Oleh :
Nama : Rivaldo Setyo Prakoso
NIM : 2018.C.10a.0982
PEMBIMBING PRAKTIK
Pembimbing Akademik
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners,
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
pada An. A dengan Diagnosa Medis Kejang demam di Rsud Dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK
III).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Yelstria Ulina Tarigan, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang
telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian asuhan keperawatan ini
4. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 26 Maret 2021
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL ..................................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................
1.1 Latar Belakang....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................
....................................................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan...............................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................
2.1 Konsep Penyakit Kejang Demam.......................................................................
2.1.1 Definisi Kejang demam.............................................................................
2.1.2 Anatomi Fisologi.......................................................................................
2.1.3 Etiologi......................................................................................................
2.1.4 Klasifikasi..................................................................................................
2.1.5 Fatosiologi (WOC) ...................................................................................
2.1.6 Manifestasi Klinis .....................................................................................
2.1.7 Komplikasi ...............................................................................................
2.1.8 Pemerikasaan Penunjang ..........................................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Medis .............................................................................
...............................................................................................................................
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ......................................................................
2.2.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................................
2.2.3 Intervensi Keperawatan ..............................................................................
2.2.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .....................................................................
3.1 Pengkajian .......................................................................................................
3.2 Diagnosa ..........................................................................................................
3.3 Intervensi .........................................................................................................
3.4 Implementasi ...................................................................................................
3.5 Evaluasi ...........................................................................................................
BAB 4 PENUTUP ....................................................................................................
4.1 Kesimpulan .....................................................................................................
4.2 Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Otak
Otak terdiri dari otak besar yaitu disebut cerebrum, otak kecil disebut
cerebellum dan batang otak disebut brainstem.Beberapa karakteristik khas otak
orang anak yaitu mempunyai berat lebih kurang 2 % dari berat badan dan
mendapat sirkulasi darah sebanyak 20 % dari cardiac output dan membutuhkan
kalori sebesar 400 kkal setiap hari.
Otak mempunyai jaringan yang paling banyak menggunakan energi yang
didukung oleh metabolisme oksidasi glukosa.Kebutuhan oksigen dan glukosa otak
relatif konstan, hal ini disebabkan oleh 10 metabolisme otak yang merupakan
proses yang terus menerus tanpa periode istirahat yang berarti.Bila kadar oksigen
dan glukosa kurang dalam jaringan otak maka metabolisme menjadi terganggu
dan jaringan saraf akan mengalami kerusakan. Secara struktural,cerebrum terbagi
menjadi bagian korteks yang disebut korteks cerebri dan sub korteks yang disebut
struktural subkortikal.Korteks cerebri terdiri atas korteks sensorik yang berfungsi
untuk mengenal,interpretasi inpuls sensorik yang diterima sehingga individu
merasakan,menyadari adanya suatu sensasi rasa/indera tertentu.Korteks sensorik
juga menyimpan sangat banyak data memori sebagai hasil rangsang sensorik
selama manusia hidup.Korteks motorik berfungsi untuk memberi jawaban atas
rangsangan yang diterimanya.
Struktur Sub Kortikal :
a. Basal ganglia:melaksanakan fungsi motorik dengan merinci dan
mengkoordinasi gerakan dasar,gerakan halus atau gerakan trampil dan
sikap tubuh.
b. Talamus:merupakan pusat rangsang nyeri.
c. Hipotalamus:pusat tertinggi integrasi dan koordinasi sistem syaraf
otonom dan terlibat dalam pengolahan perilaku insting. Seperti
makan,minum,seks,dan motivasi.
d. Hipofise:bersama hipotalamus mengatur kegiatan sebagian besar
kelenjar endokrin dalam sintesa dan pelepasan hormon.
Cerebrum terdiri dari dua belahan yang disebut hemispherium cerebri dan
keduanya dipisahkan oleh fisura longitudinalis.Hemisperium cerebri terbagi
hemisper kanan dan kiri.Hemisper kanan dan kiri ini dihubungkan oleh bangunan
yang disebut corpus callosum.Hemisper cerebri dibagi menjadi lobus - lobus yang
diberi nama sesuai dengan tulang diatasnya,yaitu:
a. Lobus Frontalis,bagian cerebrum yang berada dibawah tulang frontalis
b. Lonbus Parietalis,bagian cerebrum yang berada dibawah tulang parietalis
c. Lobus Occipitalis,bagian cerebrum yang berada dibawah tulang
occipitalis
d. Lobus Temporalis,bagian cerebrum yang berada di bawah tulang
temporalis.
Cerebelum (otak kecil) terletak di bagian belakang kranium menempati
fosa cerebri posterior dibawah lapisan durameter tentorium cerebelli.Dibagian
depannya terletak batang otak.Berat cerebellum sekitar 150 gr atau 88 % dari
berat batang otak seluruhnya.Cerebellum dapat dibagi menjadi hemisper cerebelli
kanan dan kiri yang dipisahkan oleh Vermis.Fungsi cerebellum pada umumnya
adalah mengkoordinasikan gerakan-gerakan otot sehingga gerakan dapat
terlaksana dengan sempurna.
Batang otak atau brainstern terdiri atas diencephalon, mid brain,pons dan
medullan oblongata merupakan tempat berbagai macam pusat vital seperti pusat
pernapasan,pusat vasomotor ,pusat pengatur kegiatan jantung dan pusat muntah.
2. Medula Spinalis
Medula spinalis merupakan perpanjangan modulla oblongata ke arah
kaudal di dalam kanalis vertebralis cervikalis I memanjang hingga setinggi cornu
vertebralus lumbalias I-II.Terdiri dari 31 segmen yang setiap segmenya terdiri dari
satu pasang saraf spinal.Dari medulla spinallis bagian cervical keluar 8
pasang,dari bagian thorakal 12 pasang,dari bagian lumbal 5 pasang dan dari
bagian sakral 5 pasang serta dari coxigeus keluar 1 pasang saraf spinalis.Seperti
halnya otak,medula spinalis pun terbungkus oleh selaput meninges yang berfungsi
melindungi saraf spinal dari benturan atau cedera.
Gambaran penampang medula spinalis memperlihatkan bagian-bagian
substansi grissea dan substansia alba.Substansia grissea ini mengelilingi canalis
centralis sehingga membentuk columna dorsalis,columna lateralis dan columna
ventralis.Massa grissea dikelilingi oleh substansia alba atau badan putih yang
mengandung serabut-serabut saraf yang diselubungi oleh myelin.Substansi alba
berisi berkas-berkas saraf yang membawa impuls sensorik dari sistem saraf tepi
(SST) menuju sistem saraf 13 pusat (SSP) dan impuls motorik sistem saraf pusat
(SSP) menuju sistem saraf tepi (SST).Substansia grissea berfungsi sebagai pusat
koordinasi yang berpusat di medula spinalis. Di sepanjang medula spinalis
terdapat jaras saraf yang berjalan dari medula spinalis menuju otak yang disebut
jaras acenden dan dari otak menuju medula spinalis yang disebut sebagai jaras
desenden.Substansia alba berisi berkas-berkas saraf yang berfungsi membawa
impuls sensorik dari sistem tepi saraf tepi otak ke otak dan impuls motorik dari
otak ke saraf tepi.Substansi grissea berfungsi sebagai pusat koordinasi reflek yang
berpusat di medulla spinalis.
Refleks-refleks yang berpusat di sistem saraf pusat yang bukan medulla
spinalis,pusat koordinasi tidak disubstansi grisea medulla spinalis.Pada umumnya
penghantaran impuls sensorik di substansi alba medula spinalis berjalan
menyilang garis tengah.Impuls sensorik dari tubuh sisi kiri akan dihantarkan ke
otak sisi kanan dan sebaliknya.Demikian juga dengan impuls motorik.Seluruh
impuls motorik dari otak yang dihantarkan ke saraf tepi melalui medula spinalis
akan menyilang.
Upper Motor Neuron (UMN) adalah neuron-neuron motorik yang berasal
dari korteks serebri atau batang otak yang seluruhnya(dengan serat saraf-sarafnya
ada di dalam sistem saraf pusat.Lower Motor Neuron(LMN) adalah neuron-
neuron motorik yang berasal dari sistem saraf pusat tetapi serat-serat sarafnya 14
keluar dari sistem saraf pusat dan membentuk sistem saraf tepi dan berakhir di
otot rangka.Gangguan fungsi UMN maupun LMN menyebabkan kelumpuhan otot
rangka,tetapi sifat kelumpuhan UMN berbeda sifat dengan kelumpuhan
LMN.Kerusakan LMN menimbulkan kelumpuhan otot yang lemas ketegangan
otot (tonus) rendah dan sukar untuk merangsang refleks otot
rangka(hiporefleksia).Pada kerusakan UMN,otot lumpuh (paralisa/paresa) dan
kaku(rigid),ketegangan otot tinggi (hiperrefleksia). Berkas UMN bagian internal
tetap berjalan pada sisi yang sama sampai berkas lateral ini tiba di medulla
spinalis.Di segmen medula spinalis tempat berkas bersinap dengan neuron LMN.
Berkas tersebut akan menyilang,sehingga kerusakan UMN diatas batang otak
akan menimbulkan kelumpuhan pada otot-otot sisi yang berlawanan.
Salah satu fungsi medula spinalis sebagai sistem saraf pusat adalah sebagai
pusat refleks.Fungsi tersebut diselenggarakan oleh substansi grisea medula
spinalis.Refleks adalah jawaban individu terhadap rangsang melindung tubuh
terhadap berbagai perubahan yang terjadi baik di lingkungan eksternal.Kegiatan
refleks terjadi melalui suatu jalur tertentu yang disebut lengkung refleks.
1. Fungsi medula spinalis:
a. Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu di kornu motorik atau kornu
ventralis.
b. Mengurus kegiatan refleks spinalis dan reflek tungkai
c. Menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju
cerebellum
d. Mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh.
2. Fungsi Lengkung Reflek:
a. Reseptor : penerima rangsang
b. Aferen: sel saraf yang mengantarkan impuls dari reseptor ke sistem saraf
pusat(ke pusat refleks)
c. Pusat Refleks : area di sistem saraf pusat (di medula spinalis : substansia
grisea ) tempat terjadinya sinap(hubungan antara neuron dengan neuron
dimana terjadi pemindahan /penerusan impuls)
d. Eferen: sel saraf yang membawa impuls dari pusat refleks ke sel efektor.
Bila sel efektornya berupa otot,maka eferen disebut juga neuron
motorik (sel saraf/penggerak)
e. Efektor : sel tubuh yang memberikan jawaban terakhir sebagai jawaban
refleks.Dapat berupa sel otot (otot jantung ,otot polos atau otot
rangka),sel kelenjar.
3. Sistem Saraf Tepi
Kumpulan neuron di luar jaringan otak dan medula spinalis membentuk
sistem saraf tepi(SST).Secara anatomik di golongkan 16 ke dalam saraf-saraf otak
sebanyak 12 pasang dan 31 pasang saraf spinal.Secara fungsional,SST di
golongkan ke dalam :
a. Saraf sensorik (aferen) somatik : membawa informasi dari kulit,otot
rangka dan sendike sistem saraf pusat
b. Saraf motorik (eferen) somatik : membawa informasi dari sistem saraf
pusat ke otot rangka
c. Saraf sensorik (aferen) viseral : membawa informasi dari dinding visera
ke sistem saraf pusat
d. Saraf motorik (aferen) viseral : membawa informasi dari sistem saraf
pusat ke otot polos,otot jantung dan kelenjar. e. Saraf eferen viseral di
sebut juga sistem saraf otonom.Sistem saraf tepi terdiri atas saraf otak
( s.kranial) dan saraf spinal.
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi kejang demam dibagi menjadi 2 yaitu:
KEJANG DEMAM
Takikardia dapat mewakili anemia atau hipovolemia. Turgor kulit >3 detik
menandakan gejala dehidrasi.
3) B3 (Brain)
4) B4 (Bladder)
5) B5 (Bowel)
6) B6 (Bone)
Kelemahan fisik umum sekunder dari keletihan dan pemakaian energy.
1. Pola nafas tidak efektif Pola Napas SLKI (L.01004 hal. Manajemen jalan napas SIKI (I.01011 hal. 186)
berhubungan dengan 95) Observasi
ketidak seimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
ventilasi dan ferfusi keperawatan selama 1x7 jam 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing,
(D.0005 hal. 26) diharapkan pola napas efektif ronkhi kering)
dengan kriteria hasil: 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
1. Dyspnea menurun skor 5 Terapeutik
2. Penggunaan otot bantu napas 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt (jaw-thrust
menurun skor 5 jika curiga trauma servikal)
3. Ortopnea menurun skor 5 2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
4. Pernapasan pursed-lip 3. Berikan minum hangat
menurun skor 5 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Pernapasan cuping hidung 5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
menurun skor 5 6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
6. Frekuensi napas membaik 7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
skor 5 8. Berikan oksigen, jika perlu
7. Kedalaman napas membaik Edukasi
skor 5 1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu.
2. Hipertermia berhubungan Setelah diberikan asuhan Manajemen Hipertermia (SIKI I.15506 Hal.181)
dengan Suhu tubuh keperawatan selama 3x7 jam Observasi
diatas nilai normal diharapkan termoregulasi/pengaturan 1. Identifikasi penyebab hipertermia
(SDKI D.0130, halaman suhu tubuh pasien membaik. 2. Monitor suhu tubuh
284) Kriteria hasil : SLKI (L.14134 3. Monitor kadar elektrolit
Hal.129) 4. Monitor haluaran urine
1. Mengigil menurun (5) 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
2. Kulit merah menurun (5) Terapeutik
3. Pucat menurun (5) 1. Sediakan lingkungan dingin
4. Takikardi menurun (5) 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
5. Takipnea menurun (5) 3. Basahi dan kipas permukaan tubuh
6. Dasar kuku sianotik menurun (5) 4. Berikan cairan oral
7. Hipoksia menurun (5) 5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
8. Suhu tubuh membaik (5) hiperhidrosis (keringat berlebih)
9. Suhu kulit membaik (5) 6. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
10. Pengisian kapiler membaik (5) 7. Berikan oksigen, jika perlu
11. Tekanan darah membaik (5)
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika
perlu.
3. Defisit nutrisi b. D Status nutrisi SLKI (L.03030 Manajemen nutrisi SIKI (I.03119 hal. 200)
ketidak mampuan hal. 121) Observasi
metabolisme usus (D. Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi
0019 hal. 56) keperawatan selama 1x7 jam 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
diharapkan nutrisi klien 3. Identifikasi makanan yang disukai
terpenuhi dengan kriteria hasil: 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
1. Porsi makanan yang 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
dihabiskan meningkat skor 5 6. Monitor asupan makanan
2. Perasaan cepat kenyang 7. Monitor berat badan
menurun skor 5 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
3. Nyeri abdomen menurun skor Terapeutik
5 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
4. Frekuensi makan membaik 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
skor 5 3. Sajikana makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
5. Nafsu makan membaik skor 5 4. Berikan makanan tinggi serat untuk menegah konstipasi
Membrane mukosa membaik 5. Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein
skor 5 6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastric jika
asupan peroral dapat sitoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda
nyeri, antiemetic), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi).
Keterangan :
- : Hubungan keluarga
- : Tinggal serumah
- : Laki-laki
- : Perempuan
- : Klien
I. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Pasien tampak lemah,pasien tampak lemas,berbaring
dengan posisi telentang kesadaran compos mentis dan pasien masih tampak
kejang
2. Tanda vital
Tekanan darah :110/ 70 mmhg
Nadi : 92 x/mnt
Suhu : 39,0 ˚C
Respirasi : 25vx/mnt
Keluhan lainnya : Ibu klien mengatakan anaknya kejang dan suhu tubuhnya
tinggi dan kulit teraba panas
3. Kepala dan wajah
a. Ubun-ubun
Menutup ( √ ) Ya ( ) Tidak
Keadaan ( ) cembung ( √ ) cekung ( ) lain,lain…
Kelainan ( ) Hidrocefalus ( ) Microcephalus
Tidak ada keluhan
b. Rambut
Warna : Kehitaman
Keadaan : Rontok ( ) Ya ( √)
Tidak
Mudah dicabut( ) Ya ( √ ) Tidak
Kusam ( ) Ya (√ )
Tidak
Lain-lain Tidak ada keluhan
c. Kepala
Keadaan kulit kepala : Normal dan bersih
Peradangan/benjolan : ( ) Ada, sebutkan…………………
( √ ) Tidak Tidak ada peradangan/benjolan
Lain-lain : Tidak ada keluhan
d. Mata
Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak
Conjungtiva : Anemis
Skelera : Normal
Reflek pupil : Anemis
Oedem Palpebra : ( ) Ya ( √) tidak
Ketajaman penglihatan : Normal
Lain-lain : Tidak ada keluhan
e. Telinga
Bentuk : ( √ ) Simetris ( ) tidak
Serumen/secret : ( ) Ada ( √ ) tidak
Peradangan : ( ) Ada ( √ ) tidak
Ketajaman pendengaran : Normal
Lain-lain : Tidak ada keluhan
f. Hidung
Bentuk : ( √ ) Simetris ( ) tidak
Serumen/secret : ( ) Ada ( √ ) tidak
Pasase udara : ( ) terpasang O2….. liter ( √ )
tidak
Fungsi penciuman : Baik
Lain-lain : Tidak ada keluhan
g. Mulut
Bibir : intak ( ) ya (√ )
tidak
Stanosis ( √ ) ya ( )
tidak
Keadaan ( √ ) kering ( )
lembab
Palatum : ( √ ) keras ( ) lunak
h. Gigi
Carries : ( ) ya, sebutkan…............ (√ )
tidak
Jumlah gigi : 20 buah
Lain-lain : Tidak ada keluhan
Mahasiswa
( Rivaldo Setyo Prakoso)
ANALISIS DATA
Nama : An.A
Umur : $ Tahun
- TD : 110/70 mmhg
- Nadi : 92 x/menit
- Suhu : 39,0oC
- RR : 25 x/menit
3.2 Prioritas Masalah
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kejang demam merupakankelainan neurologis yang paling sering terjadi
pada anak, 1 dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini
dikarenakan, anak yang masih berusia dibawah 5 tahun sangat rentan terhadap
berbagai penyakit disebabkan sistem kekebalan tubuh belum terbangun secara
sempurna (Harjaningrum, 2011). Serangan kejang demam pada anak yang satu
dengan yang lain tidaklah sama, tergantung nilai ambang kejang masing-masing.
Oleh karena itu, setiap serangan kejang harus mendapat penanganan yang cepat
dan tepat, apalagi kejang yang berlangsung lama dan berulang.Sebab,
keterlambatan dan kesalahan prosedur bisa mengakibatkan gejala sisa pada anak,
bahkan bisa menyebabkan kematianKetika mengalami kejang demam, tubuh anak
akan berguncang hebat diiringi gerakan menyentak di lengan dan tungkai, serta
kehilangan kesadaran. Kejang demam akan terlihat menyeramkan, terutama bagi
orang tua. Padahal, kejang pada anak-anak yang terjadi saat demam umumnya
tidak berbahaya dan bukan merupakan gejala penyakit serius.
4.2 Saran
Dalam melakukan perawatan Kejang demam hendaknya dengan hati-hati,
cermat dan teliti serta selalu menjaga kesterilan alat, maka akan mempercepat
proses penyembuhan. Perawat perlu mengetahui tanda gejala, perawat harus
mampu mengetahui kondisi pasien secara keseluruhan sehingga intervensi yang
diberikan bermanfaat untuk kemampuan fungsional pasien, perawat harus mampu
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung adanya
proses keperawatan serta dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan
pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga tentang penyakit, penyebab,
pencegahan, dan penanganan.
DAFTAR PUSTAKA
Wong, Donna L., et al. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong,
Volume .Alih bahasa Agus Sunarta, dkk. EGC : Jakarta
PPNI (2016).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan tindakan
keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018).Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria hasil
keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.