Oleh :
IGO GUNAWAN
2018.C.10a.0969
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing Akademik
i
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan
“Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada An.Rdengan Diagnosa
malaria.”.Saya berharap laporan pendahuluan penyakit ini dapat berguna dan
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit malaria
Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempur oleh sebab itu berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
Penulis
ii
4
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan......................................................................................i
Kata Pengantar.............................................................................................ii
Daftar Isi......................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan penulisan.................................................................................2
1.3.1 Tujuan umum........................................................................................3
1.3.2 Tujuan khusus.......................................................................................3
1.4 Manfaat ...............................................................................................4
1.4.1 Untuk mahasiswa..................................................................................4
1.4.2 Untuk klien dan keluarga......................................................................4
1.4.3 Untuk institusi (pendidikan dan rumah sakit).......................................4
1.4.4 Untuk IPTEK.........................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................5
2.1 Konsep Penyakit.....................................................................................5
2.1.1 Definisi..................................................................................................5
2.1.2 Anatomi Fisiologi..................................................................................6
2.1.3 Etiologi..................................................................................................6
2.1.4 Klasifikasi..............................................................................................7
2.1.5 Patofisiologi (Pathway..........................................................................7
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda Dan Gejala).................................................8
2.1.7 Komplikas...........................................................................................10
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................11
2.1.9 Penatalaksanaan Medis.......................................................................11
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan..................................................13
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN........................................................24
3.1 Pengkajian.............................................................................................37
3.2 Diagnosa................................................................................................50
3.3 Intervensi...............................................................................................52
3.4 Implementasi.........................................................................................53
3.5 Evaluasi.................................................................................................53
BAB 4 PENUTUP.......................................................................................55
4.1 Kesimpulan...........................................................................................55
4.2 Saran......................................................................................................55
Daftar Pustaka
iii
5
BAB 1
PENDAHULUAN
ditemukan 216 juta kasus baru malaria dan 445.000 kematian. Wilayah Afrika
menyumbang sebagian besar kasus malaria global (90%), diikuti oleh wilayah
Asia Tenggara (7%), dan Mediterania Timur (2%). Angka kematian akibat
malaria tahun 2015 di wilayah Asia paling tinggi berada di India dengan jumlah
384 jiwa, sedangkan Indonesia berada pada posisi kedua dengan jumlah 157
jiwa.8 Menurut WHO, angka morbiditas dan mortalitas akibat malaria cenderung
menurun pada periode 2005 2015. Meskipun demikian, masih ada lebih kurang
3,2 milyar jiwa atau hampir separuh penduduk dunia berisiko tertular penyakit
malaria.9 Permasalahan malaria masih menjadi salah satu masalah yang serius di
Indonesia karena sering menimbulkan kematian apabila tidak diobati secara benar.
Walaupun telah terjadi penurunan yang cukup signifikan dari 465.764 kasus
positif malaria pada tahun 2010 menjadi 209.413 kasus pada tahun 2015, tetapi
dari data Kemenkes tahun 2011 2015 didapatkan hasil persentase kabupaten/kota
endemis tinggi mengalami sedikit penurunan kasus malaria, sedangkan
kabupaten/kota endemis sedang dan rendah mengalami peningkatan.7,9 Provinsi
Sumatera Barat merupakan wilayah endemis tingkat rendah, kecuali Mentawai
yang masih menjadi wilayah endemis tingkat tinggi.7 Tahun 2013 terjadi
peningkatan prevalensi malaria di Provinsi Sumatera Barat sebesar 4,3%. Khusus
untuk kota Padang, prevalensi malaria mengalami peningkatan menjadi 1,8%. 10
Hasil dari data DKK Padang ditemukan 155 kasus malaria positif pada tahun
2015. Puskesmas yang paling tinggi kasusnya adalah puskesmas Belimbing
dengan 37 kasus, sedangkan yang paling rendah adalah puskesmas Seberang
Padang dengan tidak ada kasus malaria baik klinis maupun dari pemeriksaan
sediaan darah.11
Maluku Utara (2,77) sedangkan provinsi dengan API terendah yaitu Jawa Barat,
Banten, DKI Jakarta, Bali, dan Jawa Timur masing- masing sebesar 0,00
sebanyak 82% kasus berasal dari daerah Indonesia bagian timur.2 Provinsi NTT
menempati urutan prevalensi Malaria klinis tertinggi ketiga di Indonesia. Hampir
90% desa di Provinsi NTT endemis Malaria. Wilayah endemis Malaria pada
umumnya adalah desa- desa terpencil dengan kondisi lingkungan yang kurang
baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan
kurang.3 Distribusi kasus Malaria terbesar di Provinsi NTT yaitu di kabupaten
lembata, Sikka, Nagokeo, Ende, Sumba Barat Daya, dan Timor Tengah Selatan
(TTS).3,4 Kabupaten Lembata ada 9 kecamatan dengan 8 endemisitas tinggi
( API > 5%) yaitu http://repository.unimus.ac.id 2 pada kecamatan Ileape, Ileape
Timur, Nubatukan, Nagawutun, Wulandoni, Atadei, Lebatukan, dan Omesuri
sedangkan ada 1 kecamatan yaitu Kecamatan Buyasuri endemisitasnya rendah
( API < 1%).4
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan Diagnosa
malaria secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
1.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang malaria dan Asuhan Keperawatannya.
1.4.3.2 Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan
Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan
Diagnosa medis malaria melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara
komprehensif.
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3) Arteri Brachialis Arteri brachialis adalah arteri yang terdapat pada lengan
atas 4) Arteri radialis Arteri radialis adalah arteri yang teraba pada pangkal ibu jari
5) Arteri karotis Arteri karotis adalah arteri yang mendarahi kepala dan
otak
6) Arteri temporalis Arteri temporalis adalah arteri yang teraba denyutnya di
depan telinga
7) Arteri facialis Teraba facialis adalah arteri yang denyutan disudut kanan
bawah.
8) Arteri femoralis Arteri femorais adalah arteri yang berjalan kebawah
menyusuri paha menuju ke belakang lutut
9) Arteri Tibia Arteri tibia adalah arteri yang terdapat pada kaki
10) Arteri Pulmonalis Arteri pulmonalis adalah arteri yang menuju ke paru-
paru.
B. Kapiler Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba
dari cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah
mikroskop. Kapiler membentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh, kapiler
selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi darah yang lebih besar yang
disebut vena. c. Vena (pembuluh darah balik) Vena membawa darah kotor
kembali ke jantung. Beberapa vena yang penting :
1) Vena Cava Superior Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa
darah kotor dari daerah kepala, thorax, dan ekstremitas atas.
2) Vena Cava Inferior Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung
dari semua organ tubuh bagian bawah
3) Vena jugularis Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke
jantung
4) Vena pulmonalis Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari
paru-paru. 15
3. Darah Beberapa pengertian darah menurut beberapa ahli adalah sebagai
berikut : Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian cair yang
disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel darah. Darah adalah suatu
jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang berwarna merah.
Darah adalah suatu cairan kental yang terdiri dari sel-sel dan plasma. Jadi darah
11
adalah jaringan cair yang terdapat dalam pembuluh darah yang berwarna merah
yang cair disebut plasma dan yang padat di sebut sel darah yang befungsi sabagai
transfer makanan bagi sel. Volume darah pada tubuh yang sehat / organ dewasa
terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan
jumlah tersebut pada tiap orang tidak sama tergantung pada umur, pekerjaan,
keadaan jantung atau pembuluh darah. Tekanan viskositas atau kekentalan dari
pada darah lebih kental dari pada air yaitu mempunyai berat jenis 1.041 – 1.067
dengan temperatur 380C dan PH 7.37 – 1.45.
Fungsi darah secara umum terdiri dari :
a. Sebagai Alat Pengangkut
1) Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan
keseluruh jaringan tubuh.
2) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paruparu. 16
3) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan ke seluruh jaringan/alat tubuh.
4) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun
yang akan membinasakan tubuh dengan perantara leukosit, antibody atau
zat-zat anti racun.
c. Menyebarkan panas keseluruh tubuh. Adapun proses pembentukan sel
darah (hemopoesis) terdapat tiga tempat, yaitu : sumsum tulang, hepar dan
limpa.
a. Sumsum Tulang Susunan tulang yang aktif dalam proses hemopoesis
adalah :
1) Tulang Vertebrae Vertebrae merupakan serangkaian tulang kecil yang
tidak teratur bentuknya dan saling berhubungan, sehingga tulang belakang mampu
melaksanakan fungsinya sebagai pendukung dan penopang tubuh. Tubuh manusia
mempunyai 33 vertebrae, tiap vertebrae mempunyai korpus (badan ruas tulang
belakang) terbentuk kotak dan terletak di depan dan menyangga. Bagian yang
menjorok dari korpus di belakang disebut arkus neoralis (Lengkung Neoral) yang
dilewati medulla spinalis, yang membawa serabut dari otak ke semua bagian
12
tubuh. Pada arkus terdapat bagian yang menonjol pada vertebrae dan dilekati oleh
17 otot-otot yang menggerakkan tulang belakang yang dinamakan prosesus
spinosus.
2) Sternum (tulang dada) Sternum adalah tulang dada. Tulang dada sebagai
pelekat tulang kosta dan klavikula. Sternum terdiri dari manubrium sterni, corpus
sterni, dan processus xipoideus.
3) Costa (Tulang Iga) Costa terdapat 12 pasang, 7 pasang Costa vertebio
sterno, 3 pasang costa vertebio condralis dan 2 pasang costa fluktuantes. Costa
dibagian posterior tubuh melekat pada tulang vertebrae dan di bagian anterior
melekat pada tulang sternum, baik secara langsung maupun tidak langsung,
bahkan ada yang sama sekali tidak melekat.
b. Hepar Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada
tubuh manusia. Organ ini terletak di bagian kanan atas abdomen di bawah
diafragma, kelenjar ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus dextra dan ductus hepatikus
sinestra, keduanya bertemu membentuk ductus hepatikus comunis. Ductus
hepaticus comunis menyatu dengan ductus sistikus membentuk ductus coledakus.
c. Limpa Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen, limpa terbentuk
setengah bulan berwarna kemerahan, limpa adalah organ berkapsula dengan 18
berat normal 100 – 150 gram. Limpa mempunyai 2 fungsi sebagai organ limfaed
dan memfagosit material tertentu dalam sirkulasi darah. Limpa juga berfungsi
menghancurkan sel darah merah yang rusak.
2.1.3 Etiologi
Agen penyebab malaria dari genus Plasmodium, Familia Plasmodiidae,
dari ordo Coccidiidae. Penyebab malaria pada manusia di Indonesia sampai saat
ini empat spesies plasmodium yaitu Plasmodium falciparum sebagai penyebab
malaria tropika yakni nyamuk anopheles, Plasmodium vivax sebagai penyebab
malaria tertiana, Plasmodium malarie sebagai penyebab malaria kuartana
Plasmodium ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika.
13
2.1.5 Patofisiologi
.
15
Rangsang mekanik dan biokimia
karena gangguan Gigitan nyamuk Peningkatan
keseimbangan cairan & suhu tubuh
Woc malaria
elektrolit
Menginfeksi entosit
10
malaria
B1 B2 B3 B4 B5 B6
(Breathing) (Bleeding) (Brain) (Bladder) (Bowel) (Bone)
Nyeri akut, sakit kepala Setelah dilakukan tindakan anajemen Nyeri (I. 08238, hal:
b.d peningkatan tekanan 201)
keperawatan selama 1x7 jam
Observasi
vaskular serebral. diharapkan rasa nyeri - Lokasi,
( D.0074: Hal 166 ) karakteristik, durasi, frekuensi,
hilang/berkurang
kualitas, intensitas nyeri
b. TTV dalam batas normal - Identifikasi skala
c. Penderita dapat melakukan nyeri
metode atau tindakan untuk - Identifikasi respon
nyeri non verbal
mengatasi nyeri. - Identifikasi faktor
d. Exspresi wajah klien rileks yang memperberat dan
tanda vital dalam batas normal memperingan nyeri
- Identifikasi
pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
- Identifikasi
pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
- Identifikasi
pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
- Monitor
keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek
samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Control lingkungan
yang memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
- Pertimbangkan
jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyri secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian analgetik, jika perlu
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan
atau intervensi keperawatan ditetapkan.
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3227707
E-Mail : stikesekaharap110@yahoo.com
KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= Pasien
= Tinggal serumah
= Meninggal
4 Personal hygiene
a. Mandi 2x Sehari 1x Sehari
b. Oral hygiene 3x Sehari 2x Sehari
V. Data penunjang
Mahasiswa,
(Igo Gunawan)
ANALISIS DATA
-TTV
TD : 100/90
N : 104 x/menit
P : 22 x/menit
S : 38,5C
2. Ds :
- Klien mengatakan Penekanan pada daerah
tidak nafsu makan gaster
- Klien mengatakan
ada muntah
Do : Mual,muntah anoreksia
A:
- BB : 20 Kg
Risiko Defisit Nutrisi
- TB : 117 Cm
- IMT klien 14,6
(Berat badan Resiko defisit nutris
kurang baik)
- IMT normal 18
B:
- Kadar Albumin
2,7 mg/dl
C:
- Klien tampak
kurus
- Klien tampak
tidak semangat
- Klien telihat
lemah
- Kulit kering pucat
D:
- Tidak nafsu
makan
3. DS :
- Klien sakit kepala
- klien mengatakan Suhu tubuh meningat
kepalanya nyeri
DO : Demam
Nyeri akut
- S : 38,5 C
Kurang nafsu makan
-Klien tampak memegang
kepala yang sakit
Nyeri akut
- Klien tampak lemah
- Klien tampak pucat
-TTV
TD : 100/90
N : 104 x/menit
P : 22 x/menit
S : 38,5C
PRIORITAS MASALAH
153
Nama Pasien : An.R
Ruang Rawat : Ruang Anak
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Hipertemia dengan virus Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1.Identifikasi penyebab Hipertemia
dengue di tandai dengan klien selama 1x7 jam diharapkan suhu tubuh (mis,dehidrasi,terpapar lingkungan panas,penggunaan
mengatakan demam sejak 4 hari tetap berada di rentang normal dengan inkubator).
yang lalu serta sakit kepala S : kriteria hasil : 2. Monitor suhu tubuh
38,5 C, Klien tampak 1. Suhu tubuh membaik 3. Monitor kadar elektrolit
memegang kepala yang sakit, 2. Suhu kulit membaik 4. Monitor haluaran urine
Klien tampak lemah, Klien 3. Nadi dan RR dalam rentang normal 4. Monitor komplikasi akibat hipertemia
tampak pucat, 4.Tidak ada perubahan warna kulit dan 5. Anjurkan tirah baring
tidak ada pusing,merasa nyaman 6.Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena,jika perlu
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
2..Risiko Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1.Identifikasi status nutrisi
berhubungan dengan selama 1x7 jam diharapkan keseimbangan 2.Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Ketidakmampuan mencerna cairan dan elektrolit meningkat Dengan 3.Identifikasi makanan yang di sukai
makanan kriteria hasil : 4.Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
1. Porsi makanan yang di habiskan cukup 5.Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
meningkat 6.Monitor asupan makanan
2. Berat badan atau IMT sedang 7.Monitor berat badan
3. Frekuensi makan meningkat 8.Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
4. Nafsu makan meningkat -Lakukan oral hygine sebelum makan,jika perlu
5. Perasaan cepat kenyang cukup menurun 9.Fasilitasi menentukan pedoman diet (misal,piramida
makanan)
10.Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
11.Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
kontisipasi
12.Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
13.Berikan suplemen makanan,jika perlu
14.Hentikan pemberian makanan melalui nasogastrik
jika asupan oral dapat di toleransi
15.Anjurkan posisi duduk jika mampu
16.Ajarkan diet yang diprogramkan
17.Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(misal,pereda nyeri antiemetik)jika perlu.
18.kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang di butuhkan,jika
perlu.
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Manajemen Nyeri (I. 08238, hal: 201)
Observasi
dengan sakit kepala di tandai selama 1x7 jam diharapkan rasa nyeri
- Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan Klien sakit kepala klien hilang/berkurang kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
mengatakan kepalanya nyeri 1. TTV dalam batas normal - Identifikasi respon nyeri non verbal
,Klien tampak memegang 2. Penderita dapat melakukan metode - Identifikasi faktor yang memperberat dan
atau tindakan untuk mengatasi nyeri. memperingan nyeri
kepala yang sakit,Klien tampak
3. Exspresi wajah klien rileks - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
lemah ,Klien tampak pucat 4. tanda vital dalam batas normal tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
PENUTUP
.1 Kesimpulan
4.2 Saran
ABSTRAK
Malaria merupakan penyakit dengan angka kesakitan tinggi di Indonesia. Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi
malaria di Papua Barat meningkat. Tujuan penelitian untuk mencari hubungan antara jenis malaria yang ditemukan
dalam pemeriksan darah dengan status pemberian obat antimalaria ACT (Artemisinin-based Combination Therapy).
Pengambilan sampel secara stratified random sampling dan diperoleh 1490 penduduk yang seluruhnya dikonfirmasi
menderita malaria dari populasi penduduk di Provinsi Papua Barat. Analisis data menggunakan analisis deskriptif
univariat dan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis malaria yang paling banyak ditemukan
adalah malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax (51%). Deteksi dini yang dilakukan dalam 24 jam
pertama saat penderita mengalami demam dapat dijadikan dasar untuk mengambil kebijakan bahwa deteksi dini
mampu mengurangi angka kesakitan malaria. Pemberian obat antimalaria tidak tergantung pada jenis malaria yang
diderita. ACT sesuai untuk jenis malaria apa saja. Konsistensi pemberian ACT diperoleh dengan cara meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi obat profilaksis. Selain itu obat antimalaria kombinasi yang ideal mampu
menyembuhkan dalam waktu yang singkat dan jika penderita melaksanakan kepatuhan mengonsumsi obat maka tidak
akan terjadi resistensi terhadap antimalaria.
Kata kunci: Malaria, ACT, Papua Barat, Positif malaria, resistensi antimalaria
ABSTRACT
Malaria is still a disease with highest incidence rate in Indonesias. Based on Riskesdas 2013, the prevalence of malaria
in West Papua was generally increasing. This study aimed to find the correlation of type of malaria found in blood
examination and distribution status of ACT. Samples of data obtained by stratified random sampling from 1490 people
who had suffered from malaria in West Papua. Data analysis using univariate descriptive and correlation analysis The
result showed that the most common type of malaria was tertiana malaria caused by Plasmodium vivax (51%). Early
43
https://doi.org/10.22435/blb.v13i1.25
5
detection performed within the first 24 hours when the patient is suffering from fever can be used as the basis for a
policy that early detection can reduce malaria morbidity. It can be concluded ACT suitable for any type of malaria. The
concistency of provision of ACT can be implemented by increasing public awareness of taking prophylactic. In addition
the ideal combination antimalarial drugs be able to heal in a short time and if the patients performs the compliance of
taking the drug, it will not be antimalarial resistance.
44
https://doi.org/10.22435/blb.v13i1.25
5
falciparum maupun untuk malaria P.vivax. cara kerja yang independen dan mempunyai
Selain itu obat antimalaria kombinasi yang target biokimia yang berbeda terhadap
ideal mampu menyembuhkan dalam waktu parasit.11
yang singkat dan jika penderita melaksanakan
kepatuhan mengonsumsi obat, tidak akan Berkembangnya resistensi pengobatan
resisten.10 Pengobatan kombinasi adalah malaria, baik di luar negeri dan di dalam
penggunaan dua atau lebih obat antimalaria negeri, menjadikan penanganan malaria
schizontosidal darah secara simultan, masing- menjadi sulit karena potensi malaria berat
masing obat mempunyai yang dapat mengakibatkan kematian maupun
meningkatnya kasus malaria. Beberapa kasus
resistensi P. vivax terhadap klorokuin telah
dilaporkan antara lain dari negara
12,13
kepulauan. Kegagalan primakuin
membasmi gametosit merupakan masalah
penting karena gametosit dewasa yang tidak
tereliminasi, berisiko untuk memiliki genagen
resistensi terhadap obat antimalaria yang telah
diberikan.14,15 Penanganan malaria sejak dini
diharapkan mampu mengurangi resiko
penularan lebih luas dan kematian akibat.
Pilihan AsAq (ACT pertama kali di
Indonesia) untuk pengobatan penderita P.
vivax didasari bahwa klorokuin (Cq) sebagai
obat standar P. vivax, telah mengalami
resisten di beberapa wilayah di
16,17,18
Indonesia. Resistensi P. vivax terhadap
Cq dapat menyebabkan kegagalan pengobatan
yang akhirnya menyebabkan malaria berat.18
Keputusan Komisi Ahli Malaria
(KOMLI) dari Kementerian Kesehatan
menerangkan bahwa keadaan yang mengubah
strategi pengobatan malaria yakni dengan
penggunaan obat ACT. Hal ini sesuai dengan
pedoman WHO yang secara global
menganjurkan pengobatan malaria berubah
dengan menggunakan ACT.19 Derivat
artemisinin dipilih sebagai dasar terapi
kombinasi antimalaria yang penting karena
mampu menurunkan parasitemia lebih cepat
sepuluh kali dari pada obat antimalaria
lainnya. Artesunat yang merupakan salah satu
derivat artemisinin bekerja lebih cepat
daripada kinin.20,21 Artemisinin-
Based Combination Therapy (ACT)
mempunyai banyak manfaat karena dapat
memperpanjang waktu dan mencegah
45
https://doi.org/10.22435/blb.v13i1.25
5
terjadinya resistensi.22 Dilaporkan bahwa
artesunat mempunyai kemampuan
mengeliminasi parasitemia lebih cepat
dibandingkan standar antimalaria seperti Cq
dan Kina.23
Guna mengurangi kasus malaria,
pemerintah membuat rencana pengendalian
yang meliputi kegiatan sosialisasi dan
peningkatan kualitas pengobatan obat anti
malaria dengan ACT di seluruh Indonesia,
peningkatan pemeriksaan laboratorium
secara mikroskopi dan
46
Pengobatan Malaria.......(Revi Rosavika Kinansi, dkk)
45
Pengobatan Malaria.......(Revi Rosavika Kinansi, dkk)
yang mendapat obat kombinasi ACT selama menggunakan SPSS 17. Analisis korelasi
3 hari berturut-turut. untuk mencari apakah terdapat hubungan
antara jenis penyakit malaria yang ditemukan
dalam pemeriksan darah, dengan status
pemberian ACT. Analisis korelasi yang
METODE dipergunakan adalah analisis korelasi
Spearman, karena variabel yang dianalisis
Data yang dianalisis adalah data berupa data kategorik. Berikut rumus manual
sekunder yang diambil dari Riset Kesehatan korelasi Spearman:
Dasar Tahun 2013 dengan pengambilan
sampel secara stratified random sampling, HASIL
yaitu seluruh provinsi diambil sampel
Pengobatan
kabupaten dan tiap kabupaten diambil sampel
dan
tiap titik sesuai kriteria. Data pendukung
penatalaksanaan
untuk menentukan sampel diperoleh dari
malaria berat di
Badan Pusat Statistik (BPS). Data Riskesdas
rumah sakit dan
2013 yang dibutuhkan peneliti diperoleh dari
Untuk puskesmas
Tim Manajemen Data (Mandat) Badan
memudahkan disesuaikan dengan
Litbang Kesehatan dengan mengikuti
melakukan kebijaksanaan
prosedur yang telah ditentukan. Desain
interpretasi program
penelitian yang digunakan dalam analisis
mengenai pemberantasan
lanjut ini menggunakan analisis deskriptif.
kekuatan penyakit malaria.
Kerangka sampel yang digunakan adalah
hubungan antara Dengan demikian
seluruh bangunan sensus yang terdapat
dua variabel dapat dicapai
bangunan rumah tangga. Setelah data
penulis prinsip pengobatan
diterima oleh peneliti dari Tim Mandat
memberikan malaria yaitu
Litbangkes, data di cleaning terlebih dahulu
kriteria sebagai penemuan
sebelum melakukan analisis data. Proses
berikut :27 penderita secara
cleaning diantaranya adalah untuk
dini, melakukan
menghitung sampel yang diambil yang 0 : Tidak ada
korelasi antara dua pengobatan
seluruhnya pernah menderita malaria dari
variabel penderita yang
populasi penduduk di Provinsi Papua Barat.
>0 – 0,25: Korelasi efektif untuk
Variabel yang tersedia diambil dari kuesioner
sangat lemah eliminasi
Riskesdas 2013 Blok A. penyakit menular
parasitemia,
malaria, meliputi jenis malaria yang >0,25 – 0,5: Korelasi
cukup mencegah penyakit
ditemukan saat pemeriksaan darah
kambuh kembali
(RKD13.IND, A10), persentase penduduk >0,5 – 0,75: Korelasi
dan mengurangi
yang mendapat ACT dalam waktu 24 jam kuat
penularan penyakit
(RKD13.IND, A12), persentase penduduk >0,75 – 0,99: malaria.28 Pada
yang mendapat obat kombinasi ACT selama Korelasi sangat kuat
tahun 2013,
3 hari (RKD13.IND, A13), jumlah responden 1: Korelasi penggunaan ACT
yang didiagnosis positif malaria sempurna bagi penduduk
(RKD13.IND, A09) dan penggunaan obat
yang didiagnosis
ACT pada penderita (RKD13.IND, A15).
malaria
Analisis data menggunakan analisis
berdasarkan
deskriptif univariat dan analisis bivariat
konfirmasi
46
Pengobatan Malaria.......(Revi Rosavika Kinansi, dkk)
47
berturut turut dapat dilihat dalam Tabel 5.
Tabel 3. Persentase Jenis Malaria Yang Ditemukan Dalam Pemeriksan Darah Dengan Status
Pemberian Obat Antimalaria ACT
Tabel 5. Persentase Penduduk yang Diberi Obat Kombinasi ACT Selama 3 Hari
23. Pukrittayakamee S, Chantra A, Simpson JA, 28. Hanim D. Program Pengendalian Penyakit Menular
Vanijanonta S, Clemens R, Looareesuwan S et al. Demam Berdarah. Modul F Lab. 2013;1– 51.
Therapeutic responses to different antimalarial
drugs in Vivax malaria. Antimicrob Agents
29. Ngambut K SiO. Faktor lingkungan dan perilaku
Chemother. 2000;44(6):1680–5.
masyarakat tentang malaria di Kecamatan Kupang
Timur Kabupaten Kupang. J Kesehat Masy Nasional.
24. Lande V. Kejadian Malaria Di Papua. Fakultas 2013;7(6):271–271.
Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanudin.
2013. 30. Rumagit NA, Tjitrosantoso HM, Wiyono WI. Studi
Penggunaan Antimalaria pada Penderita Malaria di
25. Paul H. Eliminasi Malaria pada Era Desentralisasi. Instalasi Rawat Inap BLU RSUP Prof.Dr. R. D.
Bul Jendela Data dan Inf Kesehat Epidemiol Malar Kandou Manado Periode Januari 2013-Mei 2013.
di Indones Triwulan I. 2011;1:23. PHARMACON J Ilm Farm – UNSRAT. 2013;2(3):50–
3.
33. Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat. Kasus 35. Sutanto I, Endawati D, Ling LH, Laihad F, Setiabudy
Malaria di Papua Barat Diklaim Turun Signifikan R BJ. Evaluation of chloroquine therapy for vivax
[Internet]. Papua Barat; Available from: Cahaya and falciparum malaria in southern Sumatra,
Papua.com. western Indonesia. Malar Journal. 2010;9:52.
42. Faye B., Offianan A.T., Ndiaye J.L., Tine R.C.., Toure
W., Djoman K., Sylla K., Ndiaye P.S., Penali L. and
GO. Efficacy and tolerability of artesunate-
amodiaquine (Camoquin plus@) versus
artemether-lumefantrine (Coartem@) against
uncomplicated Plasmodium \falciparum malaria: Med Int Heal Blackwell Publ Ltd Dakar, Senegal.
multisite trial in Senegal and Ivory Coast. Trop 2010;15(5):608–13.
43. Soedarmo SP, Gama H, Hadinegoro SR SH. 50. Hetzel M.W., Pagea Sharp M, Bala N, Pulford J B, I
Malaria. Buku ajar infeksi dan pediatrik tropis. E. Quality of antimalarial drugs and antibiotics in
Jakarta: Badan penerbit IDAI; 2010. 408-37 p. Papua New Guinea: a survey of the health facility
supply chain. PLoS One. 2014;9(5):e96810.
44. See WM. Evaluasi penggunaan dihydroartemisinin
+ piperaquin dan primaquin pada pengobatan 51. Barrington J, Wereko-Brobby O, Ward P,
malaria falciparum tanpa komplikasi di kota Mwafongo W KS. SMS for Life: a pilot project to
Sorong Provinsi Papua Barat,. Yogyakarta: improve anti-malarial drug supply management in
Universitas Gajah Mada,; 2013. rural Tanzania using standard technology. Malar J.
2010;9(298):1–9.
1. Judul Penelitian
Malaria merupakan penyakit dengan angka kesakitan tinggi di Indonesia. Data Riskesdas 2013
menunjukkan prevalensi malaria di Papua Barat meningkat. Tujuan penelitian untuk mencari
hubungan antara jenis malaria yang ditemukan dalam pemeriksan darah dengan status pemberian obat
antimalaria ACT (Artemisinin-based Combination Therapy). Pengambilan sampel secara stratified
random sampling dan diperoleh 1490 penduduk yang seluruhnya dikonfirmasi menderita malaria dari
populasi penduduk di Provinsi Papua Barat. Analisis data menggunakan analisis deskriptif univariat
dan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis malaria yang paling banyak
ditemukan adalah malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax (51%). Deteksi dini yang
dilakukan dalam 24 jam pertama saat penderita mengalami demam dapat dijadikan dasar untuk
mengambil kebijakan bahwa deteksi dini mampu mengurangi angka kesakitan malaria. Pemberian
obat antimalaria tidak tergantung pada jenis malaria yang diderita. ACT sesuai untuk jenis malaria apa
saja. Konsistensi pemberian ACT diperoleh dengan cara meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
mengonsumsi obat profilaksis. Selain itu obat antimalaria kombinasi yang ideal mampu
menyembuhkan dalam waktu yang singkat dan jika penderita melaksanakan kepatuhan mengonsumsi
obat maka tidak akan terjadi resistensi terhadap antimalaria.
6. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui sejauh mana ke efketifan pengobatan atc pada malaria
7.Metode Penelitian.
Data yang dianalisis adalah data sekunder yang diambil dari Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013
dengan pengambilan sampel secara stratified random sampling, yaitu seluruh provinsi diambil sampel
kabupaten dan tiap kabupaten diambil sampel tiap titik sesuai kriteria. Data pendukung untuk
menentukan sampel diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data Riskesdas 2013 yang dibutuhkan
peneliti diperoleh dari Tim Manajemen Data (Mandat) Badan Litbang Kesehatan dengan mengikuti
prosedur yang telah ditentukan. Desain penelitian yang digunakan dalam analisis lanjut ini
menggunakan analisis deskriptif. Kerangka sampel yang digunakan adalah seluruh bangunan sensus
yang terdapat bangunan rumah tangga. Setelah data diterima oleh peneliti dari Tim Mandat
Litbangkes, data di cleaning terlebih dahulu sebelum melakukan analisis data. Proses cleaning
diantaranya adalah untuk menghitung sampel yang diambil yang seluruhnya pernah menderita malaria
dari populasi penduduk di Provinsi Papua Barat. Variabel yang tersedia diambil dari kuesioner
Riskesdas 2013 Blok A. penyakit menular malaria, meliputi jenis malaria yang ditemukan saat
pemeriksaan darah (RKD13.IND, A10), persentase penduduk yang mendapat ACT dalam waktu 24
jam (RKD13.IND, A12), persentase penduduk yang mendapat obat kombinasi ACT selama 3 hari
(RKD13.IND, A13), jumlah responden yang didiagnosis positif malaria (RKD13.IND, A09) dan
penggunaan obat ACT pada penderita (RKD13.IND, A15). Analisis data menggunakan analisis
deskriptif univariat dan analisis bivariat menggunakan SPSS 17. Analisis korelasi untuk mencari
apakah terdapat hubungan antara jenis penyakit malaria yang ditemukan dalam pemeriksan darah,
dengan status pemberian ACT. Analisis korelasi yang dipergunakan adalah analisis korelasi
Spearman, karena variabel yang dianalisis berupa data kategorik
8. Hasil penelitian
Pengobatan dan penatalaksanaan malaria berat di rumah sakit dan puskesmas disesuaikan
dengan kebijaksanaan program pemberantasan penyakit malaria. Dengan demikian dapat dicapai
prinsip pengobatan malaria yaitu penemuan penderita secara dini, melakukan pengobatan penderita
yang efektif untuk eliminasi parasitemia, mencegah penyakit kambuh kembali dan mengurangi
penularan penyakit malaria.28 Pada tahun 2013, penggunaan ACT bagi penduduk yang didiagnosis
malaria berdasarkan konfirmasi laboratorium dalam satu tahun terakhir melalui pengambilan darah
di Papua Barat dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Persentase Penduduk mendapat pengobatan kombinasi ACT
Dari tabel di atas diketahui bahwa sejumlah 1490 sampel yang diperoleh dari hasil cleaning data yang seluruhnya
pernah menderita malaria dari populasi penduduk di Provinsi Papua Barat. Persentase penderita malaria terbanyak
yang disebabkan oleh P. vivax yaitu sebanyak 51%. Persentase penderita malaria menurut jenis malaria dapat dilihat
pada Tabel 2.
Setelah diketahui jenis malaria yang paling banyak ditularkan di Provinsi Papua Barat, maka
ingin diketahui apakah pemberian ACT bergantung pada jenis malaria atau tidak,
sehingga dapat disimpulkan ACT tidak bergantung dengan jenis malaria yang diderita. Deteksi
dini malaria sangat penting dilakukan dalam kurun waktu 24 jam setelah pemberian ACT. Tabel 4
menggambarkan waktu penggunaan ACT.
Penanganan malaria selanjutnya adalah pemberian ACT kepada penderita secara lebih preventif
yaitu memberi ACT selama 3 hari berturut-turut sesuai anjuran dokter. Sebagian besar penderita
malaria akan mencari pertolongan tenaga kesehatan setelah lebih dari empat hari merasakan
gejala.29 Gambaran pengobatan ACT yang diberikan kepada penderita selama 3 hari
9.Kelebihan penelitian.
a. Peneliti memilih judul yang tepat dan sesuai terhadap fenomena peningkatan penyakit yang cukup
sering terjadi
b. pembahasan pada penelitian ini adalah dibahas sesuai dengan teori sehingga hasil penelitian dapat
dibandingkan.
c. Dalam jurnal penelitian ini hasil ditampilkan dalam bentuk tabel, sehingga perbedaan antara
karakteristik yang satu dengan yang lain dapat dibedakan.
d. Dalam analisis data dari karakteristik peneliti mengangkat hal yang cukup umum untukdijadikan
karakteristik penelitian namun sangat besar pengaruhnya dalam hal kesehatan sehingga dapat
memberikan informasi yang jelas.
b.Pembahasan hasil lebih difokuskan dari pada pembahasan akhir dimana peneliti
tidakmenyertakan saran kemudian batasan penelitian yang merupakan patokan untuk
penelitianselanjutnya.
c. Peneliti tidak menyebutkan dengan jelas kriteria inklusi dan eksklusi dari pengambilan data
yang dijadikan sampel penelitian.
d. Peneliti tidak mencantumkan latar belakang pendidikan atau profesi sekarang dalam penelitian.
Dilihat dari peran perawat yakni sebagai pemberi Asuhan Keperawatan yang memperhatikan
kebutuhan dasar dasar pasiennya melalui pelayanan yang sederhana hingga hal yang komplek dalam
perawatan penyakit malaria
Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan di tempat praktik khususnya oleh tenaga kesehatan untuk
lebih meningkatkan pengetahuan dan pelayanan di bidang kesehatan,terutama untuk penyampaian
informasi dengan tenaga medis dalam Dari hasil analisis diperoleh nilai statistika Spearman
correlation sebesar 0.253, dikategorikan hampir tidak ada korelasi, yang berarti tidak terdapat
hubungan antara pemberian obat antimalaria dengan jenis malaria berbeda, sehingga dapat
disimpulkan ACT tidak bergantung dengan jenis malaria yang diderita. Deteksi dini malaria sangat
penting dilakukan dalam kurun waktu 24 jam setelah pemberian ACT.