S DENGAN DIAGNOSA
MEDIS POST SECTIO CAESAREA P2A0 HARI KE 1 ATAS
INDIKASI LETAK SUNSANG DI RUANG CEMPAKA
RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
OLEH:
Ralin Andari
NIM: 20231490104061
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Diagnosa
Medis Post Sectio Caesare P2A0 Hari Ke 1 Atas Indikasi Letak Sunsang di Ruang
Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas Praktik Praklinik
Keperawatan Maternitas Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan serta Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan
arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini.
3. Ibu Nia Pristina, Ners., M. Kep Selaku Koordinator I dalam Program Studi
Profesi Ners STIKES Eka Harap Palangka Raya
4. Ibu Isna Wiranti S.Kep., Ners Selaku Koordinator dalam Program Studi
Profesi Ners STIKES Eka Harap Palangka Raya.
5. Ibu Lidya Amiani, S. Kep., Ners Selaku Pembimbing Lahan yang telah
banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian
laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 25 Maret 2024
Ralin Andari
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan penulisan........................................................................................2
1.4 Manfaat………..........................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Konsep Dasar Sestio Caesare ....................................................................4
2.1.1 Definisi...........................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi...........................................................................4
2.1.3 Etiologi Klasifikasi.........................................................................7
2.1.5 Fatofisiologi (WOC)....................................................................10
2.1.6 Manifestasi Klinis........................................................................13
2.1.7 Komplikasi...................................................................................13
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang...............................................................14
2.1.9 Penatalaksanaan Medis................................................................14
2.2 Konsep Dasar Letak Sunsang .................................................................15
2.2.1 Definisi.........................................................................................15
2.2.2 Etiologi.........................................................................................15
2.2.3 Klasifikasi....................................................................................16
2.2.4 Manifestasi Klinis........................................................................17
2.2.5 Patofisiologi.................................................................................17
2.2.6 Komplikasi Penatalaksanaan........................................................18
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan...........................................................19
2.3.1 Pengkajian Keperawatan..............................................................19
2.3.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................22
2.3.3 Intervensi Keperawatan................................................................23
2.3.4 Implementasi Keperawatan..........................................................32
iii
2.3.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................32
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................33
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam
rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak
di perineum.
1. Stuktur eksterna (Emma, 2019)
a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa.
Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong,
berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai
ke belakang dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat
jarang di atas simfisis pubis.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis.
Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi
4
5
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan
kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke
arah bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett.
Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung
pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat
di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang
terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris
dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita
secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan
kelenjar paravagina..
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis
tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa
navikularis terletak di antara fourchette dan himen
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum
2. Struktur interna
a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang
tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni
bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium
6
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini
memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan
berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira
10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi
ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi
terutama oleh gerakan peristaltis lapisan otot.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang
tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari
tiga bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan
insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang
mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit konstriksi
yang menghubungkan korpus dengan serviks
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat
terhadap stimulai esterogen dan progesterone.
2.1.3 Etiologi
1. Etiologi yang berasal dari ibu
Indikasi dilakukan sectio caesaria pada ibu adalah disproporsi
cepalo pelvik, placenta previa, tumor jalan lahir, hidromnion, kehamilan
gemeli, sedangkan pada janin adalah janin besar, mal presentasi, letak
lintang, hidrocepalus. Penyebab dari pre eklampsi sampai sekarang
belum diketahui, faktor predisposisinya (Sari, 2017) :
7
g. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada
di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak
sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan
presentasi kaki (Saifuddin, 2021).
2.1.4 Klasifikasi
2.1.4.1 Sectio Caesarea Klasik atau Kopral
Ciri sectio cessarea klasik ini adalah dengan panjang sayatan kira-kira 10
cm yang memanjang pada korpus uteri. Untuk mencegah masuknya air ketuban
dan darah ke rongga perut maka setelah dinding perut dan peritoneum parietal
tersayat dan terbuka pada garis tengahnya harus dibalut beberapa kain kasa
panjang yang mencakup antara dinding perut serta dinding uterus. Pada bagian
ujung bawah di atas batas plika vesiko uterina diberikan sayatan insisi pada
bagian tengah korpus uteri dengan panjang 10-12cm. untuk mengisap air ketuban
sebanyak mungkin maka dibuatlah lubang kcil pada kantong ketuban; kemudian
lubang ini dilebarkan, dan untuk memudahkan tindakan-tindakan selanjutnya
maka janin dilahirkan dari rongga perut. Plasenta dan selaput ketuban dikeluarkan
secara manual serta berikan suntikan 10 oksitosin dalam dinding uterus atau
intravena. selanjutnya dinding uterus tersebut ditutup dengan jahitan catgut yang
kuat dalam dua lapisan; lapisan awal atau pertama terdiri atas jahitan simpul dan
lapisan kedua atas jahitan menerus. Selanjutnya diadakan jahitan menerus dengan
catgut yang lebih tipis, yang mengikutsertakan peritoneum serta bagian luar
miomertrium dan yang menutup jahitan yang terlebih dahuludengan rapi.
Akhirnya dinding perut ditutup secara biasa.
2.1.4.2 Sectio caesarea transperitonea lisprofunda.
Cirinya adalah sayatan yang melintang konkaf di segmen bawah rahim
yang panjangnya kira –kira 10. ibu disuruh berbaring dalam keadaan
trendelenburg ringan dan dipasang dauercatheter. Di dinding perut pada bagian
garis tengah dari simfisis sampai beberapa sentimeter di bawah pusat diberikan
insisi. Dengan satu kain kasa panjang atau lebihmaka dipasang spekulum perut
10
serta lapangan operasi dipisahkan dari rongga perut, itu dilakukan setelah
peritoneum dibuka. Peritoneum pada dinding uterus depan dan bawah dipegang
dengan pinset, plika vesiko-uterina dibuka dan ibnsisi ini diteruskan melintang
jauh ke lateral; kemudian kandung kencing dengan peritoneum di depan uterus
didorong ke bawah dengan jari. (Esta, 2017)
2.1.4 Patofisiologi
WOC
POST SC
B1 B2 B3 B4 B5 B6
(Breathing) (Blood) (Brain) (Bladder) (Bowel) (Bone)
Perawatan
Akumulasi Kurang Mual muntah
sekret Kontraksi Pengeluaran MK :
berlebihan MK:
mediator nyeri Gangguan
Intoleransi
Eliminasi
Aktivitas
MK : Jalan MK : Resiko Urine
Pendarahan Nyeri saat Infeksi Intake Menurun
Nafas Tidak
Efektif Meningkat beraktifitas
MK : Defisit
MK: Resiko MK : Nyeri Nutrisi
Syok Hipolemix Akut
13
c. Mobilisasi Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari
tempat tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua
penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.
d. Pemulangan Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan
pada hari kelima setelah operasi, (Dina, 2019)
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada secsio sesarea (Emma, 2019 ), yaitu :
a. Infeksi puerperal (nifas) yang terdiri dari; ringan, dengan kenaikan suhu
beberapa hari saja. Sedang, dengan kenaikan suhu lebih tinggi, disertai
dehidrasi dan perut sedikit kembung. Dan berat, dengan peritonitis, sepsis
dan ileus paralitik. Hal ini sering dijumpai pada partus tak maju, dimana
sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah
terlalu lama.
b. Perdarahan, disebabkan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan
terbuka, karena atonia uteri dan perdarahan pada plasenta
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
repetonialisasi terlalu tinggi
d. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Pemantauan janin terhadap kesehatan janin, pemantauan EKG, elektrolit,
hemoglobin / Hematokrit, golongan darah, urinalis, pemeriksaan sinar x sesuai indikasi,
ultrasound sesuai pesanan. (Esta, 2017)
15
2.2.2 Etiologi
a) Multiparitas
Ibu telah melahirkan banyak anak sehingga rahimnya sudah sangat elastis
dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-
37 dan seterusnya dan juga jika ibu memiliki riwayat persalinan sungsang
akan kemungkinan mengalami persalinan sungsang kembali (grandemulti
gravida).
b) Berat lahir rendah pada pelahiran preterm dan menyebabkan
pertumbuhan terhambat (Cuningham, 2006). Sehingga muncul rasa
khawatir jika terjadi masalah dalam kehamilannya bahwa ada
kemungkinan bayinya tidak normal seperti pada letak sungsang
(Indrayani, 2013).
c) Gemelli
Adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya
perebutan tempat. Setiap janin beusaha mencari tempat yang lebih
nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar yakni
bokong janin berada di bagian bawah rahim. Pada kasus bayi kembar,
kemungkinan sungsang menjadi lebih besar sebab janin yang kepalanya
berputar ke arah bawah lebih dulu akan membuat rongga panggul ibu
susah dilalui janin kembarannya. Maka pada bayi kembar, posisi salah
satu janinnya sungsang.
d) Hidramnion
Jumlah air ketuban yang melebihi normal menyebabkan janin lebih
leluasa bergerak walau sudah memasuki trimester ketiga.
e) Hidrosefalus
Besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan (hidrosefalus) membuat janin mencari tempat
yang lebih luas yakni di bagian atas rahim (fundus uteri).
f) Plasenta
1) Adanya plasenta previa yang menutupi jalan lahir dapat mengurangi luas
16
2.2.3 Komplikasi
a) Bagi ibu dengan faktor predisposisi, seperti diabetes fetopelvik, bayi
makrosomia sebelumnya atau kecurigaan bayi besar dan kemajuan
persalinan yang buruk maka di anjurkan untuk diet karbohidrat
(Chapman, 2008).
b) Peningkatan resiko Ketuban Pecah Dini (Medforth, 2012).
c) Peningkatan prolaps tali pusat dan kompresi tali pusat
Prolaps tali pusat yang mengakibatkan asfiksia janin dapat terjadi jika
ketuban pecah baik pecah spontan atau maupun sengaja di pecah.
Insiden prolaps tali pusat meningkat pada persalinan preterm (penyebab
presentase sungsang) yang menyebabkan bagian presentase kecil dan
beragam, bergantung pada tipe sungsang (Woorwad, 2012).
17
ketuban relative banyak dan ruang uterus lebih longgar. Bila tidak berhasil maka
konsultasi ke dokter terutama primigravida sehingga tindakan yang akan di ambil
adalah melakukan seksio sesaria (Manuaba, 2012).
2.2.5 Penatalaksanaan
1) Posisi ibu untuk pelahiran sungsang.
a) Posisi semi-rekumber, adaptasi litotomi
b) Posisi menungging
c) Posisi berdiri atau jongkok
2) Persalinan presentase bokong pervaginam
Ada tiga cara persalinan sungsang lewat vagina:
1. Spontan, yaitu persalinan yang terjadi sepenuhnya secara spontan dengan tenaga
ibu dan kontraksi uterus tanpa di lakukan tarikan atau manipulasi sedikitpun
selain memegang janin yang dilahirkan. Jenis ini disebut persalinan Bracht.
2. Ekstraksi parsial, yaitu persalinan yang terjadi secara spontan sampai umbilicus
tetapi selanjutnya dilakukan ekstraksi. Jadi janin lahir dengan kekuatan ibu, his,
dan tenaga penolong. Misalnya dengan cara klasik, muller dan mauriceau.
3. Ekstraksi total, yaitu persalinan yang terjadi dengan cara seluruh tubuh janin di
ekstraksi oleh tenaga penolong persalinan/ dokter. Misalnya pada ekstraksi kaki
atau ekstraksi bokong.
Pada persalinan presentasi bokong terdapat 3 fase, yaitu:
a. Fase Lambat
Dilakukan sebelum bokong lahir dengan tetap melakukan pemantauan. Jangan
melakukan kristelar/dorongan pada fundus karena dapat mengakibatkan tangan
janin menjungkit ke atas (nuche arm).
b. Fase bertindak cepat
Setelah bayi lahir sampai pusat, janin harus dilahirkan dalam waktu maksimal 8
menit karena tali pusat terhimpit antara badan dan panggul. Bila tidak terjadi
secara spontan, maka harus dilakukan manual aid dengan persalinan ekstraksi
parsial dengan cara klasik, muller, lovset, mauriceau.
c. Fase Lambat
17
Pada saat mulut lahir, seluruh kepala kemudian di lahirkan pelan- pelan untuk
menghindari resiko perdarahan intracranial akibat perbedaan tekanan di dalam
uterus dan di dunia luar dimana tekanan luar lebih rendah.
Pertolongan persalinan pervaginam dilakukan pada ibu multi gravida dan telah
disingkirkan keungkinan kesempitan panggul maupun adanya tumor di jalan lahir.
Episiotomi lakukan pada saat bokong membuka vulva dan perineum sudah tegang.
Metode yang dapat digunakan pada persalinan bokong pervaginam yaitu:
a) Bracht
Pada persalinan presentase bokong yang terjadi secara spontan, persalinan
spontan terjadi sepenuhnya merupakan hal secara spontan tanpa dilakukan tarikan
atau manipulasi sedikitpun selain memegang janin ketika bokong sudah lahir.
a. Setiap ada his ibu disuruh meneran.
b. Bila bokong sudah lahir, penolong kemudian memegang bokong janin tanpa
melakukan tarikan dengan cara kedua ibu jari penolong diletakan pada paha janin
sedangkan keempat jari pada kedua tangan mencengkreram bagian sacrum janin.
Pada saat perut lahir, penolong mengendorkan tali pusat. Karena tali pusat terjepit
antara kepala janin dan panggul maka janin harus lahir maksimal 8 menit.
c. Setelah angulus scapula inferior lahir, kemudian melakukan hiperlodosis yaitu
bokong diarahkan ke perut ibu dengan ekstraksi parsial.
d. Untuk pertolongan bayi segera setelah lahir dengan presentasi bokong perlu di
siapkan persiapan resusitasi sebelum persalinan untuk persiapan penanganan
asfiksia.
b) Ekstraksi parsial (Cara Klasik)
Cara klasik bertujuan utuk melahirkan bahu belakang terlebih dahulu. Bahu
belakang mempunyai daerah yang lebih luas dengan kurvatura sakrii. Adapun
prosudernya sebagai berikut:
a. Setelah bokong bayi lahir, pegang bokong hingga kaki lahir.
Jangan lupa untuk mengendorkan tali pusat. Pegang bokong janin dengan
menggunakan ibu jari yang berdampingan pada os sacrum.
18
f) Ekstraksi bokong
Dilakukan pada presentase bokong murni dan bokong berada di dasar panggul.
Jari telunjuk dimasukan kedalam introitus vagina menelusuri bokong hingga
sampai pada lipat paha kemudian melakukan tarikan ke arah bawah hingga
trokhanter lahir. Agar tarikan lebih kuat, maka tangan kiri penolongmemegang
tangan kanan. Setelah kedua lipat paha dan melakukan tarikan ke bawah sampai
bokong lahir. Selanjutnya bayi di lahirkan dengan manual aid seperti ekstraksi
parsial.
Apabila traksi sedang tidak berhasil melahirkan bayi dengan presentase bokong,
kelahira pervaginam hanya dapat di lakukan melalui dekomposisi prentasi
20
dengan dua jari untuk memegang bahu janin dari bawah, sementara tangan yang
lain menarik ke atas ke arah abdomen ibu.
c. Cunam piper digunakan kalau pengeluaran kepala bayi dengan bracht atau
mauriceau gagal. Caranya:
Tangan dan badan bayi di bungkus kain steril, di angkat ke atas, cunam piper di
pasang melintang terhadap panggul dan kepala kemudian di tarik.(Indrayani,
2013)
3) Poin penting dalam kelahiran sungsang pervaginam
a) Karena tubuh bayi dapat melewati serviks sebelum pembukaan lengkap, ibu
dapat merasakan dorongan prematur untuk mengejan. Oleh sebab itu, selalu
memeriksa pembukaan lengkap adalah penting sebelum mendorong ibu agar
mengejan untuk menghindari kepala terperangkap di serviks yang berdilatasi
sebagian. Hal ini dapat mengakibatkan asfiksia.
b) Sejak kelahiran dengan diameter bitrokanter (pinggul bayi) hingga kelahiran
tidak boleh dilakukan lebih dari 15 menit.
c) Saat tubuh lahir, kendurkan tali pusat perlahan jika perlu untuk menghindari
spasme dan kontriksi pembuluh darah. Tali pusat dapat di gunakan untuk
merasakan jantung janin selain mengobservasi pergerakan dada. Denyut jantung
janin kadang lambat akibat kemungkinan refleks otonom untuk memelihara
oksigen pada sistem janin saat area permukaan uterus menyempit.
d) Jika janin masuk panggul pada posisi sakroposterior, persalinan macet dan
kelahiran menjadi lebih sulit. Kepala masuk panggul pada posisi
oksipitoposterior saat oksiput bergerak ke rongga sakrum menyebabkan kepala
defleksi dan meningkatkan diameter tersebut.
4) Mekanisme Persalinan Sungsang
a) Bokong dan ekstermitas bawah
Letak bayi longitudinal, sikap bayi flexi sempurna, posisi bayi sakroanterior
kiri. Bagian presentase adalah bokong anterior (kiri). Diameter bitrokanter
(10cm) di mulai dari panggul pada diameter oblik pintu atas panggul dan sakrum
22
d) Posisi litotomi mungkin di terapkan pada area steril di persiapkan dengan duk.
e) Kateterisasi dapat di lakukan untuk mencegah keterlambatan dan
memaksimalkan ruang panggul.
f) Persiapan dan perlengkapan untuk kelahiran dengan menggunakan vorsep harus
sudah tersedia.
g) Masukan anetesi lokal ketika bokong mendistensi perineum.
h) Episiotomi di lakukan dan bokong kemudian lahir.
i) Bayi kemudian turun sampai umbilikus tanpa intervensi, jika tungkai di fleksikan
maka bayi akan di lahirkan dengan cukup mudah.
j) Jika tali pusat teregang, longgarkan lingkaran tali pusat untuk menghindari traksi
yang tidak perlu.
k) Dengan kontraksi selanjutnya, bilabahu muncul jika lengan dalam keadaan fleksi
maka lengan akan di lahirkan dengan mudah.
l) Bahu berotasi berotasi ke diameter antero-posterior pintu bawah panggul, tubuh
dapat di tekuk ke arah sakrum ibu untuk memfasilitasi kelahiran bahu anterior.
Bahu posterior menyapu perineum dan di bantu dengan mengangkat bokong ke
arah abdomen ibu.
m) Penting agar bayi di pegang hanya di sekitar gelang panggul dan di pegang
sesedikit mungkin, untuk menghindari trauma pada struktur internal.
n) Kepala memasuki panggul dalam diameter transversal sehingga punggung berada
pada posisi lateral sampai restitusi dan rotasi internal terjadi.
o) Ketika punggung telah berada di bagian paling atas, biarkan tubuh di gantung
oleh berat badannya sendiri. Ini mendorong fleksi kepala dan rotasi ke diameter
antero-posterior pintu bawah panggul, ketika kepala menemui tahanan dari dasar
panggul.
p) Ketika tengkuk leher terlihat, lahirkan kepala. Penting agar kepala dilahirkan
dalam cara terkontrol. Banyak dokter obtetri menggunakan forsep, jika tidak
maka teknik berikut dapat digunakan.
Asuhan Bayi Setelah Lahir.
Untuk menghindari syok suhu, siapkan handuk dan suhu lingkungan yang hangat
25
3) B2 (Blood)
Tekanan darah biasanya mengalami peningkatan atau dalam batas normal tidak ada
bunyi jantung tambahan dan tidak ada kelainan katup.
4) B3 (Brain)
Kaji adanya hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, terlihat kelemahan/kehilangan
fungsi. Pergerakan mata atau kejelasan penglihatan, dilatasi pupil. Agitasi
berhubungan denan nyeri atau ansietas.
5) B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine dengan intake cairan klien. Perubahan pola kemih
seperti inkontinesia urin, disuria, distensi kandung kemih, warna dan bau urin, dan
kebersihan.
6) B5 (Bowel)
Kaji adanya konstipasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi, auskultasi bising usus,
anoreksia, adanya anoreksia abdomen, dan nyeri tekan abdomen.
7) B6 (Bone)
28
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Kaji adannya berat tiba-tiba mungkin
teralokasi pada area jaringan dapat berkurang pada imobilisasi, kontraktur atrofi otot,
laserasi kulit dan perubahan warna.
Pemeriksaan fisik ibu
a. Keadaan umum, meliputi tentang kesadaran, nilai glasgow coma scale (GCS) yang
berisi penilaian eye, movement, verbal. Mencakup juga penampilan ibu seperti baik,
kotor, lusuh.
b. Tanda-tanda vital, meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi.
c. Antropometri, meliputi tinggi badan, berat badan sebelum hamil, berat badan saat
hamil dan berat badan setelah melahirkan.
d. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
- Kepala, observasi bentuk kepala, apakah terdapat lesi atau tidak, persebaran
pertumbuhan rambut, apakah terdapat pembengkakan abnormal, warna rambut
dan nyeri tekan.
- Wajah, pada wajah ibu postpartum biasanya terdapat cloasma gravidarum
sebagai ciri khas perempuan yang pernah mengandung, apakah terdapat lesi atau
tidak, nyeri pada sinus, terdapat edema atau tidak.
- Mata, observasi apakah pada konjungtiva merah mudah atau pucat, ibu yang
baru mengalami persalinan biasanya banyak kehilangan cairan, bentuk mata kiri
dan kanan apakah simetris, warna sklera, warna pupil dan fungsi penglihatan.
- Telinga, dilihat apakah ada serumen, lesi, nyeri tekan pada tulang mastoid dan
tes pendengaran.
- Hidung, observasi apakah ada pernafasan cuping hidung, terdapat secret atau
tidak, nyeri tekat pada tulang hidung, tes penciuman.
- Mulut, dilihat apakah ada perdarahan pada gusi, jumlah gigi ada berapa,
terdapat lesi atau tidak, warna bibir dan tes pengecapan.
- Leher, pada leher dilihat apakah bentuknya proporsional, apakah terdapat
pembengkakan kelenjar getah bening atau pembengkakan kelenjar tiroid.
29
- Dada, observasi apakah bentuk dada simetris atau tidak, auskultasi suara nafas
pada paru-paru dan frekuensi pernafasan, auskultasi suara jantung apakah ada
suara jantung tambahan dan observasi pada payudara, biasanya pada ibu post
partum payudara akan mengalami pembesaran dan aerola menghitam serta
normalnya ASI akan keluar.
- Abdomen, pada abdomen observasi bentuk abdomen apakah cembung, cekung
atau datar. Observasi celah pada diastasis recti, tinggi fundus uteri pasca
persalinan, pada ibu yang mengalami kehamilan tanda khas pada abdomen
terdapat linia nigra, observasi juga pada blas apakah teraba penuh atau tidak.
- Punggung dan bokong, dilihat apakah ada kelainan pada tulang belakang,
apakah terdapat nyeri tekan.
- Genetalia, observasi perdarahan pervaginam, apakah terpasang dower cateter,
observasi apakah terdapat luka ruptur, episiotomi bagaimana keadaan luka,
bersih atau tidak.
- Anus, observasi apakah ada pembengkakan, terdapat lesi atau tidak, apakah
terdapat hemoroid.
- Ekstremitas Atas: pada ekstremitas atas dilihat tangan kiri dan kanan simetris
atau tidak, terdapat lesi atau tidak, edema, observasi juga apakah ada nyeri tekan
serta ROM.
- Bawah: pada ekstremitas bawah diobservasi apakah terdapat varises, edema,
pergerakan kaki serta ROM.
lesi, kemudian dilihat pada wajah apakah bentuk mata hidung mulut proporsional
atau tidak, observasi bentuk telinga kanan dan kiri, bentuk leher apakah ada
pertumbuhan abnormal, observasi bentuk dada dan abdomen auskultasi pada suara
jantung dan suara nafas apakah ada penambahan suara atau tidak, bentuk punggung
dan bokong, genetalia apakah terdapat kelainan, observasi anus serta ekstremitas
atas dan bawah.
2.3.2 Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik (D.0077. Hal 172)
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan (D.0019)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tubuh yang tidak adekuat.
(D.0142. Hal 304)
4. Gangguan eliminasi urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih (D.0040)
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot (D.0056. Hal 128)
6. Resiko Syok Hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler (D.0039. Hal 92)
7. Bersihan Jalan napas tidak efektif b.d efek tindakan farmakologis (D.0001)
8.
23
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgesic
2. defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi (I.03119)
ketidakmampuan mencerna 1x7 jam diharapkan status nutris Observasi
makanan (D.0019) membaik , dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi status nutrisi
1. Porsi makana yang dihabiskan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
meningkat 3. Identifikasi makanan yang disukai
2. Kekuatan mengunyah meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
3. Kekuatan otot menelan membaik
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
4. Penyiapan dari penyimpanan
6. Monitor asupan makanan
makanan yang aman
5. Nyeri abdomen menurun 7. Monitor berat badan
6. Indeks massa tubuh (IMT) membaik 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
7. Membran mukosa membaik Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
4. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
25
3. Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan ( Pencegahan Infeksi I.14539 Hal.278)
berhubungan dengan selama 1x7 jam diharapkan pasien Observasi :
pertahanan primer tubuh mengetahui dan mencegah resiko 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sitemik
yang tidak adekuat. infeksi dengan kriteria hasil : Terapeutik :
(D.0142 Hal 304) 1. Pasien mampu mengidentifikasi 1. Batasi jumlah pengunjung
resiko meningkat. (5) 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
2. Kemampuan melakukan strategi 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
kontrol resiko meningkat. (5) pasien
3. Kemampuan pasien mengubah 4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
prilaku meningkat. (5) Edukasi :
4. Kemampuan pasien menghindari 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
faktor resiko meningkat. (5) 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
5. Kemampuan mengenali perubahan 3. Ajarkan etika batuk
status kesehatan meningkat.(5) 4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
4. Gangguan eliminasi Eliminasi urin L.04034 hal 24 Manajemen Eliminasi Urin I.04152
berhubunggan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi:
penurunan kapasitas kandung masalah keperawatan teratasi dengan 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urin
kemih (D.0040) Kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urin
1. Distensi kandung kemih menurun 3. Monitor eliminasi urin
(5) 4. Terapeutik:
26
menurun Terapeutik
4. Frekuensi napas membaik 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw
5. Kedalaman napas membaik
thrust jika curiga trauma fraktur servikal)
2. Posisikan semi-fowler atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada kontraindikasi
2. Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi,pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
32
Pengumpulan data
a. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. S
Tempat/Tgl lahir : Palangka Raya, 02 Juli 2002
Agama : Kristen Protestan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan terkahir : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Gol. Darah : B
Alamat : Jl. Ir Ramin II N0 49
Diagnosa Medis : P2A0 Post SC + Letak Sunsang
Penghasilan perbulan : -
Tanggal masuk RS : 24 Maret 2024
Tanggal Pengkajian : 25 Maret 2024
Nomor Medrek : 39. 49. 43
b. IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn. S
Umur : 23 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Suku Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan terakhir : SMK
Pekerjaan : Swasta
Gol. Darah : O
Alamat : Jl. Ir Ramin II No 49
b. Status Kesehatan
a. Keluhan utama : Klien mengatakan pada area luka operasi terasa nyeri saat
bergerak.
33
34
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: hubungan keluarga
-- : tinggal serumah
: pasien
35
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu: G2 P1 A0
Tem Masalah
Tgl Umur pat/ Jenis Keadaan
No Jenis partus BB
partus hamil Peno kelamin Hamil Lahir Nifas Bayi Anak
long
1 2020 - Spontan RS Laki-laki - Hidup - - - Sehat
2 2024 41 SC RS Laki-laki 3,8 Hidup - - - Sehat
gr
3. Pemerikasaan Fisik
3.1. Ibu
b. Keadaan umum : Baik (Compos Menthis)
Suhu : 36,10C
Nadi : 95x/menit
Pernapasan : 20 x/menit (SPO2 : 94%)
Tekanan Darah : 109/63 mmHg
BB : 58 Kg
Tinggi badan : 153 cm
c. Kepala
Warna rambut : Hitam
Keadaan : Bersih
37
d. Muka
Oedema : Tidak Ada
Cloasma Gravidarum : Ada
e. Mulut
Mukosa Mulut & Bibir : Lembab
Keadaan Gigi : Baik
Fungsi Pengecapan : Baik
Keadaan Mulut : Baik
Fungsi Menelan : Baik
f. Mata
Konjunctiva: : Merah muda
Sklera : : Normal, Putih
Fungsi Pengelihatan : Baik
g. Hidung
Pendarahan/Peradangan :Tidak Ada
Keadaan/Kebersihan : Bersih
h. Telinga
Keadaan : Bersih
Fungsi Pendengaran : Baik
i. Leher
Pembesaran Kel. Tyroid : Tidak Ada
Distensi Vena Jugularis : Tidak Ada
Pemebesaran KGB : Tidak ada
j. Daerah dada
Daerah Dada :-
Suara Napas : Vesikuler
Jantung Dan Paru-Paru : Bunyi Jantung : Normal
Retraksi Dada : Simetris
k. Payudara
Perubahan : Membesar
Bentuk Buah Dada : Bulat
Hyperigmentasi Areola : Ada
Keadaan Puting Susu : Baik
Cairan Yang Keluar : Air susu
Keadaan/Kebersihan : Bersih
Nyeri/Tegang : Nyeri
Skala Nyeri : 2 (Ringan)
38
l. Abdomen
Tinggi FU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi Uterus : Baik
Konsistensi Uterus : Teraba bundar dan keras
Posisi Uterus :-
Diastasis Ra :-
Bising Usus : 15 x/Menit
Terdapat luka post SC pada abdomen lebih kurang 10 cm tertutup verban
m. Genetalia Eksterna
Keluhan :-
Oedema : Tidak terdapat edema
Varises : Tidak Ada
Pembesaran Kel Bartolin : Tidak Ada
Pengeluaran/lochea :
Warna : Merah
Jumlah : Sedikit
Bau : Amis
Blas :-
n. Anus
Haemorrhoid : Tidak Ada
o. Ekstermitas Atas & Bawah
Refleks Patela : Ada
Varises : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
Simetris : Kanan dan kiri
Kram : Tidak ada
3.2. Bayi
1. Keadaan umum : Menangis kuat, Gerakan aktif
2. Tanda-tanda vital : HR : 140x/menit, S : 36,7 C
3. Kepala : Simetris, ubun-ubun datar
4. Dada : Gerakan simetris, retraksi (-)
5. Abdomen : Gerakan simetris, teraba lunak
6. Genetalia : Bersih, BAK (+)
7. Anus : Lubang (+), BAB (+)
8. Ekstremitas : Gerakan aktif
39
b. Pola Eliminasi
1. Buang Air Besar (BAB)
Frekuensi : 1x/ Sehari
Warna : Kuning kecoklatan
Bau : Bau tak sedap
Konsistensi : Lembek
Masalah / Keluhan : Tidak ada keluhan
2. Buang Air Kecil (BAK)
Frekuensi : 3x sehari
Warna : Kuning bening
Bau : Amoniak
Masalah / Keluhan : Tidak ada keluhan
c. Pola tidur dan istirahat
Waktu tidur : Pada malam hari dari pukul 21.00-05.00 WIB
: Pada siang hari dari pukul 12.00- 04.00 WIB
Lama tidur/hari :Malam hari 8 jam dan pada siang hari
4jam
Kebiasaan pengantar tidur : Tidak ada
Kebiasaan saat tidur : Tidak ada
Kesulitan dalam tidur : Tidak ada
40
b. Persepsi diri
- Hal yang amat dipikirkan saat ini : nyeri pada bagian luka post SC
- Harapan setelah menjalani perawatan : pasien berharap nyeri pada luka post SC
berkurang dan pasien mampu melakukan aktifitas seperti biasa
- Perubahan yang dirasa setelah hamil : Berat badan saya meningkat 13 kg
c. Konsep diri
- Body image :
Pasien mengatakan bahwa pasien bahagia dengan kehidupan nya sekarang
- Peran : Pasien menyadari perannya sekarang sebagai seorang ibu
- Ideal diri: pasien adalah seorang yang penyayang, pasien berharap dapat cepat
pulang dan mengurus anak dan suami nya
- Identitas diri : Pasien sebagai ibu rumah tangga
- Harga diri : pasien sebagai istteri dan ibu
d. Hubungan/Komunikasi
- Bicara : Jelas, mampu dimengerti
- Bahasa utama : Indonesia/Dayak
- Yang tinggal serumah : Suami dan anak pertama
- Adat istiadat yang dianut : Dayak
- Yang memegang peranan penting dalam keluarga :Suami
- Motivasi daru suami : Suaminya sangat mendukung dan memperhatikan isteri
- Apakah suami perokok : Tidak
- Kesulitan dalam keluarga : Tidak ada
e. Kebiasaan Seksual
- Gangguan hubungan seksual : tidak ada
- Pemahaman terhadap fungsi seksual post partum : Tidak dikaji
f. Sistem nilai – kepercayaan
- Siapa dan apa sumber kekuatan :Tuhan
- Apakah Tuhan, agama, Kepercayaan penting untuk anda : Pasien mengatakan
penting
42
I. PENGOBATAN
Nama Obat Dosis Rute Indikasi
pemberian
Mahasiswa
Ralin Andari
44
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Post Pembedahan SC Nyeri Akut
Pasien mengatakan nyeri pada bagian area bekas
post SC, Nyeri hanya ketika bergerak saja, nyeri
seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada bagian perut Terputusnya kontinuitas
menjalar ke paha, skala nyeri 6 (nyeri sedang), jaringan
nyeri hilang timbul.
DO :
- Pasien tampak lemah dan terbaring di atas pengeluaran mediator
kasur nyeri
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak bersikap protektif
- Sesekali pasien reflek memegang area luka Nyeri Akut
post SC saat nyeri datang
TTV :
TD : 109/63 mmHg
Nadi : 95x/menit
RR: 20x/menit
SpO2 : 94 %
S : 36,1
Tanda-tanda Infeksi
- Rubor : Nyeri Skala 6 ( Nyeri Sedang)
Risiko Infeksi
- Kalor : Suhu pada luka 37∘C
- Dolor : Tidak terdapat kemerahan
- Fungsi Laesa : Nyeri saat bergerak
TTV
TD : 109/63 mmHg
Nadi : 95 x/menit
RR: 20 x/menit
SpO2 : 94 %
S : 36,1
TTV
TD : 110/70 mmHg
Menyusui Tidak Efektif
N: 116 x/menit
RR:22x/menit
PRIORITAS MASALAH
lemah dan terbaring di atas kasur, pasien tampak meringis, pasien tampak
bersikap protektif, sesekali pasien reflek memegang area luka post sc saat
nyeri datang. TD : 109/63 mmHg, Nadi : 95 x/menit, RR: 20 x/menit,
SpO2 : 94 %. S : 36,1OC (SDKI D.0077 hal. 172)
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasi yang ditandai
dengan Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi dan belum
dilakukan perawatan luka. Pasien post sc hari ke 1, pasien tampak meringis,
terdapat luka post SC kurang lebih 10cm, TD : 109/63 mmHg, Nadi : 95
x/menit, RR: 20 x/menit, SpO2 : 94 %. S : 36,1OC (SDKI D.0142 hal. 304)
3. Menyusui Tidak Efektif b.d Ketidakadekuatan suplai ASI (SDKI.0029 hal
29)
48
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. S
Ruang Rawat : Cempaka
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Diagnosa 1 1. Mengidentifikasi skala nyeri S:
Senin, 25 Maret 2024 Pukul 2. Menganjurkan memonitor nyeri secara Pasien mengatakan nyeri pada bagian luka post SC sedikit
19.00 WIB mandiri berkurang
3. Mengajarkan Tekhnik relaksasi napas O:
dalam - Meringis pasien tampak berkurang
4. Menganjurkan memonitor nyeri secara - Pasien tampak lebih rileks Ralin Andari
mandiri - Skala nyeri awal :6 (nyeri sedang)
5. Menganjurkan untuk beristirahat ketika Setelah diberikan Tindakan: 4 ( nyeri sedang)
nyeri muncul - Pasien tampak memonitor nyeri secara mandiri
6. Berkolaborasi dalam pemberian analgesic - Pasien melakukan teknik relaksasi napas dalam pada saat
nyeri timbul
- Pasien tampak beristirahat saat nyeri timbul
Atik, Syiska, Jenie Palupi, and Yunita Sari. 2019. “Gambaran Derajat Asfiksia
Neonatorum Pada Persalinan.” 01(1): 13–20.
Emma AN, et al,. (2019). Analisa Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Sectio
Caesarea di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin. Kalimantan Selatan:
Jurnal Berkala Kesehatan. Vol. 6 no. 1, hal.31-42.
Esta AF. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Persalinan Sectio
Caesarea di RSUD Rantau Prapat : http://repo.poltekkesmedan.ac.id
Mardiyaningsih, E., Purwaningsih, H., & Galih Widodo, G. (2021). Breastfeeding Self
Efficacy Ibu Post Seksio Saesarea. Journal of Holistic Nursing Science, 8(1), 54–
60. https://doi.org/10.31603/nursing.v8i1.3509
Martina, I., & Jainurakhma, J. (2021). Tingkat Breastfeeding Self Efficacy Terhadap
Motivasi Ibu Nifas Post-Op Sectio Secaria Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kepanjen Malang. Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA,
11(2), 1–8
PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.