal
- Bising usus : 8x/menit
k. Genetalia Eksterna

Keluhan : nyeri labia minora kiri - Oedema : tdk ada

- Varises : tdk ada


- Pembesaran Kel Bartolin : tdk
ada
- Pengeluaran/lochea :
Warna : merah
Jumlah : -
Bau : -
- Blas : -
l. Anus - Haemorrhoid : -

m. Ekstermitas Atas & Bawah


- Refleks patela : .................................
- Varises : tdk ada
- Oedema : tdk ada
- Simetris : tdk ada
- Kram : tdk ada
3.2. Bayi
1. Keadaan umum : compos menthis
2. Tanda-tanda vital : n: 120x/menit, td:80/50mmHg, s:37℃
,RR:40x/menit
3. Kepala : normal
4. Dada : simetris
5. Abdomen : normal
6. Genetalia : normal
7. Anus : normal
8. Ekstremitas : normal
4. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
- Frekuensi makan : 3xsehari
- Jenis makanan : sayur,daging
- Makanan yang disukai : sayur sop
- Makanan yang tidak disukai : sate
- Makanan pantang / alergi : tdk ada
- Porsi makan : 2 porsi
- Minum (jumlah dan jenis) : air putih,8 gelas/hari
b. Pola Eliminasi
1. Buang Air Besar (BAB)
- Frekuensi : 2xsehari
- Warna : normal
- Bau : normal
- Konsistensi : tdk ada
- Masalah / Keluhan : tdk ada
2. Buang Air Kecil (BAK)
- Frekuensi : 5xsehari
- Warna : normal
- Bau : normal
- Masalah / Keluhan : tdk ada
c. Pola tidur dan istirahat
- Waktu tidur : malam ± 8 jam,siang ± 1 jam
- Lama tidur/hari : 8 jam/hari
- Kebiasaan pengantar tidur : tdk ada
- Kebiasaan saat tidur : tdk ada
- Kesulitan dalam tidur : tdk ada
d. Pola aktivitas dan latihan
- Kegiatan dalam pekerjaan : memasak, mencuci
- Olah raga : tdk ada
- Mobilisasi dini : berjalan
- Kegiatan di waktu luang : membuat kue
- Menyusui (posisi, cara, frekuensi): duduk
e. Personel Hygiene
- Kulit : bersih
- Rambut : rapi, bersih
- Mulut dan Gigi : bersih
- Pakaian : rapi, bersih
- Kuku : bersih
f. Ketergatungan fisik
- Merokok : tdk ada
- Minuman keras : tdk ada
- Obat-obatan : tdk ada
- Lain-lain :
5. Aspek Psikososial dan Spiritual
a. Pola pikir dan persepsi
- Apakah ibu telah mengetahu cara memberi ASI dan memberi
makanan tambahan pada bayi : sudah mengetahui
- Apakah ibu merencanakan pemberiaan ASI pada bayinya : iya
- Jenis kelamin yang diharapkan : laki-laki dan perempuan sama
- Siapa yang membantu merawat bayi dirumah : suami
- Apakah ibu telah mengetahui nutrisi ibu menteteki : sudah
- Apakah hamil ini diharapkan : iya
- Apakah ibu merencanakan untuk mengimunisasikan bayinya : iya
- Apakah ibu telah mengetahui cara memandikan dan merawat
tali pusat : iya
b. Persepsi diri
- Hal yang amat dipikirkan saat ini : tumbuh kembang anak
selanjutnya
- Harapan setelah menjalani perawatan : selalu sehat
- Perubahan yang dirasa setelah hamil : bahagia karena menjadi
seorang ibu
c. Konsep diri
- Body image : pasien mengatakan ia menghargai dirinya
- Peran : pasien mengatakan ia adalah seorang istri dan ibu
- Ideal diri : pasien merasa dicintai
- Identitas diri : pasien menyadari ia perempuan
- Harga diri : pasien mengatakan menerima dirinya
d. Hubungan/Komunikasi
- Bicara : jelas/relevan/mampu mengekpresikan/mampu mengerti
orang lain : bisa semua
- Bahasa utama :Bhs.Indonesia Bahasa daerah: Dayak Maanyan
- Yang tinggal serumah : suami
- Adat istiadat yang dianut :
- Yang memegang peranan penting dalam keluarga : suami
- Motivasi dari suami : lelah hari ini adalah kebahagiaan dimasa
dating.
- Apakah suami perokok : iya
- Kesulitan dalam keluarga : masalah keuangan
e. Kebiasaan Seksual
- Gangguan hubungan seksual : tdk ada kecuali haid
- Pemahaman terhadap fungsi seksual post partum : sedikit
f. Sistem nilai - kepercayaan
- Siapa dan apa sumber kekuatan : Tuhan Yesus
- Apakah Tuhan, agama, Kepercayaan penting untuk anda : sangat
penting
- Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam
frekuensi) sebutkan :
ikut serta menjadi petugas dalam ibadah
- Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan selama di
Rumah Sakit, sebutkan : berdoa
6. Pemerikasaan Penunjang
a. Darah
- HB : 10.5 g/dL Golongan darah/Rh:O/+
- Gula darah : 72 mg/dL Leukosit : 13.56 10ˆ3/uL
b. Urine
- Protein : - Sedimen : -
- Reduksi : -
c. Pemeriksaan tambahan
- Rontgent : -

I. PENGOBATAN
1. Infus ringer laktat 20 tpm
2. Ketorolac 3x1 gram
3. Cefotaxim 3x1 gram

Palangka Raya, 05 Mei 2021


Mahasiswa

Sapta

ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN MASALAH
OBYEKTIF PENYEBAB
Proses inflamasi pasca Nyeri akut
DS : persalinan
- Pasien mengeluhkan “saya merasa ↓
nyeri di sekitar vagina. Luka pada labia minora kiri
DO : ↓
- Pasien tampak memiliki luka lecet Terdapat jahitan
di labia minora kiri ↓
- Pasien tampak meringis saat Nyeri akut
ekstremitis bawah digerakkan
- Tampak jahitan di labia minora kiri
- Saat ditanya oleh perawat, skala
nyeri pasien yaitu 4 dari 10
DS : Luka pada labia minora kiri Resiko Infeksi
- Pasien mengatakan bahwa ↓
vaginanya lecet saat persalinan dan Terdapat jahitan di labia
saat ini telah dijahit. minora kiri
DO : ↓
- Pasien tampak gelisah Resiko Infeksi
- Pasien tampak tidak nyaman
- Tampak ada jahitan di daerah labia
minora kiri pasien
DS : Trauma perineum Ketidaknyamanan
- Pasien menyatakan “tidak nyaman ↓ pasca persalinan
karena ada jahitan pada labia minora Terdapat jahitan di labia
kiri setelah melahirkan” minora kiri
DO : ↓
- Pasien tampak tidak nyaman Ketidaknyamanan pasca
- Tampak ada jahitan di daerah labia persalinan
minora kiri pasien
- Pasien tampak gelisah
DS : Kurang terpapar informasi
- Pasien mengatakan “saya bingung  Defisit
nanti setelah ini mau memakai KB Kurangnya informasi pengetahuan
apa? 
DO : Kurang pengetahuan
- Pasien tampak banyak bertanya
kepada perawat tentang kontrasepsi
- Pasien tampak bertanya kepada
suami untuk berdiskusi tentang
kontransepsi
PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi,luka pada labia minora kiri,terdapat
jahitan ditandai dengan pasien mengatakan merasa nyeri di sekitar vagina. D.0077
2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan vaginanya lecet saat persalinan
dan saat ini telah dijahit. D.0141
3. Ketidaknyamanan pasca persalinan berhubungan dengan trauma perineum, terdapat
jahitan luka di labia minora kiri ditandai dengan pasien mengatakan tidak nyaman
karena adanya jahitan pada labia minora kiri. D.0075
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi tentang
KB,kurang informasi,kurang pengetahuan ditandai dengan pasien mengatakan
bingung akan memakai KB apa selanjutnya. D.0111
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. M

Ruang Rawat : -
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukannya tindakan Manajemen nyeri : 1. Menentukan lokasi, karakteristik,
proses inflamasi luka pada labia keperawatan selama 1 x 7 jam, 1. Tentukan lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri dapat menjadi
minora kiri diharapkan nyeri yang dirasakan durasi, frekuensi, kualitas,
penilaian untuk mengetahui
pasien berkurang dengan kriteria intensitas nyeri. seberapa kuat rasa nyeri yang di
hasil : 2. Identifikasi skala nyeri alami
2. Identifikasi sala nyeri dapat
1. Menurunkan skala nyeri 3. Memberikan tehknik
membantu menilai efektivitas
2. Ekspresi klian membaik tak pengalihan rasa nyeri dengan perawatan yang akan di lakukan
tampak meringis lagi terapi music. 3. Terapi music dapat mengalihkan
rasa nyeri pasien dan dapat
3. Membuat pasien rilex 4. Kontrol lingkungan yang
membuat pasien rilex
4. Pasian dapat melakukan memperberat rasa nyeri 4. Lingkungan yang tidak kondusif
pengalihan rasa nyeri 5. Jelaskan penyebab, priode, dan dapat menambah parah rasa nyeri
pemicu nyeri 5. Memberikan informasi tentang nyeri
pada kien
6. Kolaborasi medis untuk 6. Obat analgesic dapat mengurangi
pemberian analgesik. rasa nyeri
7. Memonitor efek samping 7. Memonitor efek samping dapat
mengetahui apakah pasien
penggunaan analgesic.
mengalami alergi terhadap obat
yang diberikan atau tidak
2. Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukannya tindakan 1. Implementasikan tehnik isolasi 1. Tergantung tipe atau luasnya luka
trauma jaringan vaginanya lecet saat
keperawatan selama 1 x 7 jam, yang tepat sesuai indikasi untuk menurunkan resiko
persalinan dan saat ini telah dijahit
diharapkan resiko infeksi tidak 2. Tekankan pentingnya tehnik cuci kontaminasi silang atau terpajan
ada dengan kriteria hasil : tangan yang baik untuk semua pada flora bakteri multiple.
1. Kemerahan menurun individu yang datang kontak ke 2. Rambut media baik untuk
2. Kadar sel darah putih pasien pertumbuhan bakteri
menurun 3. Cukur rambut disekitar area 3. Infeksi oportunistik (misal : Jamur)
vagina seringkali terjadi sehubungan
4. Periksa area yang terdapat dengan depresi sistem imun atau
jahitan proliferasi flora normal tubuh
5. Bersihkan jaringan yang telah di selama terapi antibiotik sistematik.
jahit 4. Meningkatkan penyembuhan
6. Kolaborasi pemberian antibiotik 5. Mencegah terjadinya infeksi
3. Ketidaknyamanan pasca persalinan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Mengetahui keadaan umum pasien
berhubungan dengan trauma
keperawatan selama 1x7 jam 2. Monitor keadaan luka 2. Mengetahui keadaan luka pasien
perineum, terdapat jahitan luka di
labia minora kiri ditandai dengan diharapkan masalah tentang (missal:warna jumlah,baud an 3. Mengetahui bentuk robekan pada
pasien mengatakan tidak nyaman
ketidaknyamanan pasca partum bekuan) pasien
karena adanya jahitan pada labia
minora kiri. teratasi dengan 3. Periksa perineum atau robekan 4. Memberikan rasa nyaman pada
(kemerahan, edema, ekimosis, pasien
KH :
pengeluaran, penyatuan jahitan) 5. Menganjurkan pasien teknik
1. Keluhan tidak nyaman
4. Fasilitasi istirahat dan tidur nonfarmakologis
menurun
5. Anjurkan teknik 6. Melakukan kolaborasi pemberian
2. Meringis cukup menurun nonfarmakologis untuk analgetik apa bila perlu.
3. Luka jahitan labia minora kiri mengurangi nyeri
menurun 6. Kolaborasi pemberian
4. Kontraksi uterus meningkat analgetik, jika perlu
4. Defisit pengetahuan tentang KB Pasien dapat menjelaskan dan 1. Identifikasi tingkat 1. Mengetahui tingkatan pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya memilih KB yang di inginkan pengetahuan pasien tentang KB pasien tentang KB
terpapar informasi tentang KB setelah dilakukan tindakan 2. Diskusi bersama pasien dan 2. Memberikan informasi tentang KB
keperawatan selama 1 jam suami tentang KB yang akan dipilih
3. Berikan kesempatan pasien 3. Memberikan kesempatan kepada
KH :
untuk mengidentifikasi pasien untuk mengidentifikasi KB
1. pasien mengungkapkan
dirinya sudah mengerti kelebihan dan kekurangan KB yang akan dipilih
tentang KB 4. Bantu pasien untuk memilih 4. Membantu pasien memilih KB yang
2. pasien dapat menjelaskan
macam-macam KB KB tepat
3. pasien memilih KB yang di 5. Berikan kesempatan pasien 5. Pasien memilih KB yang telah
inginkan
untuk memilih KB diputuskan bersama dengan suami
dan perawat

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Diagnosa 1 1. Mentukan lokasi, S : Pasien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang
Senin, 5 Mei 2021 karakteristik, durasi, O:
09.00 WIB frekuensi, kualitas, - Nyer di sekitar vagina, Skala nyeri pasien munurun 3
intensitas nyeri. (ringan) Sapta
2. Mengidentifikasi skala nyeri - Skala nyeri 3 (ringan)
3. Mengajarkan tehknik - Pasien tampak rilex tenang saat diberikan terapi music
pengalihan rasa nyeri - Skala nyeri turun
dengan terapi music. - Ekspresi klian membaik tak tampak meringis lagi
4. Mengontrol lingkungan
- Pasian dapat melakukan pengalihan rasa nyeri
yang memperberat rasa
A : Masalah teratasi sebagian
nyeri
P : Lanjutkan intervesi
5. Kolaborasi medis untuk
- Mengidentifikasi skala nyeri yang Ny. M rasakan
pemberian analgesik.
- Melakukan terapi music
6. Memonitor efek samping
- Mengajarkan teknik terapi musik, saat nyeri
penggunaan analgesic.
- Kolaborasi pemberian obat analgetik Ketorolac saat
pasien merasakan nyeri
Diagnosa 2 1. Memonitor tanda gejala S : Pasien mengatakan luka terasa panas
O:
Senin, 5 Mei 2021 infeksi lokal dan sistemik
- Pasien tampak tenang
09.00 WIB 2. Mencuci tangan sebelum
- Kemerahan belum menurun
dan sesudah kontak dengan Sapta
pasien dan lingkungan - Kadar sel darah putih masih meningkat
pasien - Pasien dan keluarga dapat melakukan pemeriksaan
3. Mempertahankan tehnik luka secara mandiri
aseptik A : Masalah belum teratasi
4. Menjelaskan tanda dan P : Intervensi dilanjutkan

gejala infeksi
5. Mengajarkan Cara
memeriksa luka
Diagnosa 3 1. Memonitor tanda-tanda vital S : Pasien mengatakan masih kurang nyaman dengan luka
Senin, 5 Mei 2021 2. Memonitor keadaan luka jahitan pada labia minora kiri
09.00 WIB (missal:warna jumlah,bau O:
dan bekuan) - TD:110/90mmHg,S:36,5℃,N:60x/menit,RR:20x/meni Sapta
3. Memeriksa perineum atau t
robekan (kemerahan, - Keadaan luka mulai membaik
edema, ekimosis, - Luka masih tampak kemerahan
pengeluaran, penyatuan - Pasien beristiraht dan tidur dengan tenang
jahitan) - Pasien menonton televisi
4. Memfasilitasi istirahat dan
- Pasien diberikan Ketorolac 3x1 gram/jam, Cefotaxim
tidur
3x1 gram/jam
5. Menganjurkan teknik
A : masalah teratasi sebagian
nonfarmakologis untuk
P : lanjutkan intervensi 2,3,4,5
mengurangi nyeri
6. Berkolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Diagnosa 4 1. Mengidentifikasikan tingkat S : Pasien mengatakan bahwa sudah mengerti tentang KB
O:
Senin, 5 Mei 2021 pengetahuan pasien tentang
- Pasien tampak dapat menjelaskan macam-macam KB
09.00 WIB KB - Pasien mengatakan sudah berdiskusi dengan suaminya
2. Mendiskusikan bersama tentang pemilihan KB Sapta
pasien dan suami tentang - Pasien mengatakan telah mengidentifikasi KB apa
KB yang cocok
3. Memberikan kesempatan - Pasien mengatakan sudah memikirkan KB yang
pasien untuk dipilih
mengidentifikasi kelebihan - Pasien mengatakan memilih KB jenis PIL
dan kekurangan KB A : masalah teratasi
4. Membantu pasien untuk P : Intervensi dihentikan
memilih KB
5. Berikan kesempatan pasien
untuk memilih KB
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari.
Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil.
Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa
nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab
adalah kurangnya perhatian pada wanita post partum (Maritalia, 2012).
Hasil pengkajian pada Ny. M berdasarkan laporan kasus diatas maka penulis menyimpulkan beberapa
hal:
Pengkajian pada Ny. M pada post partum spontan dengan indikasi serotinus fokus pada pengkajian,
nyeri labia minora kiri, kerusakan integritas kulita dan kurang pengetahuan dan perkembangan kesembuhan
pasien tentang penyakitnya.

Diagnosa yang muncul pada laporan kasus ini adalah: Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi luka
pada labia minora kiri, Kerusakan lntegritas kulit berhubungan laserasi jalan lahir, dan Kurang pengetahuan
tentang KB berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi tentang KB.

Dalam perencanaan keperawatan pada asuhan keperawatan pada pasien post partum spontan dengan
indikasi serotinus ,Melakukan dan mendokumentasikan keluhan pasien. Beri pemahaman kepada pasien
tentang penyakitnya. Memberi penjelasan kepada pasien mengenai tindakan yang dapat membantu pasien
agar merasa lebih nyaman, Sarankan kepada pasien agar segera berkonsultasi dengan dokter bila terjadi
perubahan yang signifikan. Sarankan kepada pasien untuk memakai obat yang telah diresepkan oleh dokter.
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan pada tahap ini perawat membandingkan hasil
dari tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil teratasi seluruhnya.

4.2 Saran

Sehubungan dengan hal di atas maka penulis menyampaikan saran saran sebagai berikut:
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan dalam hal ini adalah RSUD dr. Doris Syilvanus
Perlunya mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secara komprehensif.
2. Bagi tenaga kesehatan terutama perawat.
Untuk lebih memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan pemulihan klien
dengan combuatio agar klien tidak kekurangan informasi.
3. Bagi institusi pendidikan.
Agar dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih baik,
berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat-perawat yang professional, terampil, dan
handal yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.
4. Bagi penulis dan pembaca.
Semoga karya tulis ini dapat meningkatkan kemampuan belajar penulis dan pembaca dalam
menangani masalah yang muncul pada kasus combustio khususnya dan dapat memberikan informasi
pembaca dan masyarakat pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, Marilynn E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Alih Bahasa I Made Kariasi,S.Kp. Ni
Made Sumawarti, S.Kp. Jakarta:EGC
2. Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta
3. Potter & Perry.(2010). Fundamental keperawatan. Jakarta : EGC
4. Maritalia D, 2012. Asuhan keperawatan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika
5. Yulii, Reni,(2017). Buku Ajar asuhan keperawatan maternitas. Jakarta: CV Trans Infomedia
6. Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),  Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
7. Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),  Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat Indonesia
8. Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),  Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat Indonesia
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Di Susun Oleh:

Sapta 2018.C.10a.0984

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1.1 Satuan Acara Penyuluhan
1.1.1 Topik
“Pendidikan Kesehatan Tentang KB”
1.1.2 Sasaran
1.1.2.1 Program
Keluarga
1.1.3Tujuan
1.1.3.1 Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan sasaran mengetahui tentang KB.
1.1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian KB.
2. Menjelaskan Jenis-jenis KB.
3. Menjelaskan Suntik patofisiologi KB.
4. Menjelaskan Efek samping KB.
1.1.4 Materi
Adapun garis besar materi dalam pendidikan kesehatan adalah :
Pengertian KB
1.1.5 Metode
1.Ceramah
2.Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaan lalu memberikan jawaban ataupun sebaliknya.
1.1.6 Media
Adapun media yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan tentang cara “Combustio”, yaitu :
1. Leaflat
1.1.7 Waktu Penyuluhan
1. Hari/Tanggal : Sabtu, 17 April 2021
2. Pukul : 09:00 – Selesai
3. Alokasi Waktu : 30 Menit
1.1.8 Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Kegiatan Peserta
Penyuluhan
1 5 Menit Pembukaan - Menyampaikan salam
- Perkenalan diri
- Menjelaskan tujuan
- Apersepsi
2 10 Menit Pelaksanaan - Menjelaskan dan menguraikan
materi
- Memberi kesempatan peserta untuk
bertanya
- Menjawab pertanyaan peserta yang
belum jelas
3 10 menit Evaluasi - Feedback
- Memberikan reward
4 5 menit Terminasi - Menyimpulkan hasil peyuluhan
- Mengakhiri kegiatan (salam)

1.1.9 Tugas Pengorganisasian


Adapun tugas yang dilakukan oleh mahasiswa dalam kegiatan penyuluhan oleh mahasiswa/i STIKes Eka Harap
Palangka Raya meliputi :
1. Moderator : Sapta
Uraian Tugas :
1) Membuka acara penyuluhan
2) Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
3) Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4) Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5) Mengatur jalannya diskusi
2. Leader : Sapta
Uraian Tugas :
1. Menyampaikan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh
peserta
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucapkan salam penutup
3. Dokumentator : Sapta
Uraian Tugas :
1) Mendokumentasi kegiatan penyuluhan agar menjadi bukti untuk diarsipkan bahwa telah diadakan
kegiatan penyuluhan
4. Fasilitator : Sapta
Uraian Tugas :
1) Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegiatan
2) Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
3) Membuat dan megedarkan absen peserta penyuluhan
4) Membagikan konsumsi
5. Notulen : Sapta
Uraian Tugas :
1) Mencatat hal penting dalam jalannya penyuluhan dan mencatat pertanyaan dari siswa.

DENAH PELAKSANAAN

Keterangan :

: Moderator,Penyaji,Simulator, Fasilitator, Dokumentator dan Notulen


: Pasien dan Keluarga

Materi :
A. Pengertian KB.
Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk mengatur jumlah dan jarak antara kelahiran anak,
guna meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga
KB suntik secara umum terbagi menjadi 2 yaitu KB suntik 3 bulan dan KB suntik 1 bulan. Kedua
suntik. KB ini memiliki kandungan hormon yang berbeda dan juga menimbulkan efek samping yang
berbeda.
A. Metode Kontasepsi
Merupakan cara, alat, obat-obatan yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan antara lain :
 MAL (Metode Amenore Laktasi)
Metode KB yang cocok untuk ibu nifas,syaratnya :
 Menyusui bayi secara eklusif setelah melahirkan (hanya asi secara penuh, teratur dan sesering
mungkin)
 Belum haid
 Efektif hanya sampai 6 bulan
 KONDOM
Keuntungan
 Tidak akan mengganggu produksi ASI
 Murah dan mudah didapat
 Tidak perlu pemeriksaan khusus
 PIL KB
Keuntungan
 Melindungi Anda dari hubungan intim kapan saja.
 Mencegah kehamilan dengan efektivitas 99% terbukti.
 Alat kontrasepsi terbaik dan yang paling dianjurkan.
 Membantu siklus menstruasi jadi teratur.
 Membantu Anda untuk mengatur waktu kehamilan.
 KB SUNTIK
Keuntungan
 Efektivitas tinggi,efek samping sedikit
 Tidak mengganggu hubungan seksual
B. MANFAAT KB
 Manfaat Bagi Pasangan Suami Istri
 Menurunkan risiko kehamilan
 Menurunknan risiko kanker pada wanita
 Tidak mengganggu tumbuh kembang anak
 Risiko radang panggul menurun
 Menjaga kesehatan mental
 Manfaat Bagi Anak
 Dapat mengetahui pertumbuhan anak dan kesehatannya.
 Memperoleh perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup.
 Perencanaan masa depan dan pendidikan yang baik.
APA ITU KB.? Metode Kontasepsi
Merupakan cara, alat, obat-obatan yang
“ KB ” digunakan untuk mencegah terjadinya
- Keluarga Berencana adalah suatu usaha kehamilan antara lain :
untuk mengatur jumlah dan jarak antara  MAL (Metode Amenore Laktasi)
kelahiran anak, guna meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan keluarga

Metode KB yang cocok untuk ibu


nifas,syaratnya :
Kapan Harus Ber-KB ?  Menyusui bayi secara eklusif setelah
6 minggu setelah melahirkan melahirkan (hanya asi secara penuh,
Disusun Oleh : Dalam 7 hari saat haid teratur dan sesering mungkin)
Sapta
Setiap saat jika tidak hamil  Belum haid
 Efektif hanya sampai 6 bulan
2018.C.10a.0984
 KONDOM

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


Keuntungan
 Tidak akan mengganggu produksi
PRODI S 1 KEPERAWATAN
ASI
TAHUN AJARAN 2020/2021  Murah dan mudah didapat
 Tidak perlu pemeriksaan khusus
 PIL KB
MANFAAT KB

Keuntungan
 Melindungi Anda dari hubungan
intim kapan saja. IMPLAN/Susuk KB
Dipasang dilengan atas bagian dalam. Ada
 Mencegah kehamilan dengan
yang berisi 2 batang dan 1 batang. Efektif
efektivitas 99% terbukti.
selama 3 tahun.
 Alat kontrasepsi terbaik dan yang
- Mengandung hormone progesterone
paling dianjurkan.
- Tidak mengganggu produksi ASI
 Membantu siklus menstruasi jadi
teratur. - Tidak mengganggu hubungan seksual
 Membantu Anda untuk mengatur - Dapat dicabut setiap saat sesuai
waktu kehamilan. kebutuhan dan kembali kesuburan cepat
 KB SUNTIK - Dapat terjadi perubahan pola haid
- Dapat terjadi perubahan berat badan
1. Suntikan 1 Bulan
- Mengandung esterogen
dan progesterone Manfaat Bagi Pasangan Suami Istri
- Nmengganggu produksii  Menurunkan risiko kehamilan
ASI
 Menurunknan risiko kanker pada
- Harus dating setiap 1bulan
untuk suntik wanita
2. Suntikan 3 Bulan  Tidak mengganggu tumbuh
- Mengandung progesterone kembang anak
saja  Risiko radang panggul menurun
- Tidak mengganggu
produksi ASI  Menjaga kesehatan mental
- Harus dating setiap 3
bulan untuk suntik
- Dapat terjadi gangguan
haid

Anda mungkin juga menyukai