OLEH :
NAMA : Sapta
NIM : 2018.C.10a.0984
Pembimbing Akademik
Kristinawati ,S.Kep.,Ners
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
Pada Ny. M dengan diagnosa indikasi serotinus post partum di RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi
tugas (PPK 3).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Kristinawati, S. Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan IIIProgram Studi Sarjana Keperawatan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
DAFTAR ISI
Cover ...............................................................................................................
Lembar Persetujuan.......................................................................................
Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar Isi ........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang ............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan .....................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................
2.1 Konsep Dasar .............................................................................................
2.1.1 Definisi ................................................................................................
2.1.2 Etiologi ................................................................................................
2.1.3 Klasifikasi ............................................................................................
2.1.4 Patofisiologi (Pathway) .......................................................................
2.1.5 Manifestasi Klinis (Tanda Dan Gejala) ...............................................
2.1.6 Komplikasi ...........................................................................................
2.1.7 Penatalaksanaan Medis ........................................................................
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan .......................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN ...........................................................
3.1 Pengkajian ..................................................................................................
3.2 Diagnosa ...................................................................................................
3.3 Intervensi ...................................................................................................
3.4 Implementasi ..............................................................................................
3.5 Evaluasi ......................................................................................................
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN ...........................................................
4.1 Kesimpulan ................................................................................................
4.2 Saran ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan
mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat
perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas.
Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal
dari suatu penyebab adalah kurangnya perhatian pada wanita post partum
(Maritalia, 2012).
Menurut Riset Kesehatan Dasar 2018, pelayanan persalinan normal atau pasca
partum di fasilitas kesehatan tahun 2018 di Indonesia 79.3 % dan pada tahun 2018
pelayanan KF lengkap pada perempuan 10-54 di Kalimantan Timur sekitar 38.0
% lebih meningkat dari pada tahun 2013 (Riskesdas, 2018).
Kebijakan Program Nasional Masa Nifas yaitu kunjungan masa nifas paling
sedikit 4 kali, kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status kesehatan ibu
dan bayi baru lahir (Saleha, 2009). Masa nifas merupakan proses fisiologis,
sehingga bagaimana upaya yang dilakukan supaya kondisi fisiologis tidak jatuh ke
patologis adalah memberikan asuhan keperawatan pada ibu nifas (Nurniati dkk,
2014).
Berbagai perubahan anatomi dan fisiologis yang nyata terjadi selama masa
pasca partum ini seiring dengan proses yang terjadi selama masa kehamilan
dikembalikan. Pengetahuan tentang proses reproduksi dalam kehamilan dan
persalinan merupakan suatu dasar untuk memahami adaptasi organ generatif dan
berbagai sistem tubuh manusia setelah pelahiran. (Martin, Reeder, G., Koniak,
2014).
Asuhan keperawatan pasca partum atau masa nifas untuk membantu ibu baru
dan keluarganya berhasil beradaptasi pada masa transisi setelah kelahiran anak
dan tuntutan menjadi orangtua. Penekanan asuhan keperawatan pada masa ini
adalah pada pengkajian dan modifikasi faktor faktor yang mempengaruhi
pemulihan ibu dari masa nifas untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam
pengkajian post partum, banyak perawat menggunakan istilah BUBBLE-LE yaitu
termasuk Breast (payudara), Uterus (rahim), Bowel (fungsi usus), Bladder
(kandung kemih), Lochia (lokia), Episiotomy (episiotomi/perinium), Lower
Extremity (ekstremitas bawah), dan Emotion (emosi). Kemampuannya untuk
mengemban peran perawatan bayi baru lahir, dan transisi peran dan kemampuan
fungsional ibu serta keluarganya.
Post Partum atau masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu (Ary Sulistyawati, 2009).
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai
sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi
secara berlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil.
Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka
kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam Angka Kematian Ibu
(AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu
penyebab kurangnya perhatian pada wanita post partum (Maritalia,
2012).
a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata
ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang
dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat
jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak
kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal
pada masa pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan melindungi
simfisis pubis selama koitus.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya
memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia minora,
berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi labia
minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang belum
pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora terletak
berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya. Setelah
melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada
perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada
permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih
gelap daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan
semakin menipis ke arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora
licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap
sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf
yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan
lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang ,
memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan
fourchett. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya
mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan
mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia
berwarna merah kemerahan dan memungkankan labia minora
membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-
kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat
banyak membuat labia minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi
erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak
tepat di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian
yang terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris
dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara
seksual
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina
dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak
berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora
adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-masing satu
pada setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis
tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis
terletak di antara fourchette dan himen
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
2. Struktur internal
a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang
tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi
dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan
ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua
fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi
hormon.
Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum
primordial. Di antara interval selama masa usia subur ovarium juga
merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid dalam jumlah
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita
normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke
arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk
mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan
berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum
didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh
gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin
mempengaruhi gerakan peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi dan
fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal,muskular, pipih,cekung yang tampak
mirip buah pir yang terbalik.Uterus normal memiliki bentuk simetris,
nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga
bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan
insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang
mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang
menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen uterus
bagian bawah pada masa hamil.
Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan
endometrium, kehamilan dan persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan
cepat terhadap stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal
terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel
yang di ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur
kadar hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas
atau bawah Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan
glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden
infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina
mempertahankan kebersihan relative vagina
2.1.2.2 Fisiologi
1) Tanda-tanda vital
Suhu mulut pada hari pertama meningkat 30oC sebagai akibat pemakaian
energi saat melahirkan, dehidrasi maupun perubahan hormonik, tekanan
darah stabil, penurunan sistolik 20 mmHg dapat terjadi saat ini, nadi
berkisar antara 60- 70 kali per menit.
2) Sistem Kordiovaskuler
Cardiac output setelah persalinan meningkat karena darah sebelumnya
dialirkan melalui utero plasenta dikembalikan ke sirkulasi general.
Volume darah biasanya berkurang 300-400 ml selama proses persalinan
spontan. Trombosit pada hari ke 5 s.d 7 post partum, pemeriksaan homans
negatif.
3) Sistem Reproduksi
Involusi uteri terjadi setelah melahirkan tinggi fundus uteri adalah 2 jari di
bawah pusat, 1-3 hari TFU 3 jari di bawah pusat, 3-7 hari TFU 1 jari di
atas sympisis le bih dari 9 hari TFU tidak teraba.
Macam-macam lochea berdasarkan jumlah dan warnanya:
- Lochea rubra : 1-3 hari, berwarna merah terang, mengandung darah,
mungkin ada bekuan kecil, bau amis yang khas (bau seperti hewan),
keluar banyak sampai sedang
- Lochea Sanguinolenta : 3-7 hari berwarna putih campur merah(pink)
kecoklatan.
- Lochea Serosa : 7-14 hari berwarna kekuningan.
- Lochea Alba : setelah hari ke- 14 berwarna putih.
Macam-macam episiotomi:
a. Fase taking in
Ibu berperilaku tergantung pada orang lain, perhatian berfokus pada diri
sendiri, pasif, belum ingin kontak dengan bayinya, berlangsung 1-2.
b. Fase taking hold
Fokus perhatian lebih luas pada bayinya, mandiri dan inisiatif dalam
perawatan bayinya, berlangsung 10 hari.
c. Fase letting go
Ibu memperoleh peran baru dan tanggung jawab baru, perawatan diri dan
bayinya meningkat terus,menyadari bahwa dirinya terpisah dengan
bayinya
2.1.3 Etiologi
2.1.4 Klasifikasi
Pada kasus post partus spontan akan terjadi perubahan fisiologis dan
psikologis ,pada perubahan fisiologis terjadi proses involusi menyebabkan terjadi
peningkatan kadar ocytosis , peningkatan kontraks uterus sehingga muncul masalah
keperawatan nyeri akut, dan perubahan pada vagina dan perinium terjadi ruptur
jaringan terjadi trauma mekanis ,personal hygine yang kurang baik, pembuluh
darah rusak menyebabkan genetalia menjadi kotor dan terjadi juga perdarahan
sehingga muncul masalah keperawatan resiko infeksi perubahan laktasi akan
muncul struktur dan karakter payudara. Laktasi di pengaruhi oleh hormon estrogen
dan peningkatan prolaktin, sehingga terjadi pembentukan asi, tetapi terkadang
terjadi juga aliran darah dipayudara berurai dari uterus (involusi) dan retensi darah
di pembuluh payudara maka akan terjadi bengkak dan penyempitan pada duktus
intiverus. Sehingga asi tidak keluar dan muncul masalah keperawatan menyusui
tidak efektiv. Pada perubahan psikologis akan muncul taking in (ketergantungan ),
taking hold (ketergantungan kemandirian ), leting go (kemandirian) . pada
perubahan taking in pasien akan membutuhkan perlindungan dan pelayanan , ibu
akan cemderung berfokus pada diri sendiri dan lemas, sehingga muncul masalah
keperawatan gangguan pola tidur, taking hold pasien akan belajar mengenai
perawatan diri dan ayi, akan cemderung utuh informasi karena mengalami
perubahan kondisi tubuh sehingga muncul masakalh keperawatan kurang
pengetahuan.
Post Partum atau masa nifas adalah masa yang dimulai setelah
WOC POST PARTUM SPONTAN plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
Post Partum
Spontan
B1 B2 B3 B4 B5 B6
( BREATHING ) ( BLOOD ) ( BRAIN ) ( BLADDER ) ( BOWEL ) ( BONE )
Nafas mulut Perdarahan post partum Vulva vagina Bernapas meggunakan involusi Bayi lahir
mulut
6) Perinium
Akan terdapat robekan jika di lakukan episiotomi yang akan
terjadi masa penyembuhan selama 2 minggu
7) Payudara
Payudara akan membesar karena vaskularisasi dan engorgemen
(bengkak karena peningkatan prilaktin.
2.1.7 Komplikasi
a. Involusi Rahim
Melalui proses katabolisme jaringan, berat rahim dengan cepat menurun dari
sekitar 1000gm pada saat kelahiran menjadi 50 gm pada sekitar 3 minggu masa
nifas. Serviks juga kehilangan elastisnya dan kembali kaku seperti sebelum
kehamilan. Selama beberapa hari pertama setelah melahirkan, secret rahim
(lokhia) tampak merah (lokhia rubra) karena adanya eritrosit. Setelah 3 sampai 4
hari lokhia menjadi lebih pucat (lokhia serosa), dan dihari ke sepuluh
lokheatampak berwarna putih atau kekuning kuningan (lokhia alba).
Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lochia dibagi menjadi 4 jenis:
1. Lochia rubra, lochia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga
masa postpartum, warnanya merah karena berisi darah segar dari jaringan
sisa-sisa plasenta.
2. Lochia sanguilenta, berwarna merah kecoklatan dan muncul di hari
keempat sampai hari ketujuh.
3. Lochia serosa, lochia ini muncul pada hari ketujuh sampai hari keempat
belas dan berwarna kuning kecoklatan.
4. Lochia alba, berwarna putih dan berlangsung 2 sampai 6 minggu post
partum .
Munculnya kembali perdarahan merah segar setelah lokia menjadi alba
atau serosa menandakan adanya infeksi atau hemoragi yang lambat. Bau lokia
sama dengan bau darah menstruasi normal dan seharusnya tidak berbau busuk
atau tidak enak. Lokhia rubra yang banyak, lama, dan berbau busuk, khususnya
jika disertai demam, menandakan adanya kemungkinan infeksi atau bagian
plasenta yang tertinggal. Jika lokia serosa atau alba terus berlanjut melebihi
rentang waktu normal dan disertai dengan rabas kecoklatan dan berbau busuk,
demam, serta nyeri abdomen, wanita tersebut mungkin menderita endometriosis.
(Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).
1. Iskemia Miometrium : Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang
terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat
uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
2. Atrofi jaringan : Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon
esterogen saat pelepasan plasenta.
3. Autolysis : Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam
otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5
kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan
karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
4. Efek Oksitosin : Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi
situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
b. Uterus
Setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang hampir padat.
Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling menutup, yang
menyebabkan rongga bagian tengah merata. Ukuran uterus akan tetap sama
selama 2 hari pertama setelah pelahiran, namun kemudian secara cepat ukurannya
Pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke
dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil,
pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.
Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas
thrombus. Luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan
basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang membeku pada
tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada
d. Vagina
Meskipun vagina tidak pernah kembali ke keadaan seperti seleum kehamilan,
jaringan suportif pada lantai pelvis berangsur angsur kembali pada tonus semula.
e. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya Ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini terjadi karena pada
waktu melahirkan sistem pencernaan mendapat tekanan menyebabkan kolon
menjadi kosong, kurang makan, dan laserasi jalan lahir. (Dessy, T., dkk. 2009)
f. Sistem kardiovaskuler
Segera setelah kelahiran, terjadi peningkatan resistensi yang nyata pada pembuluh
darah perifer akibat pembuangan sirkulasi uteroplasenta yang bertekanan rendah.
Kerja jantung dan volume plasma secara berangsur angsur kembali normal selama 2
minggu masa nifas.
g. Perubahan Sistem Perkemihan
Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan sebagai respon
terhadap penurunan estrogen. Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema
leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami tekanan kepala janin selama
persalinan. Protein dapat muncul di dalam urine akibat perubahan otolitik di dalam
uterus (Rukiyah, 2010).
h. Perubahan psikososial
Wanita cukup sering menunjukan sedikit depresi beberapa hari setelah kelahiran.
“perasaan sedih pada masa nifas” mungkin akibat faktor faktor emosional dan
hormonal. Dengan rasa pengertian dan penentraman dari keluarga dan dokter,
perasaan ini biasanya membaik tanpa akibat lanjut.
i. Kembalinya haid dan ovulasi
Pada wanita yang tidak menyusui bayi, aliran haid biasanya akan kembali pada 6
sampai 8 minggu setelah kelahiran, meskipun ini sangat bervariasi. Meskipun
ovulasi mungkin tidak terjadi selama beberapa bulan, terutama ibu ibu yang
menyusui bayi, penyuluan dan penggunaan kontrasepsi harus ditekankan selama
masa nifas untuk menghindari kehamilan yang tak dikehendaki.
j. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah
bayi lahir berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali (Mansyur, 2014).
2.1.8 Penatalaksanaan
2.2.1 Pengkajian
Asuhan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien
mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan
seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha, 2009).
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang (hasil laboratorium).
a. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dengan cara mengumpulkan data-data tentang respons
pasien terhadap kelahiran bayinya serta penyesuaian selama masa post partum.
Pengkajian awal mulai dengan review prenatal dan intranatal meliputi :
b. Pengkajian fisik
a. Tanda-tanda vital
Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada Ibu. Periksa tanda-tanda
vital tersebut setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah melahirkan atau
sampai stabil, kemudian periksa setiap 30 menit untuk jam-jam
berikutnya. Nadi dan suhu diatas normal dapat menunjukan kemungkinan adanya
infeksi. Tekanan darah mungkin sedikit meningkat karena upaya untuk
persalinan dan keletihan. Tekanan darah yang menurun perlu diwaspadai
kemungkinan adanya perdarahan post partum.
1) Tekanan darah, normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut
bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post partum. Setelah
persalinan sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah
sementara waktu. Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari.
Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post
partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi,merupakan petunjuk
kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa
nifas. Namun hal ini seperti itu jarang terjadi.
2) Suhu, suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38 C. Pada hari ke 4 setelah
persalinan suhu Ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari aktivitas
payudara. Bila kenaikan mencapai lebih dari 38 C pada hari kedua sampai
hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
3) Nadi, nadi normal pada Ibu nifas adalah 60-100. Denyut Nadi Ibu
akan melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis
persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi
utamanya pada minggu pertama post partum. Pada ibu yang nervus
nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/mnt. Bisa juga terjadi gejala shock
karena infeksi khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh.
4) Pernafasan, pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit. Pada umumnya
respirasi lambat atau bahkan normal. Mengapa demikian, tidak lain
karena Ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.Bila ada
respirasi cepat post partum (> 30 x/mnt) mungkin karena adanya ikutan dari
tanda-tanda syok
5) Kepala dan wajah
1) Rambut, melihat kebersihan rambut, warna rambut, dan kerontokan
rambut.
2) Wajah, adanya edema pada wajah atau tidak. Kaji adanya flek hitam.
3) Mata, konjungtiva yang anemis menunjukan adanya anemia kerena
perdarahan saat persalinan.
4) Hidung, kaji dan tanyakan pada ibu, apakah ibu menderita pilek atau
sinusitis. Infeksi pada ibu postpartum dapat meningkatkan kebutuhan
energi.
5) Mulut dan gigi, tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami stomatitis,
atau gigi yang berlubang. Gigi yang berlubang dapat menjadi pintu
masuk bagi mikroorganisme dan bisa beredar secara sistemik.
6) Leher, kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran
kelenjar tiroid. Kelenjar limfe yang membesar dapat menunjukan
adanya infeksi, ditunjang dengan adanya data yang lain seperti
hipertermi, nyeri dan bengkak.
7) Telinga, kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan pada
telinga.
c. Pemeriksaan thorak
1) Inspeksi payudara
- Kaji ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi asi, perlu
diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran masif, gerakan yang
tidak simetris pada perubahan posisi kontur atau permukaan.
- Kaji kondisi permukaan, permukaan yang tidak rata seperti adanya
depresi,retraksi atau ada luka pada kulit payudara perlu dipikirkan
kemungkinan adanya tumor.
- Warna kulit, kaji adanya kemerahan pada kulit yang dapat menunjukan
adanya peradangan.
2) Palpasi Payudara
Pengkajian payudara selama masa post partum meliputi inspeksi ukuran,
bentuk, warna dan kesimetrisan serta palpasi apakah ada nyeri tekan guna
menentukan status laktasi. Pada 1 sampai 2 hari pertama post partum, payudara
tidak banyak berubah kecil kecuali sekresi kolostrum yang banyak.
d. Pemeriksaan abdomen
1). Inspeksi Abdomen
- Kaji adakah striae dan linea alba.
- Kaji keadaan abdomen, apakah lembek atau keras. Abdomen yang keras
menunjukan kontraksi uterus bagus sehingga perdarahan dapat
diminimalkan. Abdomen yang lembek menunjukan sebaliknya dan dapat
dimasase untuk merangsang kontraksi.
2) Palpasi Abdomen
Kaji dengan palpasi kandungan urine di kandung kemih. Kandung kemih yang
bulat dan lembut menunjukan jumlah urine yang tertapung banyak dan hal
ini dapat mengganggu involusi uteri, sehingga harus dikeluarkan.
d. Emosi
Emosi merupakan elemen penting dari penilaian post partum. Pasien post
partum biasanya menunjukkan gejala dari ”baby blues” atau “postpartum blues”
ditunjukan oleh gejala menangis, lekas marah, dan kadang-kadang insomnia.
Postpartum blues disebabkan oleh banyak faktor, termasuk fluktuasi hormonal,
kelelahan fisik, dan penyesuaian peran ibu. Ini adalah bagian normal dari
pengalaman post partum. Namun, jika gejala ini berlangsung lebih lama dari
beberapa minggu atau jika pasien post partum menjadi nonfungsional atau
mengungkapkan keinginan untuk menyakiti bayinya atau diri sendiri, pasien harus
diajari untuk segera melaporkan hal ini pada perawat, bidan atau dokter.
1. Nyeri akut bd agen pencedera fisik, luka episiotomi post partum spontan.
D.0077
Pelaksanaan adalah dari rencana tindakan yang spesifik untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan (nursalam, 2014).
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dan rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat
sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi
kesehatan yang menjadi tim perawatan (Setiadi, 2010).
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi).
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan klien (Nursalam, 2014).
Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi hasil
atau formatif yang dilakukan setiap selesai melakukan tindakan dan evaluasi proses
atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus
dan umum yang telah ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan SOAP.
S : Respon subyektif klien terhadap tindakan yang dilaksanakan
O : Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang di laksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap muncul atau ada masalah baru atau ada masalah yang
kontradiktif dengan masalah yang ada
P : Pelaksanaan atau rencana yang akan di lakukan kepada klien
Setelah dilakukan implementasi keperawatan di harapkan :
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengumpulan Data
a. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny.M
Tempat/Tgl lahir : Desa Goha, 16 April 1996
Agama : Kristen Protestan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan terkahir : SMA
Pekerjaan : Swasta
Gol. Darah : O
Alamat : Jl. Menteng XII, Palangka Raya
Diagnosa Medis : Post Partum Spontan atas indikasi serotinus
Penghasilan perbulan : Rp.500.000-,
Tanggal masuk RS : 05 Mei 2021
Tanggal Pengkajian : 05 Mei 2021
Nomor Medrek : -
b. IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn.B
Umur : 26 thn
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Suku Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Swasta
Gol. Darah : B
Alamat : Jl. Menteng XII, Palangka Raya
b. Status Kesehatan
a. Keluhan utama :
Ny.M mengatakan nyeri pada labia minora kiri
b. Riwayat Kesehatan sekarang : (PQRST)
Pasien mengatakan mengeluh nyeri perut bagian bawah sejak subuh pada
tanggal 05 Mei 2021, kemudian nyeri pinggang sampai ke perut. Keluar
lender dari kemaluan sehingga pasien periksa ke bidan. Bidan
menyarankan untuk memeriksakan ke poli kandungan. Kemudian pasien
melahirkan dengan normal pada jam 07.20 di ruang persalinan dan
melahirkan bayi perempuan dengan berat 3,03 kg. Setelah melahirkan
pasien mengeluh nyeri di daerah vagina yaitu labia minora kiri. Saat
ditanya pasien mengatakan bahwa vaginanya lecet saat persalinan dan saat
ini telah dijahit. Pasien merasakan nyeri yang hilang timbul saat
ekstremitas bawahnya di gerakkan, skala nyeri yang di rasakan 4 dari 10.
c. Riwayat Kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak menderita penyakit menular, menurun dan menahun
seperti TBC, hepatitis, asma, jantung, DM, HT, dan lain-lain
d. Riwayat Kesehatan keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak menderita penyakit-penyakit menular,
menurun dan menahun
Genogram 3 generasi :
Keterangan :
: klien : Meninggal
Keadaa
Masalah
Tgl Umur Jenis Tempat/ Jenis n Anak
No BB
partus hamil partus Penolong kelamin Ham Lahi
Nifas Bayi
il r
1 05-05- 9 bln spontan Poli perempu 3,0 Lecet Sehat
2021 persalinan an 3kg pada dan
labia normal
mino
ra
kiri
I. PENGOBATAN
1. Infus ringer laktat 20 tpm
2. Ketorolac 3x1 gram
3. Cefotaxim 3x1 gram
Sapta
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN MASALAH
OBYEKTIF PENYEBAB
Proses inflamasi pasca Nyeri akut
DS : persalinan
- Pasien mengeluhkan “saya merasa ↓
nyeri di sekitar vagina. Luka pada labia minora kiri
DO : ↓
- Pasien tampak memiliki luka lecet Terdapat jahitan
di labia minora kiri ↓
- Pasien tampak meringis saat Nyeri akut
ekstremitis bawah digerakkan
- Tampak jahitan di labia minora kiri
- Saat ditanya oleh perawat, skala
nyeri pasien yaitu 4 dari 10
DS : Luka pada labia minora kiri Resiko Infeksi
- Pasien mengatakan bahwa ↓
vaginanya lecet saat persalinan dan Terdapat jahitan di labia
saat ini telah dijahit. minora kiri
DO : ↓
- Pasien tampak gelisah Resiko Infeksi
- Pasien tampak tidak nyaman
- Tampak ada jahitan di daerah labia
minora kiri pasien
DS : Trauma perineum Ketidaknyamanan
- Pasien menyatakan “tidak nyaman ↓ pasca persalinan
karena ada jahitan pada labia minora Terdapat jahitan di labia
kiri setelah melahirkan” minora kiri
DO : ↓
- Pasien tampak tidak nyaman Ketidaknyamanan pasca
- Tampak ada jahitan di daerah labia persalinan
minora kiri pasien
- Pasien tampak gelisah
DS : Kurang terpapar informasi
- Pasien mengatakan “saya bingung Defisit
nanti setelah ini mau memakai KB Kurangnya informasi pengetahuan
apa?
DO : Kurang pengetahuan
- Pasien tampak banyak bertanya
kepada perawat tentang kontrasepsi
- Pasien tampak bertanya kepada
suami untuk berdiskusi tentang
kontransepsi
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi,luka pada labia minora kiri,terdapat
jahitan ditandai dengan pasien mengatakan merasa nyeri di sekitar vagina. D.0077
2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan vaginanya lecet saat persalinan
dan saat ini telah dijahit. D.0141
3. Ketidaknyamanan pasca persalinan berhubungan dengan trauma perineum, terdapat
jahitan luka di labia minora kiri ditandai dengan pasien mengatakan tidak nyaman
karena adanya jahitan pada labia minora kiri. D.0075
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi tentang
KB,kurang informasi,kurang pengetahuan ditandai dengan pasien mengatakan
bingung akan memakai KB apa selanjutnya. D.0111
RENCANA KEPERAWATAN
Ruang Rawat : -
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukannya tindakan Manajemen nyeri : 1. Menentukan lokasi, karakteristik,
proses inflamasi luka pada labia keperawatan selama 1 x 7 jam, 1. Tentukan lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri dapat menjadi
minora kiri diharapkan nyeri yang dirasakan durasi, frekuensi, kualitas,
penilaian untuk mengetahui
pasien berkurang dengan kriteria intensitas nyeri. seberapa kuat rasa nyeri yang di
hasil : 2. Identifikasi skala nyeri alami
2. Identifikasi sala nyeri dapat
1. Menurunkan skala nyeri 3. Memberikan tehknik
membantu menilai efektivitas
2. Ekspresi klian membaik tak pengalihan rasa nyeri dengan perawatan yang akan di lakukan
tampak meringis lagi terapi music. 3. Terapi music dapat mengalihkan
rasa nyeri pasien dan dapat
3. Membuat pasien rilex 4. Kontrol lingkungan yang
membuat pasien rilex
4. Pasian dapat melakukan memperberat rasa nyeri 4. Lingkungan yang tidak kondusif
pengalihan rasa nyeri 5. Jelaskan penyebab, priode, dan dapat menambah parah rasa nyeri
pemicu nyeri 5. Memberikan informasi tentang nyeri
pada kien
6. Kolaborasi medis untuk 6. Obat analgesic dapat mengurangi
pemberian analgesik. rasa nyeri
7. Memonitor efek samping 7. Memonitor efek samping dapat
mengetahui apakah pasien
penggunaan analgesic.
mengalami alergi terhadap obat
yang diberikan atau tidak
2. Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukannya tindakan 1. Implementasikan tehnik isolasi 1. Tergantung tipe atau luasnya luka
trauma jaringan vaginanya lecet saat
keperawatan selama 1 x 7 jam, yang tepat sesuai indikasi untuk menurunkan resiko
persalinan dan saat ini telah dijahit
diharapkan resiko infeksi tidak 2. Tekankan pentingnya tehnik cuci kontaminasi silang atau terpajan
ada dengan kriteria hasil : tangan yang baik untuk semua pada flora bakteri multiple.
1. Kemerahan menurun individu yang datang kontak ke 2. Rambut media baik untuk
2. Kadar sel darah putih pasien pertumbuhan bakteri
menurun 3. Cukur rambut disekitar area 3. Infeksi oportunistik (misal : Jamur)
vagina seringkali terjadi sehubungan
4. Periksa area yang terdapat dengan depresi sistem imun atau
jahitan proliferasi flora normal tubuh
5. Bersihkan jaringan yang telah di selama terapi antibiotik sistematik.
jahit 4. Meningkatkan penyembuhan
6. Kolaborasi pemberian antibiotik 5. Mencegah terjadinya infeksi
3. Ketidaknyamanan pasca persalinan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Mengetahui keadaan umum pasien
berhubungan dengan trauma
keperawatan selama 1x7 jam 2. Monitor keadaan luka 2. Mengetahui keadaan luka pasien
perineum, terdapat jahitan luka di
labia minora kiri ditandai dengan diharapkan masalah tentang (missal:warna jumlah,baud an 3. Mengetahui bentuk robekan pada
pasien mengatakan tidak nyaman
ketidaknyamanan pasca partum bekuan) pasien
karena adanya jahitan pada labia
minora kiri. teratasi dengan 3. Periksa perineum atau robekan 4. Memberikan rasa nyaman pada
(kemerahan, edema, ekimosis, pasien
KH :
pengeluaran, penyatuan jahitan) 5. Menganjurkan pasien teknik
1. Keluhan tidak nyaman
4. Fasilitasi istirahat dan tidur nonfarmakologis
menurun
5. Anjurkan teknik 6. Melakukan kolaborasi pemberian
2. Meringis cukup menurun nonfarmakologis untuk analgetik apa bila perlu.
3. Luka jahitan labia minora kiri mengurangi nyeri
menurun 6. Kolaborasi pemberian
4. Kontraksi uterus meningkat analgetik, jika perlu
4. Defisit pengetahuan tentang KB Pasien dapat menjelaskan dan 1. Identifikasi tingkat 1. Mengetahui tingkatan pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya memilih KB yang di inginkan pengetahuan pasien tentang KB pasien tentang KB
terpapar informasi tentang KB setelah dilakukan tindakan 2. Diskusi bersama pasien dan 2. Memberikan informasi tentang KB
keperawatan selama 1 jam suami tentang KB yang akan dipilih
3. Berikan kesempatan pasien 3. Memberikan kesempatan kepada
KH :
untuk mengidentifikasi pasien untuk mengidentifikasi KB
1. pasien mengungkapkan
dirinya sudah mengerti kelebihan dan kekurangan KB yang akan dipilih
tentang KB 4. Bantu pasien untuk memilih 4. Membantu pasien memilih KB yang
2. pasien dapat menjelaskan
macam-macam KB KB tepat
3. pasien memilih KB yang di 5. Berikan kesempatan pasien 5. Pasien memilih KB yang telah
inginkan
untuk memilih KB diputuskan bersama dengan suami
dan perawat
gejala infeksi
5. Mengajarkan Cara
memeriksa luka
Diagnosa 3 1. Memonitor tanda-tanda vital S : Pasien mengatakan masih kurang nyaman dengan luka
Senin, 5 Mei 2021 2. Memonitor keadaan luka jahitan pada labia minora kiri
09.00 WIB (missal:warna jumlah,bau O:
dan bekuan) - TD:110/90mmHg,S:36,5℃,N:60x/menit,RR:20x/meni Sapta
3. Memeriksa perineum atau t
robekan (kemerahan, - Keadaan luka mulai membaik
edema, ekimosis, - Luka masih tampak kemerahan
pengeluaran, penyatuan - Pasien beristiraht dan tidur dengan tenang
jahitan) - Pasien menonton televisi
4. Memfasilitasi istirahat dan
- Pasien diberikan Ketorolac 3x1 gram/jam, Cefotaxim
tidur
3x1 gram/jam
5. Menganjurkan teknik
A : masalah teratasi sebagian
nonfarmakologis untuk
P : lanjutkan intervensi 2,3,4,5
mengurangi nyeri
6. Berkolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Diagnosa 4 1. Mengidentifikasikan tingkat S : Pasien mengatakan bahwa sudah mengerti tentang KB
O:
Senin, 5 Mei 2021 pengetahuan pasien tentang
- Pasien tampak dapat menjelaskan macam-macam KB
09.00 WIB KB - Pasien mengatakan sudah berdiskusi dengan suaminya
2. Mendiskusikan bersama tentang pemilihan KB Sapta
pasien dan suami tentang - Pasien mengatakan telah mengidentifikasi KB apa
KB yang cocok
3. Memberikan kesempatan - Pasien mengatakan sudah memikirkan KB yang
pasien untuk dipilih
mengidentifikasi kelebihan - Pasien mengatakan memilih KB jenis PIL
dan kekurangan KB A : masalah teratasi
4. Membantu pasien untuk P : Intervensi dihentikan
memilih KB
5. Berikan kesempatan pasien
untuk memilih KB
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari.
Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil.
Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa
nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab
adalah kurangnya perhatian pada wanita post partum (Maritalia, 2012).
Hasil pengkajian pada Ny. M berdasarkan laporan kasus diatas maka penulis menyimpulkan beberapa
hal:
Pengkajian pada Ny. M pada post partum spontan dengan indikasi serotinus fokus pada pengkajian,
nyeri labia minora kiri, kerusakan integritas kulita dan kurang pengetahuan dan perkembangan kesembuhan
pasien tentang penyakitnya.
Diagnosa yang muncul pada laporan kasus ini adalah: Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi luka
pada labia minora kiri, Kerusakan lntegritas kulit berhubungan laserasi jalan lahir, dan Kurang pengetahuan
tentang KB berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi tentang KB.
Dalam perencanaan keperawatan pada asuhan keperawatan pada pasien post partum spontan dengan
indikasi serotinus ,Melakukan dan mendokumentasikan keluhan pasien. Beri pemahaman kepada pasien
tentang penyakitnya. Memberi penjelasan kepada pasien mengenai tindakan yang dapat membantu pasien
agar merasa lebih nyaman, Sarankan kepada pasien agar segera berkonsultasi dengan dokter bila terjadi
perubahan yang signifikan. Sarankan kepada pasien untuk memakai obat yang telah diresepkan oleh dokter.
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan pada tahap ini perawat membandingkan hasil
dari tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil teratasi seluruhnya.
4.2 Saran
Sehubungan dengan hal di atas maka penulis menyampaikan saran saran sebagai berikut:
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan dalam hal ini adalah RSUD dr. Doris Syilvanus
Perlunya mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secara komprehensif.
2. Bagi tenaga kesehatan terutama perawat.
Untuk lebih memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan pemulihan klien
dengan combuatio agar klien tidak kekurangan informasi.
3. Bagi institusi pendidikan.
Agar dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih baik,
berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat-perawat yang professional, terampil, dan
handal yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.
4. Bagi penulis dan pembaca.
Semoga karya tulis ini dapat meningkatkan kemampuan belajar penulis dan pembaca dalam
menangani masalah yang muncul pada kasus combustio khususnya dan dapat memberikan informasi
pembaca dan masyarakat pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, Marilynn E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Alih Bahasa I Made Kariasi,S.Kp. Ni
Made Sumawarti, S.Kp. Jakarta:EGC
2. Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta
3. Potter & Perry.(2010). Fundamental keperawatan. Jakarta : EGC
4. Maritalia D, 2012. Asuhan keperawatan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika
5. Yulii, Reni,(2017). Buku Ajar asuhan keperawatan maternitas. Jakarta: CV Trans Infomedia
6. Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
7. Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat Indonesia
8. Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat Indonesia
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Di Susun Oleh:
Sapta 2018.C.10a.0984
DENAH PELAKSANAAN
Keterangan :
Materi :
A. Pengertian KB.
Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk mengatur jumlah dan jarak antara kelahiran anak,
guna meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga
KB suntik secara umum terbagi menjadi 2 yaitu KB suntik 3 bulan dan KB suntik 1 bulan. Kedua
suntik. KB ini memiliki kandungan hormon yang berbeda dan juga menimbulkan efek samping yang
berbeda.
A. Metode Kontasepsi
Merupakan cara, alat, obat-obatan yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan antara lain :
MAL (Metode Amenore Laktasi)
Metode KB yang cocok untuk ibu nifas,syaratnya :
Menyusui bayi secara eklusif setelah melahirkan (hanya asi secara penuh, teratur dan sesering
mungkin)
Belum haid
Efektif hanya sampai 6 bulan
KONDOM
Keuntungan
Tidak akan mengganggu produksi ASI
Murah dan mudah didapat
Tidak perlu pemeriksaan khusus
PIL KB
Keuntungan
Melindungi Anda dari hubungan intim kapan saja.
Mencegah kehamilan dengan efektivitas 99% terbukti.
Alat kontrasepsi terbaik dan yang paling dianjurkan.
Membantu siklus menstruasi jadi teratur.
Membantu Anda untuk mengatur waktu kehamilan.
KB SUNTIK
Keuntungan
Efektivitas tinggi,efek samping sedikit
Tidak mengganggu hubungan seksual
B. MANFAAT KB
Manfaat Bagi Pasangan Suami Istri
Menurunkan risiko kehamilan
Menurunknan risiko kanker pada wanita
Tidak mengganggu tumbuh kembang anak
Risiko radang panggul menurun
Menjaga kesehatan mental
Manfaat Bagi Anak
Dapat mengetahui pertumbuhan anak dan kesehatannya.
Memperoleh perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup.
Perencanaan masa depan dan pendidikan yang baik.
APA ITU KB.? Metode Kontasepsi
Merupakan cara, alat, obat-obatan yang
“ KB ” digunakan untuk mencegah terjadinya
- Keluarga Berencana adalah suatu usaha kehamilan antara lain :
untuk mengatur jumlah dan jarak antara MAL (Metode Amenore Laktasi)
kelahiran anak, guna meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan keluarga
Keuntungan
Melindungi Anda dari hubungan
intim kapan saja. IMPLAN/Susuk KB
Dipasang dilengan atas bagian dalam. Ada
Mencegah kehamilan dengan
yang berisi 2 batang dan 1 batang. Efektif
efektivitas 99% terbukti.
selama 3 tahun.
Alat kontrasepsi terbaik dan yang
- Mengandung hormone progesterone
paling dianjurkan.
- Tidak mengganggu produksi ASI
Membantu siklus menstruasi jadi
teratur. - Tidak mengganggu hubungan seksual
Membantu Anda untuk mengatur - Dapat dicabut setiap saat sesuai
waktu kehamilan. kebutuhan dan kembali kesuburan cepat
KB SUNTIK - Dapat terjadi perubahan pola haid
- Dapat terjadi perubahan berat badan
1. Suntikan 1 Bulan
- Mengandung esterogen
dan progesterone Manfaat Bagi Pasangan Suami Istri
- Nmengganggu produksii Menurunkan risiko kehamilan
ASI
Menurunknan risiko kanker pada
- Harus dating setiap 1bulan
untuk suntik wanita
2. Suntikan 3 Bulan Tidak mengganggu tumbuh
- Mengandung progesterone kembang anak
saja Risiko radang panggul menurun
- Tidak mengganggu
produksi ASI Menjaga kesehatan mental
- Harus dating setiap 3
bulan untuk suntik
- Dapat terjadi gangguan
haid