Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN PENDAHULUAN DANASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN. D DENGAN DIAGNOSA MEDIS TB PARU


DI RUANG GARDENIA RSUD dr. DORIS
SYLVANUS PALANGKA RAYA

Disusun Oleh
Nama: Pingky
Nim: 2019.C.11a.1056

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM S-1 KEPERAWATANTA
TAHUN 2021/2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun oleh :


Nama : Pingky
NIM : 2019.C.11a.1056
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : “Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Tn. D dengan diagnosa medis
TB Paru di ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Praktik Pra
Klinik Keperawatan III Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka
Harap Palangkaraya.
Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Rimba Aprianti S.Kep., Ners Erika Sihombing, S.Kep., Ners

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Studi Kasus TB paru ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan Laporan Pendahuluan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik
Praklinik Keperawatan III (PPK III) pada Program Studi S-1 Keperawatan.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan Laporan Pendahuluan ini tidak
lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKes Eka
Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria S.Kep., Ners , Selaku Koordinator PPK III
4. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners ,Selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian Studi Kasus ini.
5. Ibu Erika Sihombing, S.Kep., Ners selaku pembimbing lahan di RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya yang telah memberikan uji ditempat.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, untuk
perbaikan dimasa yang akan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan sekian dan terima
kasih.

Palangkaraya, 16 Mei 2022

Pingky

3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................
KATA PENGANTAR .........................................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................
1.3 Tujuan........................................................................................................................................
1.4 Manfaat......................................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................
2.1 Konsep Penyakit TB Paru.......................................................................................................
2.1.1 Definisi TB Paru........................................................................................................
2.1.2 Anatomi Fisologi........................................................................................................
2.1.3 Etiologi.......................................................................................................................
2.1.4 Klasifikasi..................................................................................................................
2.1.5 Fatosiologi (WOC).....................................................................................................
2.1.6 Manifestasi Klinis......................................................................................................
2.1.7 Komplikasi.................................................................................................................
2.1.8 Pemerikasaan Penunjang............................................................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..............................................................................................
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan..............................................................................
2.2.1 Pengkajian Keperawatan............................................................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................................
2.2.3 Intervensi Keperawatan.............................................................................................
2.2.4 Implementasi Keperawatan........................................................................................
2.2.5 Evaluasi Keperawatan................................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................
4.1 Kesimpulan......................................................................................................................
4.2 Saran ...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
LAMPIRAN..........................................................................................................................

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri dari Mycobacterium
tuberculosis, yang mempengaruhi paru-paru. TB merupakan salah satu penyakit tertua yang
diketahui mempengaruhi manusia menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia
(Kasper, 2017).
TB adalah salah satu dari 10 penyebab kematian di seluruh dunia. Pada tahun 2017, 10 juta
orang jatuh sakit dengan TB (WHO,2018). Prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2013
sebesar 0,4%, dan tidak mengalami peningkatan pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018). Di Jawa
Tengah prevalensi penderita TB pada tahun 2016 sebesar 118 per 100.000 penduduk dan
terjadi peningkatan pada tahun 2017 yaitu 132,9 per 100.000 penduduk (Dinkes Jateng,
2017). Menurut Laporan Kinerja RSUD Dr. Moewardi terakhir pada bulan Mei (2017), pada
pelayanan pemeriksaan laboratorium mikrobiologi klinik terdapat 310 kasus TB. Penurunan
imunitas merupakan resiko salah satu yang menyebabkan seorang untuk menderita TB.
TBC di Indonesia merupakan salah satu jenis penyakit penyebab kematian nomor empat
setelah penyakit stroke, diabetes dan hipertensi. Kasus penyakit TBC di Indonesia masih
terbilang tinggi yakni mencapai sekitar 450 ribu kasus setiap tahun dan kasus kematian akibat
TBC sekitar 65 ribu orang. Penyakit TBC lebih banyak menyerang orang yang lemah
kekebalan tubuhnya, lanjut usia, dan pasien yang pernah terserang TBC pada masa kanak-
kanaknya. Penyebab penyakit TBC adalah infeksi yang diakibatkan dari kuman
Mycobaterium tuberkulosis yang sangat mudah menular melalui udara dengan sarana cairan
yang keluar saat penderita bersin dan batuk, yang terhirup oleh orang sekitarnya. Seseorang
yang terinfeksi TB paru akan menimbulkan berbagai dampak di kehidupannya, baik secara
fisik, mental, maupun sosial. Secara fisik, seseorang yang telah terinfeksi TB paru akan
sering batuk, sesak nafas, nyeri dada, berat badan dan nafsu makan menurun, serta
berkeringat di malam hari. Semua hal itu tentunya akan mengakibatkan seseorang tersebut
menjadi lemah. Secara mental, seseorang yang telah terinfeksi TB paru umumnya akan
merasakan berbagai ketakutan di dalam dirinya, seperti ketakutan akan kematian,
pengobatan, efek samping dalam melakukan pengobatan, kehilangan pekerjaan,
kemungkinan menularkan penyakit ke orang lain, serta ketakutan akan ditolak dan
didiskriminasi oleh orang-orang yang ada di sekitarnya.

5
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan Dengan Diagnosa Medis TB Paru Diruang Gardenia
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan Asuhan Keperawatan Dengan
Diagnosa Medis TB Paru Diruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Penyakit
b. Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Asuhan Keperawatan Pada pasien
dengan diagnosa medis TB Paru
c. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Dengan Diagnosa Medis
TB Paru Diruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya
d. Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi keperawatan Dengan
Diagnosa Medis TB Paru Diruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.
e. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan Dengan Diagnosa
Medis TB Paru Diruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.
f. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan Dengan Diagnosa Medis TB
Paru Diruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.
g. Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi keperawatan Dengan Diagnosa Medis TB
Paru Diruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dengan
menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan dianosa medis TB
Paru secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
a. Bagi Institusi Pendidikan
6
Sebagai sumber bacaan tentang TB Paru dan Asuhan Keperawatannya.
b. Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan Meningkatkan mutu
pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan diagnosa medis TB Paru
melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara komprehensif.
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat membantu
serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status kesembuhan klien

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep TB Paru
2.1.1 Definisi TB Paru
TB paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman TB
(mycobacterium tuberculosis). Kuman tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara
ke dalam paru-paru,dan menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui peredaran
darah seperti kelenjar limfe, saluran pernapasan atau penyebaran langsung ke organ tubuh
lainnya. Biasanya secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan
nekrosi jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada
orang lain (Hariadi, Slamet, dkk.2018).
TB merupakan penyakit infeksi kronis yang sering terjadi atau ditemukan di tempat
tinggal dengan lingkungan padat penduduk atau daerah urban, yang kemungkinan besar telah
mempermudah proses penularan dan berperan terhadap peningkatan jumlah kasus TB
(Hasan, Helmia dkk ,2018).

2.1.2 Anatomi Fisiologi


1. Sistem pernafasan atas
Sistem pernafasan atas terdiri atas mulut, hidung, faring, dan laring.
a. Hidung udara yang masuk akan mengalami penyaringan, himudifikasi dan pengahangantan.
b. Faring merupsksn seluran yang terbagi dua untuk udara dan makanan, faring terdiri atasa
nosafaring dan orafaring yang kaya akan jaringan lifoid yang berfungsi menangkap dan
menghancurkan kuman photogen yang masuk bersama udara.
c. Laring merupakan struktur yang merupai tulang rawan yang bisa disebut jakun.selain
berperan sebagai penghasil suara laring juga berfungsi untuk menjaga kepatenan dan
melindungi jalan nafas bawah dari air dan makanan yang masuk.
2. Sistem pernafasan bawah
Sistem pernfasan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang dilengkapi dengan bronkus,
brenkiolus, alvealus, jaringan kapiler paru dan pleura.
a. Trakea merupakan pipa mambran yang dikosongkan oleh cincinkartilago yang
mehubungkan laring dan bronkus utama kanan kiri

8
b. Paru-paru ada daua buah terletak disebelah kanan kiri.masing-masing paru terdiri atas
beberapa (paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasok oleh satu bronkus.jaringan-
jaringan paru sendiri terdiri serangakaiam jalam nafas yang bercabang cabang, yaitu
alveoulus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastic. Permukaan luar paru-paru dilapisi
oleh dua lapis pelindung yang disebut pleura. pleura prental membatasi torlak dan
permukaan diagfragm, sedangkan pleura visceral membatasi permukaan luar paru. Diantara
kedua lapisan tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna
mencegah gerakan friksi selama bernafas.

Berdasarkan tempatnya proses pernafasan dibagi dua yaitu:


1. Pernapasan eksternal
Pernafasan ekternal (pernapasan plumoner) mengacu kepada keseluruhan pertukaran
O2dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara umum peroses ini
berlangsung dalam tiga langkah yakni :
a. Ventilasi pulmoner, saat bernafas, udara bergatian masuk keluar melalui proses ventilasi
sehingga terjadi pertukaran gas anatar lingkungan ekternal dan alvelous. Proses ventilasi
ini dipanaruhi oleh beberapa factor yaitu jalan nafas yang bersih, system syraf pusat dan
system penapasan yang utuh, rongga torax yang mampu mengembang dan berkontraksi
dengan baik, serta komplins paru yang adekuat.
b. Pertukaran gas alveoral, setelah oksigen masuk alveoral, proses-proses pernapasan
berikutnya adalah disfungsi oksigen dari alvelous ke pembuluh darah pulmoner.
Transfor oksigen dan karbon dioksida, tahap ketiga proses pernapasan adalah tranfor gas-
gas pernapasan. Pada proses ini oksigen diangkut dari
c. paru menuju jaringan dan karbon dioksida diangkutdari jaringan kembali menuju paru.
2. Pernapasan Internal
Pernapasan internal (pernpasan jaringan) mengaju pada proses metabolisme intara sel

9
yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan oksigendan menghasilkan CO2
selama proses penyerapan energi melekul nutrient. Pada proses ini darah banyak
mengandung oksigen dibawa keseluruh tubuh sehingga mencapai kapiler sistemetik.
Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemetik dan sel jaringan.
2.1.3 Etilogi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis sejenis kuman berbentuk
batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi
mempunyai lapisan luar tebal dan terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat) dengan ukuran
panjang 0,5-4 mikron, dan tebal 0,3-0,6 mikron. Kuman terdiri dari asam lemak, sehingga
kuman lebih tahan asam dan tahan terhadap gangguan kimia dan fisis Basil ini tidak berspora
sehingga mudah dibasmi dengan sinar matahari, pemanasan dan sinar ultraviolet. Terdapat 2
macam mycobacterium tuberculosis yaitu tipe human dan bovin. Basil tipe human berada di
bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TB paru dan orang yang rentan
terinfeksi bila menghirup bercak ludah ini (Hariadi, Slamet, dkk.2018).
Menurut (Junaidi, Iskandar. 2017) Faktor resiko TB paru sebagai berikut:
a. Kontak dekat dengan seseorang yang memiliki TB aktif.
b. Status imunocompromized (penurunan imunitas) misalnya kanker, lansia, HIV.
c. Penggunaan narkoba suntikan dan alkoholisme.
d. Kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, termasuk diabetes, kekurangan gizi, gagal
ginjal kronis.
e. Imigran dari negara-negara dengan tingkat tuberkulosis yang tinggi misal Asia Tenggara,
Haiti.
f. Tingkat di perumahan yang padat dan tidak sesuai standart.
g. Pekerjaan misalnya petugas pelayanan kesehatan.
h. Orang yang kurang mendapat perawatan kesehatan yang memadai misalnya tunawisma
atau miskin
2.1.4 Klasifikasi
Tanda dan gejala pada TB paru yaitu batuk >3 minggu, nyeri dada, malaise, sesak
nafas, batuk darah, demam. Tanda dan gejala pada TB paru dibagi menjadi 2 bagian yaitu
gejala sistemik dan respiratorik (Junaidi, Iskandar. 2017).
2.1.1.1 Gejala sistemik yaitu :
a. Demam
Adanya proses peradangan akibat dari infeksi bakteri sehingga timbul gejala demam.
Ketika mycobacterium tuberculosis terhirup oleh udara ke paru dan menempel pada bronkus

10
atau alveolus untuk memperbanyak diri, maka terjadi peradangan (inflamasi) ,dan
metabolisme meningkat sehingga suhu tubuh meningkat dan terjadilah demam.

b. Malaise
Malaise adalah rasa tidak enak badan, penurunan nafsu makan, pegal-pegal, penurunan
berat badan dan mudah lelah.
2.1.1.2 Gejala respiratorik yaitu :
a. Batuk
Batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian muncul peradangan menjadi
produktif atau menghasilkan sputum yang terjadi lebih dari 3 minggu (Junaidi, Iskandar.
2017).
b. Batuk darah
Batuk darah atau hemoptisis merupakan batuk yang terjadi akibat dari pecahnya
pembuluh darah. Darah yang dikeluarkan bisa bervariasi, berupa garis atau bercak darah,
gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah yang banyak.
c. Sesak nafas
Pada awal TB sesak nafas tidak ditemukan. Sesak nafas ditemukan jika penyakit
berkelanjutan dengan kerusakan paru yang meluas atau karena adanya hal lain seperti
efusi pleura, pneumothorax dan lain-lain
d. Nyeri dada
Gejala nyeri dada dapat bersifat bersifat lokal apabila yang dirasakan berada pada
tempat patologi yang terjadi, tapi dapat beralih ke tempat lain seperti leher,abdomen dan
punggung. Bersifat pluritik apabila nyeri yang dirasakan akibat iritasi pleura parietalis
yang terasa tajam seperti ditusuk-tusuk pisau.
2.1.5 Patofisiologi
Individu terinfeksi melalui droplet nuclei dari pasien TB paru ketika pasien batuk,
bersin, tertawa. Droplet nuclei ini mengandung basil TB dan ukurannya kurang dari 5
mikron dan akan melayang-layang di udara. Droplet nuclei ini mengandung basil TB. Saat
Mikrobacterium Tuberkulosa berhasil menginfeksi paru- paru maka dengan segera akan
tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular. Biasanya melalui serangkaian reaksi
imunologis, bakteri TB paru ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di
sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat
jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TB paru akan menjadi dormant
(istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada

11
pemeriksaan foto rontgen. Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.
Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limpospesifik-tuberkulosis melisis
(menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan
eksudat dalam alveoli, yang menyebabkan bronkopneumonia dan infeksi awal terjadi dalam
2-10 minggu setelah pemajanan
Massa jaringan paru yang disebut granulomas merupakan gumpalan basil yang masih
hidup. Granulomas diubah menjadi massa jaringan -jaringan fibrosa, bagian sentral dari
massa fibrosa ini disebut tuberkel ghon dan menjadi nekrotik membentuk massa seperti keju.
Massa ini dapat mengalami klasifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi
dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif. Setelah pemajaman dan infeksi awal, individu
dapat mengalami penyakit aktif karna gangguan atau respon yang inadekuat dari respon
sistem imun. Penyakit dapat juga aktif dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman.
Dalam kasus ini, tuberkel ghon memecah melepaskan bahan seperti keju dalam bronki.
Bakteri kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh.
Tuberkel yang menyerang membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih
membengkak, mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut (Hasan, Helmia.
2018)
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme
yang lolos dari kelenjer getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil yang
kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini
dikenal sebagaipenyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri.Penyebaran
hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan TB miler, ini
terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk
kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ – organ tubuh.

12
WOC TB PARU TB Paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam yang ditularkan
melalui udara. TB sering menyerang paru-paru, namun juga dapat menyerang
bagian tubuh yang lain seperti selaput otak, kulit, tulang, kelenjar getah bening, dan
bagian tubuh lainnya
Manifestasi Klinis :
a. Demam Pemeriksaan penunjang :
b. Malaise Mycobacterium Tuberculosis 1. Parameter uji tuberkulin
c. Batuk keing 2. Pasien dengan jumlah skor ≥6 harus
d. Batuk berdarah ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat
e. Sesak napas OAT (Skoring TB)
f. Nyeri dada
Kuman TB 3. Foto paru.
(Myc[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[ 4. Status gizi.
5. Pengecekan riwayat penyakit keluarga atau
Batuk, bersin orang terdekat (Sumber penularan penyakit TB
Paru).
Percikan dahak (droplet)

Mencapai lobus paru

TB PARU

B1 (Breathing) B2 (Bleeding) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Sel mukus berlebih Menginfeksi jaringan jantung Konsentas plasma Penyebaran Kurang nafsu
Menginfeksi tulang
darah hematgen makan
belakang
Peningkatan Penyumbatan pembuluh darah Kerusakan jaringan anoreksia
produsi mukus Merangsang Nyeri
Hipotalamus
meningkatkan Penurunan kemampuan Penurunan berat
Alira darah turun
Akumulasi sekret pada saluran patokan suhu ginjal badan Kelemahan
pernapasan meningkat
Suplai O2 turun
Menggigil, menigkatkan Gangguan Defisit Nutrisi Intoleransi
Bersihan Jalan suhu basal Eliminasi Aktivitas
Napas Tidak Efektif Iskemik
Urine
Hipertermi
Perfusi Perifer 13
Tidak Efektif
2.1.6 Manifestasi Klinis

Keluhan yang diraskan pasien pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau


malah banyak  ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan
kesehatan .keluhan yang terbanyak:
1) Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang pana badan
dapat mencapai 40-410 Celsius. Serangan demam pertama dapat  sembuh
sebentar ,tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbul
demam influenza ini ,sehingga pasien merasa tidak pernah terbeba dari serangan
demam influenza. Keadaan ini sangat terpengaruh oleh daya tahan tubuh pasien dan
berat ringannya infeksi kuman tuberkolosis masuk.
2) Batuk/batuk berdarah
Gejala ini bayak ditemukan.batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus
pada setiap penyakit tidak sama.mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru yakni setelah minggu-mimggu atau berbulan-bulan
peradangan bermula.sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian
setelah timbul peradagan menjadi produktif(menghasilkal sputum). keadaan yang lanjut
adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuuh darah yang pecah.kebanyakan
batuk darah pada tuberkulusis terjadi pada kavitas,tetapi dapat juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus.
3) Sesak bernafas
Pada penyakit ringan (baru tumbuh)belum dirasakan sesak nafas.sesak nafas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,yang infiltrasinya sudah meliputi setengah
bagian paru-paru dan takipneu.
4) Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan.nyeri dada timbul bila infiltrasinya radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis .terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
5) Malaise dan kelelahan
Penyakit tuberculosis bersifat radang menahun, gejala malaise sering ditemukan
berupa  anaoreksia  tidak ada nafsu makan,badan makin kurus (berat badan turun), sakit
kepala, keringat malam, dll. Selain itu juga terjadi kselitan ti dur pada malam hari (Price,
2015). Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi ilang  timbul secara tidak
teratur

1
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada TB paru menurut (Alsagaff, Hood & Abdul Mukty.
2019).
a. Pneumothorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan
karena kerusakan jaringan paru.
b. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) di paru.
c. Penyebaran infeksi keorgan lainnya seperti otak,tulang, persendian, ginjal dan
sebagainya.
d. Insufisiensi kardiopulmonal (Chardio Pulmonary Insufficiency).
e. Hemoptisis berat (pendarahan pada saluran nafas bawah) yang mengakibatkan
kematian karena terjadinya syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan pernafasan.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Fisik

Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didadapt tergantung dari luasnya kelainan
struktur paru. Pada awal perkembangan penyakit, sulit sekali menemukan kelainan.
Kelainan paru pada umumnyat terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan
segmen posterior dan daerah apeks lobus inferior. Yang dapat ditemukan pada
pemeriksaan fisik adalah suara nafas bronchial, amforik, suara nafas melemah, ronki
basah, tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum.
Pada tuberkulosis pleura, kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari banyaknya
cairan di rongga pleura. Pada perkusi akan ditemukan suara yang pekak, dan auskultasi
suara nafas melemah hingga tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan. Pada
limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, yang tersering
ditemukan di daerah leher atau ketiak.
2. Pemeriksaan Bakteriologi
Pemeriksaan ini mempunyai arti penting untuk menegakkan diagnosis. Bahannya bisa
berupa dahak/sputum, cairan pleura, cairan serebrospinal, bilasan bronkus, bilasan
lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, fese, dan jaringan
biopsy (termasuk biopsi jarum halus).
Cara pengambilan dahak 3 kali disebut dengan sistem SPS, yaitu Sewaktu-Pagi-
Sewaktu, atau dapat pula setiap pagi 3 hari berturut-turut. Bahan pemeriksaan sputum

2
ditampung dalam pot bermulut lebar, berpenampang 6 cm yang tidak mudah pecah dan
tidak bocor. Baham pemeriksaan hasil biopsi jarum halus dibuat menjadi sediaan apus
kering di gelas objek sebelum dikirimkan ke laboratorium.
Cara pemeriksaan bakteriologi dilakukan secara mikroskopis dan kultur. Pemeriksaan
mikroskopis dapat dengan pewarnaan Ziehl-Nielsen atau dengan fluorosens pewarnaan
auramin-rhodamin. Sedangkan, pemeriksaan kultur dilakukan dengan metode
konvensional, yaitu dengan menggunakan media Lowenstein-jensen, ataupun media agar.
Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah:
a. 3 positif atau 2 positif + 1 negatif: BTA positif
b. 1 positif + 2 negatif à ulang BTA 3 kali. Apabila 1 positif +2 negatif à BTA positif.
Namun, apabila 3 negatif: BTA negatif.
3. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Gambaran yang dicurigai sebagai lesi TB
aktif adalah:
a. Bayangan berawan/nodular di segmen apical dan posterior lobus atas paru dan
segmen superior lobus bawah
b. Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular
c. Bayangan bercak milier
d. Efusi pleura unilateral atau bilateral
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB inaktif meliputi:
a. Fibrotik
b. Kalsifikasi
c. chest x-ray tuberculosis 3. Schwarte atau penebalan pleura
4. Uji Tuberculin

Uji tuberkulin (tes Mantoux) menjadi alat diagnostik utama pada kasus TB anak
maupun dewasa. Sebanyak 0,1 ml tuberkulin jenis PPD-RT 23 2 TU atau PPD-S 5 TU
disuntikan intrakutan di bagian volar lengan bawah. Setelah 48-72 jam, daerah suntikan
dibaca dan dilaporkan diameter indurasi yang terjadi dalam satuan milimeter. Perlu
diperhatikan bahwa diameter yang diukur adalah diameter indurasi bukan diameter
eritema! Untuk meminimalkan kesalahan pengukuran, lakukan palpasi secara halus pada
daerah indurasi, lalu tentukan tepinya.

3
Hasil uji tuberkulin dapat dipengaruhi oleh status BCG . Pengaruh BCG terhadap reaksi
positif tuberkulin paling lama berlangsung hingga 5 tahun setelah penyuntikan. Jadi,
ketika membaca uji tuberkulin pada anak di atas 5 tahun, status BCG dapat dihiraukan.
Uji tuberkulin dinyatakan positif apabila diameter indurasi ≥5 mm pada anak dengan
faktor risiko seperti menderita HIV dan malnutrisi berat; dan ≥10 mm pada anak lain tanpa
memandang status BCG. Pada anak balita yang telah mendapat BCG, diameter indurasi
10-15 mm masih mungkin disebabkan oleh BCG selain oleh infeksi TB. Bila indurasi ≥15
mm lebih mungkin karena infeksi TB daripada BCG.
5. Interferon gamma.
Dasar pemikirannya adalah bahwa Mycobacterium tuberculosis dalam makrofag akan
dipresentasikan ke sel Th (Thelper) 1 melalui major histocompatibility complex (MHC)
kelas II. Sel Th1 selanjutnya akan mensekresi IFN g yang akan mengaktifkan makrofag
sehingga dapat menghancurkan kuman yang telah difagosit. Sitokin IFN-g yang disekresi
oleh Th1 tidak hanya berguna untuk meningkatkan kemampuan makrofag melisiskan
kuman tetapi juga mempunyai efek penting lainnya yaitu merangsang sekresi tumor
necrosis factor (TNF) a oleh sel makrofag. Hal ini terjadi karena substansi aktif dalam
komponen dinding sel kuman yaitu lipoarabinomannan (LAM) yang dapat merangsang sel
makrofag memproduksi TNF-a. Respons DTH pada infeksi TB ditandai dengan
peningkatan sensitiviti makrofag tidak teraktivasi terhadap efek toksik TNF-a. IFN g
inilah yang kemudian dideteksi sebagai petandan telah terjadi rekasi imun akibat infelsi
tuberculosis.

2.1.9 Penatalaksanaan Medis

Zain (2016) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi tiga bagian:


1. Pencegahan Tuberkulosis Paru
Pemeriksaan kontak,yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan
penderita TB paru BTA positif. Mass chest X-ray,yaitu pemeriksaan massal terhadap
kelompok-kelompok populasi tertentu misalnya:
Karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan Penghuni rumah tahanan
Siswa-siswi pesantren,Vaksinasi BCG, yaitu reaksi positif jika setelah mendapat vaksinasi
BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7hr setelah
penyuntikan. Kemoprokfilaksis,yaitu dengan menggunakan INH 5 mg/kg BB selama 6-
12bln dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih

4
sedikit.
Komunikasi,informasi,dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis ke pada
masyarakat di tingkat puskesmas maupun rumah sakit oleh petugas pemerintah atau
petugas LSM.
2. Pengobatan Tuberkolosis Paru
Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain mengobati,juga untuk mencegah
kematian,kekambuhan,resistensi terhadap OAT,serta memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat
tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah
Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat tambahan
adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat
Rifampisin/INH.
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan
lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologik, hapusan
dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu perlu pemahaman tentang
strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short
Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen
yaitu:
a) Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam
penanggulangan TB.
b) Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang
pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat
dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
c) Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh
Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita
harus minum obat setiap hari.
d) Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
e) Pencatatan dan pelaporan yang baku.
3. Penatalaksanaan Terapeutik
Nutrisi adekuat Kemoterapi :
Isoniazid (INH) sebagai bakterisidial terhadap basil yang tumbuh aktif diberikan selama
18-24bln,dosis 10-20 mg/kg BB /hr melalui oral.
Kombinasi (NH,rifampicin,dan pyrazinamid) diberikan selama 6bln.

5
Obat tambahan antara lain streptomycin (diberikan intramuskuler) dan ethambutol.
Terapi kortikosteroid diberikan bersamaan dengan obat anti TB,untuk mengurangi respon
peradangan,misalnya pada meningitis.
Pembedahan dilakukan jika kemoterapi tidak berhasil.Dilakukan dengan mengangkat
jaringan paru yang rusak.
Pencegahan :
Menghindari kontak dengan orang yang terifeksi basil TB,pertahanan intake nutrisi yang
yang adekuat.Pemberian imunisasi BCG untuk menigkatkan daya tahan tubuh terhadap
infeksi basil TB virulen.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Identitas pasien menurut (Gusti,2019).
Identitas pasien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, status
perkawinan, suku bangsa, no. register, tanggal MRS, dan diagnosa keperawatan

2.2.1.2 Umur
Pada penderita TB paru ditemukan pada usia produktif sekitar 15- 50 tahun. Usia lebih
dari 55 tahun sistem imunologis menurun sehingga membuat rentan terhadap berbagai
penyakit termasuk TB paru.

2.2.1.3 Jenis kelamin


Penyakit TB paru cenderung lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan, karena pada
laki-laki cenderung merokok dan minum alkohol sehingga menurunkan sistem
pertahanan tubuh.

2.2.1.4 Faktor sosial ekonomi


Faktor sosial ekonomi berkaitan dengan tempat tinggal, lingkungan rumah dan sanitasi
tempat kerja yang buruk memudahkan penularan TB paru.

2.2.1.5 Suku bangsa


Penderita TB paru sering diderita di daerah beriklim tropis.

2.2.1.6 Keluhan utama


TB paru dijuluki sebagai the great iminator yaitu suatu penyakit yang memiliki
kemiripan gejala dengan penyakit lain seperti lemah dan demam. keluhan pada penderita
TB paru yaitu:

6
a. Batuk Keluhan batuk timbul pada awal dan merupakan gangguan yang sering
dikeluhkan oleh klien.
b. Batuk darah Batuk darah Keluhan batuk darah pada klien TB paru selalu menjadi
alasan utama unt meminta pertolongan kesehatan
c. Sesak nafas
Keluhan sesak nafas ditemukan apabila kerusakan parenkim sudah luas atau ada
hal-hal lainnya seperti efusi pleura, pneumothoraks dan lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada klien dengan TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan.
e. Demam
Demam biasanya timbul pada sore atau malam hari mirip demam atau influenza
yang hilang timbul.
2.2.1.7 Keluhan sistemis lainnya
Keluhan yang muncul biasanya keringat malam, anoreksia, malaise, penurunan berat
badan.

2.2.1.8 Riwayat penyakit sekarang


Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Jika keluhan pada pasien
adalah batuk maka perawat harus menanyakan berapa lama batuk muncul. Jika yang
menjadi alasan pasien meminta pertolongan kesehatan adalah sesak nafas maka perawat
harus mengkaji dengan menggunakan PQRST agar memudahkan perawat dalam
pengkajian.
a. Provoking incident: apakah ada peristiwa penyebab sesak nafas, apakah sesak nafas
berkurang saat istirahat?
b. Quality of pain: seperti apa rasa sesak nafas yang dirasakan pasien apakah rasanya
seperti tercekik atau sulit dalam melakukan inspirasi?
c. Region: dimana rasa berat dalam melakukan pernafasan? Harus ditunjukan oleh
pasien.
d. Severity (scala) of pain: seberapa jauh sesak nafas yang dirasakan klien, seberapa jauh
sesak nafas mempengaruhi aktivitas klien.
e. Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan dan apakah bertambah buruk pada
malam hari atau pada siang hari. Apakah sesak nafas timbul mendadak atau perlahan

7
2.2.1.9 Riwayat penyakit dahulu

Perawat menanyakan apakah sebelumnya pernah menderita TB paru, keluhan batuk lama
saat masih kecil, TB dari orang lain, atau penyakit lain seperti diabetes militus. Tanyakan
pada pasien apakah ada obat-obatan yang diminum pada masa lalu, tanyakan adanya alergi
obat serta reaksi alergi yang timbul (Muttaqin,2018).

2.2.1.10 Riwayat penyakit keluarga

Tanyakan apakah penyakit TB paru pernah dialami oleh anggota keluarga lain sebagai
faktor predisposisi penularan di dalam rumah (Muttaqin,2018).

2.2.1.11 Riwayat Psiko-Sosio dan Spiritual

Pengkajian psikologis meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk


memperoleh persepsi mengenai status emosi,status kongnitif, dan perilaku pasien. Data ini
penting untuk menentukan tingkat perlunya pengkajian psiko-sosio-spiritual yang seksama
(Muttaqin,2018).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Bersihkan Jalan Napas Tidak Efektif Behubungan Dengan Peningkatan Produksi Sputum

2. Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Hambatan Upaya Nafas

3. Perfusi Perifer Tidak Efektif Berhubungan Dengan Penurunan Suplai O2

4. Hipertermi Berhubungan Dengan Peningkatan Suhu Basal

5. Gangguan Eliminasi Urine Berhubungan Dengan Penurunan Kemampuan Ginjal

6. Defisit Nutrisi Berhubungan Dengan Ketidak Mampuan Mencerna Makanan

7. Intoleransi Aktivitas Behubungan Dengan Kelemahan Otot

8
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018)
meliputi :

Diagnosa Tujuan ( Kriteria Hasil ) Intervensi


Keperawatan
Latihan Batuk Efektif (I.01006)
Bersihkan Jalan Napas Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama ….. x ….. maka
Tidak Efektif Observasi:
diharapkan bersihan jalan napas
Behubungan Dengan membaik dengan kriteria hasil:
1. Identifikasi kemampuan
Peningkatan Produksi 1. Produksi sputum menurun batuk
2. Monitor adanya retensi
Muskus 2. Dispnea menurun
sputum
3. Sianosis menurun 3. Monitor tanda dan gejala
infeksi saluran napas
4. Tidak ada kesulitan berbicara
4. Monitor input dan output
5. Gelisah berkurang cairan ( mis. jumlah dan
karakteristik)
6. Frekuensi nafas membaik
7. Pola nafas membaik Terapeutik:

1. Atur posisi semi-Fowler


atau Fowler
2. Pasang perlak dan bengkok
di pangkuan pasien
3. Buang sekret pada tempat
sputum

Edukasi:

1. Jelaskan tujuan dan


prosedur batuk efektif
2. Anjurkan tarik napas dalam
melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi tarik
napas dalam hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-3

Kolaborasi:

1. Kolaborasi pemberian

9
mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu

Setelah dilakukan intervensi Manajemen Pola Nafas (I.


Pola Napas Tidak
01011)
Efektif berhubungan keperawatan selama ….. x ….. maka
Observasi:
dengan hambatan
diharapkan bersihan jalan napas 1. Monitor pola napas
upaya nafas
membaik dengan kriteria hasil: (frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
1. Tekanan ekspirasi meningkat
2. Monitor bunyi napas
2. Tekanan inspirasi meningkat tambahan (mis. Gurgling,
3. Dispnea menurun mengi, weezing, ronkhi
kering)
4. Penggunaan otot bantu pernapasan
3. Monitor sputum (jumlah,
menurun warna, aroma)
5. Frekuensi napas membaik Terapeutik:
1. Posisikan semi-Fowler atau
6. Kedalaman napas membaik
Fowler
2. Berikan minum hangat
3. Lakukan fisioterapi dada
4. Berikan oksigen
Edukasi:
1. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.

Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.

Setelah dilakukan intervensi Perawatan Sirkulasi (I.02079 )


Perfusi Perifer Tidak
keperawatan selama ….. x ….. maka
Efektif Berhubungan Observasi:
diharapkan bersihan jalan napas
Dengan Penurunan
1. Periksa sirkulasi perifer(mis.
membaik dengan kriteria hasil:
Suplai O2 Nadi perifer, edema, pengisian
1. Warna kulit pucat menurun kalpiler, warna, suhu, angkle
brachial index)
2. Edema perifer menurun
2. Identifikasi faktor resiko
3. Kelemahan otot membaik gangguan sirkulasi (mis.
Diabetes, perokok, orang tua,
4. Pengisian kapiler membaik
hipertensi dan kadar kolesterol
tinggi)
3. Monitor panas, kemerahan,

10
nyeri, atau bengkak pada
ekstremitas

Terapeutik:

1. Hindari pemasangan infus


atau pengambilan darah di
area keterbatasan perfusi
2. Hindari pengukuran tekanan
darah pada ekstremitas pada
keterbatasan perfusi
3. Hindari penekanan dan
pemasangan torniquet pada
area yang cidera
4. Lakukan pencegahan infeksi
5. Lakukan perawatan kaki dan
kuku
6. Lakukan hidrasi

Edukasi:

1. Anjurkan berhenti merokok


2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan mengecek air mandi
untuk menghindari kulit
terbakar
4. Anjurkan menggunakan obat
penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
5. Anjurkan minum obat
pengontrol tekakan darah
secara teratur
6. Anjurkan menghindari
penggunaan obat penyekat
beta
7. Ajurkan melahkukan
perawatan kulit yang
tepat(mis. Melembabkan kulit
kering pada kaki)
8. Anjurkan program rehabilitasi
vaskuler
9. Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi( mis.
Rendah lemak jenuh, minyak
ikan, omega3)
10. Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus
dilaporkan( mis. Rasa sakit
yang tidak hilang saat

11
istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)

Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipertermia


Hipertermi
(I.15506)
keperawatan selama ….. x ….. maka
Berhubungan Dengan
diharapkan bersihan jalan napas Observasi:
Peningkatan Suhu
membaik dengan kriteria hasil:
Basal 1. Identifkasi penyebab
1. Menggigil menurun hipertermi (mis. dehidrasi
terpapar lingkungan panas
2. Suhu tubuh menurun
penggunaan incubator)
3. Suhu kulit menurun 2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor haluaran urine

Terapeutik:

1. Sediakan lingkungan yang


dingin
2. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat
berlebih)
6. Lakukan pendinginan eksternal
(mis. selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen,aksila)
7. Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
8. Batasi oksigen, jika perlu

Edukasi:

1. Anjurkan tirah baring

Kolaborasi:

1. Kolaborasi cairan dan elektrolit


intravena, jika perlu

Setelah dilakukan intervensi Manajemen Eliminasi Urine


Gangguan Eliminasi

12
keperawatan selama ….. x ….. maka (I.04152)
Urine Berhubungan
diharapkan bersihan jalan napas
Dengan Penurunan Observasi:
membaik dengan kriteria hasil:
Kemampuan Ginjal
1. Identifkasi tanda dan gejala
1. Desakan berkemih menurun
retensi atau inkontinensia
2. Distensi kenadung kemih urine
2. Identifikasi faktor yang
menurun
menyebabkan retensi atau
3. Berkemih tidak tuntas menurun inkontinensia urine
3. Monitor eliminasi urine (mis.
4. Frekuensi BAK membaik
frekuensi, konsistensi, aroma,
volume, dan warna)

Terapeutik:

1. Catat waktu-waktu dan


haluaran berkemih
2. Batasi asupan cairan, jika
perlu
3. Ambil sampel urine
tengah (midstream) atau
kultur

Edukasi:

1. Ajarkan tanda dan gejala


infeksi saluran kemih
2. Ajarkan mengukur asupan
cairan dan haluaran urine
3. Anjurkan mengambil
specimen urine midstream
4. Ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu yang
tepat untuk berkemih
5. Ajarkan terapi modalitas
penguatan otot-otot
pinggul/berkemihan
6. Anjurkan minum yang
cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
7. Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur

Kolaborasi:

1. Kolaborasi pemberian obat


suposituria uretra jika perlu

13
Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi (I.03119)
Defisit Nutrisi
Observasi :
berhubungan dengan keperawatan selama ….. x ….. maka
1. Identifikasi status nutrisi
ketidakadekuatan
diharapkan bersihan jalan napas
intake nutrisi 2. Identifikasi alergi dan
membaik dengan kriteria hasil:
intoleransi makanan
1. Posi makanan yang dihabiskan
3. Identifikasi makanan
meningkat
yang disukai
2. Berat badan atau IMT meningkat
4. Identifikasi kebutuhan
3. Frekuensi makan meningkat
kalori dan jenis nutrien
4. Nafsu makan meningkat
5. Monitor asupan makanan
5. Perasaan cepat kenyang menurun
6. Monitor berat badan
7. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Teraupetik :
1. Fasilitas menentukan
pedoman diet (misalnya
piramida makanan)
2. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
3. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
4. Berikan makanan tinggi
protein dan tinggi kalori
5. Berikan suplemen
makanan jika perlu.
Edukasi :
1. Anjurkan posisi
duduk,jika mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :

14
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(misalnya pereda nyeri,
antiemetik),jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
Setelah dilakukan intervensi MANAJEMEN ENERGI (I.
Intoleransi Aktivitas
05178)
keperawatan selama ….. x ….. maka
Behubungan Dengan
diharapkan bersihan jalan napas Observasi:
Kelemahan Otot
membaik dengan kriteria hasil:
1. Identifkasi gangguan fungsi
tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan
emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
4. Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas

Terapeutik:

1. Sediakan lingkungan nyaman


dan rendah stimulus (mis.
cahaya, suara, kunjungan)
2. Lakukan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi
yang menyenangkan
4. Fasilitas duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan

15
Edukasi:

1. Anjurkan tirah baring


2. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan

Kolaborasi:

1. Kolaborasi dengan ahli gizi


tentang cara meningkatkan
asupan makanan

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi untuk mencapai tujuan spesifik. Pada
tahap ini implementasi dimulai setelah intervensi disusun dan ditunjukan pada nursing order
untuk membantu klien dalam mencapai tujuan yang di harapkan. Intervensi dilaksanakan
untuk memodifikasi faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan pada klien. Menurut
(Dermawan, 2019) Beberapa pedoman dalam pelaksanaan implementasi keperawatan adalah
sebagai berikut:
1. Berdasarkan respon pasien.
2. Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian keperawatan, standar pelayanan
profesional hukum dan kode etik keperawatan.
3. Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia.
4. Sesuai dengan tanggunkeperawatan.
5. Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam rencana keperawatan.
6. Harus dapat menciptakan adaptasi dengan klien sebagai individu dalam upaya
meningkatkan peran serta untuk merawat diri sendiri (self care).

16
7. Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan status kesehatan.
8. Dapat menjaga rasa aman, harga diri dan melindungi klien.
9. Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan.
10. Bersifat holistik.
11. Kerjasama dengan profesi lain.
12. Melakukan dokumentasi.

2.2.5 Evaluasi
Tahap evaluasi keperawatan ini dapat menilai sejauh mana keberhasilan yang dicapai
dan seberapa besar kegagalan yang terjadi. Dari hasil evaluasi, tenaga kesehatan dapat
menilai pencapaian dari tujuan serta dari hasil evaluasi ini, tenaga kesehatan akan menjadikan
hasil evaluasi ini sebagai bahan koreksi dan catatan untuk perbaikan tindakan yang harus
dilakukan (Prabowo, 2018).
Evaluasi keperawatan disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional, seperti :
1. S (Subjektif) adalah ungkapan perasaan maupun keluhan yang disampaikan pasien
2. O (Objektif) adalah pengamatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui sikap ibu
ketika dan setelah dilakukan tindakan keperawatan
3. A (Assesment) adalah analisa tenaga kesehatan setelah mengetahui respon subjektif dan
objektif yang dibandingkan dengan tujuan dan kriteria hasil yang ada pada rencana
keperawatan
4. P (Planning) adalah perencanaan untuk tindakan selanjutnya yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan setelah melakukan analisa atau assesmen

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Pingky


NIM : 2019.C.11a.1056
Ruang Praktek : Gardenia
Tanggal Praktek : 16 Mei 2022
Tanggal & Jam Pengkajian : 16 Mei 2022- Jam: 11:30

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. D
Umur : 61 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : Karyawan swasta
Pendidikan :
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jl. Mendawai No. 37A
Tgl MRS : 6 Mei 2022
Diagnosa Medis : TB Paru

B. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN


1. Keluhan Utama : Klien mengatakan batuk berdahak.

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pada tanggal 06 Mei 2022 klien dibawa ke IGD RSUD dr.Doris Sylvanus karena
batuk dan demam ± minggu, badan lemas, nafas terasa berat dan mempunyai
riwayat penyakit asma . Klien mendapatkan pemeriksaan fisik dan penanganan
secara intensif yaitu terpasang infus Asering 16 tpm dan . TTV= TD: 190/87

18
mmHg, N=108x/menit , RR=22x/menit, S= 38oC , SPO2 : 98%, juga diberikan
terapi Inj. Resfar 1x5 gr, Inj. Lansoperazole 2x30 mg, Inj. Ceftriaxone 1x2 gr.
Kemudian pada tanggal 06 Mei 2022 Tn. D di pindahkan ke Ruang Gardenia
dengan Diagnosa Medis TB Paru. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 16 Mei
2022, Klien tampak lemah, tampak memakai popok, tampak terpasang infus di
tangan sebelah kiri dan oksigen nasul kanul 4 Ipm TTV : TD: 100/90 mmHg,
N=109x/menit , RR=28x/menit, S= 36,3oC , SPO2 : 95%

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi):


Keluarga pasien mengatakan bahwa Tn. D tidak pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya.

4. Riwayat Penyakit Keluarga:


Keluarga pasien mengatakan bahwa Tn. D mempunyai penyakit keturunan yaitu
Asma.
GENOGRAM KELUARGA :

Keterangan :
: Perempuan : Klien
: Laki-laki : Hubungan keluarga
: Meninggal : Tinggal serumah

19
C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Klien tampak lemah, klien tampak batuk, klien tampak terpasang popok, klien tampak
terpasang infus Asering 16 tpm ditangan sebelah kiri dan oksigen nasal kanul 4 Ipm
2. Status Mental :
Tingkat kesadaran klien Compos Mentis, ekspresi wajah terlihat gelisah, bentuk badan
simetris , cara berbaring terlentang, berbicara kurang jelas , penampilan cukup rapi, fungsi
kognitif Orientasi waktu klien dapat membedakan pagi,siang,malam, Orientasi orang klien
mengetahui keluarga dan petugas kesehatan, Orientasi tempat klien mengetahui bahwa
dirinya berada di Rumah Sakit.
3. Tanda-tanda Vital :
Pada saat pengkajian TTV : TD: 100/90 mmHg, N=109x/menit , RR=28x/menit, S=
36,3oC , SPO2 : 95%
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada Simetris, pasien merokok, Batuk berdahak ± 1 minggu ,terasa sesak nafas
sewaktu berbaring telentang, Tipe pernafasan dada dan perut, Irama pernafasan teratur, pola
napas cepat, suara nafas vesikuler, tidak terdapat suara nafas tambahan.
Keluhan : Pasien mengatakan sesak napas dan nyeri dada.
Masalah Keperawatan : Bersihan Jalan Nafas, Pola Nafas Tidak Efektif
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Tidak ada nyeri, Capillary refil < 2 detik, tidak ada oedema, Ictus Cordis tidak terlihat, vena
jugularis meningkat,suara jantung normal
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Penilaian kesadaran pada Tn. D di dapatkan nilai GCS, E : 4 (spontan membuka mata), V : 5
(berbicara dengan baik dan jelas), M : 6 (mengikuti perintah pemeriksa dengan baik), Total
nilai GCS 15, Kesadaran Compos Menthis, Pupil isokor, Refleks cahaya kanan (positif) dan
kiri (positif).
Uji Syaraf Kranial ;
Nervus Kranial I (Olfaktorius) ; Klien dapat mencium aroma minyak kayu putih,
Nervus Kranial II (Optikus) : Klien dapat melihat dengan baik,

20
Nervus Karnial III ( Okulomotorus) : Klien dapat menggerakkan kongjungtiva dan reklek
pupil,
Nervus Kranial IV (Troklearis) : Klien dapat menggerakkan bola mata ke atas dan ke bawah,
Nervus Kranial V (Trigeminus) : Klien dapat menggerakkan rahang ke semua arah,
Nervus Kranial VI (Abdosen) : Klien dapat menggerakkan mata ke semua sisi,
Nervus Kranial VII (Fasialis) : Klien dapat merasakan dan membedakan rasa
asam ,manis,dan pahit ,
Nervus Kranial VIII (Vestibuloakustikus) : Klien dapat mendengarkan orang berbicara,
Nervus IX (Glosafaringus) : Klien dapat menelan,
Nervus Kranial X (Vagus) : Klien kurang berbicara dengan baik,
Nervus Kranial XI (Aksesorius) : Klien dapat menggerakkan kepalanya,
Nervus Kranial XII (Hipoglosus) : Klien dapat menjulurkan lidahnya.
Uji koordinasi ekstrimitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung positif, ekstrimitas bawah
tumit ke jempol kaki positif.
Uji kestabilan tubuh positif, Bisep kanan dan kiri skala + 2 Trisep, kanan dan kiri skala +2.
Brakidioradialis kanan dan kiri skala +2 ,refleks babinski kanan dan kiri skala +2
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
7. ELIMINASI URI (BLADDER) :
Produksi urine 900 ml 1-2 x/hr, Warna kuning keruh, Bau khas amonia
Keluhan Lainnya : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :
Bibir bibir tampak pucat dan kering , gigi lengkap, tidak ada karies ataupun peradangan,
gusi tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi dan peradangan, lidah tidak ada lesi dan
peradangan, mukossa kering, tonsil tidak peradangan, BAB 1x sehari warna kuning
kecoklatan padat, bising usus tidak ada, tidak teraba massa atau benjolan.
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
9. TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE) :
Tidak di lakukan pengkajian
10.KULIT-KULIT RAMBUT:
Suhu kulit hangat, warna kulit normal, turgor baik, tekstur halus, rambut halus dan
distribusi rambut baik/merata, bentuk kuku simteris.

21
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
11.SISTEM PENGINDERAAN :
Fungsi penglihatan klien baik, gerakan bola mata normal, sklera normal/putih, kornea
bening, Kongjutiva merah muda, fungsi pendengaran baik, kronea bening, hidung/penciuman
bentuk simetris.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE
Masa tidak,jaringan perut tidak, kelenjar limfe teraba, kelenjar tiroid tidak teraba, dan
metabolissme leher bebas.
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
13.SISTEM REPRODUKSI :
Tidak dikaji
14. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :Klien mengatakan bahwa klien mengetahui
keadaanya yang sedang tidak sehat dan klien mengetahui tentang penyakitnya dan ingin
cepat sembuh dari penyakit yang dialaminya.
2. Nutrisida Metabolisme:
TB : 165 cm
BB Sekarang : 42 kg
BB Sebelum Sakit : 58 kg
IMT = BB = 42 = 15 (Berat badan kurang underwight)
(TB) (1,68 x 1,68)

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit


Frekuensi/hari 2x/sehari 3x/sehari
Porsi ½ piring makan 1 piring
Nafsu makan Berkurang Baik
Jenis Makanan Nasi,lauk pauk,buah Nasi, lauk pauk, sayur,buah
Jenis Minuman Air putih Air putih
Jumlah minuman/cc/24 jam 1600cc/24 jam 1600cc/24 jam
Kebiasaan makan Tidak teratur Teratur
Keluhan/masalah Kurang nafsu makan Tidak
Keluhan lainya : Klien tampak lemas, tampak pucat, bising usus hiperaktif.

22
Masalah Keperawatan : Resiko Defisit Nutrisi
3. Pola istirahat dan tidur
Klien mengatakan sebelum sakit klien tidur pada malam hari 6-9 jam dan siang hari ±2
jam.wajah Tn. D tampak lelah, sering menguap, daerah sekitar mata tampak kehitaman
dan klien mengatakan setelah sakit sakit klien tidur pada malam hari 6-9 jam dan siang
hari ±2 jam.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
4. Kognitif :
Klien mengatakan mengetahui apa itu pengertian, penyebab dan proses terjadinya
penyakit Asma.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran ) :
Gambaran diri : Klien menyukai tubuh secara utuh, Ideal diri : Klien ingin cepat sembuh
dari penyakit yang dideritanya, Identitas diri : Klien adalah seorang ayah dari dua anak,
Harga diri : Klien sangat diperhatikan oleh keluarga, Peran : Klien adalah sebagai ana
sebagai ayah dari 2 (dua ) orang anaknya.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
6. Aktivitas Sehari-hari
Klien mengatakan sebelum sakit dalam melakukan aktivitasnya secara mandiri. Namun
sesudah sakit klien tidak dapat beraktivitas secara bebas akibat gerakan terbatas.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
7. Koping –Toleransi terhadap Stress
Klien mengatakan bila ada masalah pengobatan klien berdiskusi dengan keluarganya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Nilai-Pola Keyakinan
Klien dan keluarga menganut agama Kristen
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
15. SOSIAL – SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
2. Kurang mampu berkomunikasi dengan baik dan jelas
3. Bahasa sehari-hari
4. Bahasa yang digunakan klien sehari-hari, yaitu Bahasa Dayak dan Indonesia
5. Hubungan dengan keluarga : Hubungan dengan keluarga baik
6. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :

23
7. Klien dapat berinteraksi dengan baik pada orang lain baik itu dengan lingkungan sekitar,
perawat maupun dokter
8. Orang berarti/terdekat :
9. Orang yang paling dekat dengan Tn. D adalah orang anaknya
10. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
11. Klien menggunakan waktu yang luang dengan berkumpul bersama keluarga dan
beristirahat.
12. Kegiatan beribadah :
Untuk kegiatan beribadah biasanya setiap hari minggu.
F. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATO RIUM, PENUNJANG
LAINNYA)
1. Hasil pemeriksaan LAB pada tgl 9 Mei 2022
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

HBs Ag Negatif Negatif mmol/l


(Antigen)
Hemoglobin 7,5 L: 13,5-18,0 ;P: 11,5-16,0 g%
Leukosit 7.780 4.500 - 11.000 /mm3
Neutrofil 5.820 5.000 - 7000 /mm3
Limfosit 770 800 - 4.000 /mm3
Monosit 990 120 – 1.200 /mm3
Eritrosit 2,9 4-6 Jt/mm3
Hematokrit 21 37-48 Fl

2. Hasil pemeriksaan LAB tgl 11 Mei 2022


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

HBs Ag (Antigen) Negatif Negatif mmol/l

WBC 8.40 4.50-11.00 uL


HGB 5,8 10.5-18.00 g/dL
MCHC 28,0 28.2-31.5 g/dL
PLT 298 150-400 PLT
Limposit 8,2 1.00-3.70 uL
Monosit 0,91 0.00-0.70 uL

24
3. Hasil pemeriksaan LAB tgl 14 Mei 2022
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

HBs Ag (Antigen) Negatif Negatif mmol/l

WBC 9,73 4.50-11.00 uL


HGB 12,2 10.5-18.00 g/dL
MCHC 37,0 28.2-31.5 g/dL
PLT 386 150-400 PLT
Limposit 0,85 1.00-3.70 uL
Monosit 1.13 0.00-0.70 uL

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Nama Dosis Cara Indikasi
Inj.Asering 16 tpm IV Fungsi infus Asering adalah untuk
16 Mei 2022 terapi pengganti cairan selama
dehidrasi (kehilangan cairan) secara
akut.
Inj. Ceptriaxone 1 x 2 gr IV Ceftriaxone adalah obat yang
16 Mei 2022 digunakan untuk mengatasi berbagai
infeksi bakteri yang terjadi pada tubuh.
Salah satu penyakit infeksi bakteri yang
bisa diatasi oleh cefriaxone adalah
gonore. Obat ini tersedia dalam bentuk
suntik.
Inj. Resfar 1 x 5 gr IV Resfar adalah obat untuk
16 Mei 2022 keracunan paracetamol terjadi ketika
seseorang mengonsumsi obat tersebut
dalam dosis yang berlebihan.
Inj. Lansoperazole 2 x 30 mg IV Lansoprazole adalah obat untuk
mengatasi kondisi yang berkaitan
25
16 Mei 2022 dengan peningkatan asam
lambung. Obat ini umum digunakan
pada penderita tukak lambung, GERD
(gastro esophageal reflux
disease), rosivetis rosive, dan sindrom
Zollinger-Ellison.
Inj. Paracetamol 1 gm IV Paracetamol adalah obat untuk
18 Mei 2022 meredakan demam dan nyeri, termasuk
nyeri haid atau sakit gigi. Paracetamol
atau acetaminophen tersedia dalam
bentuk tablet, sirop, tetes, suppositoria,
dan infus
Inj. Kalnex 250 mg IV Kalnex termasuk golongan obat
tranexamic acid. Tranexamic acid
digunakan untuk
membantu menghentikan kondisi
perdarahan. Tranexamic acid
merupakan agen antifibrinolytic.
Golongan obat ini bekerja dengan
menghalangi pemecahan bekuan darah,
sehingga mencegah pendarahan.
Inj. Vit K 3x1 IV Mengatasi perdarahan berat akibat
penggunaan obat antikoagulan

26
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS: Kuman TB masuk ke dalam Bersihan jalan nafas
 Klien mengatakan saluran pernafasan tidak efektif b/d
bahwa ia batuk produksi sputum
berdahak dan demam Terjadinya peradangan dan meningkat
± 1 minggu yang lalu alveoli mengalami ( D.0001)
 Klien mengatakan konsolidasi
sulit untuk
mengeluarkan dahak Terjadinya lesi pada bagian
DO: paru
 Klien tampak sesak
 Klien terpasang Kerusakan jaringan paru

oksigen nasal kanul 4 meluas dan mengalami

lpm nekrosis

 Klien tampak gelisah


TTV: Produksi sputum meningkat

TD: 100/90 mmHg,


N : 109x/menit Batuk berdahak

RR : 28x/menit
S : 36,3oC Secret terakumulasi pada

SPO2 : 95% jalan nafas

27
DS : Riwayat sakit terdahulu
 Klien mengatakan Pola nafas tidak efektif
bahwa badannya Batuk Berdahak b/d hambatan upaya
terasa sangat lemas nafas (D.0005)
 Klien mengatakan Hambatan upaya nafas
bahwa saat ia (Melemahan otot
bernafas nafasnya pernapasan)
terasa berat dan
mempunyai riwayat Deformitas dinding dada
penyakit asma
Pola nafas tidak efektif
DO :
 Klien tampak
terpasang oksigen
nasal kanul 4 lpm
 Klien tampak
nampak menarik
nafas panjang
 Fase ekspirasi
memanjang
 TTV :
TD: 100/90 mmHg,
N : 109x/menit
RR : 28x/menit
S : 36,3oC
SPO2 : 95%

DS : Kurang nafsu makan Resiko Defisit Nutrisi


 Klien mengatakan b/d Kurang nafsu
tidak ada nafsu untuk Faktor psikologis makan( D.0019)
makan
DO : Keengganan untuk makan

28
 Klien tampak lemas
Risiko defisit nutrisi
 Klien tampak pucat
 Klien tampak tidak
nafsu makan
 Bibir tampak kering
 BB Sebelum sakit :
58 kg
 BB setelah sakit : 42
kg
 TTV :

TD: 100/90 mmHg,


N : 109x/menit
RR : 28x/menit
S : 36,3oC
SPO2 : 95%

PRIORITAS MASALAH

29
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi sputum meningkat ( D.0001 ) ditandai
dengan pasien mengatakan batuk dan demam ± 1 minggu, sesak nafas, pasien terlihat
sesak, terpasang oksigen nasal kanul 4 lpm, pasien tampak gelisah, irama nafas tidak
teratur, hasil pemeriksaan TTV = TD: 100/90 mmHg, N : 109x/menit, RR : 28x/menit,
S : 36,3oC , SPO2 : 95%
2. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas (D.0005) ditandai dengan pasien
mengatakan batuk dan demam ± 1 minggu, sesak nafas, pasien terlihat sesak, terpasang
oksigen nasal kanul 4 lpm, pasien tampak gelisah, irama nafas tidak teratur, hasil
pemeriksaan TTV = TD: 100/90 mmHg, N : 109x/menit, RR : 28x/menit, S : 36,3 oC ,
SPO2 : 95%
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Kurang nafsu makan ( D.0019) ditandai dengan, klien
mengatakan nafsu makan berkurang.Klien tampak Klien tampak lemas, klien tampak
pucat, klien nampak tidak nafsu makan, bibir tampak kering, Frekuensi makan
berkurang, sebelum sakit 3 x sehari, sesudah sakit 2 kali sehariPorsi makan berkurang,
sebelum sakit 1 piring, sesudah sakit ½ piring, BB Sebelum sakit 58 kg BB Setelah sakit
42 kg. TTV = TD: 100/90 mmHg, N : 109x/menit, RR : 28x/menit, S : 36,3 oC , SPO2 :
95%

30
31
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. D
Ruangan : Gardenia

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi

Setelah dilakukan intervensi, Latihan Batuk Efektif (I.01006)


Diagnosa 1
selama 3x7 jam diharapkan pola
Bersihan jalan nafas tidak Observasi:
napas membaik
efektif b.d produksi sputum 1. Identifikasi kemampuan batuk
KRITERIA HASIL :
meningkat 2. Monitor adanya retensi sputum
3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
1. Produksi sputum menurun
4. Monitor input dan output cairan ( mis. jumlah dan
2. Dispnea menurun karakteristik)
3. Sianosis menurun
Terapeutik:
4. Tidak ada kesulitan berbicara
5. Gelisah berkurang 1. Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
2. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
6. Frekuensi nafas membaik 3. Buang sekret pada tempat sputum
7. Pola nafas membaik
Edukasi:

1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif


2. Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3

32
Kolaborasi:

1. Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika


perlu

Diagnosa 2 Setelah dilakukan intervensi, Manajemen Jalan Nafas


Pola Nafas Tidak Efektif b.d selama 3x7 jam diharapkan pola Observasi
Hambatan Upaya Nafas napas membaik - Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
KRITERIA HASIL : - Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi,
1. Dispnea menurun weezing, ronkhi kering)
2. Gelisah menurun Terapeutik
3. Frekuensi napas membaik - Posisikan semi-Fowler atau Fowler
4. Pola napas membaik - Berikan minum hangat
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.

33
Diagnosa 3 Setelah pasien dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 3x7 jam 1. Identifikasi status nutrisi
Defisit Nutrisi b.d Kurang
pertemuan klien diharapkan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
nafsu makan
kebutuhan nutrisi adekuat.
3. Identifikasi makanan yang disukai
( D.0019) KRITERIA HASIL:
1. Keseimbangan nutrisi 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
tidak terganggu 5. Monitor asupan makanan
2. Nafsu makan klien tidak
6. Monitor berat badan
terganggu
3. Asupan protein klien Teraupetik :
terpenuhi 6. Fasilitas menentukan pedoman diet (misalnya piramida
4. Asupan kalsium klien makanan)
sepenuhnya adekuat
7. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
5. Asupan karbohidrat
sepenuhnya adekuat 8. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
9. Berikan makanan tinggi protein dan tinggi kalori
10. Berikan suplemen makanan jika perlu.
Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk,jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(misalnya pereda nyeri, antiemetik),jika perlu

34
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
PERTEMUAN KE 1
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam

S:
1. Identifikasi kemampuan batuk
2. Monitor adanya retensi sputum  Pasien mengatakan susah untuk

3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran mengeluarkan sputumnya


Senin, 16 Mei 2022
napas  Pasien mengatakan agak berat untuk
10.00 WIB
4. Monitor input dan output cairan ( mis. menarik nafasnya
Diagnosa
jumlah dan karakteristik) O:
5. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif  Pasien nampak batuk mengeluarkan
dahak
 Pasien nampak batuk tidak efektif

 Pasien nampak sesak nafas


A: Masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi

Senin, 16 Mei 2022 1. Memonitor Pola nafas S:

35
2. Memonitor bunyi nafas tambahan
10.00 WIB 3. Memposisikan pasien semi fowler - Pasien mengatakan sudah merasa lebih
Diagnosa 2 4. Memonitor adanya sumbatan jalan nafas baik dari sebelumnya
5. Memonitor TTV pasien O:
- Keadaan pasien masih berbaring di bed
- Pasien tampak tertidur dengan posisi
semi fowler
- Pola napas mulai teratur
- TTV :
TD: 100/90 mmHg,
N : 109x/menit
RR : 28x/menit
S : 36,3oC
SPO2 : 95%

A: MasalahTeratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi 1,2,4,

36
Senin, 16 Mei 2022 1. Memonitor berat badan S:
10.00 WIB 2. Menimbang berat badan secara rutin - Pasien mengatakan sudah mau makan
Diagnosa 3 3. Menganjurkan membuat catatan harian
O:
tentang perasaan dan suatu pemicu
- Keinginan makan cukup membaik
pengeluaran makanan seperti muntah - Asupan makanan cukup membaik
4. Frekuensi makan membaik - Klien tampak menghabiskan makanan
yang disajikan oleh perawat.

A: Masalah teratasi sebagian


P: Intervensi dilanjutkan

PERTEMUAN KE 2
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam
Selasa, 17 Mei 2022 1. Identifikasi kemampuan batuk S:
11.00 WIB 2. Monitor adanya retensi sputum  Pasien mengatakan sudah mudah
Diagnosa 1 3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran mengeluarkan sputumnya
napas
 Pasien mengatakan sudah lebih mudah
4. Monitor input dan output cairan ( mis.
untuk bernafas
jumlah dan karakteristik)
O:
5. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

37
 Batuk pasien nampak sudah berkurang

 Pasien nampak tidak terlalu sesak

 TTV
TD: 120/80 mmHg,
6. Monitor TTV N=82x/menit ,
RR=26x/menit,
S= 36,oC,
SPO2=85%
A: MasalahTeratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1,2,4,5

Selasa, 17 Mei 2022 1. Memonitor Pola nafas S:


11.00 WIB 2. Memonitor bunyi nafas tambahan - Pasien mengatakan masih merasakan
Diagnosa 2 3. Memposisikan pasien semi fowler sesak nafas
4. Memonitor adanya sumbatan jalan nafas O:
5. Monitor TTV Pasien - Pasien masih berbaring di bed
- Pasien tampak masih bernafas
menggunakan otot bantu pernapasan
- Pasien tampak tertidur dengan posisi semi
fowler

38
- Pola napas mulai teratur
- TTV :
TD: 120/80 mmHg,
N=82x/menit ,
RR=26x/menit,
S= 36,oC,
SPO2=85%
A: MasalahTeratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1,2,4,

Selasa, 17 Mei 2022 1. Memonitor berat badan S:


11.00 WIB 2. Menimbang berat badan secara rutin - Pasien mengatakan sudah mau makan
Diagnosa 3 3. Menganjurkan membuat catatan harian
O:
tentang perasaan dan suatu pemicu
- Keinginan makan cukup membaik
pengeluaran makanan seperti muntah - Asupan makanan cukup membaik
4. Frekuensi makan membaik - Klien tampak menghabiskan makanan
yang disajikan oleh perawat.

A: Masalah teratasi sebagian


P: Intervensi dilanjutkan

39
PERTEMUAN KE 3
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam
Rabu, 18 Mei 2022 1. Identifikasi kemampuan batuk S:
15.00 WIB 2. Monitor adanya retensi sputum  Pasien mengatakan batuknya sudah
Diagnosa 1 3. Monitor input dan output cairan ( mis. berkurang
jumlah dan karakteristik)
 Pasien mengatakan tidurnya nyenyak
4. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
tidak terbangun karena sudah jarang
batuk
O:
 Pasien nampak tertidur

 Frekuensi nafas 22x/menit

 Spo2 95 %
A: Masalah Teratasi
P: Intervensi

40
Rabu, 18 Mei 2022 1. Memonitor Pola nafas S:
15.00 WIB 2. Memonitor bunyi nafas tambahan - Pasien mengatakan sesak nafas berkurang
Diagnosa 2 3. Memposisikan pasien semi fowler O:
4. Memonitor adanya sumbatan jalan nafas - Keadaan pasien masih berbaring di bed
- Pasien tertidur dengan posisi semi fowler
- Pola napas mulai teratur
- TTV :
TD: 120/80 mmHg,
N=90x/menit ,
RR=22x/menit,
S= 36,6oC,
SPO2 : 95%
A: Masalah Teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
Rabu, 18 Mei 2022 1. Memonitor berat badan S:
15.00 WIB 2. Menimbang berat badan secara rutin - Pasien mengatakan sudah mau makan
Diagnosa 3 3. Menganjurkan membuat catatan harian
O:
tentang perasaan dan suatu pemicu
- Keinginan makan cukup membaik
pengeluaran makanan seperti muntah - Asupan makanan cukup membaik
4. Frekuensi makan membaik - Klien tampak menghabiskan makanan

41
yang disajikan oleh perawat.

A: Masalah teratasi sebagian


P: Intervensi dilanjutkan
PERTEMUAN KE 4
Kamis, 19 Mei 2022 1. Memonitor Pola nafas S:
21.10 WIB 2. Memonitor bunyi nafas tambahan - Pasien mengatakan sesak nafas berkurang
Diagnosa 2 3. Memposisikan pasien semi fowler O:
4. Memonitor adanya sumbatan jalan nafas - Keadaan pasien masih berbaring di bed
5. Monitor TTV - Pasien tertidur dengan posisi terlentang
- Pola napas mulai teratur
- Pasien nempak tidak memakai oksigen
nasal kanul
- TTV :
TD: 125/90 mmHg,
N= 87x/menit ,
RR= 19x/menit,
S= 36,3oC,
SPO2 : 94%
A: Masalah Teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
Kamis, 19 Mei 2022 1. Memonitor berat badan S:

42
21.10 WIB - Pasien mengatakan sudah mau makan
Diagnosa 3 2. Menimbang berat badan secara rutin - Pasien mengatakan sudah ada perasa
3. Menganjurkan membuat catatan harian - Pasien mengatakan dirinya sering
tentang perasaan dan suatu pemicu merasa lapar ketika tengah malam
pengeluaran makanan seperti muntah
O:
4. Frekuensi makan membaik
- Keinginan makan cukup membaik
- Asupan makanan cukup membaik
- Klien tampak menghabiskan makanan
yang disajikan oleh perawat.

A: Masalah teratasi sebagian


P: Intervensi dilanjutkan

43
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
TB (Tuberkulosis) merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang paru-paru. Mycobacterium tuberculosis ini pertama kali
ditemukan pada tahun 1882 oleh Roberth Koch dan akhirnya seiring berjalannya waktu
penyakit ini mulai menyebar ke berbagai belahan dunia, salah satunya di Indonesia. Dimana
Indonesia merupakan negara ketiga setelah India dan China yang memiliki persentase
penderita TB terbesar didunia. Di Indonesia sendiri isu TB merupakan penyakit yang banyak
diderita oleh masyarakat indonesia. Hal ini disebabkan kurangnya akses kesehatandan juga
tingkat angka kemiskinan di indonesia yang masih tinggi. Pada awalnya dalam mengurangi
tingkat penderita TB, indonesia hanya menangani penderita TB dari sektor domestik yang
langsung ditangani oleh Kementerian Kesehatan dengan upaya memberikan pelayanan secara
menyeluruh dari pusat kota hingga ke daerah-daerah (Kemenkes, 2011: 18).

44
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood & Abdul Mukty. 2019. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :
Airlangga University Press.
Budiono & Pertami, 2019. Respirologi (Respiratory Medicine). Edisi 1. Jakarta:EGC
pp.136-143
Gusti, 2019. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba
Hariadi, Slamet, dkk.2018. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Departemen Ilmu
Penyakit Paru FK Unair – RSUD Dr. Soetomo.
Hasan, Helmia, Wibisono M, Winariani, Hariadi S, editors. 2018. Tuberkolosis Paru. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR – RSUD
Dr. Soetomo.
Junaidi, Iskandar. 2017. Penyakit Paru dan Saluran Napas. Jakarta : Buana Ilmu Populer
Kemenkes RI. 2018. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Gerdunas
TB.
Sarah Ulliya,2018. Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Alih Bahasa: I Made Kriasa.EGC.Jakarta

45
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Tema : Etika Batuk dan Bersin


Sasaran : Pasien Tb Paru Diruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus
Hari/tanggal : Kamis, 19 Mei 2022
Waktu : 10.00 – 10.45 WIB (45 menit)
Tempat : Ruang Gardenia

A. Latar Belakang
Batuk bukanlah suatu penyakit. Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh
pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di
tenggorokan karena adanya lendir,makanan,debu,asap dan sebagainya.
Etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan
buruk sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik
dan benar, dengan cara menutup hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju. jadi
bakteri tidak menyebar ke udara dan tidak menular ke orang lain.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit, diharapkan Pasien memahami tentang
etika batuk dan bersin

2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, sasaran mampu:
a. Mengerti dan menyebutkan cara bersin dan batuk yang benar
b. Mengerti dan menyebutkan tujuan bersin dan batik yang benar
c. Menyebutkan masalah yang akan timbul ketika bersin dan batuk dengan cara yang
salah

C. Pokok Bahasan
Etika batuk dan bersin

46
D. Sub Pokok Bahasan
 Menjelaskan kepada peserta penyuluhan tentang pengertian batuk dan bersin
 Menjelaskan kepada peserta tujuan batuk dan bersin yang benar
 Menjelaskan masalah yang timbul ketika bersin dan batuk dengan cara yang salah
 Menjelaskan dan memperagakan cara batuk dan bersin yang benar

E. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Diskusi dan tanya jawab

F. Media dan Alat


1. Media : leaflet
2. Alat : tisu dan hanscraf, botol kosong

G. Proses Pelaksanaan
No. Tahapan & Waktu Kegiatan Penyaji Kegiatan Audien
1. Pembukaan  Memberi salam  Menjawab salam
(5 menit)  Memperkenalkan  Mendengarkan dan
anggota klompok dan memperhatikan
pembimbing  Menyepakati kontrak
 Melakukan kontrak  Memperhatikan dan
waktu mendengarkan
 Menjelaskan tujuan
dan materi yang akan
diberikan
2. Kegiatan  Menggali  Menanggapi dan
(35 menit) pengetahuan audien menjelaskan
tentang batuk dan  Memperhatikan dan
bersin yang benar mendengarkan
 Memberikan  Memperhatikan dan
reinforcement positif mendengarkan
 Menjelaskan

47
pengertian batuk dan  Memperhatikan dan
bersin mendengarkan
 Menjelaskan tujuan  Memperhatikan dan
batuk dan bersin mendengarkan
dengan cara yang
benar
 Menjelaskan cara
batuk dan bersin yang
benar
3. Penutup  Evaluasi validasi  Menyimak
(5 menit)  Menyimpulkan  Memperhatikan dan
bersama-sama mendengarkan
 Mengucapkan terima  Memperhatikan dan
kasih mendengarkan
 Mengucapkan salam  Menjawab salam
penutup

G. Pengorganisasian
a. Penyaji : Pingky
b. Moderator :
c. Observer/fasilitator :

1. Uraian Tugas
b. Moderator
- Bertanggung jawab dalam kelancaran diskusi pada penyuluhan
- Memperkenalkan anggota kelompok dan pembimbing
- Menyepakati bahasa yang akan digunakan selama penyuluhan dengan audien
- Menyampaikan kontrak waktu
- Merangkum semua audien sesuai kontrak
- Mengarahkan diskusi pada hal yang terkait pada tujuan diskusi
- Menganalisis penyajian
b. Penyaji
- Bertangung jawab memberikan penyuluhan
- Memahami topik penyuluhan

48
- Meexplore pengetahuan audien tentang batuk efektif
- Menjelaskan dan mendemonstrasikan teknik batuk efektif dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh audien
- Memberikan reinforcement positif atas partisipasi aktif audien
c. Fasilitator
- Menjalankan absensi audien dan mengawasi langsung pengisian di awal acara.
- Memperhatikan presentasi dari penyaji dan memberi kode pada moderator jika
ada ketidaksesuaian dengan dibantu oleh observer.
- Memotivasi peserta untuk aktif berperan dalam diskusi, baik dalam mengajukan
pertanyaan maupun menjawab pertanyaan.
- Membagikan leaflet di akhir acara.
d. Observer
- Mengoreksi kesesuaian penyuluhan dengan jadwal dan target
- Mengamati jalannya kegiatan penyuluhan
- Memberikan laporan evaluasi penyuluhan dengan merujuk ke SAP
e. Pembimbing
- Memberikan arahan dan masukan terhadap kelancaran penyuluhan.
- Mengevaluasi laporan dari observer.
J. Setting Tempat

: Penyaji

: Pasien

; Keluarga Pasien

Evaluasi
Evaluasi akan dilakukan adalah:

49
1. Evaluasi Struktur
a. Pengorganisasian dilaksanakan sebelum pelaksanaan kegiatan.
b. Kontrak dengan peserta pada H-1, diulangi kontrak pada hari H.
c. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai satuan acara penyuluhan.
d. Karyawan yang hadir ± 20 orang ditempat penyuluhan sesuai kontrak yang
disepakati.
2. Evaluasi Proses
Peserta antusias dalam menyimak uraian materi penyuluhan tentang batuk dan bersin
yang benar
3. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan penyuluhan selama 40 menit peserta mampu
a. 80% sasaran mampu menyebutkan pengertian batuk dan bersin
b. 60% sasaran mampu menjelaskan tujuan batuk dan bersin dengan cara yang benar
c. 60% sasaram mampu menjelaskan apa akibat dari batuk dan bersin dengan cara yang
salah
d. 60% sasaran mampu meenjelaskan dan mendemonstrasikan batuk dan bersin dengan
cara yang benar.

Lampiran Materi
Etika Batuk Dan Bersin

A. Pengertian

Batuk bukanlah suatu penyakit. Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh

pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di

tenggorokan karena adanya lendir,makanan,debu,asap dan sebagainya.

Etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan

buruk sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik

dan benar, dengan cara menutup hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju. jadi

bakteri tidak menyebar ke udara dan tidak menular ke orang lain.

50
B. Tujuan Etika Batuk

Mencegah penyebaran suatu penyakit secara luas melalui udara bebas (Droplets)

dan membuat kenyamanan pada orang di sekitarnya. Droplets tersebut dapat

mengandung kuman infeksius yang berpotensi menular ke orang lain disekitarnya

melalui udara pernafasan. Penularan penyakit melalui media udara pernafasan disebut

“air borne disease”.

C. Penyebab terjadinya Batuk

1. Infeksi

Produksi dahak yang sangat banyak karena infeksi saluran pernapasan. Misal : flu,

bronchitis,dan penyakit yang cukup serius meskipun agak jarang pneumoni, TBC,

Kanker paru-paru.

2. Alergi

a.Masuknya benda asing secara tidak sengaja ke dalam saluran

pernapasan. Misal : debu,asap,makanan dan cairan.

b. Mengalirnya cairan hidung kea rah tenggorokan dan masuk ke

saluran pernapasan.Misal : rhinitis alergika, batuk pilek.

c.Penyempitan pada saluran pernapasan. Misal : Asma

D. Kebiasaan batuk yang salah

1. Tidak menutup mulut saat batuk atau bersin di tempat umum.

2. Tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut atau hidung

saat batuk dan bersin.

3. Membuang ludah batuk disembarang tempat.

4. Membuang atau meletakkan tissue yang sudah dipakai disembarang tempat.

5. Tidak menggunakan masker saat flu atau batuk.

51
E. Dampak batuk batuk dapat menyebabkan :
1. Rasa lelah
2. Gangguan tidur
3. Perubahan pola hidup
4. Nyeri musculoskeletal
5. Suara serak
6. Mengganggu nafas,dll

F. Cara Batuk yang Baik dan Benar Hal-hal perlu anda siapkan :

1. Lengan baju
2. Tissue
3. Sabun dan air
4. Gel pembersih tangan.
Langkah 1
Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar anda dan tutup hidung dan mulut anda
dengan menggunakan tissue atau saputangan atau lengan dalam baju anda setiap kali anda
merasakan dorongan untuk batuk atau bersin.
Langkah 2
Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah.
Langkah 3
Tinggalkan ruangan/tempat anda berada dengan sopan dan mengambil kesempatan untuk
pergi cuci tangan di kamar kecil terdekat atau menggunakan gel pembersih tangan.
Langkah 4
Gunakan masker.

52
53

Anda mungkin juga menyukai