Anda di halaman 1dari 65

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S DENGAN DIAGNOSA
MEDIS POST SECTIO CAESAREA P2A0 HARI KE 1 ATAS
INDIKASI LETAK SUNSANG DI RUANG CEMPAKA
RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

OLEH:
Ralin Andari
NIM: 20231490104061

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI PROFESI NERS ANGKATAN
XI TAHUN AKADEMIK 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama : Ralin Andari
NIM : 20231490104061
Program Studi : Profesi Ners
Judul : “Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Diagnosa
Medis Post Sectio Caesare P2A0 Hari Ke 1 Atas Indikasi
Letak Sunsang di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya”
Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menempuh Praktik Praklinik Keperawatan Maternitas Pada Program Studi Profesi
Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan Keperawatan Ini Telah di Setujui Oleh:

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Meilitha Carolina, Ners., M. Kep Lidya Amiani, S. Kep., Ners

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Diagnosa
Medis Post Sectio Caesare P2A0 Hari Ke 1 Atas Indikasi Letak Sunsang di Ruang
Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas Praktik Praklinik
Keperawatan Maternitas Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan serta Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan
arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini.
3. Ibu Nia Pristina, Ners., M. Kep Selaku Koordinator I dalam Program Studi
Profesi Ners STIKES Eka Harap Palangka Raya
4. Ibu Isna Wiranti S.Kep., Ners Selaku Koordinator dalam Program Studi
Profesi Ners STIKES Eka Harap Palangka Raya.
5. Ibu Lidya Amiani, S. Kep., Ners Selaku Pembimbing Lahan yang telah
banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian
laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 25 Maret 2024

Ralin Andari

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan penulisan........................................................................................2
1.4 Manfaat………..........................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Konsep Dasar Sestio Caesare ....................................................................4
2.1.1 Definisi...........................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi...........................................................................4
2.1.3 Etiologi Klasifikasi.........................................................................7
2.1.5 Fatofisiologi (WOC)....................................................................10
2.1.6 Manifestasi Klinis........................................................................13
2.1.7 Komplikasi...................................................................................13
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang...............................................................14
2.1.9 Penatalaksanaan Medis................................................................14
2.2 Konsep Dasar Letak Sunsang .................................................................15
2.2.1 Definisi.........................................................................................15
2.2.2 Etiologi.........................................................................................15
2.2.3 Klasifikasi....................................................................................16
2.2.4 Manifestasi Klinis........................................................................17
2.2.5 Patofisiologi.................................................................................17
2.2.6 Komplikasi Penatalaksanaan........................................................18
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan...........................................................19
2.3.1 Pengkajian Keperawatan..............................................................19
2.3.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................22
2.3.3 Intervensi Keperawatan................................................................23
2.3.4 Implementasi Keperawatan..........................................................32

iii
2.3.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................32
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................33
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding Rahim dengan
syarat Rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono,
2019). Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina, disebut juga
histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar,2019).
Preeklamsia adalah gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan nifas yang
hipertensi dengan tekanan darah ≥140/90 mmHg, edema dan proteinuria yang
terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah
persalinan (Sukarni & Margaretha, 2013).
Berdasarkan data WHO (2013) angka kejadian preeklamsia diseluruh dunia
berkisar 0,51%-38,4%. Di Negara maju, angka kejadian preeklamsia berkisar 6%-
7%. Perempuan meninggal akibat komplikasi selama kehamilan dan setelah
persalinan, Komplikasi lain mungkin ada sebelum kehamilan yang dapat
memburuk selama kehamilan. Komplikasi secara langsung yang sering terjadi
sekitar 80% dari semua kematian ibu adalah Pendarahan hebat (sebagian besar
perdarahan setelah melahirkan), Infeksi (biasanya setelah melahirkan), tekanan
darah tinggi selama kehamilan (preeklamsia dan eklampsia), dan aborsi yang tidak
aman. Adapun penyebab secara tidak langsung terjadi 20% dengan penyakit
seperti malaria, anemia dan AIDS selama kehamilan serta kesehatan ibu dan
kesehatan bayi baru lahir sangat berhubungan erat.
Di Indonesia Insiden preeklamsia sekitar 1,8%-18%. Preeklamsia dan
eklampsia menempati urutan kedua sebagai penyebab kematian di Indonesia
dengan presentasi sebesar 26,9% pada tahun 2012 dan meningkat kembali pada
tahun 2013 yaitu sebanyak 27,1% (Departemen Kesehatan RI, 2015).
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) AKI tahun 2012
meningkat yaitu sebesar 350/100.000 kelahiran hidup dari 288/100.000 kelahiran
hidup. Penyebab kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan 39%,
preeklamsia/eklampsia 24%, infeksi 7%, partus lama 5%, abortus 5% dan lainnya

1
2

33%, (Kementrian Kesehatan, 2013).


Letak sunsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang
terendah. Dimana Sectio Caesarea merupakan suatu persalinan buatan dimana
janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh dan berat janin diatas 500 gram (Anwar,
M, Bazrad, A, & Prabowo, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Asuhan Keperawatan “Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan
Diagnosa Medis Post Sectio Caesare P2A0 Hari Ke 1 Atas Indikasi Letak
Sunsang di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan “Asuhan Keperawatan
Pada Ny.S Dengan Diagnosa Medis Post Sectio Caesare P2A0 Hari Ke 1 Atas
Indikasi Letak Sunsang di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya”
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa Ners mampu melakukan Pengkajian “Asuhan Keperawatan
Pada Ny.S Dengan Diagnosa Medis Post Sectio Caesare P2A0 Hari Ke 1
Atas Indikasi Letak Sunsang di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya”
1.3.2.2 Mahasiswa Ners mampu merumuskan Diagnosa Keperawatan Pada Ny.S
Dengan Diagnosa Medis Post Sectio Caesare P2A0 Hari Ke 1 Atas
Indikasi Letak Sunsang di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
1.3.2.3 Mahasiswa Ners mampu menentukan dan menyusun Intervensi Pada Ny.S
Dengan Diagnosa Medis Post Sectio Caesare P2A0 Hari Ke 1 Atas
Indikasi Letak Sunsang di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
1.3.2.4 Mahasiswa Ners mampu melaksanakan Implementasi Keperawatan Pada
Ny.S Dengan Diagnosa Medis Post Sectio Caesare P2A0 Hari Ke 1 Atas
3

Indikasi Letak Sunsang di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus


Palangka Raya
1.3.2.5 Mahasiswa Ners mampu melakukan Evaluasi Keperawatan Pada Ny.S
Dengan Diagnosa Medis Post Sectio Caesare P2A0 Hari Ke 1 Atas
Indikasi Letak Sunsang di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan
ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program
Studi Profesi Ners Keperawatan STIKES Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa
Medis Post Sectio Caesare P2A0 Hari Ke 1 Atas Indikasi Letak Sunsang di
Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
1.4.3 Bagi Institusi
1.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Diagnosa Medis Post Sectio Caesare P2A0
Hari Ke 1 Atas Indikasi Letak Sunsang di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya
1.4.3.2 Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan
Meningkatkan mutu pelayanan perawatan kepada pasien dengan Diagnosa
Medis Post Sectio Caesare P2A0 Hari Ke 1 Atas Indikasi Letak Sunsang di
Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
1.4.3.2 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTKA

2.1 Konsep Dasar Sectio Caesaria (SC)


2.1.1 Definisi
Tindakan Sectio Caesarea merupakan pilihan utama bagi tenaga medis
untuk menyelamatkan ibu dan janin. Ada beberapa indikasi untuk dilakukan
tindakan sectio caesarea adalah gawat janin, persalinan tidak maju, plasenta
previa, prolaps tali pusat, mal presentase janin/letak lintang, panggul sempit dan
preeklamsi (Mardianingsih, 2021).
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Sectio Caesaria adalah
proses kelahiran janin melalui insisi bedah di dinding abdomen (laparotomi) dan
dinding uterus (histerektomi) (Martina, 2021).
2.1.2 Anatomi Fisiologi

Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam
rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak
di perineum.
1. Stuktur eksterna (Emma, 2019)
a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa.
Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong,
berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai
ke belakang dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat
jarang di atas simfisis pubis.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis.
Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi

4
5

labia minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora


melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitusvagina.

d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan
kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke
arah bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett.
Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung
pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat
di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang
terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris
dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita
secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan
kelenjar paravagina..
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis
tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa
navikularis terletak di antara fourchette dan himen
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum
2. Struktur interna

a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang
tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni
bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium
6

dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka


anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium, yang mengikat
ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan
ovulasi dan memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal
mengandung banyak ovum primordial.

b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini
memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan
berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira
10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi
ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi
terutama oleh gerakan peristaltis lapisan otot.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang
tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari
tiga bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan
insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang
mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit konstriksi
yang menghubungkan korpus dengan serviks
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat
terhadap stimulai esterogen dan progesterone.

2.1.3 Etiologi
1. Etiologi yang berasal dari ibu
Indikasi dilakukan sectio caesaria pada ibu adalah disproporsi
cepalo pelvik, placenta previa, tumor jalan lahir, hidromnion, kehamilan
gemeli, sedangkan pada janin adalah janin besar, mal presentasi, letak
lintang, hidrocepalus. Penyebab dari pre eklampsi sampai sekarang
belum diketahui, faktor predisposisinya (Sari, 2017) :
7

1. Nulipara umur belasan tahun.


2. Pasien kurang mampu, dengan pemeriksaan antenatal yang buruk
terutama, dengan diit kurang protein.
3. Mempunyai riwayat pre eklampsia atau eklampsia dalam
keluarganya.
4. Mempunyal penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya.
2. Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan
janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, 8 9 kegagalan
persalinan vakum atau forceps ekstraksi. (Nurarif & Hardhi, 2015).
Indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari
janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari
beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa
penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
a. CPD (Chepalo Pelvic Disproportion)
Chepalo Pelvic Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang
dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami.
Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui
oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang
menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga
harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan
ukuranukuran bidang panggul menjadi abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum
jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi
merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting
8

dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting,


yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu.
Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37
minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang
lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar
pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga
sulit untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang
tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan
kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit
bernafas.
f. Kelainan Letak Janin
1). Kelainan pada letak kepala
a. Letak kepala tengadah , Bagian terbawah adalah puncak
kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling
rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya
bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
b. Presentasi muka , Letak kepala tengadah (defleksi),
sehingga bagian kepala yang terletak paling rendah ialah
muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
c. Presentasi dahi , Posisi kepala antara fleksi dan defleksi,
dahi berada pada posisi terendah dan tetap paling depan.
Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan
berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
9

g. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada
di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak
sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan
presentasi kaki (Saifuddin, 2021).
2.1.4 Klasifikasi
2.1.4.1 Sectio Caesarea Klasik atau Kopral
Ciri sectio cessarea klasik ini adalah dengan panjang sayatan kira-kira 10
cm yang memanjang pada korpus uteri. Untuk mencegah masuknya air ketuban
dan darah ke rongga perut maka setelah dinding perut dan peritoneum parietal
tersayat dan terbuka pada garis tengahnya harus dibalut beberapa kain kasa
panjang yang mencakup antara dinding perut serta dinding uterus. Pada bagian
ujung bawah di atas batas plika vesiko uterina diberikan sayatan insisi pada
bagian tengah korpus uteri dengan panjang 10-12cm. untuk mengisap air ketuban
sebanyak mungkin maka dibuatlah lubang kcil pada kantong ketuban; kemudian
lubang ini dilebarkan, dan untuk memudahkan tindakan-tindakan selanjutnya
maka janin dilahirkan dari rongga perut. Plasenta dan selaput ketuban dikeluarkan
secara manual serta berikan suntikan 10 oksitosin dalam dinding uterus atau
intravena. selanjutnya dinding uterus tersebut ditutup dengan jahitan catgut yang
kuat dalam dua lapisan; lapisan awal atau pertama terdiri atas jahitan simpul dan
lapisan kedua atas jahitan menerus. Selanjutnya diadakan jahitan menerus dengan
catgut yang lebih tipis, yang mengikutsertakan peritoneum serta bagian luar
miomertrium dan yang menutup jahitan yang terlebih dahuludengan rapi.
Akhirnya dinding perut ditutup secara biasa.
2.1.4.2 Sectio caesarea transperitonea lisprofunda.
Cirinya adalah sayatan yang melintang konkaf di segmen bawah rahim
yang panjangnya kira –kira 10. ibu disuruh berbaring dalam keadaan
trendelenburg ringan dan dipasang dauercatheter. Di dinding perut pada bagian
garis tengah dari simfisis sampai beberapa sentimeter di bawah pusat diberikan
insisi. Dengan satu kain kasa panjang atau lebihmaka dipasang spekulum perut
10

serta lapangan operasi dipisahkan dari rongga perut, itu dilakukan setelah
peritoneum dibuka. Peritoneum pada dinding uterus depan dan bawah dipegang
dengan pinset, plika vesiko-uterina dibuka dan ibnsisi ini diteruskan melintang
jauh ke lateral; kemudian kandung kencing dengan peritoneum di depan uterus
didorong ke bawah dengan jari. (Esta, 2017)
2.1.4 Patofisiologi

Adanya beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang


menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal atau spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, ruptur uteri mengancam, partus
lama, partus tidak maju, pre-eklamsia dan malpresentasi janin. Kondisi ini
menyebabkan perlu adanya satu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea.(yuli,
2017)
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anastesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami kelemahan dan sulit menggerakkan ekstremitas
sehingga menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Akibat dari intoleransi
aktivitas akan terjadi kelemahan pada abdomen sehingga menyebabkan motilitas
cerna mengalami penurunan yang menyebabkan konstipasi. Adanya kelumpuhan
sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul
masalah defisist perawatan diri. (Esta, 2017).
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi
pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan,
pembuluh darah, dan saraf-saraf disekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menyebabkan nyeri (nyeri
akut), akibat nyeri yang dirasakan dapat menyebabkan sering terbangun saat tidur
dan terjadi masalah gangguan pola tidur, setelah proses pembedahan daerah insisi
akan menutup dan menimbulkan luka post operasi yang bila tidak dirawat dengan
baik akan menimbulkan kemerahan dan menyebabkan masalah risiko infeksi.
(Martina, 2021).
11

WOC
POST SC

B1 B2 B3 B4 B5 B6
(Breathing) (Blood) (Brain) (Bladder) (Bowel) (Bone)

Peningkatan Kontraksi Uterus Nifas Nyeri saat


Sekresi Mukosa (post pembedahan) Bedrest Luka Post Sc
mobilisasi
Luka terbuka
post dientri
Reflex Batuk Atonia aliran Terputusnya Pusing
Menahan BAK Bedrest
darah uteri kontinuitas jaringam

Perawatan
Akumulasi Kurang Mual muntah
sekret Kontraksi Pengeluaran MK :
berlebihan MK:
mediator nyeri Gangguan
Intoleransi
Eliminasi
Aktivitas
MK : Jalan MK : Resiko Urine
Pendarahan Nyeri saat Infeksi Intake Menurun
Nafas Tidak
Efektif Meningkat beraktifitas

MK : Defisit
MK: Resiko MK : Nyeri Nutrisi
Syok Hipolemix Akut
13

2.1.5 Manifestasi Klinis


Perlu adanya perawatan yang lebih komprehensif pada ibu yang melahirkan
melelui persalinan section caesaria yaitu dengan perawatan post partum serta
perawaan post operatif. Doenges (2010) dalam Mardianingsih (2021)
mengemukakan, manifestasi klinis section caesarea meliputi:
1. Nyeri yang disebabkan lukahasil bedah
2. Adanya luka insisi dibagian abdomen
3. Di umbilicus, fundus uterus kontraksi kuat
4. Aliran lokea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
5. Ada kurang lebih 600-800ml darah yang hilang selama porses pembedahan
6. Emosi yang labil atau ketidakmampuan menghadapisituasi baru pda perubahan
emosional
7. Rata-rata terpasang kateter urinarius
8. Tidak terdengarnya auskultasi bising usus
9. Pengaruh anestesi dapat memicu mual dan muntah
10. Status pulmonary bunyi paru jelas serta vesikuler
11. Biasanya ada kekurang pahaman prosedur pada kelahiran SC yang tidak
direncanakan
12. Pada anak yang baru dilahirkan akan dibonding dan attachment

2.1.6 Penatalaksanaan Medis


Penatalakanaan yang diberikan pada pasien Post SC diantaranya: (Sari, 2017)
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam
Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.
b. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.
c. Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain.
Walaupun pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif
dapatdipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.
d. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
2. Penatalaksanaan secara keperawatan
a. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama
dan 30 menit pada 4 jam kemudian.
b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
14

c. Mobilisasi Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari
tempat tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua
penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.
d. Pemulangan Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan
pada hari kelima setelah operasi, (Dina, 2019)

2.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada secsio sesarea (Emma, 2019 ), yaitu :
a. Infeksi puerperal (nifas) yang terdiri dari; ringan, dengan kenaikan suhu
beberapa hari saja. Sedang, dengan kenaikan suhu lebih tinggi, disertai
dehidrasi dan perut sedikit kembung. Dan berat, dengan peritonitis, sepsis
dan ileus paralitik. Hal ini sering dijumpai pada partus tak maju, dimana
sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah
terlalu lama.
b. Perdarahan, disebabkan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan
terbuka, karena atonia uteri dan perdarahan pada plasenta
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
repetonialisasi terlalu tinggi
d. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Pemantauan janin terhadap kesehatan janin, pemantauan EKG, elektrolit,
hemoglobin / Hematokrit, golongan darah, urinalis, pemeriksaan sinar x sesuai indikasi,
ultrasound sesuai pesanan. (Esta, 2017)
15

2.2. Konsep Dasar Letak Sunsang


2.2.1 Definisi
1. Letak Sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah
(Rukiyah, 2022).
2. Letak sungsang merupakan letak longitudinal dengan bokong jann di kutub bawah uterus.
Denominatornya sacrum dan diameter presentasi bitrokanter (10cm) (Boyle, 2020)
3. Letak sungsang adalah letak membujur dimana kepala terletak di fundus uteri sedangkan
bokong di atas simpisis (Manuaba, 2018).

2.2.2 Etiologi

a) Multiparitas
Ibu telah melahirkan banyak anak sehingga rahimnya sudah sangat elastis
dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-
37 dan seterusnya dan juga jika ibu memiliki riwayat persalinan sungsang
akan kemungkinan mengalami persalinan sungsang kembali (grandemulti
gravida).
b) Berat lahir rendah pada pelahiran preterm dan menyebabkan
pertumbuhan terhambat (Cuningham, 2006). Sehingga muncul rasa
khawatir jika terjadi masalah dalam kehamilannya bahwa ada
kemungkinan bayinya tidak normal seperti pada letak sungsang
(Indrayani, 2013).
c) Gemelli
Adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya
perebutan tempat. Setiap janin beusaha mencari tempat yang lebih
nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar yakni
bokong janin berada di bagian bawah rahim. Pada kasus bayi kembar,
kemungkinan sungsang menjadi lebih besar sebab janin yang kepalanya
berputar ke arah bawah lebih dulu akan membuat rongga panggul ibu
susah dilalui janin kembarannya. Maka pada bayi kembar, posisi salah
satu janinnya sungsang.
d) Hidramnion
Jumlah air ketuban yang melebihi normal menyebabkan janin lebih
leluasa bergerak walau sudah memasuki trimester ketiga.
e) Hidrosefalus
Besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan (hidrosefalus) membuat janin mencari tempat
yang lebih luas yakni di bagian atas rahim (fundus uteri).
f) Plasenta
1) Adanya plasenta previa yang menutupi jalan lahir dapat mengurangi luas
16

ruangan dalam rahim. Akibatnya, janin berusaha mencari tempat yang


lebih luas yakni di bagian atas rahim
2) Adanya lilitan tali pusat dan tali pusat yang pendek akibatnya bayi tidak
bisa memutar.
g) Panggul sempit
Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi
sungsang. Kepala di fundus dan bokong di bagian terendah janin.
h) Kelainan panggul
Terdapat berbagai tumor dalam ruang panggul sehingga menyebabkan
janin letak sungsang.

2.2.3 Komplikasi
a) Bagi ibu dengan faktor predisposisi, seperti diabetes fetopelvik, bayi
makrosomia sebelumnya atau kecurigaan bayi besar dan kemajuan
persalinan yang buruk maka di anjurkan untuk diet karbohidrat
(Chapman, 2008).
b) Peningkatan resiko Ketuban Pecah Dini (Medforth, 2012).
c) Peningkatan prolaps tali pusat dan kompresi tali pusat
Prolaps tali pusat yang mengakibatkan asfiksia janin dapat terjadi jika
ketuban pecah baik pecah spontan atau maupun sengaja di pecah.
Insiden prolaps tali pusat meningkat pada persalinan preterm (penyebab
presentase sungsang) yang menyebabkan bagian presentase kecil dan
beragam, bergantung pada tipe sungsang (Woorwad, 2012).
17

d) Terkadang wanita mengalami desakan prematur untuk mengejan


(Medforth, 2012).
e) Asfiksia dan Hipoksia
Janin memiliki peningkatan kemampuan membawa oksigen karena
memiliki hemoglobin yang tinggi dan curah jantung yang relatif tinggi.
Akan tetapi, suplai oksigen dapat berkurang akibat perubahan pada:
1) Oksigenasi maternal dan aliran darah maternal (penyakit jantung
atau pernapasan atau hipotensi maternal akibat posisi supine,
epidural, hemorrogi atau syok, bahkan pada kelainan letak
sungsang).
2) Sirkulasi janin (kompresi tali pusat, abnormalitas fungsi jantung
janin).(Medforth, 2012)
3) Hipoksia teridentifikasi sebagai penyebab tersering kematian bayi
sungsang. CESDI (2000) mengatakan bahwa tidak di ketahuinya dan
tindakan terlalu cepat merupakan faktor utama (Chapman, 2008).

f) Pelepasan plasenta secara prematur


Jika tubuh bayi telah lahir, mungkin terdapat pelepasan plasenta akibat
kontraksi dan retraksi uterus yang menyebabkan hipoksia pada bayi
(Woodward, 2012)
g) Hemorragi intrakranial : dekompresi cepat kepala yang keluar (after
coming). Karena kepala janin berjalan cepat melewati panggul ibu,
tidak ada waktu untuk molase bertahap tulang tengkorak yang biasanya
15

terjadi pada presentase verteks. Tengkorak janin harus lahir


perlahan dan pasti untuk menghindari dekompresi cepat
tengkorak janin yang dapat mengakibatkan robekan dura mater
yang melapisi otak serta pembuluh darah besar, yang
menyebabkan perdarahan intraserebral (Woodward, 2012).
h) Fraktur, kerusakan saraf/otot, ruptur organ internal.
Kerusakan pada bayi akibat penanganan yang tidak tepat dan
berlebihan selama pelahiran dapa terjadi dan mecakup paralisis
saraf brakialis dan fraktur klavikula, femur, humerus, dan
bahkan spina servikal. Hati, ginjal, dan kelenjar adrenal janin
dapat rusak jika area abdomen tertekan. Untuk menghindari
trauma pada organ interna, bayi harus di genggam dan di
pegang pada gelang panggul bukan pada batang tubuh. Rahang
bayi dapat dislokasi jika pemimpin persalinan menggunakan
mulut bayi bukan tulang pipi bayi, untuk menciptakan traksi
pada saat pelahiran menggunakan metode mauriceau
(Woodward, 2012)
i) Edema/ memar pada kaki dan genetalia janin
a) Peningkatan resiko kelahiran per-operatif.
b) Peningkatan resiko morbiditas dan mortalitas perinatal

2.2.4 Pemeriksaan Penunjang


1. Pastikan presentasi dengan ultrasonografi. Ini akan menggambarkan tipe presentasi
bokong. Pelahiran pervaginam dapat diterima hanya untuk presentasi frank atau
yang sempurna.
2. Lakukan biometri ultrasonografi untuk mendapatkan perkiraan berat badan janin.
Singkirkan adanya hiperekstensi kepala janin (Liu, 2008).
3. Pendapat lain menyatakan salah satu jalan untuk dapat melakukan versi luar alami
adalah melakukan knee chest untuk letak sungsang atau lintang yang di lakukan 3
kali selama 10-15 menit, mulai usia kehamilan 28 – 32 minggu dengan harapan air
16

ketuban relative banyak dan ruang uterus lebih longgar. Bila tidak berhasil maka
konsultasi ke dokter terutama primigravida sehingga tindakan yang akan di ambil
adalah melakukan seksio sesaria (Manuaba, 2012).
2.2.5 Penatalaksanaan
1) Posisi ibu untuk pelahiran sungsang.
a) Posisi semi-rekumber, adaptasi litotomi
b) Posisi menungging
c) Posisi berdiri atau jongkok
2) Persalinan presentase bokong pervaginam
Ada tiga cara persalinan sungsang lewat vagina:
1. Spontan, yaitu persalinan yang terjadi sepenuhnya secara spontan dengan tenaga
ibu dan kontraksi uterus tanpa di lakukan tarikan atau manipulasi sedikitpun
selain memegang janin yang dilahirkan. Jenis ini disebut persalinan Bracht.
2. Ekstraksi parsial, yaitu persalinan yang terjadi secara spontan sampai umbilicus
tetapi selanjutnya dilakukan ekstraksi. Jadi janin lahir dengan kekuatan ibu, his,
dan tenaga penolong. Misalnya dengan cara klasik, muller dan mauriceau.
3. Ekstraksi total, yaitu persalinan yang terjadi dengan cara seluruh tubuh janin di
ekstraksi oleh tenaga penolong persalinan/ dokter. Misalnya pada ekstraksi kaki
atau ekstraksi bokong.
Pada persalinan presentasi bokong terdapat 3 fase, yaitu:
a. Fase Lambat
Dilakukan sebelum bokong lahir dengan tetap melakukan pemantauan. Jangan
melakukan kristelar/dorongan pada fundus karena dapat mengakibatkan tangan
janin menjungkit ke atas (nuche arm).
b. Fase bertindak cepat
Setelah bayi lahir sampai pusat, janin harus dilahirkan dalam waktu maksimal 8
menit karena tali pusat terhimpit antara badan dan panggul. Bila tidak terjadi
secara spontan, maka harus dilakukan manual aid dengan persalinan ekstraksi
parsial dengan cara klasik, muller, lovset, mauriceau.
c. Fase Lambat
17

Pada saat mulut lahir, seluruh kepala kemudian di lahirkan pelan- pelan untuk
menghindari resiko perdarahan intracranial akibat perbedaan tekanan di dalam
uterus dan di dunia luar dimana tekanan luar lebih rendah.

Pertolongan persalinan pervaginam dilakukan pada ibu multi gravida dan telah
disingkirkan keungkinan kesempitan panggul maupun adanya tumor di jalan lahir.
Episiotomi lakukan pada saat bokong membuka vulva dan perineum sudah tegang.
Metode yang dapat digunakan pada persalinan bokong pervaginam yaitu:
a) Bracht
Pada persalinan presentase bokong yang terjadi secara spontan, persalinan
spontan terjadi sepenuhnya merupakan hal secara spontan tanpa dilakukan tarikan
atau manipulasi sedikitpun selain memegang janin ketika bokong sudah lahir.
a. Setiap ada his ibu disuruh meneran.
b. Bila bokong sudah lahir, penolong kemudian memegang bokong janin tanpa
melakukan tarikan dengan cara kedua ibu jari penolong diletakan pada paha janin
sedangkan keempat jari pada kedua tangan mencengkreram bagian sacrum janin.
Pada saat perut lahir, penolong mengendorkan tali pusat. Karena tali pusat terjepit
antara kepala janin dan panggul maka janin harus lahir maksimal 8 menit.
c. Setelah angulus scapula inferior lahir, kemudian melakukan hiperlodosis yaitu
bokong diarahkan ke perut ibu dengan ekstraksi parsial.
d. Untuk pertolongan bayi segera setelah lahir dengan presentasi bokong perlu di
siapkan persiapan resusitasi sebelum persalinan untuk persiapan penanganan
asfiksia.
b) Ekstraksi parsial (Cara Klasik)
Cara klasik bertujuan utuk melahirkan bahu belakang terlebih dahulu. Bahu
belakang mempunyai daerah yang lebih luas dengan kurvatura sakrii. Adapun
prosudernya sebagai berikut:
a. Setelah bokong bayi lahir, pegang bokong hingga kaki lahir.
Jangan lupa untuk mengendorkan tali pusat. Pegang bokong janin dengan
menggunakan ibu jari yang berdampingan pada os sacrum.
18

b. Selanjutnya bayi di tarik ke bawah sehingga scapula di bawah sympisis.


c. Bila bahu belakang bayi bahu kiri, maka bayi dipegang dengan tangan kanan
penolong pada pergelangan kaki, dengan cara jari telunjuk diselipkan pada kedua
kaki janin kemudian bayi ditarik ke arah kanan atas ibu. Bahu dan lengan
belakang kiri bayi di lahirkan dengan tangan kiri penolong. Caranya dua jari
tangan kiri menelusuri punggung janin sampai dengan fosa cubiti. Bahu kanan
bayi di lahirkan dengan gerakan seolah-olah tangan bayi mengusap muka.
d. Langkah selanjutnya memegang kaki, kemudian bayi di tarik ke bawah samping
berlawanan arah dengan tarikan pertama dengan gerakan yang sama seperti
melahirkan bahu belakang, lahirlah bahu bayi sebelah depan.
c) Metode perasat Muller
Metode muller bertujuan untuk penangan kelahiran bahu depan terlebih dahulu.
Caranya sebagai berikut:
a. Setelah janin lahir sampai perut, longgarkan tali pusat, pegang bokong janin
dengan menggunakan ibu jari sejajar pada os sacrum dan keempat ibu jari di
femur bagian depan.
b. Selanjutnya janin di tarik ke bawah sehingga angulus scapula (sudut atau daerah
segitiga scapula) di bawah symphisis.
c. Kemudian melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan cara yang sama dengan
klasik untuk melahirkan bahu depan, bayi di tarik ke bawah samping, kemudian
dua jari menelususri punggung sampai fosa cubiti (daerah pada anterior siku),
lengan depan lahir dengan cara seperti gerakan tangan janin mengusap muka
serta di tarik ke atas samping/kontra lateral untuk melahirkan bahu dengan lengan
bawah.
d) Cara Lovset
a. Mekanisme kerja metode ini, bahu belakang selalu berada pada letak yang lebih
rendah di bandingkan dengan bahu depan sehingga dengan memutar bahu
belakang menjadi bahu depan maka bahu akan lahir denagn mudah dibawah
symphisis.
b. Setelah bayi dalam posisi anteroposterior, pegang bokong bayi dengan kedua
19

tangan penolong. Tarik ke bawah sampai scapula berada di bawah symphisis.


c. Pegang bayi pada dada dan punggung kemudian bayi di putar 180o sampai bahu
belakang berubah menjadi bahu depan dan lahir.
d. Dengan arah yang berlainan dengan putara pertama, bayi di ulang di putar 180o
sampai kedua bahu lahir.
e) Ekstraksi Kaki
Ekstraksi kaki lebih mudah dilakukan dibanding ekstraksi bokong. Adapun
caranya sebagai berikut:
a. Tangan kanan penolong secara obtetrik dimasukan kedalam introitus vagina
kemudian setelah menemukan bokong janin, menyusuri sampai paha hingga ke
lutut. Lakukan gerakan abduksi (gerakan menjauhi sumbu media/tengah) dan
fleksi pada janin. Tangan kiri melakukan tekanan ke arah bawah pada fundus.
Tangan yang berada dalam vagina memegang pergelangan tungkai janin dan di
tarik keluar dengan perlahan sampai lutut tampak di vulva
b. Setelah kedua kaki lahir, maka kedua tangan penolong memegang betis bayi lalu
dilakukan tarikan ke bawah hingga panggal paha lahir kemudian tangan
berpindah memegang pangkal paha dan di ulangi ditarik ke arah bawah hingga
kedua trokhanter atau bokong lahir.
c. Selanjutnya bayi dilahirkan dengan manual aid seperti ekstraksi parsial.

f) Ekstraksi bokong
Dilakukan pada presentase bokong murni dan bokong berada di dasar panggul.
Jari telunjuk dimasukan kedalam introitus vagina menelusuri bokong hingga
sampai pada lipat paha kemudian melakukan tarikan ke arah bawah hingga
trokhanter lahir. Agar tarikan lebih kuat, maka tangan kiri penolongmemegang
tangan kanan. Setelah kedua lipat paha dan melakukan tarikan ke bawah sampai
bokong lahir. Selanjutnya bayi di lahirkan dengan manual aid seperti ekstraksi
parsial.
Apabila traksi sedang tidak berhasil melahirkan bayi dengan presentase bokong,
kelahira pervaginam hanya dapat di lakukan melalui dekomposisi prentasi
20

bokong. Tindakan ini mencakup manipulasi intrauterin untuk mengubah bokong


murni menjadi presentasi kaki. Prosedur tsb lebih mudah untuk dikerjakan jika
ketuban baru saja pecah dan menjadi sangat sulit dilakukan bila ketuban sudah
pecah lama.
Dekomposisi bokong dilakukan dengan perasat pinard. Perasat pinard akan
membantu menurunkan kaki janin sehingga berada dalam jangkauan penolong
penolong, dua jari penolong menyusuri salah satu ekstermitas bawah hingga
mencapai sendi lutut lalu mendorong bagian tersebut ke arah lateral. Biasanya
tindakan ini akan di ikuti oleh fleksi spontan dan kaki bayi akan terasa
menyentuh punggung tangan. Dengan demikian kaki bayi dapat di pegang dan di
turunkan. Bahaya dari tindakan ekstraksi bokong
adalah dapat terjadi fraktur pada bokong dan partus macet serta dapat pula terjadi
after coming head.
g) Cara melahirkan kepala bayi
a. Cara Mauriceau
Manuver ini tujuannya untuk melahirkan kepala janin. Janin di letakan di
lengan kiri bawah penolong seperti menunggang kuda. Jari tengah dimasukan ke
dalam mulut sedangkan jari telunjuk dan jari manis diletakan pada maksila untuk
menjaga kepala janin dalam keadaan fleksi. Tangan kanan memegang kedua bahu
janin dengan dua jari diletakan pada bahu kanan dan kiri. Pendamping persalinan
di minta menekan supra pubik. Janin kemudian di tarik ke bawah searah sumbu
panggul sampai semua kepala lahir.
b. Perasat Prague
Sangat jarang terjadi, punggung janin gagal berputar ke depan. Namun apabila
hal ini terjadi, Rotasi punggung ke depan dapat dilakukan dengan melakukan
tarikan kuat pada tungkai janin atau bagian tulang punggungnya. Jika punggung
masih tetap menghadap ke belakang, ekstraksi dapat dilakukan dengan perasat
mauriceau dan melahirkan janin dengan punggung menghadap ke bawah. Jika hal
ini tidak dapat dilakukan, janin masih dapat dilahirkan dengan perasat prague
termodifikasi. Perasat termodifikasi yang dipraktikan sekarang dilakukan
21

dengan dua jari untuk memegang bahu janin dari bawah, sementara tangan yang
lain menarik ke atas ke arah abdomen ibu.
c. Cunam piper digunakan kalau pengeluaran kepala bayi dengan bracht atau
mauriceau gagal. Caranya:
Tangan dan badan bayi di bungkus kain steril, di angkat ke atas, cunam piper di
pasang melintang terhadap panggul dan kepala kemudian di tarik.(Indrayani,
2013)
3) Poin penting dalam kelahiran sungsang pervaginam
a) Karena tubuh bayi dapat melewati serviks sebelum pembukaan lengkap, ibu
dapat merasakan dorongan prematur untuk mengejan. Oleh sebab itu, selalu
memeriksa pembukaan lengkap adalah penting sebelum mendorong ibu agar
mengejan untuk menghindari kepala terperangkap di serviks yang berdilatasi
sebagian. Hal ini dapat mengakibatkan asfiksia.
b) Sejak kelahiran dengan diameter bitrokanter (pinggul bayi) hingga kelahiran
tidak boleh dilakukan lebih dari 15 menit.
c) Saat tubuh lahir, kendurkan tali pusat perlahan jika perlu untuk menghindari
spasme dan kontriksi pembuluh darah. Tali pusat dapat di gunakan untuk
merasakan jantung janin selain mengobservasi pergerakan dada. Denyut jantung
janin kadang lambat akibat kemungkinan refleks otonom untuk memelihara
oksigen pada sistem janin saat area permukaan uterus menyempit.

d) Jika janin masuk panggul pada posisi sakroposterior, persalinan macet dan
kelahiran menjadi lebih sulit. Kepala masuk panggul pada posisi
oksipitoposterior saat oksiput bergerak ke rongga sakrum menyebabkan kepala
defleksi dan meningkatkan diameter tersebut.
4) Mekanisme Persalinan Sungsang
a) Bokong dan ekstermitas bawah
Letak bayi longitudinal, sikap bayi flexi sempurna, posisi bayi sakroanterior
kiri. Bagian presentase adalah bokong anterior (kiri). Diameter bitrokanter
(10cm) di mulai dari panggul pada diameter oblik pintu atas panggul dan sakrum
22

menonjol ke penonjolan iliopektineal kiri. Penurunan terjadi dengan peningkatan


kompaksi. Bokong anterior mencapai dasar panggul pertama kali dan rotasi ke
depan sekitar seperdelapan lingkaran hingga terletak di bawah simphisis pubis.
Diameter bitrokanter sekarang terletak di diameter anteroposterior pintu bawah
panggul. Bokong anterior melewati bagian bawah shimpisis pubis, bokong
posterior menyapu perineum dan d lahirkan dengan fleksi lateral. Bokong
anterior mengalami restitusi dengan sisi kanan ibu. Penurunan terus berlanjut,
tungkai secara spontan keluar dari vulva.
b) Bahu dan lengan
Bahu masuk panggul pada diameter oblik kiri panggul. Bahu anterior
memimpin, berotasi seperdelapan lingkaran ke depan pada dasar panggul, dan
lengan serta bahu melewati bagian bawah simphisis pubis. Lengan posterior dan
bahu kemudian lahir.
c) Kepala
Kepala turun ke dalam panggul dan menancap ketika bahu di pintu bawah
panggul dengan sutura sagital pada diameter transversa pintu atas panggul.
Oksiput terletak di kuadran anterior panggul. Oksiput mencapai dasar panggul
pertama kali dan berotasi seperdelapan lingkaran ke depan. Sinsiput terletak di
lengkung sakrum, dan regio suboksipitalis (tengkuk) menyentuh permukaan
bawah sympisis pubis. Tubuh juga turun sehingga punggung berada di abdomen
ibu. Dagu, wajah, dan sinsiput menyapu perineum dan kepala lahir dalam sikap
fleksi(Woodward, 2012)
5) Penatalaksanaan Obstetri pada kala Satu
a) Kala satu sering kali berlangsung secara normal sebagaimana pada presentase
sefalik, terutama jika bokong sudah mencakup di dalam panggul
b) Terkadang bokong mungkin tidak masuk dengan baik ke serviks sehingga
menghasilkan fase laten yang panjang.
c) Augmentasi persalinan (dimana proses persalinan yang telah di mulai spontan, di
akselerasi dengan pemberian Oksitoxin atau amniotomi) tidak di
rekomendasikan. Jika kemajuan dalam kala satu terbatas maka seksio secarea
23

mungkin di pertimbangkan untuk di lakukan.


d) Jika bokong tidak mencakup, bokong mungkin berada dalam posisi flexi. Ini
menimbulkan resiko Ketuban Pecah Dini dan Prolaps tali pusat.
e) Pantau jantung janin secara kontinu dan pantau secara cermat kondisi maternal
dan kemajuan persalinan. Dukung mobilitas maternal sebanyak mungkin.
f) Anestesi epidural mungkin di rekomendasikan untuk meredakan nyeri tetapi
mereka yang merawat wanita harus mempertimbangkan pilhan maternal. Bokong
mungkin cenderung tergelincir ke serviks sebelum dilatasi lengkap. Hal itu
mengakibatkan desakan prematur untuk mengejan sehingga diameter kepala janin
yang lebih besar tidak dapat turun karena serviks baru terdilatasi sebagian. Itu
dapat menyebabkan keterlambatan serius pada kala dua. Jika anestesia epidural
diberikan, penurunan akan terjadi secara lebih mantap dan perlahan wanita tidak
akan menggunakan naluri mengejannya secara prematur. Akan tetapi, epidural
dapat membatasi mobilitas dan menghambat posisi untuk kenyamanan dan untuk
memfasilitasi kelahiran bokong.
g) Jika epidural tidak diberikan, wanita dapat di bantu dengan menggunakan
analgesik inhalasi untuk menghindari mengejan secara prematur. Ibu mungkin
berharap untuk mengadopsi posisi yang lain.
h) Ranitidin dapat di resepkan selama persalinan karena terdapat kemungkinan
pemberian anestesi umum.
i) Pada prosentase bokong, bokong terasa lunak dan tidak teratur tanpa terpalpasi
adanya sutura. Itu mungkin dapat di salah artikan dengan presentase wajah. Anus
atau genetalia eksternal dapat di rasakan. Pada bokong fleksi, sebuah kaki dapat
di rasakan. Janin dapat mengeluarkan mekonium.
6) Penatalaksanaan Obstetri Pada Kala Dua
a) Penting agar dilatasi lengkap dikonfirmasikan sebelum mengizinkan ibu
mengejan.
b) Informasikan dokter obstetri dan dokter anak tentang kelahiran yang akan terjadi.
c) Pada multigravida atau janin yang kecil, kelahiran mungkin spontan dengan
intervensi minimal.
24

d) Posisi litotomi mungkin di terapkan pada area steril di persiapkan dengan duk.
e) Kateterisasi dapat di lakukan untuk mencegah keterlambatan dan
memaksimalkan ruang panggul.
f) Persiapan dan perlengkapan untuk kelahiran dengan menggunakan vorsep harus
sudah tersedia.
g) Masukan anetesi lokal ketika bokong mendistensi perineum.
h) Episiotomi di lakukan dan bokong kemudian lahir.
i) Bayi kemudian turun sampai umbilikus tanpa intervensi, jika tungkai di fleksikan
maka bayi akan di lahirkan dengan cukup mudah.
j) Jika tali pusat teregang, longgarkan lingkaran tali pusat untuk menghindari traksi
yang tidak perlu.
k) Dengan kontraksi selanjutnya, bilabahu muncul jika lengan dalam keadaan fleksi
maka lengan akan di lahirkan dengan mudah.
l) Bahu berotasi berotasi ke diameter antero-posterior pintu bawah panggul, tubuh
dapat di tekuk ke arah sakrum ibu untuk memfasilitasi kelahiran bahu anterior.
Bahu posterior menyapu perineum dan di bantu dengan mengangkat bokong ke
arah abdomen ibu.
m) Penting agar bayi di pegang hanya di sekitar gelang panggul dan di pegang
sesedikit mungkin, untuk menghindari trauma pada struktur internal.
n) Kepala memasuki panggul dalam diameter transversal sehingga punggung berada
pada posisi lateral sampai restitusi dan rotasi internal terjadi.
o) Ketika punggung telah berada di bagian paling atas, biarkan tubuh di gantung
oleh berat badannya sendiri. Ini mendorong fleksi kepala dan rotasi ke diameter
antero-posterior pintu bawah panggul, ketika kepala menemui tahanan dari dasar
panggul.
p) Ketika tengkuk leher terlihat, lahirkan kepala. Penting agar kepala dilahirkan
dalam cara terkontrol. Banyak dokter obtetri menggunakan forsep, jika tidak
maka teknik berikut dapat digunakan.
Asuhan Bayi Setelah Lahir.
Untuk menghindari syok suhu, siapkan handuk dan suhu lingkungan yang hangat
25

tanpa menyebabkan lingkungan dingin pada pelahiran. Pertimbangkan


mentediakan bantalan hangat tempat bayi berbaring saat di lakukan pemeriksaan
atau resusitasi. Nyalakan penghangat ruangan dan pasang beberapa handuk pada
radiator. Setelah kelahiran, suhu kulit ibu akan membantu jika tidak suhu kulit
suami ibu dapat membantu. Kontak kulit dengan kulit juga memfasilitasi proses
menyusui yang
dapat meningkatkan suhu bayi. Ingat bahwa bayi yang membutuhkan resusitasi
atau yang kedinginan beresiko lebih tinggi terhadap hipoglikemia, dan menyusui
bayi merupakan prioritas pada periode pascanatal awal (Woodward, 2012).
7) Penatalaksanaan Obstetri Pada Kala Tiga
Penyebab dari plasenta tertinggal atau tidak dapat dilahirkan setelah 30 menit
adalah:
a. Fisiologis kala tiga mungkin berlangsung lebih lama.
b. Selama kala tiga aktif, kecuali plasenta di lahirkan dengan cepat menggunakan
traksi tali pusat terkontrol. Syntometrin/ ergometrin dapat menyebabkan kontriksi
otot segmen bawah dan os yang mencegah kelahiran hingga fungsinya menghilang.
c. Plasenta dapat tetap menempel sebagian.
d. Plasenta akreta adalah ketika plasenta menempel secara morbid ke dinding
uteri.
Penatalaksanaan segera:
a. Informasikan dokter obstetri jika terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar.
Plasenta yang menempel sebagian yang disertai dengan perdarahan adalah suatu
kedaruratan obstetri.
b. Kaji dengan palpasi abdomen, apakah uterus terasa terkontraksi atau tidak.
Jika uterus terasa “menggembung”, tonus buruk saat di palpasi dan kontraksi
tidak mudah distimulasi serta Syntometrin per IM telah di berikan. Informasikan
dokter obstetri, jika tidak:
a) Perlu dilakukan pengambilan darah tali pusat.
b) Jelaskan masalah kepada ibu. Ibu mungkin senang menyusui bayi, yang akan
merangsang pelepasan oksitosin dan menstimulasi kontraksi uteri. Tindakan ini
26

dapat mengeluarkan plasenta secara alamiah.


c) Tanyakan ibu, apakah ia mampu duduk tegak di pispot dan menghembuskan
dengan kuat kekepalan tangannya (menyebabkan gerakan diafragma ke arah
secara mendadak) atau mendukung upaya mengejan maternal.
d) Dapatkan izin dari ibu untuk memastikan kandung kemih kosong dengan
memasukan sebuah kateter.
e) Jika Syntometrine telah digunakan untuk kala tiga aktif, tunggu selama 30
menit dan upayakan untuk kembali melakukan traksi tali pusat terkontrol.
f) Jika tindakan tersebut gagal atau tali pusat putus, pengeluaran secara manual
di ruang bedah biasanya di indikasikan.

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian Keperawatan
2.3.1.1 Anamnesa, Indentitas pasien, riwayat penyakit, keluhan utama
Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama:
Keluhan yang diungkapkan klien pada umumnya yaitu adanya rasa nyeri. Lokasi
luka biasanya terdapat pada daerah- daerah yang menonjol, misalnya pada daerah
abdomen, daerah tangan, telapak kaki.
2) Riwayat Penyakit Sekarang:
Hal- hal yang perlu dikaji adalah mulai kapan keluhan dirasakan, lokasi keluhan,
intensitas, lamanya atau frekuensi, faktor yang memperberat atau memperingan
serangan, serta keluhan- keluhan lain yang menyertai dan upaya- upaya yang
telah dilakukan perawat disini harus menghubungkan masalah kulit dengan
gejalanya seperti: gatal, panas, mati rasa, immobilisasi, nyeri, demam, edema, dan
neuropati
3) Riwayat Kesehatan masa lalu:
Apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, darah tinggi, DM, dan
hiperlipidemia. Tanyakan obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa
lalu yang masih relevan. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu.
27

Tanyakan alergi obat dan reaksi alergi apa yang timbul


4) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan karena penyembuhan luka dapat
dipengauhi oleh penyakit-penyakit yang diturunkan seperti: DM, alergi,
Hipertensi (CVA). Riwayat penyakit kulit dan prosedur medis yang pernah
dialami klien. Hal ini untuk memberikan informasi apakah perubahan pada kulit
merupakan manifestasi dari penyakit sistemik seperti: infeksi kronis, kanker, DM
2.3.1.2 Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien biasanya baik atau compos
mentis (CM) dan umumnya penderita datang dengan keadaan sakit dan gelisah atau
cema s akibat adanya kerusakan integritas kulit yang dialami.
2) B1 (Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam batas normal.

3) B2 (Blood)
Tekanan darah biasanya mengalami peningkatan atau dalam batas normal tidak ada
bunyi jantung tambahan dan tidak ada kelainan katup.
4) B3 (Brain)
Kaji adanya hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, terlihat kelemahan/kehilangan
fungsi. Pergerakan mata atau kejelasan penglihatan, dilatasi pupil. Agitasi
berhubungan denan nyeri atau ansietas.
5) B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine dengan intake cairan klien. Perubahan pola kemih
seperti inkontinesia urin, disuria, distensi kandung kemih, warna dan bau urin, dan
kebersihan.
6) B5 (Bowel)
Kaji adanya konstipasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi, auskultasi bising usus,
anoreksia, adanya anoreksia abdomen, dan nyeri tekan abdomen.
7) B6 (Bone)
28

Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Kaji adannya berat tiba-tiba mungkin
teralokasi pada area jaringan dapat berkurang pada imobilisasi, kontraktur atrofi otot,
laserasi kulit dan perubahan warna.
Pemeriksaan fisik ibu
a. Keadaan umum, meliputi tentang kesadaran, nilai glasgow coma scale (GCS) yang
berisi penilaian eye, movement, verbal. Mencakup juga penampilan ibu seperti baik,
kotor, lusuh.
b. Tanda-tanda vital, meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi.
c. Antropometri, meliputi tinggi badan, berat badan sebelum hamil, berat badan saat
hamil dan berat badan setelah melahirkan.
d. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
- Kepala, observasi bentuk kepala, apakah terdapat lesi atau tidak, persebaran
pertumbuhan rambut, apakah terdapat pembengkakan abnormal, warna rambut
dan nyeri tekan.
- Wajah, pada wajah ibu postpartum biasanya terdapat cloasma gravidarum
sebagai ciri khas perempuan yang pernah mengandung, apakah terdapat lesi atau
tidak, nyeri pada sinus, terdapat edema atau tidak.
- Mata, observasi apakah pada konjungtiva merah mudah atau pucat, ibu yang
baru mengalami persalinan biasanya banyak kehilangan cairan, bentuk mata kiri
dan kanan apakah simetris, warna sklera, warna pupil dan fungsi penglihatan.
- Telinga, dilihat apakah ada serumen, lesi, nyeri tekan pada tulang mastoid dan
tes pendengaran.
- Hidung, observasi apakah ada pernafasan cuping hidung, terdapat secret atau
tidak, nyeri tekat pada tulang hidung, tes penciuman.
- Mulut, dilihat apakah ada perdarahan pada gusi, jumlah gigi ada berapa,
terdapat lesi atau tidak, warna bibir dan tes pengecapan.
- Leher, pada leher dilihat apakah bentuknya proporsional, apakah terdapat
pembengkakan kelenjar getah bening atau pembengkakan kelenjar tiroid.
29

- Dada, observasi apakah bentuk dada simetris atau tidak, auskultasi suara nafas
pada paru-paru dan frekuensi pernafasan, auskultasi suara jantung apakah ada
suara jantung tambahan dan observasi pada payudara, biasanya pada ibu post
partum payudara akan mengalami pembesaran dan aerola menghitam serta
normalnya ASI akan keluar.
- Abdomen, pada abdomen observasi bentuk abdomen apakah cembung, cekung
atau datar. Observasi celah pada diastasis recti, tinggi fundus uteri pasca
persalinan, pada ibu yang mengalami kehamilan tanda khas pada abdomen
terdapat linia nigra, observasi juga pada blas apakah teraba penuh atau tidak.
- Punggung dan bokong, dilihat apakah ada kelainan pada tulang belakang,
apakah terdapat nyeri tekan.
- Genetalia, observasi perdarahan pervaginam, apakah terpasang dower cateter,
observasi apakah terdapat luka ruptur, episiotomi bagaimana keadaan luka,
bersih atau tidak.
- Anus, observasi apakah ada pembengkakan, terdapat lesi atau tidak, apakah
terdapat hemoroid.
- Ekstremitas Atas: pada ekstremitas atas dilihat tangan kiri dan kanan simetris
atau tidak, terdapat lesi atau tidak, edema, observasi juga apakah ada nyeri tekan
serta ROM.
- Bawah: pada ekstremitas bawah diobservasi apakah terdapat varises, edema,
pergerakan kaki serta ROM.

Pemeriksaan fisik bayi


a. Keadaan umum, meliputi tampilan, kesadaran bayi yang dinilai menggunakan
APGAR score.
b. Atropometri, meliputi pemeriksaan berat badan bayi, tinggi badan, lingkar kepala,
lingkar dada, lingkar lengan atas serta lingkar abdomen.
c. Pemeriksaan Fisik Head to Toe, pada pemeriksaan fisik pada bayi diobservasi
apakah ada kelainan pada kepala, seperti bentuknya, warna rambut apakah terdapat
30

lesi, kemudian dilihat pada wajah apakah bentuk mata hidung mulut proporsional
atau tidak, observasi bentuk telinga kanan dan kiri, bentuk leher apakah ada
pertumbuhan abnormal, observasi bentuk dada dan abdomen auskultasi pada suara
jantung dan suara nafas apakah ada penambahan suara atau tidak, bentuk punggung
dan bokong, genetalia apakah terdapat kelainan, observasi anus serta ekstremitas
atas dan bawah.
2.3.2 Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik (D.0077. Hal 172)
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan (D.0019)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tubuh yang tidak adekuat.
(D.0142. Hal 304)
4. Gangguan eliminasi urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih (D.0040)
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot (D.0056. Hal 128)
6. Resiko Syok Hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler (D.0039. Hal 92)
7. Bersihan Jalan napas tidak efektif b.d efek tindakan farmakologis (D.0001)

8.
23

2.3.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri I.08238, hal 201)
dengan diskontuinitas selama 1x7 jam diharapkan nyeri dapat Observasi:
jaringan (D.0077.Hal 172) terkontrol dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas, Intensitas
1. Keluhan nyeri pasien menurun. (5) nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis pasien menurun. (5). 3. Identifikasi respon nyeri secara non verbal
3. Skala nyeri berkurang 0-3 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
4. Kegelisahan pasien menurun. (5) 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
5. Ketegangan otot pasien. (5) 7. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
8. Monitor efek samping penggunaan analgesic
6. Kesulitan tidur pasien menurun Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
7. Kemampuan menuntaskan aktivitas
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
pasien meningkat. (5)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
8. TTV dalam batas normal 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
5. Anjurkan teknik nonfamakologis untuk mengurangi rasa nyeri
24

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgesic
2. defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi (I.03119)
ketidakmampuan mencerna 1x7 jam diharapkan status nutris Observasi
makanan (D.0019) membaik , dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi status nutrisi
1. Porsi makana yang dihabiskan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
meningkat 3. Identifikasi makanan yang disukai
2. Kekuatan mengunyah meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
3. Kekuatan otot menelan membaik
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
4. Penyiapan dari penyimpanan
6. Monitor asupan makanan
makanan yang aman
5. Nyeri abdomen menurun 7. Monitor berat badan
6. Indeks massa tubuh (IMT) membaik 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
7. Membran mukosa membaik Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
4. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
25

antiemetik), jika perlu


2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

3. Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan ( Pencegahan Infeksi I.14539 Hal.278)
berhubungan dengan selama 1x7 jam diharapkan pasien Observasi :
pertahanan primer tubuh mengetahui dan mencegah resiko 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sitemik
yang tidak adekuat. infeksi dengan kriteria hasil : Terapeutik :
(D.0142 Hal 304) 1. Pasien mampu mengidentifikasi 1. Batasi jumlah pengunjung
resiko meningkat. (5) 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
2. Kemampuan melakukan strategi 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
kontrol resiko meningkat. (5) pasien
3. Kemampuan pasien mengubah 4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
prilaku meningkat. (5) Edukasi :
4. Kemampuan pasien menghindari 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
faktor resiko meningkat. (5) 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
5. Kemampuan mengenali perubahan 3. Ajarkan etika batuk
status kesehatan meningkat.(5) 4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
4. Gangguan eliminasi Eliminasi urin L.04034 hal 24 Manajemen Eliminasi Urin I.04152
berhubunggan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi:
penurunan kapasitas kandung masalah keperawatan teratasi dengan 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urin
kemih (D.0040) Kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urin
1. Distensi kandung kemih menurun 3. Monitor eliminasi urin
(5) 4. Terapeutik:
26

2. Disuria menurun (5) 5. Catat waktu-waktu haluaran berkemih


3. Frekuensi BAK membaik (5) 6. Batasi asupan cairan, jika perlu
Edukasi
1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
2. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urin
3. Anjurkan minum yang cukup
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat suppositoria, jika perlu
5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan (Dukungan Mobilisasi I.05173, hal 30)
berhubungan dengan selama 1x7 jam diharapkan mobilisasi Observasi :
kelemahan otot (D.0056. Hal fisik meningkat dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
128 ) 1. Kekuatan otot pasien cukup 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
meningkat.(5) 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
2. Rentang gerak pasien cukup mobilisasi
meningkat.(4) 4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
3. Nyeri menurun.(5) Terapeutik :
4. Kecemasan pasien menurun. (5) 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
5. Kelemahan fisik menurun. (5) 2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
6. Gerakan terbatas pasien menurun. 3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
(5) pergerakan
7. Kekakuan sendi menurun. (5) Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
6 Resiko Syok Setelah dilakukan tindakan keperawatan ( Manajemen syok hipovolemik I.02050. hal. 222)
Hipovolemik selama 1x7 jam diharapkan Tingkat Observasi :
berhubungan dengan syok menurun dengan kriteria hasil : 1. Monitor status kardiopulmonal
perdarahan yang 1. Kekuatan nadi meningkat. (5) 2. Monitor status oksigenasi
27

berlebihan, pindahnya 2. Output urine meningkat. (5) 3. Monitor status cairan


cairan intravaskuler ke 3. Tingkat kesadaran meningkat. 4. Periksa tingkat kesadaran dan respom pupil
ekstravaskuler.(D.0039) (5) 5. Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS
4. Pucat pada wajah pasien Terapeutik :
menurun. (5) 1. Pertahankan jalan napas paten
5. Tekanan nadi membaik. (5) 2. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturnasi oksigen >94%
6. Mean arterial pressure 3. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis,jika perlu
membaik.(5) 4. Lakukan penekanan langsung (direct pressure) pada pendarahan
7. Frekuensi napas membaik.(5) eksternal
8. Frekuensi nadi membaik. (5) 5. Berikan posisi syok
6. Pasang jalur IV berukuran besar
7. Pasang kateter urine untuk dekompresi lambung
8. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dean
elektrolit
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 1-2 L pada orang
dewasa
2. Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20 mL/kgBB pada anak
3. Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika perlu

7. Bersihan jalan napas tidak


Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Jalan Napas (I.01011) Hal. 187
efektif berhubungan dengan 1x7 jam diharapkan Pola napas Observasi
membaik dapat membaik dengan
efek farmakologis (D.0001) 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
kriteria hasil :
1. Dispnea menurun 2. Monitor bunyi napas tambahan (misalnya: gurgling, mengi, wheezing,
2. Penggunaan otot bantu napas ronchi kering)
menurun
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
3. Pemanjangan fase ekspirasi
28

menurun Terapeutik
4. Frekuensi napas membaik 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw
5. Kedalaman napas membaik
thrust jika curiga trauma fraktur servikal)
2. Posisikan semi-fowler atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada kontraindikasi
2. Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi,pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
32

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana
perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan. Dan merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi keperawatan ini dapat menilai sejauh mana keberhasilan yang dicapai
dan seberapa besar kegagalan yang terjadi. Dari hasil evaluasi, tenaga kesehatan dapat
menilai pencapaian dari tujuan serta dari hasil evaluasi ini, tenaga kesehatan akan
menjadikan hasil evaluasi ini sebagai bahan koreksi dan catatan untuk perbaikan tindakan
yang harus dilakukan (Prabowo, 2018).
Evaluasi keperawatan disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional,
seperti :
1. S (Subjektif) adalah ungkapan perasaan maupun keluhan yang disampaikan pasien
2. O (Objektif) adalah pengamatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui
sikap ibu ketika dan setelah dilakukan tindakan keperawatan
3. A (Assesment) adalah analisa tenaga kesehatan setelah mengetahui respon subjektif
dan objektif yang dibandingkan dengan tujuan dan kriteria hasil yang ada pada
rencana keperawatan
4. P (Planning) adalah perencanaan untuk tindakan selanjutnya yang akan dilakukan
oleh tenaga keseh
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Ralin Andari


Nim : 20231490104061
Tempat Ujian : Rg. Cempaka
Tanggal Pengkajian & Jam : 25 Maret 2024/19.00 WIB

Pengumpulan data
a. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. S
Tempat/Tgl lahir : Palangka Raya, 02 Juli 2002
Agama : Kristen Protestan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan terkahir : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Gol. Darah : B
Alamat : Jl. Ir Ramin II N0 49
Diagnosa Medis : P2A0 Post SC + Letak Sunsang
Penghasilan perbulan : -
Tanggal masuk RS : 24 Maret 2024
Tanggal Pengkajian : 25 Maret 2024
Nomor Medrek : 39. 49. 43
b. IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn. S
Umur : 23 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Suku Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan terakhir : SMK
Pekerjaan : Swasta
Gol. Darah : O
Alamat : Jl. Ir Ramin II No 49

b. Status Kesehatan
a. Keluhan utama : Klien mengatakan pada area luka operasi terasa nyeri saat
bergerak.

33
34

b. Riwayat Kesehatan sekarang:


Pada tanggal 24 Maret 2024 jam 10.05 WIB, pasien diantar oleh suaminya datang ke
IGD RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya dengan keluhan rujukan rs bhayangkara
dengan dengan G2P1A0 hamil aterm, letak sunsang, kala 2, mules sejak tadi malam
disertai lendir darahnya dan air-air. dengan G2P1A0 usia kehamilan 41 minggu,
Ny. S hamil anak ke 2. Pada tanggal 24 Maret Pada jam 10.46 WIB pasien
dipindahkan ke ruang operasi untuk dilakukan prosedur SC, setelah prosedur SC
pasien dipindahkan ke ruang Cempaka jam 11.20 WIB. Saat dilakukan pengkajian
pada tanggal 25 maret 2024 jam 19.00 WIB di ruang Cempaka pasien mengeluh
nyeri pada bagian luka post SC. P: Nyeri dirasakan saat menggerakan badan, Q:
nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri dirasakan di area post SC, S: skala nyeri 6
(nyeri berat), T: nyeri hilang timbul. Hasil pemeriksaan awal kesadaran compos
mentis, sesekali pasien meringis, dan tampak lemah. Tanda-tanda vital: TD =
109/63, N= 95 x/menit, RR= 20 x/menit, S= 36,1◦C, SPO2= 94%, pasien tampak
terpasang infus RL ditangan sebelah kanan.
c. Riwayat Kesehatan yang lalu:
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit sebelumnya.
d. Riwayat Kesehatan keluarga
Genogram 3 generasi:

Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: hubungan keluarga
-- : tinggal serumah
: pasien
35

e. Riwayat obstetric dan ginekologi


1. Riwayat Ginekologi
a. Riwayat Menstruasi :
 Menarche : 12 tahun
 Lamanya haid : 4-7 hari
 Siklus : 28 hari
 Banyaknya : 2x ganti pembalut
 Sifat darah : Merah,kental
 HPHT : 13 Juni 2023
 Taksiran persalinan : 1 April 2024
b. Riwayat Perkawinan : (suami dan isteri)
 Lamanya pernikahan : 1 Tahun
 Pernikahan yang ke : 1 (satu)
c. Riwayat Keluarga Berencana :
 Jenis kontrasepsi apa yang digunakan sebelum hamil : Suntik
 Waktu dan lamanya penggunaan : 2 bulan
 Apakah ada masalah dengan cara tersebut : tidak ada
 Jenis, kontrasepsi yang direncanakan setelah persalinan sekarang : KB
Suntik
 Berapa jumlah anak yang direncanakan oleh keluarga : Sudah tidak

2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu: G2 P1 A0
Tem Masalah
Tgl Umur pat/ Jenis Keadaan
No Jenis partus BB
partus hamil Peno kelamin Hamil Lahir Nifas Bayi Anak
long
1 2020 - Spontan RS Laki-laki - Hidup - - - Sehat
2 2024 41 SC RS Laki-laki 3,8 Hidup - - - Sehat
gr

b. Riwayat Kehamilan sekarang :


36

 Keluhan waktu hamil : TM 1 pasien mengalami mual muntah


 Imunisasi : Lengkap
 Penambahan BB selama hamil: 13 Kg
 Pemerikasaan Kehamilan : Teratur/Tidak
 Tempat pemeriksaan dan hasil pemeriksaan : Rumah Sakit
c. Riwayat Persalinan sekarang:
 P2A0
 Tanggal melahirkan : 24 Maret 2024
 Jam : 11.20 WIB
 Jenis Persalinan : Sectio Caesarea
 Lamanya persalinan : 30 menit
 Penyulit Persalinan : Partus macet
 Pendarahan : 300 cc
 Jenis kelamin bayi : Laki-laki
 BB : 3,8 gr
 APGAR Score :9

3. Pemerikasaan Fisik
3.1. Ibu
b. Keadaan umum : Baik (Compos Menthis)
 Suhu : 36,10C
 Nadi : 95x/menit
 Pernapasan : 20 x/menit (SPO2 : 94%)
 Tekanan Darah : 109/63 mmHg
 BB : 58 Kg
 Tinggi badan : 153 cm
c. Kepala
 Warna rambut : Hitam
 Keadaan : Bersih
37

d. Muka
 Oedema : Tidak Ada
 Cloasma Gravidarum : Ada
e. Mulut
 Mukosa Mulut & Bibir : Lembab
 Keadaan Gigi : Baik
 Fungsi Pengecapan : Baik
 Keadaan Mulut : Baik
 Fungsi Menelan : Baik
f. Mata
 Konjunctiva: : Merah muda
 Sklera : : Normal, Putih
 Fungsi Pengelihatan : Baik
g. Hidung
 Pendarahan/Peradangan :Tidak Ada
 Keadaan/Kebersihan : Bersih
h. Telinga
 Keadaan : Bersih
 Fungsi Pendengaran : Baik
i. Leher
 Pembesaran Kel. Tyroid : Tidak Ada
 Distensi Vena Jugularis : Tidak Ada
 Pemebesaran KGB : Tidak ada
j. Daerah dada
 Daerah Dada :-
 Suara Napas : Vesikuler
 Jantung Dan Paru-Paru : Bunyi Jantung : Normal
 Retraksi Dada : Simetris
k. Payudara
 Perubahan : Membesar
 Bentuk Buah Dada : Bulat
 Hyperigmentasi Areola : Ada
 Keadaan Puting Susu : Baik
 Cairan Yang Keluar : Air susu
 Keadaan/Kebersihan : Bersih
 Nyeri/Tegang : Nyeri
 Skala Nyeri : 2 (Ringan)
38

l. Abdomen
 Tinggi FU : 2 jari dibawah pusat
 Kontraksi Uterus : Baik
 Konsistensi Uterus : Teraba bundar dan keras
 Posisi Uterus :-
 Diastasis Ra :-
 Bising Usus : 15 x/Menit
 Terdapat luka post SC pada abdomen lebih kurang 10 cm tertutup verban
m. Genetalia Eksterna
 Keluhan :-
 Oedema : Tidak terdapat edema
 Varises : Tidak Ada
 Pembesaran Kel Bartolin : Tidak Ada
 Pengeluaran/lochea :
Warna : Merah
Jumlah : Sedikit
Bau : Amis
Blas :-
n. Anus
 Haemorrhoid : Tidak Ada
o. Ekstermitas Atas & Bawah
 Refleks Patela : Ada
 Varises : Tidak ada
 Oedema : Tidak ada
 Simetris : Kanan dan kiri
 Kram : Tidak ada

3.2. Bayi
1. Keadaan umum : Menangis kuat, Gerakan aktif
2. Tanda-tanda vital : HR : 140x/menit, S : 36,7 C
3. Kepala : Simetris, ubun-ubun datar
4. Dada : Gerakan simetris, retraksi (-)
5. Abdomen : Gerakan simetris, teraba lunak
6. Genetalia : Bersih, BAK (+)
7. Anus : Lubang (+), BAB (+)
8. Ekstremitas : Gerakan aktif
39

4. Pola Aktivitas Sehari-hari


a. Pola Nutrisi
Frekuensi Makan : 3x sehari
Jenis Makanan : Nasi, sayur, lauk
Makanan Yang Disukai : Nasi, sayur, lauk
Makanan Yang Tidak Disukai : Tidak Ada
Makanan Pantang / Alergi : Tidak Ada
Nafsu Makan : Baik
Porsi Makan : Baik, 1 porsi dihabiskan
Minum (Jumlah Dan Jenis) : Air Putih, lebih kurang 1500 ml

b. Pola Eliminasi
1. Buang Air Besar (BAB)
Frekuensi : 1x/ Sehari
Warna : Kuning kecoklatan
Bau : Bau tak sedap
Konsistensi : Lembek
Masalah / Keluhan : Tidak ada keluhan
2. Buang Air Kecil (BAK)
Frekuensi : 3x sehari
Warna : Kuning bening
Bau : Amoniak
Masalah / Keluhan : Tidak ada keluhan
c. Pola tidur dan istirahat
Waktu tidur : Pada malam hari dari pukul 21.00-05.00 WIB
: Pada siang hari dari pukul 12.00- 04.00 WIB
Lama tidur/hari :Malam hari 8 jam dan pada siang hari
4jam
Kebiasaan pengantar tidur : Tidak ada
Kebiasaan saat tidur : Tidak ada
Kesulitan dalam tidur : Tidak ada
40

d. Pola aktivitas dan latihan


Kegiatan dalam pekerjaan : Seperti menyapu,mencuci piring, dan menjemur
pakaian
Olah raga : Pasien mengatakan sesudah melahirkan tidak
pernah olah raga
Mobilisasi dini : ada
Kegiatan di waktu luang : Menonton
Kulit : Normal, Sawo matang
Rambut : Hitam lebat
Mulut dan Gigi : Lembab dan bersih
Pakaian : Baik, rapi
Kuku : Bersih, pendek
e. Ketergatungan fisik
Merokok : Tidak ada
Minuman keras : Tidak ada
Obat-obatan : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
5. Aspek Psikososial dan Spiritual
a. Pola pikir dan persepsi
- Apakah ibu telah mengetahui cara memberi ASI dan memberi makanan tambahan
pada bayi : Pasien mengatakan sudah mengetahuinya
- Apakah ibu merencanakan pemberiaan ASI pada bayinya : iya
- Jenis kelamin yang diharapkan :Perempuan
- Siapa yang membantu merawat bayi dirumah : Suami
- Apakah ibu telah mengetahui nutrisi ibu menteteki : Pasien mengatakan
pasien mengetahuinya
- Apakah hamil ini diharapkan : sangat diharapkan
- Apakah ibu merencanakan untuk mengimunisasikan bayinya : iya
- Apakah ibu telah mengetahui cara memandikan dan merawat tali pusat :
Pasien mengatakan pasien sudah mengetahui cara merawat tali pusat dan
memandikan bayi
41

b. Persepsi diri
- Hal yang amat dipikirkan saat ini : nyeri pada bagian luka post SC
- Harapan setelah menjalani perawatan : pasien berharap nyeri pada luka post SC
berkurang dan pasien mampu melakukan aktifitas seperti biasa
- Perubahan yang dirasa setelah hamil : Berat badan saya meningkat 13 kg
c. Konsep diri
- Body image :
Pasien mengatakan bahwa pasien bahagia dengan kehidupan nya sekarang
- Peran : Pasien menyadari perannya sekarang sebagai seorang ibu
- Ideal diri: pasien adalah seorang yang penyayang, pasien berharap dapat cepat
pulang dan mengurus anak dan suami nya
- Identitas diri : Pasien sebagai ibu rumah tangga
- Harga diri : pasien sebagai istteri dan ibu
d. Hubungan/Komunikasi
- Bicara : Jelas, mampu dimengerti
- Bahasa utama : Indonesia/Dayak
- Yang tinggal serumah : Suami dan anak pertama
- Adat istiadat yang dianut : Dayak
- Yang memegang peranan penting dalam keluarga :Suami
- Motivasi daru suami : Suaminya sangat mendukung dan memperhatikan isteri
- Apakah suami perokok : Tidak
- Kesulitan dalam keluarga : Tidak ada
e. Kebiasaan Seksual
- Gangguan hubungan seksual : tidak ada
- Pemahaman terhadap fungsi seksual post partum : Tidak dikaji
f. Sistem nilai – kepercayaan
- Siapa dan apa sumber kekuatan :Tuhan
- Apakah Tuhan, agama, Kepercayaan penting untuk anda : Pasien mengatakan
penting
42

- Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam frekuensi) sebutkan :


Ibadah
- Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan selama di Rumah Sakit,
sebutkan : Berdoa
6. Pemerikasaan Penunjang
Hasil pemerikasaan Laboratorium tanggal 24 Maret 2024

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Hemoglobin 9,4 L : 13,5 – 18,0 ; p : 11,5 - 1
Leukosit 27.620 4.500 – 11.000
Eritrosit 3,40 4 -6
Trombosit 268.000 15-.000 – 400.000
Hematrokit 28 37 – 48
MCV 83 80 - 100
MCH 28 27 – 34
MCHC 33 32 – 36
Eosinofil (%) 0 1-4
Basofil 0 0-1

I. PENGOBATAN
Nama Obat Dosis Rute Indikasi
pemberian

Asam 3x500 Oral Asam Mefenamat Atau Mefenamic Acid


Mefenamat mg Merupakan Obat Yang Termasuk
Dalam Golongan Anti Infalamasi Non
Steroid Sebagai Anti Nyeri Pada Tingkat
Ringan Hingga Sedang.

Cefadroxil 2x500 Oral Antibiotik ini digunakan untuk mengatasi


mg infeksi saluran pernafasan, saluran kemih
dan kelamin serta infeksi kulit dan
jaringan lunak.

Tablet tambah 1 x 1 tab Oral Membantu memenuhi kebutuhan zat besi


darah dan asam folat tubuh, serta mengatasi
43

anemia megaloblastik. ; Komposisi.

Vitamin A 1x1 2x/ Oral vitamin A atau retinol merupakan nutrisi


sehari penting untuk penglihatan, pertumbuhan,
pembelahan sel, reproduksi, dan sistem
kekebalan tubuh. Selain itu, vitamin ini
juga bersifat sebagai antioksidan, yaitu
zat yang dapat melindungi sel dari efek
radikal bebas.

Palangka Raya, 25 Maret 2024

Mahasiswa

Ralin Andari
44

ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Post Pembedahan SC Nyeri Akut
Pasien mengatakan nyeri pada bagian area bekas
post SC, Nyeri hanya ketika bergerak saja, nyeri
seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada bagian perut Terputusnya kontinuitas
menjalar ke paha, skala nyeri 6 (nyeri sedang), jaringan
nyeri hilang timbul.
DO :
- Pasien tampak lemah dan terbaring di atas pengeluaran mediator
kasur nyeri
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak bersikap protektif
- Sesekali pasien reflek memegang area luka Nyeri Akut
post SC saat nyeri datang
TTV :
TD : 109/63 mmHg
Nadi : 95x/menit
RR: 20x/menit
SpO2 : 94 %
S : 36,1

DS: Post Pembedahan SC Risiko Infeksi


Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas
operasi dan belum dilakukan perawatan luka.
DO:
Luka terbuka Post Dientri
- Klien post sc hari ke 1
- Klien tampak meringis
- Terdapat luka post SC kurang lebih 10cm
Perawatan Kurang
- Leukosit = 4.500 – 11.000 /mm3
45

Tanda-tanda Infeksi
- Rubor : Nyeri Skala 6 ( Nyeri Sedang)
Risiko Infeksi
- Kalor : Suhu pada luka 37∘C
- Dolor : Tidak terdapat kemerahan
- Fungsi Laesa : Nyeri saat bergerak
TTV
TD : 109/63 mmHg
Nadi : 95 x/menit
RR: 20 x/menit
SpO2 : 94 %
S : 36,1

DS : Ketidakadekuatan suplai Menyusui Tidak

- Ny. S mengatakan ASI nya keluar sedikit ASI Efektif


(D.0029 hal 29)
DO :
- Reflek hisap bayi lemah
- Bayi tidak menghisap payudara ibu Ketidakadekuatan reflek
secara terus menerus bayi

TTV
TD : 110/70 mmHg
Menyusui Tidak Efektif
N: 116 x/menit
RR:22x/menit

PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedara fisik ditandai dengan


pasien mengatakan nyeri pada bagian area bekas post sc, nyeri hanya ketika
bergerak saja, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada bagian perut menjalar
ke paha, skala nyeri 6 (nyeri sedang), nyeri hilang timbul, pasien tampak
46

lemah dan terbaring di atas kasur, pasien tampak meringis, pasien tampak
bersikap protektif, sesekali pasien reflek memegang area luka post sc saat
nyeri datang. TD : 109/63 mmHg, Nadi : 95 x/menit, RR: 20 x/menit,
SpO2 : 94 %. S : 36,1OC (SDKI D.0077 hal. 172)
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasi yang ditandai
dengan Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi dan belum
dilakukan perawatan luka. Pasien post sc hari ke 1, pasien tampak meringis,
terdapat luka post SC kurang lebih 10cm, TD : 109/63 mmHg, Nadi : 95
x/menit, RR: 20 x/menit, SpO2 : 94 %. S : 36,1OC (SDKI D.0142 hal. 304)
3. Menyusui Tidak Efektif b.d Ketidakadekuatan suplai ASI (SDKI.0029 hal
29)
48

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. S
Ruang Rawat : Cempaka
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi

Diagnosa 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x7 jam (SIKI I.08243)


maka diharapkan masalah nyeri akut dapat 1. Identifikasi skala nyeri
Nyeri Akut berhubungan
teratasi dengan kriteria hasil : (SLKI L. 08066) 2. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
dengan agen pencedara
3. Ajarkan Tekhnik relaksasi napas dalam
fisik 1. Keluhan nyeri pasien menurun.
4. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
(SDKI D.0077 hal. 172) 2. Meringis pasien menurun. 5. Anjurkan untuk beristirahat ketika nyeri muncul
3. Skala nyeri berkurang 0-3 6. Memberikan Pendidikan kesehatan tentang nyeri
7. Kolaborasi dalam pemberian analgesik
4. Kegelisahan pasien menurun

5. Ketegangan otot pasien.


6. Kesulitan tidur pasien menurun
7. Kemampuan menuntaskan aktivitas pasien
meningkat
49

Diagnosa 2 (SIKI I.14564 )


Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x7 jam
1. Monitor tanda –tanda infeksi
Risiko Infeksi maka diharapkan masalah resiko infeksi dapat
2. Batasi Jumlah Pengunjung
berhubungan dengan teratasi dengan kriteria hasil : (SLKI L.14125)
3. Bersihkan Luka dengan cairan NaCl atau
efek prosedur invasi 1. Nyeri menurun
pembersih non toksik,sesuai kebutuhan
2. Sensasi membaik
(SDKI D.0142 hal. 304) 4. Pertahan kan teknik steril saat perawatan luka
3. Integritas kulit dan jaringan membaik
5. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
6. Kolaborasi pemberian antibiotik

Diagnosa 3 ( SIKI I.12393)


Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
Menyusui Tidak Efektif
1x7 jam, maka status menyusui membaik, dengan informasi
b.d Kurang terpapar
kriteria hasil: (SLKI L. 03029) 2. Identifikasi tujuan atau keinginan menyusui
informasi tentang
3. Sediakan materi dan media Pendidikan
pentingnya menyusui 1. Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat
Kesehatan
dan/atau metode 2. Kemampuan ibu memposisikan bayi dengan
4. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai
benar meningkat
50

3. Tetesan/pancaran ASI meningkat kesepakatan


menyusui
4. Suplai ASI adekuat meningkat 5. Berikan kesempatan untuk bertanya
(SDKI.0029 hal 29)
6. Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri
dalam menyusui
7. Libatkan sistem pendukung: suami, keluarga,
tenaga Kesehatan, dan masyarakat
8. Berikan konseling menyusui
9. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
10. Ajarkan 4 posisi menyusui dan perlekatan (latch
on) dengan benar
11. Ajarkan perawatan payudara antepartum dengan
mengkompres dengan kapas yang telah
diberikan minyak kelapa
12. Ajarkan perawatan payudara post partum (mis:
memerah ASI, pijat payudara, pijat oksitosin)
51

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Diagnosa 1 1. Mengidentifikasi skala nyeri S:
Senin, 25 Maret 2024 Pukul 2. Menganjurkan memonitor nyeri secara Pasien mengatakan nyeri pada bagian luka post SC sedikit
19.00 WIB mandiri berkurang
3. Mengajarkan Tekhnik relaksasi napas O:
dalam - Meringis pasien tampak berkurang
4. Menganjurkan memonitor nyeri secara - Pasien tampak lebih rileks Ralin Andari
mandiri - Skala nyeri awal :6 (nyeri sedang)
5. Menganjurkan untuk beristirahat ketika Setelah diberikan Tindakan: 4 ( nyeri sedang)
nyeri muncul - Pasien tampak memonitor nyeri secara mandiri
6. Berkolaborasi dalam pemberian analgesic - Pasien melakukan teknik relaksasi napas dalam pada saat
nyeri timbul
- Pasien tampak beristirahat saat nyeri timbul

A : Masalah teratasi sebagian


P : Melanjutkan Intervensi 3,4
52

Diagnosa 2 1. Memonitor tanda –tanda infeksi S:


Senin, 25 Maret 2024 Pukul 2. Membatasi Jumlah Pengunjung Pasien mengatakan luka area bekas SC sedikit membaik dan
19.30 WIB 3. Membersihkan Luka dengan cairan NaCl nyeri sedikit berkurang
atau pembersih non toksik,sesuai O:
kebutuhan - Masih tampak luka Post Sc ± 10 cm pada bagian perut
4. Mempertahan kan teknik steril saat - Tidak terdapat kemerahan/peradangan
Ralin Andari
perawatan luka - Pasien dan keluarga mulai paham tanda dan gejala infeksi
5. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi - Berkolaborasi pemberian injeksi antibiotik Cefriaxone 2x1
Berkolaborasi pemberian antibiotik gr
TTV :
- TD : 134/81 mmHg
- S: 36,30C
- N: 111 x/menit
- RR : 21 x/menit
- SpO2 : 98 %
Tanda tanda infeksi :
- Rubor : Awalnya Nyeri Skala 6 (Nyeri Sedang)
- Kalor : Suhu pada luka 37∘C
- Dolor : Tidak terdapat kemerahan
- Fungsi Laesa : Nyeri saat bergerak
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
53

Diagnosa 3 1. Menyediakan materi dan media S :


Senin, 25 Maret 2024 Pukul
Pendidikan Kesehatan - Ny. S mengatakan ASI sudah lancar
19.30 WIB
2. Menjadwalkan Pendidikan Kesehatan O :
sesuai kesepakatan - Tampak reflek hisap bayi kuat
3. Melibatkan sistem pendukung: suami, TTV Ralin Andari

keluarga, tenaga Kesehatan, dan - TD : 120/70 mmHg


masyarakat - S: 36,20C
4. Memberikan konseling menyusui - N: 95 x/menit
5. Menjelaskan manfaat menyusui bagi - RR:22 x/menit
ibu dan bayi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
DAFTAR PUSTAKA

Atik, Syiska, Jenie Palupi, and Yunita Sari. 2019. “Gambaran Derajat Asfiksia
Neonatorum Pada Persalinan.” 01(1): 13–20.

Dina Misfonica. 2019. “Efektivitas Aromaterapi Lavender Terhadap Tingkat Nyeri


Pada Pasien Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Kusuma Ungaran.” :
1–9.

Emma AN, et al,. (2019). Analisa Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Sectio
Caesarea di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin. Kalimantan Selatan:
Jurnal Berkala Kesehatan. Vol. 6 no. 1, hal.31-42.

Esta AF. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Persalinan Sectio
Caesarea di RSUD Rantau Prapat : http://repo.poltekkesmedan.ac.id

Lestari AA, et al,. (2020). Hubungan Riwayat Preeklampsia dengan Kejadian


Preeklampsia pada Ibu Hamil. STIKES Widya Nusantara Palu : Mutu Pelayanan
Kebidanan. http.//www.acdemia.edu.

Kemenkes RI (2022) Profil Kesehatan Indonesia 2021, Pusdatin.Kemenkes.Go.Id.


Kementerian Kesehatan RI. (n.d.). Data dan Informasi Kesehatan Indonesia 2019.
Profil Kesehatan Indonesia, 8, 1–213

Mardiyaningsih, E., Purwaningsih, H., & Galih Widodo, G. (2021). Breastfeeding Self
Efficacy Ibu Post Seksio Saesarea. Journal of Holistic Nursing Science, 8(1), 54–
60. https://doi.org/10.31603/nursing.v8i1.3509

Martina, I., & Jainurakhma, J. (2021). Tingkat Breastfeeding Self Efficacy Terhadap
Motivasi Ibu Nifas Post-Op Sectio Secaria Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kepanjen Malang. Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA,
11(2), 1–8

Yuli Aspiani, R. (2017). Asuhan Keperawatan Maternitas. In A. M@ftuhin (Ed.),

PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia; Definisi Dan Indikator.


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai