Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY.Y DENGAN DIAGNOSA MEDIS ENSEFALOPATI

DI RUANG NUSA INDAH RSUD DR. DORIS

SYLVANUS PALANGKARAYA

Di Susun Oleh :

Fordianus Candy

NIM : 2019.C.11a.1010

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRODI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2021-2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh :

Nama : Fordianus Candy

Nim : 2019.C.11a.1010

Prodi : Sarjana Keperawatan

Judul : “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Ny.Y dengan


Diagnosa Medis Ensefalopati

Paru di Ruang Gardenia RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya”

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh Praktik


Praklinik Keperawatan III (PPK III) Pada Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan Keperawatan Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Cristephanie, S.Kep., Ners Ridawati, S. ST., Ners


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Studi Kasus Ensefolapati ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan Laporan Pendahuluan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik Praklinik
Keperawatan III (PPK III) pada Program Studi S-1 Keperawatan.

Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan Laporan Pendahuluan ini tidak
lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria S.Kep., Ners , Selaku Koordinator PPK III
4. Ibu Cristephanie, S.Kep., Ners,Selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak memberi
arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian Studi Kasus ini.
5. Ibu Ridawati, S. ST., Ners selaku pembimbing lahan di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangkaraya yang telah memberikan uji ditempat.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, untuk
perbaikan dimasa yang akan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan sekian dan terima
kasih.

Palangka Raya, 10 April 2022

Fordianus Candy
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………...1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................2
1.4 Manfaat.............................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit Ensefalopati...........................................................................4
2.1.1 Definisi Ensefalopati...............................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisologi.....................................................................................4
2.1.3 Etiologi....................................................................................................5
2.1.4 Klasifikasi................................................................................................5
2.1.5 Fatosiologi (WOC) .................................................................................6
2.1.6 Manifestasi Klinis ...................................................................................8
2.1.7 Komplikasi .............................................................................................9
2.1.8 Pemerikasaan Penunjang ......................................................................11
2.1.9 Penatalaksanaan Medis .........................................................................11
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ..................................................................12
2.2.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................12
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ...........................................................................12
2.2.3 Intervensi Keperawatan ..........................................................................12
2.2.4 Implementasi Keperawatan ....................................................................13
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................13
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN……………………………………………
BAB 4 PENUTUP…………………………………………………………………
4.1 Kesimpulan .....................................................................................................33
4.2 Saran ................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ensefalopati adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kelainan fungsi otak
menyeluruh yang dapat akut atau kronik, progresif atau statis. Ensefalopati adalah
disfungsi kortikal umum yang memiliki karakteristik perjalanan akut hingga sub akut
(jam hingga beberapa hari), secara nyata terdapat fluktuasi dari tingkat kesadaran, atensi
minimal, halusinasi dan delusi yang sering dan perubahan tingkat aktifitas psikomotor
(secara umum meingkat, akan tetapi dapat menurun). Penggunaan istilah ensefalopati
menggambarkan perubahan umum pada fungsi otak, yang bermanifestasi pada gangguan
atensi baik berupa agitasi hiperalert hingga koma. Beberapa jenis ensefalopati
berdasarkan penyebabnya a) Ensefalopati hepatik, yaitu ensefalopati akibat kelainan
fungsi hati. b) Ensefalopati uremik, yaitu ensefalopati akibat gangguan fungsi ginjal. c)
Ensefalopati hipoksia, yaitu ensefalopati akibat kekurangan oksigen pada otak. d)
Ensefalopati wernicke, yaitu ensefalopati akibat kekurangan zat tiamin (vitamin B1),
biasanya pada orang yang keracunan alcohol. e) Ensefalopati hipertensi, yaitu
ensefalopati akibat penyakit tekanan darah tinggi yang kronis. f) Ensefalopati salmonela,
yaitu ensefalopati yang diakibatkan bakteri Salmonella penyebab sakit tipus.
Angka kejadian ensefalopati secara umum belum banyak diteliti, penelitian
dilakukan pada masing masing jenis ensefalopati. Penelitian yang dilakukan di London,
menunjukkan bahwa angka kejadian ensefalopati hipoksik iskemik mencapai 150 per 57
ribu kelahiran hidup atau berkisar 2,64%. Sedangkan penelitian yang dilakukan di
Australia Timur menunjukkan angka yang lebih tinggi 164 per 43 ribu kelahiran hidup
atau berkisar 3,8%. Diperkirakan berkisar 30% kasus ensefalopati hipoksis pada negara
maju dan naik menjadi 60% pada negara berkembang berkaitan dengan kejadian
hipoksik iskemik intrapartum.
Meskipun penyebabnya banyak dan beragam, setidaknya satu gejala hadir dalam
semua kasus adalah kondisi mental yang berubah. Kondisi mental berubah mungkin
kecil dan berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun (misalnya, pada hepatitis
mengalami penurunan kemampuan menggambar desain sederhana, disebut apraxia) atau
mendalam dan berkembang pesat (misalnya, anoksia otak menyebabkan koma atau
kematian dalam beberapa menit). Seringkali, gejala perubahan status mental dapat hadir
seperti tidak dapat memberikan perhatian, penilaian buruk atau buruknya koordinasi
gerakan.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan Dengan Diagnosa Medis Ensofalopati Diruang Nusa
Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan Asuhan Keperawatan Dengan
Diagnosa Medis Ensofalopati Diruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangkaraya.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Penyakit
b. Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Asuhan Keperawatan Pada pasien
dengan diagnosa medis Ensofalopati

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.

2. Bagi Klien dan Keluarga


Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan dianosa
medis Ensofalopati secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan
mandiri.

3. Bagi Institusi
a. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Ensofalopati dan Asuhan Keperawatannya.

b. Bagi Institusi Rumah Sakit


Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan Meningkatkan
mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan diagnosa
medis Ensofalopati melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara
komprehensif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Ensefalopati adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kelainan fungsi


otak menyeluruh yang dapat aku atau kronik, progesif/statis. Ensefalopati yang terjadi
sejak dini dapat menyebabkan gangguan perkembangan neurologis (WHO, 2006).
Pasien dengan ensefalopati dapat mengalami kemunduran dalam fungsi kognitif
umum, prestasi akademis, fungsi neuropsikologik. Skor intelegensi pasien yang
mengalami ensefalopati juga rendak di bandingkan anak seusianya. Dari segi prestasi
akademis pasien akan mengalami kesulitan untuk membaca, mengeja, dan aritmatik.
Sedangkan fungsi neuropsikologikal dapat menjadi hiperaktif maupun autis.
Berasal dari kata : enchepalo (otak), pathy (gangguan). Yang menggambarkan
fungsi dan struktur otak yang abnormal (Departemen Kesehatan RI, 2007 ).
Ensefalopati adalah istilah yang di gunakan untuk menjelaskan kelainan fungsi
otak menyeluruh yang dapat akut/kronik, progesif/statis
Ensefalopati tidak mengacu pada penyakit tunggal, melainkan untuk sindrom
disfungsi otak global.
Ensefalopati adalah disfungsi kortikal yang memiliki karakteristik perjalanan akut
hingga sub akut (jam hingga bebrapa hari), secara nyata terdapat fluktuasi dari tingkat
kesadaran, atensi minimal, halusinasi dan delusi yang sering dan perubahan tingkat
aktivitas psikomotor (secara umum meningkat, akan tetapi dapat munurun).

2.2 Klasifikasi

Beberapa contoh jenis ensefalopati :

1. Ensefalopati mitokondria

Gangguan metabolic yang di sebabkan oleh disfungsi dari DNA mitokondria.


Dapat mempengaruhi banyak system tubuh, terutama otak dan system saraf.
2. Glycine ensefalopati : sebuah gangguan metabolism genetic yang melibatkan
kelebihan produksi glisin
3. Hipoksia iskemik ensefalopati : ensefalopati permanen atau sementara yang
timbul dari pengiriman oksigen yang sangat berkurang ke otak
4. Uremik ensefalopati : gagal ginjal akut/kronis dapat menyebabkan
ensefalopati uremik. Ketika ginjal gagal untuk secara memadai membersihkan
aliran darah, berbagai racun secara bertahap dapat membangun dan
menyebabkan fungsi otak menurun.
5. Hipertensi ensefalopati : timbul dari peningkatan tekanan darah meningkat
darah di intrakarnial
6. Neonatal ensefalopati : sering terjadi karena kurangnya oksigen dalam aliran
darah ke otak-jaringan janin selama persalinan.
7. Salmonella ensefalopati : suatu bentuk ensefalopati yang di sebabkan oleh
keracunan makanan (terutama dari kacang dan daging busuk) sering
mengakibatkan kerusakan otak permanen dan gangguan system saraf

2.3 Anatomi fisiologi

Susunan saraf pusat (SPP/CNS) :

1. Otak

Terletak dalam rongga kranium (tengkorak).


Pelindung Otak :
a. Kulit kepala dan rambut
b. Tulang tengkorak dan columna vetebral
c. Meningen ( selaput otak )
2. Hemifer cerebral ( otak besar ) di bagi menjadi 4 lobus, yaitu :

a. Lobus frontalis, menstimuli pergerakan otot, yang bertanggung jawab


untuk proses berfikir
b. Lobus parietalis, merupakan area sensoris dari otak yang merupakan
sensasi perabaan, tekanan, dan sedkit menerima perubahan temperatur.
c. Lobus occipitallis, mengandung area visual yang menerima sensasi
dari mata.
d. Lobus temporalis, mengandung area auditory yang menerima sensasi
dari telinga.
3. Cerebelum ( otak kecil )

Fungsi cerebelum mengembalikan tonus otot di luar kesadaran yang


merupakan suatu mekanisme syaraf yang berpengaruh dalam pengaturan dan
pengendalian.
4. Medulla Spinallis/sumsum tulang belakang.

Berfungsi untuk mengadakan komunikasi antara otak dan semua bagian tubuh
serta berperan dalam : gerak reflek, berisi pusat pengontrolan yang penting,
heart rate contol atau denyut jantung, pengaturan tekanan darah, pernafasan,
menelan, muntah.
Susunan Syaraf Perifer :

Menyampaikan informasi antara jaringan dan saraf pusat ( CNS )


dengan cara membawa signals dari syaraf pusat ke CNS.
Susunan syaraf terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Susunan syaraf somatic
Susunan syaraf yang memiliki peranan yang spesifik untuk mengatur aktivitas
otot sadar atau serat lintang, jadi syraf ini melakuakan sistem pergerakan otot
yang di sengaja atau tanpa sengaja
2. Susunan syaraf otonom

Susunan syaraf yang mempunyai peranan penting mempengaruhi pekerjaan


otot sadar atau serat lntang, dengan membawa informasi ke otot halus atau
otot jantung yang dilakuakan otomatis.

2.4 Etiologi

1. Kelainan dalam struktur anatomi listrik dan fungsi kimia dapat menyebabkan
fungsi mental berubah dan ensefalopati
2. Keracunan jaringan otak dan sel-sel juga dapat mempengaruhi fungsi. Racun ini
dapat di produksi dalam tubuh, misalnya dari hati/gagal ginjal, atau mungkin
sengaja (keracunan alcohol/penyalahgunaan narkoba) atau tidak sengaja tertelan
(keracunan karbon monoksida, obat-obatan, zat beracun)
3. Ensefalopati mungkin karena cacat lahir (kelainan genetic yang meyebabkan
struktur otak yang abnormal/aktivitas kimia dengan gejala yang di temukan pada
saat lahir)
Beberapa contoh penyebab lain ensefalopati :

1. Menular (bakteri, virus, parasit)

2. Anoxic (kekurangan oksigen ke otak, termasuk penyebab trauma)

3. Alcohol (toksisitas alcohol)

4. Hepatik (missal : kanker hati)

5. Uremik (ginjal/gagal ginjal)

6. Perubahan dalam tekanan otak (perdarahan kepala, tumor, abses)

7. Bahan kimia beracun (timbale, merkuri)

8. Penyakit metabolik

2.5 Manifestasi klinis

Ciri ensefalopati adanya gangguan mental. Tergantung pada jenis dan tingkat
keparahan ensefalopati.
Gejala neurologis umum :

1. hilangnya fungsi kognitif,

2. perubahan kepribadian ringan,


3. ketidakmampuan untuk berkosentrasi,

4. lesu, kesadaran menurun

5. demensia

6. kejang, otot berkedut

7. mialgia
8. respirasi cheynes-stokes (pola pernapasan di ubah dilihat dengan kerusakan
otak dan koma)

2.6 Patofisiologi

Ensefalopati terjadi karena adanya suatu kelainan dalam struktur anatomi listrik
dan fungsi kimia yang berubah. Selain itu juga adanya keracunan jaringan otak, racun
ini dapat di produksi dalam tubuh, misalnya dari hati/gagal ginjal, atau mungkin
sengaja (keracunan alcohol/penyalahgunaan narkoba) atau tidak sengaja tertelan
(keracunan karbon monoksida, obat-obatan, zat beracun).
Hal tersebut dapat kita lihat bahwa adanya gangguan mental, hilangnya fungsi
kognitif, ketidakmampuan untuk berkosentrasi, lesu, kesadaran menurun pada pasien
dengan ensefalopati.
Ensefalopati mungkin juga dikarenakan cacat lahir (kelainan genetic yang
meyebabkan struktur otak yang abnormal/aktivitas kimia dengan gejala yang di
temukan pada saat lahir).
2.7 Komplikasi
Komplikasi encephalopathy bervariasi dari tidak ada menjadi gangguan mental
yang mendalam yang menyebabkan kematian. Komplikasi dapat mirip dalam
beberapa kasus. Selain itu, banyak peneliti menganggap ensefalopati sendiri menjadi
komplikasi yang timbul dari masalah kesehatan utama atau diagnosis utama.
Komplikasi tergantung pada penyebab utama dari ensefalopati dan dapat
diilustrasikan dengan mengutip beberapa contoh dari berbagai penyebab :
1. Hepatik (hati) encephalopathy (pembengkakan otak dengan herniasi, koma,
kematian)
2. Ensefalopati metabolik (lekas marah, lesu, depresi, tremor, kadang-kadang,
koma, kematian)
3. Ensefalopati uremik (lesu, halusinasi, pingsan, otot berkedut, kejang,
kematian)

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan/pengobatan ensefalopati bervariasi dengan penyebab utama dari


gejala, akibatnya, tidak semua kasus ensefalopati diperlakukan sama. Perlakuan
terbaik yang dirancang oleh dokter yang merawat setelah diagnosis utama pasien
dibuat. Perawatan yang sangat bervariasi karena penyebab yang sangat berbeda.
Contoh dapat menunjukkan betapa berbedanya “pengobatan ensefalopati” dapat
berubah sesuai dengan penyebabnya:
1. Anoksia jangka pendek (biasanya kurang dari dua menit): terapi oksigen

2. Anoksia jangka panjang: rehabilitasi

3. Toksisitas alkohol jangka pendek: cairan IV atau ada terapi

4. Penyalahgunaan alkohol jangka panjang (sirosis atau gagal hati kronis):


laktulosa oral, diet rendah protein, antibiotic
5. Ensefalopati uremik (karena gagal ginjal): memperbaiki penyebab fisiologis
yang mendasari, dialisis, transplantasi ginjal
6. Diabetic encephalopathy: mengelola glukosa untuk mengobati hipoglikemia,
penghapusan glukosa darah untuk mengobati hiperglikemia
7. Hipo-atau hipertensi ensefalopati: obat untuk meningkatkan (untuk hipotensi)
atau mengurangi (untuk hipertensi) tekanan darah
2.9 Pemeriksaan penunjang

1. Lumbal pungsi (pemeriksaan CSS)

1. Cairan warna jernih

2. Glukosa normal

3. Leukosit meningkat

4. Tekanan Intra Kranial meningkat

2. CT Scan/ MRI
Membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran/ letak ventrikel, hematom, daerah
cerebral, hemoragic, atau tumor.
• EEG (Electro Encephalo Graphy)

• Terlihat aktivitas fisik (gelombang) yang menurun, dengan tingkat kesadaran


yang menurun
• Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difu (aktivitas lambat
bilateral)

2.10 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian

1. Identitas Klien

Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, suku
bangsa,alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan
diagnosa medis.
2. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan utama

Biasanya klien datang dengan keluhan kejang-kejang dapat disertai dengan


penurunan kesadaran,
B. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien dengan ensefalopati terjadi kelemahan/lesu, gangguan mental,


ketidakmampuan untuk berkosentrasi, respirasi cheynes-stokes
C. Riwayat Kesehatan Dahulu

Biasanya klien pernah menderita penyakit yang disebabkan oleh virus, infeksi
bakteri kelainan dalam struktur anatomi listrik dan fungsi kimia, keracunan
jaringan otak dan sel-sel (ex : keracunan alcohol/penyalahgunaan narkoba,
keracunan karbon monoksida, obat-obatan, zat beracun)
D. Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya klien ada kemungkinan cacat lahir (kelainan genetic yang


meyebabkan struktur otak yang abnormal/aktivitas kimia dengan gejala yang di
temukan pada saat lahir)
3. Pemeriksaan Fisik

a. Tingkat kesadaran : Adanya penurunan tingkat kesadaran.

b. GCS : Eye respon: … Motorik respon: … Verbal respon: …

c. Kulit : saat diraba kulit terasa agak panas

d. Kepala : terasa kaku pada semua persyarafan yang terkena, kehilangan sensasi
(kerusakan pada saraf kranial).
e. Mata : gangguan pada penglihatan,

f. Telinga : Ketulian atau mungkin hipersensitif terhadap kebisingan.


g. Hidung : adanya gangguan penciuman

h. Mulut dan gigi : membran mukosa kering, lidah terlihat bintik putih dan kotor.

i. Leher: terjadi kaku kuduk dan terasa lemas.

j. Eksremitas atas dan bawah : Tidak ada kekuatan otot dan teraba dingin.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d proses peradangan, peningkatan


TIK (Tekanan Intra Karnial)
b. Resiko Injuri : Jatuh b.d aktivitas kejang, penurunan kesadaran dan status
mental
c. Kerusakan mobilitas fisik b.d kelemahan umum, defisit neurologic

3. Intervensi Keperawatan

1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d proses peradangan,


Data Pendukung :
a. Perubahan kesadaran
b. Perubahan tanda vital
c. Kelemahan motorik
d. Perubahan nilai AGD
Tujuan :
Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dapat teratasi
Kriteria Hasil :
1. Mempertahankan tingkat kesadaran dan orientasi
2. Tanda vital dalam batas normal.
3. Tidak terjadi defisit neurologi.
Intervensi:
1. Monitor status neurologi setiap 2 jam: tingkat kesadaran, pupil, reflex,

kemampuan motorik, nyeri kepala, kaku kuduk


2. Monitor tanda vital dan temperature setiap 2 jam
3. Kurangi aktivitas yang dapat menimbulkan peningkatan TIK: batuk,

mengedan, muntah, menahan nafas


4. Berikan waktu istirahat yang cukup dan kurangi stimulus lingkungan
5. Tinggikan posisi kepala 30 – 45° pertahankan kepala pada posisi netral,

hindari fleksi leher


6. Kolaborasi dalam pemberian Diuretik osmotic,steroid, antibiotic
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d kelemahan umum, defisit neurologic
Data Pendukung :
a. Pasien mengatakan lemah, tangan dan kaki tidak dapat digerakkan
b. Kekuatan otot kurang, Kontraktur
Tujuan :
Gangguan mobilitas fisik teratasi
Kriteria Hasil :
a. Pasien dapat mempertahankan mobilisasinya secara optimal
b. Integritas kulit utuh
c. Tidak terjadi kontraktur
Intervensi:
1. Kaji kemampuan mobilisasi
2. Alih posisi pasien setiap 2 jam
3. Lakukan massage bagian tubuh yang tertekan
4. Lakukan ROM passive
5. Monitor Tromboemboli, konstipasi
6. Konsul pada ahli fisioterapi jika diperlukan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2008). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8, EGC, Jakarta.
Brunner / Suddarth., (2006). Medical Surgical Nursing, JB Lippincot Company,
Philadelphia.
Depkes RI. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Diknakes, Jakarta.
Donnad. (2011). Medical Surgical Nursing. WB Saunders.
Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan,
Edisi 3, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai