Oleh :
Di susun oleh:
Pembimbing Akademik
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan
Penggunaan Akseptor PIL KB” Laporan pendahuluan ini disusun guna
melengkapi tugas (PPK 3).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKES Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprianti S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................2
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................4
2.1 Konsep Dasar Penyakit.....................................................................4
2.1.1 Definisi...........................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi...........................................................................4
2.1.3 Etiologi...........................................................................................7
2.1.4 Klasifikasi.......................................................................................7
2.1.5 Patofisiologi...................................................................................8
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)...........................................11
2.1.7 Komplikasi.....................................................................................11
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang..................................................................12
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..................................................................13
2.3. Manajemen Asuhan Keperawatan....................................................13
2.3.1 Pengkajian......................................................................................13
2.3.2 Diagnosa.........................................................................................15
2.3.3 Intervensi........................................................................................16
2.3.4 Implementasi..................................................................................24
2.3.5 Evaluasi..........................................................................................24
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................25
3.1 Pengkajian.........................................................................................25
3.2 Diagnosa............................................................................................34
3.3 Intervensi...........................................................................................37
3.4 Implementasi.....................................................................................44
3.5 Evaluasi.............................................................................................44
BAB 4 PENUTUP...........................................................................................56
4.1 Kesimpulan........................................................................................56
4.2 Saran..................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA
iii
2
BAB 1
PENDAHULUAN
2
3
3
4
4
5
BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Adapun menurut Gasier. 2005,yaitu :
a. Pil Kombinasi
Beberapa keuntungan dari pil kombinasi yaitu:
1. Memiliki tingkat efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai
efektifitas tubektomi), bila digunakan setiap hari.
Penggunaan pil kombinasi harus digunakan secara rutin, agar
efektifitas dalam kontrasepsi ini lebih efektif. Apabila penggunaan
kontrasepsi ini jedah lebih dari 24 jam, maka efektifitas dalam
kointrasepsi ini tidak akan efisien dan konsentrasi hormonal dalam
darah akan menurun.
2. Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
Selain mencegah kehamilan, pil kombinasi ini juga member
banyak manfaat kesehatan, diantaranya peningkatan siklus haid
normal, penurunan resiko kanker dan perlindungan dari kista
ovarium.
3. Tidak mengganggu hubungan seksual.
Kandungan hormone esterogen dan progesterone yang terkandung
dalam pil kombinasi tidak akan menekan libido berhubungan sexual,
sehingga aktifitas sexual tidak akan terganggu.
4. Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang
(mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid.
Cara kerja pil kombinasi ini mirip dengan siklus haid normal,
sehingga menimbulkan perdarahan normal tanpa disertai rasa nyeri.
5. Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin
menggunakannya untuk mencegah kehamilan.
Pil kombinasi ini aman digunakan bagi wanita yang telah
memasuki masa produktif, tidak hanya itu kontrasepsi ini juga
memberikan manfaat kesehatan bagi alat-alat reproduksi.
6. Dapat digunakan sejak usia remaja hingga monopause.
Wanita memiliki hormone esterogen dan progesterone 2x lebih
banyak dibandingkan pria untuk memfasilitasi kegiatan reproduksi.
7
2. Keuntungan non-kontraseptif:
a. Mengurangi nyeri haid
b. Mengurangi jumlah darah haid
Pada saat menstruasi, darah haid dapat berkurang 50-70%
terutama pada hari pertama dan kedua menstruasi. Hal ini
bergntung pada penggunaan dosis pil progestin. Karena semakin
kecil frekuensi penggunaan pil, maka semakin sedikit pula darah
haid yang keluar.
Penggunaan kb ini secara jangka panjang dapat berdampak
pada kurangnya darah haid, tidak ada darah samaskali atau
bahkan bisa terjadi Amenore.
c. Menurunkan tingkat anemia
d. Mencegah kanker endometrium
e. Dapat diberikan pada penderita endometriosis
f. Kurang menyebabkan peningkatan tekanan darah, nyeri kepala,
dan depresi
g. Dapat mengurangi keluhan pre-menstrual sindrom (sakit kepala,
perut kembung, nyeri payudara, nyeri pada betis, lekas marah)
2.1.3 Klasifikasi
(Agnesa, A. 2010) Pada dasarnya sampai saat ini telah diketahui adanya
beberapa jenis pil kontrasepsi sebagai berikut:
1) Pil Kombinasi
Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang dibuat dari dua hormon
sintetis, yaitu semua pil mengandung hormon estrogen dan progesteron.
Kandungan estrogen di dalam pil biasanya menghambat ovulasi dan
menekan perkembangan telur yang dibuahi. Mungkin juga dapat
menghambat implantasi. Progesteron dalam pil akan mengentalkan lendir
serviks untuk mencegah masuknya sperma. Hormon ini juga mencegah
konsepsi dengan cara memperlambat transportasi telur dan menghambat
ovulasi.
Pil kombinasi terdiri dari 3 jenis yaitu:
10
tablet.
10
WOC PIL KB
Wanita 20-30 tahun,Alat reproduksi
belum berkembang secara sempurna,
Menunda kehamilan
MK: Ansietas
MK: tidak ada Mk: tidak ada Sakit kepala Pengunaan pil kb Kurangnya
MK ; tidak ada
informasi
Konstipasi
Peningkatan berat
badan
MK: gangguan
pola eliminasi
MK: Berat badan
berlebih
12
5. Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pasca persalinan dan tidak
haid, mini pil dapat dimulai setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak
memerlukan metode kontrasepsi tambahan. Mini pil dapat diberikan
segera pasca keguguran.
6. Bila lebih dari 6 minggu pasca persalinan dan klien telah mendapat haid,
mini pil dapat dimulai pada hari 1-5 siklus haid.
7. Bila lupa 1 atau 2 pil, minum segera pil yang terlupa dan gunakan
metode pelindung sampai akhir pelindung. Bila terlambat lebih dari 3
jam, minumlah pil tersebut begitu ingat.
8. Bila klien sebelumnya menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan
ingin menggantinya dengan mini pil, mini pil dapat segera diberikan, bila
saja kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar atau Ibu tersebut
sedang tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid
berikutnya.
9. Bila kontrasepsi yang sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, mini pil
diberikan pada jadwal suntikan berikutnya. Tidak diperlukan
penggunaan metode kontrasepsi yang lain.
10. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi non hormonal dan ibu
tersebut ingin menggantinya dengan mini pil, mini pil diberikan pada
hari 1-5 siklus haid dan tidak memerlukan metode kontrasepsi lain
11. Bila kontrasepsi sebelumnya yang digunakan adalah AKDR (termasuk
AKDR yang mengandung hormon), mini pil dapat diberikan pada hari 1-
5 siklus haid.
2.1.8 Kontra Indiksi Pemberian Pil KB
Menurut (Manuaba, IBG . 2010)
a. Pil Kombinasi
Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi pil kombinasi yaitu:
1. Hamil atau dicurigai hamil
Penggunaan pil kombinasi dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan peubahan siklus hormon alamiah dalam tubuh. Sehingga
apabila ibu hamil mengkonsumsi pil kombinasi ini dapat menyebabkan
17
yang dirasakan pada waktu menstruasi.Hal ini dinyatakan dengan maksud untuk
memperoleh gambaran mengenai fungsi alat kontrasepsi (Nursalam, 2009).
5)Riwayat obstetri
Untuk mengetahui apakah keadaan ibu saat hamil, bersalin, nifas yang lalu mengalami
gangguan atau tidak ( Wheleer, 2004).
6)Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah menggunakan KB atau belum, jika
pernah lamanya berapa bulan atau tahun dan jenis KB yang digunakan (Varney, 2007).
7)Riwayat kesehatan
Meliputi riwayat penyakit sekarang dan dahulu, riwayat penyakit sistemik untuk
memastikan bahwa tidak ada kontraindikasi pemakaian KB seperti tekanan darah tinggi,
jantung dan diabetes melitus dengan komplikasi.Selain itu juga tentang riwayat penyakit
keluarga, riwayat keturunan kembar dan riwayat operasi (Nursalam, 2009).
8)Riwayat kebiasaan sehari – hari
Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan sehari – hari dalam menjaga kebersihan dirinya
dan bagaiman pola makan sehari – hari apakah terpenuhi gizinya atau tidak (Farrer,
2006).
Kebiasan sehari – hari meliputi :
a)Nutrisi
Dalam mengkaji nutrisi perlu diketahui pola makan yang dahulu dan sekarang berupa
kualitas dan kuantitas frekuensi dan porsi makan (Susilowati, 2008).
b)Personal Hygiene
Untuk mengetahui kebiasaan hidup klien yang dapat meningkatkan atau memperburuk
derajat kesehatan klien. Yangdikaji meliputi : mandi, keramas, gosok gigi serta
kebersihan genitalia. Hal ini dapat membantu mengetahui apakah terjadi infeksi pada
alat genitalia pasien. (Saifuddin, 2010)
c)Pola seksual
Untuk mengetahui kebiasaan hubungan seksual klien dengan suami dan adakah terdapat
kelaiana atau keluhan selama hubungan seksual (Farrer, 2006).
9)Data psikososial dan budaya
Untuk mengetahui apakah ada konflik mental atau tidak selama ibu menggunakan
22
e)Berat badan
Untuk mengetahui berat badan ibu.Pada akseptor KB suntik 3 bulan berat badan dapat
meningkat atau menurun (Nursalam, 2009).
2)Pemeriksaan sistematis
Adalah pemeriksaan dengan melihat klien dari ujung rambut sampai ujung kaki
(Nursalam, 2009), meliputi :
a)Wajah : keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah oedema
(Wiknjosastro, 2010).
b)Mata : untuk mengetahui apakah konjuntiva warna merah muda dan sklera warna
putih (Nursalam, 2009).
c)Mulut: ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi ada karies atau tidak, gusi berdarh atau
tidak (Nursalam, 2009)
d)Leher : Adakah pembesaran kelenjar gondok atau thyroid, ada benjolan atau tidak
(Nursalam, 2009).
e)Dada : untuk mengetahui apakah ada retraksi dada kanan kiri saat bernafas, apakah
payudara simetris atau tidak, apakah ada benjolan atau tidak (Nursalam, 2009).
f)Axila : untuk mengetahui apakah ada benjolan atau tidak, terdapat nyeri atau tidak
(Nursalam, 2009).
g)Abdomen : Adakah luka bekas operasi atau tidak, adakah benjolan atau tidak, palpasi
dilakukan untuk memastikan tidak terjadi kehamilan.
3)Pemeriksaan penunjang
Dilakukan PPtest untuk mengetahui ibu hamil atau tidak jika terjadi amenorea
(Nursalam, 2009).
2.Langkah II : Interprestasi Data
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar terhadap diagnosis
atau masalah kebutuhan pasien. Masalah atau diagnosis yang spesifik dapat ditemukan
berdasarkan interprestasi yang benar terhadap data dasar. Selain itu, sudah terpikirkan
perencanaan yang dibutuhkan terhadap masalah.
3.Langkah III : Identifikasi masalah pontesial
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
yang berdasarkan beberapa masalah dan diagnosis yang sudah cukup diidentifikasi.
24
Langkah ini membutuhkan antisipasi yang cukup dan apabila memungkinkan dilakukan
proses pencegahan atau dalam kondisi tertentu pasien membutuhkan tindakan segera.
4.Langkah IV : Identifikasi Masalah Potensial
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan menetapkan
beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada
tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi dan melakukan rujukan.Pengumpulan Data,
Meliputi
25
Keperawatan
1. Defisiensi Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Mengetahui kesiapan
pengetahuan keperawatan selama 1 x 7 jam kemampuan menerima klien
berhubungan diharapkan pengetahuan klien informasi 2. Membantu pemahaman
dengan kurangnya akan penyakitnya bertambah 2. Sediakan materi dan media klien
infromasi (D. 0111 Kriteria Hasil : pendidikan kesehatan 3. Agar klien mengetahui
Hal.246) 1. Ibu mampu memahami efek 3. Jadwalkan pendidikan dan dapat menyiapkan
samping dari pil kb kesehatan sesuai kesepakatan diri untuk pendidikan
1. Klien tidak lagi 4. Berikan kesempatan untuk kesehatan
kebingungan bertanya 4. Membantu klien
2. Pengetahuan ibu akan kb dapat 5. Jelaskan faktor risiko yang mendapatkan
meningkat dapat mempengaruhi informasi
kesehatan 5. Agar klien mengetahui
cara mencegah
datangnnya penyakit
29
30
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Anamnesa
Pengkajian Tanggal 04 Mei 2021, Pukul 08:00 WIB
A. Identitas pasien
Nama Klien : Ny.S
TTL : 19 Januari 1996
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Suku : Dayak/Indonesia
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl.Mawar, No 12
Identitas penanggung jawab
Nama Klien : Tn. D
TTL : 28 November 1993
Jenis kelamin :Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Suku : Dayak/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Jl.Mawar, No 12
Hubungan keluarga : Suami
B. Alasan Datang
32
1. Pola Nutrisi
pasien mengatakan makan 3 kali sehari, porsi sedang,nasi,lauk,sayur
dan buah, minum air putih 8-10 gelas/hari dan tidak ada pantangan
makanan
2. Pola Eliminasi
Pasien BAK 3-5 x sehari dan BAB 1-2 x sehari
3. Pola Personal Hygiene
Pasien mengatakan mandi 2x/hari,gosok gigi 2x/hari,ganti baju dan CD
setiap habis mandi,keramas 2x seminggu
4. Pola Istirahat dan Tidur
Pasien mengatakan tidur siang ± 2 jam/hari dan tidur malam ± 8
jam/hari
5. Pola Latihan dan Aktifitas
Pasien mengatakan melakukan pekerjaan rumah tangga seperti
menyapu dan memasak.
6. Pola Seksualitas
Pasien mengatakan melakukan hubungan seksual 2-3 kali/minggu
en mengatakan tidak pernah menggunakan alat kotrasepsi sebelumnya
II. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Compos mentis
2. Tanda vital
Tekanan darah : 130/90 mmhg
Nadi : 78 x/mnt
Suhu : 36. 5˚C
Respirasi : 25 x/mnt
3. Kepala dan wajah
a. Ubun-ubun
Ubun-ubun klien menutup,keadaan ubun-ubun cekung,tidak ada
kelainan,klien tidak ada kelaianan hidrocefalus,klien tidak kelainan
microphalus, tidak ada kelainan lainnya.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
34
b. Rambut
Warna : Hitam
Keadaan : Tidak mengalami kerontokan,tidak mudah di
cabut,tidak mudah kusam,tidak ada keluhan
lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
c. Kepala
Keadaan kulit kepala : Normal
Peradangan/benjolan : Tidak ada peradangan/benjolan ,tidak ada
masalah lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
d. Mata
Bentuk : Simetris
Conjungtiva : Anemis
Skelera : Normal
Reflek pupil : Anemis
Oedem Palpebra : Tidak Ada
Ketajaman penglihatan : Normal
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
e. Telinga
Bentuk : Simetris
Serumen/secret : Bersih tidak ada serumen
Peradangan : Tidak ada peradangan
Ketajaman pendengaran : Normal
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
f. Hidung
Bentuk : Simetris
Serumen/secret : Tidak ada serumen/secret
Pasase udara : Tidak terpasang oksigen
Fungsi penciuman : Normal
Lain : terdapat pernafasan cuping hidung
35
ANALISIS DATA
1. Ds : Pasien mengatakan
berat badannya Mengkonsumsi pil KB Berar badan lebih
meningkat, setelah
mengkonsumsi pil kb, Perubahan pola makan
sebelumnya berat badan
klien 50, sekarang Nafsu makan meningkat
menjadi 65
Do : Peningkatan berat badan
- Badan pasien
tampak gemuk Berar badan lebih
- BB pasien
sekarang 65 Kg
- TB pasien 155
cm,
- Tanda Vital :
TD : 120/90
mmHg N : 78
x/mnt
S : 36, 50C
RR: 20 x/mnt
2. Ds : Tidak haid 3 bulan Ansietas
- Pasien mengatakan
cemas karena tidak haid Khawitir yang berlebihan
selama 3 bulan ini
Do : cemas
- Pasien tampak gelisah
- tampak cemas Ansietas
- Pasien tampak
khawatir dengan
kondisinya sekarang
- tampak bingung
Defisiensi
3. DS : Kurangnya informasi
pengetahuan
- Ibu mengatakan
tidak mengetahui Pengetahuan ibu akan
tentang efek samping Pil KB sedikit
dari pil kb
DO: Defisiensi pengetahuan
39
PRIORITAS MASALAH
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pil KB merupakan salah satu kontrasepsi hormonal yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya kehamilan yang ditambahkan ke dalam tubuh seorang wanita
dengan cara diminum (pil) Tujuan dari konsumsi pil KB adalah untuk mencegah,
menghambat dan menjarangkan terjadinya kehamilan yang memang tidak diinginkan.
Hal ini dikarenakan pengkonsumsian yang tidak teratur emnjadikan pil KB tidak bisa
bekerja secara optimal. Kebiasaan ini menyebabkan masih mungkin akseptor pil KB
mengalami kehamilan yang tidak diinginkan (Depkes RI, 2001). Pil KB merupakan
metode yang efektif dan aman dalam mencegah kehamilan. Kebanyakan wanita muda
yang mengonsumsinya jarang sekali menunjukkan efek samping. Adapun beberapa efek
yang dapat dialami, antara lain: Jadwal menstruasi yang tidak teratur. Mual, pusing,
sakit kepala, dan payudara nyeri. Perubahan mood. Gumpalan darah (jarang terjadi pada
wanita di bawah 35 tahun yang tidak merokok).
Beberapa efek samping ini meningkat selama tiga bulan pertama. Ketika seorang
wanita mengalami efek samping, dokter biasanya akan menyarankan pil dengan merek
lain. Pil ini juga memiliki efek samping yang kebanyakan wanita menyukainya, yaitu
biasanya membuat menstruasi lebih sedikit, mengurangi kram perut saat haid, dan
biasanya disarankan untuk wanita yang mengalami masalah menstruasi.
4.2 Saran
Dalam melakukan Tindakan pemberian informasi tentang pil kb hendaknya
dengan hati-hati, cermat dan teliti serta selalu menjaga kesterilan alat, maka akan
mempercepat proses penyembuhan. Perawat perlu mengetahui tanda gejala, perawat
harus mampu mengetahui kondisi pasien secara keseluruhan sehingga intervensi yang
diberikan bermanfaat untuk kemampuan fungsional pasien, perawat harus mampu
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung adanya proses
keperawatan serta dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan pemberian
pendidikan kesehatan pada keluarga tentang penyakit, penyebab, pencegahan, dan
penanganan.
48
DAFTAR PUSTAKA
Sanding, C. C., Pondaag, L., & Kundre, R. (2014). Hubungan pengetahuan ibu dengan
kepatuhan minum pil KB di Puskesmas Modayag Kecamatan Modayag
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. JURNAL KEPERAWATAN, 2.
Noor, M. S., Yasmina, A., & Di Hanggarawati, C. (2010). Perbandingan Kejadian
Dismenore Pada Akseptor Pil KB Kombinasi Dengan Akseptor Suntik KB 1
Bulan DiWilayah Kerja Puskesmas Pasayangan. Media Kesehatan
Masyarakat Indonesia, 9(1), 14-17.
Fajrin, F. I., & Oktaviani, L. (2014). Hubungan Disiplin Waktu Dalam Pemakaian Pil
KB Kombinasi Dengan Kegagalan Akseptor. Jurnal Midpro, 6(2), 6.
Purwaningsih, E., & Kusumah, Y. (2015). Hubungan Pengetahuan Akseptor KB Pil
Oral Kombinasi dengan Kepatuhan dalam Mengkonsumsi KB Pil di Desa
Karang Kecamatan Delanggu Klaten. INVOLUSI Jurnal Ilmu
Kebidanan, 4(8).
49
Di susun oleh:
LAMPIRAN
SATUAN
RENCANA KEGIATAN
SAP PIL KB
Topik
Pendidikan Kesehatan Tentang Pil KB Pada Ny. S
Sasaran :
Ny. S dan suami
Tujuan
Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan penyuluhan 1x30 menit, keluarga memahami dan mampu
menjelaskan tentang Imunisasi.
Tujuan Instruksi Khusus:
1. Menjelaskan apa itu pil KB
2. Menjelaskan manfaat pil KB
3. Menjelaskan efek samping dari pengguanaan pil KB
4. Menjelaskan cara penggunaan pil KB
Metode
a. Ceramah dan Tanya Jawab
Media
1. Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam bentuk
selembar mengenai informasi Pil KB.
.3.1 Waktu Pelaksanaan
1. Hari/tanggal : Selasa, 04 Mei 2021
2. Pukul : 09:30 s/d
3. Alokasi : 30 Menit
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pendahuluan : Menjawab salam
51
2 Penyajian : Mendengarkan
1. Menjelaskan apa itu pil KB 15 Menit dengan seksama
2. Menjelaskan manfaat pil KB Mengajukan
3. Menjelaskan efek samping pertanyaan
dari pengguanaan pil KB
4. Menjelaskan cara
penggunaan pil KB
3 Evaluasi : Menjawab
Memberikan pertanyaan 5 Menit mendemontrasi
akhir dan evaluasi
4 Terminasi : mendengarkan
menyimpulkan bersama- 5 Menit menjawab salam
sama hasil kegiatan
penyuluhan
menutup penyuluhan dan
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan kontrak dan waktu disampaikan.
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalan diskusi
2) Penyaji : Trisia Vironika
Penyaji adalah menyajikan materi diskusi kepada peserta dan memberitahukan
kepada moderator agar moderator dapat memberi arahan selanjutnya kepada peserta-
peserta diskusinya.
Tugas :
1. Menyampaikan materi penyuluhan.
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan.
3. Mengucapkan salam penutup.
3) Fasilitator : Trisia Vironika
Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang, memahami
tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna mencapai tujuan
tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi.
Tugas :
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan.
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir.
4) Simulator : Trisia Vironika
Simulator adalah seseorang yang bertugas untuk menyimulasikan suatu peralatan
kepada audience.
Tugas :
1. Memperagakan macam-macam gerakan.
5) Dokumentator : Trisia Vironika
Dokumentator adalah orang yang mendokumentasikan suatu kegiatan yang
berkaitan dengan foto, pengumpulan data, dan menyimpan kumpulan dokumen pada
saat kegiatan berlangsung agar dapat disimpan sebagai arsip.
Tugas :
1. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan
kesehatan.
53
Kerangan :
: Penyaji : Pasien
: Fasilitator
: Moderator
: Simolator : Dokumentator
:Keluarga Pasien
54
55
56
Relationships among Reproductive Ability, Child Ownership, Housing, Education and Working
Status for Married Women with the of Hormonal Contraception in Indonesia in 2017
1 Diyah Herowati, 2Mugeni Sugiharto BKKBN Propinsi Jawa Timur,1 Pusat Penelitian
dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan2 Naskah masuk: 10 Januari 2018
Perbaikan: 17 Januari 2018 Layak terbit: 5 Maret 2019
http://dx.doi.org/10.22435/hsr.v22i2.1553
ABSTRAK Kontrasepsi hormonal, seperti suntik, pil dan implant adalah jenis alat
kontrasepsi yang di gunakan oleh wanita yang sudah menikah di Indonesia, karena sangat
efektif mencegah kehamilan dan mudah penggunaannya, namun memiliki efek samping yang
berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kemampuan reproduksi,
kepemilikan anak, tempat tinggal, pendidikan dan status bekerja pada wanita sudah menikah
dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal. Jenis penelitian kuantitatif menggunakan data
SDKI tahun 2017 yang di analisis dengan uji korelasi bivariat dan deskriptif ditampilkan dalam
bentuk tabel. Analisis menunjukkan, bahwa terdapat hubungan signifi kan antara kemampuan
reproduksi, lokasi tempat tinggal, kepemilikan jumlah anak dan pekerjaan wanita menikah
dengan penggunaan kontrasepsi hormonal, akan tetapi variabel pendidikan tidak ada hubungan.
Kontrasepsi hormonal disimpulkan sebagai jenis kontrasepsi yang efektif mencegah kehamilan.
Wanita menikah lebih banyak menggunakan kontrasepsi suntik, kemudian pil dan implant.
Wanita menikah disarankan untuk menggunakan kontrasepsi suntik, karena efektif mencegah
kehamilan, efek samping yang ringan dan mudah penggunaannya, tetapi perlu memperoleh
informasi yang benar terlebih dahulu dari petugas kesehatan. Kata kunci: Kontrasepsi hormonal,
Kesehatan, Efek samping, Efektif. ABSTRACT Hormonal contraception type such as:
injections, pills and implants is a type of contraception used by married women in Indonesia,
because the contraception is very effective for preventing pregnancy and very easy to use.
Nevertheless, each type has different side effects. This study is to analyse the relationship
between reproductive ability, child ownership, residence, education and work status for married
women with hormonal contraceptive use. This quantitative study obtained the data from the
Indonesian Demographic Health Survey 2017 which was analyzed by bivariate correlation tests
and displayed descriptively in a table form. The results indicated signifi cant among
reproductive capacity, location of residence, ownership of the number of children and
employment of married women with hormonal contraception use. However the education
variable had no relationship. Hormonal contraception type was concluded as a type of
contraception that effectively prevents pregnancy. Married women used more injectable
contraception, then pills and implants. They are advised to use injectable contraception as it
effectively prevents pregnancies, reduces side effects, and is easy to use. Thus, they have to gain
correct information fi rst from health workers. Keywords: Hormonal contraception, health, side
effects, effective Korespondensi: Diyah Herowati BKKBN Propinsi Jawa Timur E-mail:
dherowati@gmail.com
Survey Demografi Kesehatan Indonesia U Wahyuni (2012) adalah alat atau obat
(SDKI) tahun 2017. Populasi adalah kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah
seluruh akseptor KB yang terdapat di dalam terjadinya kehamilan dengan menggunakan
responden SDKI tahun 2017, sedangkan bahan baku preparat estrogen dan
sampel adalah wanita usia subur yang progesteron yang jenisnya dibagi 3 yaitu
sudah menikah usia 15-49 tahu. Variabel pil, suntikan dan implant (susuk) Wanita
Independent jenis KB hormonal dan menikah Menurut SDKI 2017 disebut
variabel dependen karakteristik akseptor married status atau status menikah pada
KB hormonal, seperti umur, tingkat wanita usia subur yang sudah berusia antara
pendidikan, jumlah anak yang dimiliki 15-49 tahun Umur Umur wanita menurut
responden, lokasi tempat tinggal dan Siswosudarmo dkk (2007) bermanfaat
kekayaan. Hubungan antara Kemampuan untuk menentukan jenis kemampuan
Reproduksi (Diyah Herowati dan Mugeni reproduksi, jika umur < 20 tahun disebut
Sugiharto) 93 Berikut adalah uraian definisi reproduksi muda, umur 20-35 tahun disebut
operasional variabel yang akan dianalisis : reproduksi sehat atau disebut juga fase
Analisis data dilakukan secara deskriptif menjarangkan kelahiran dan umur 36-45
dengan analisis tabel dan dilanjutkan tahun disebut reproduksi tua atau fase hamil
analisis untuk mengetahui ada tidaknya berisiko tinggi. Pendidikan ibu Pendidikan
hubungan antar variabel, dengan ibu dalam SDKI 2017 disebut Mother’s
menggunakan korelasi bivariat pearson education yaitu pendidikan terakhir yang
(Ujiani, 2005), Confident Interval (CI) atau ditandai kepemilikan ijazah. Ada 5
tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kelompok education yaitu no education
kesalahan (α) 5%. Syarat ada hubungan (tidak sekolah), some primary (tidak tamat
antara variabel adalah apabila hasil analisis SD), completed primary (tamat SD), some
korelasi menunjukkan nilai Sig (2 – tailed) secondary (tidak tamat SMP), completed
atau nilai P < α=5%, hal ini menunjukkan secondary (tamat SMP) dan more than
Ho di tolak dan H1 di terima, artinya ada secondary (SMA dan perguruan tinggi)
hubungan antar variabel yang dianalisis. Tempat tinggal Menurut SDKI 2017,
HASIL Hasil analisis deskriptif dat SDKI tempat tinggal disebut residence di bagi
2017, menunjukkan, bahwa pemakaian dalam 2 kategori yaitu rural (perdesaan)
kontrasepsi hormonal pada WUS yang dan urban (perkotaan), sesuai ketentuan
sudah menikah sebanyak 15005, terbanyak Administratif yang ada di wilayah itu
adalah jenis suntik sebanyak 64,2% (9639 Kepemilikan Anak Menurut Schoemaker,
orang), disusul jenis implant sebanyak 2005 dibagi empat kategori yaitu jumlah
10,4% (1555 orang) dan terendah adalah anak 1-2 dalam keluarga disebut jumlah
jenis PIL sebanyak 2,4% (3811 orang). anak ideal, jumlah 3 anak yang dimiliki
Berikut data karakteristik wanita usia subur keluarga disebut cukup dan jika memiliki 4-
yang sudah menikah yang menggunakan 5 anak disebut banyak anak, dan jika
kontrasepsi hormonal dan hasil uji korelasi. memiliki ≥ 6 termasuk sangat banyak anak
Analisis kemampuan reproduksi WUS 5% (5 orang), sementara reproduksi sehat
menikah dengan pemanfaatan kontrasepsi usia 20-35 tahun lebih banyak
hormonal secara deskriptif menunjukkan, menggunakan suntik 69% (5891 orang) dan
bahwa jenis reproduksi muda (usia 15-19 terendah menggunakan implant 10% (825
tahun) lebih banyak menggunakan suntik orang) dan pada reproduksi tua usia 36-45
78% (231 orang) dan terendah tahun juga lebih tinggi menggunakan suntik
menggunakan implant Tabel 1. Defi nisi 57% (3517 orang) dan terendah
Operasional Variabel Variabel Defensis menggunakan implant 12% (715 orang).
operasional Kontrasepsi Hormonal Faktor lokasi tempat tinggal WUS menikah
Kontrasepsi hormonal menurut hermawatiaj juga ikut berpengaruh terhadap
(2008) dalam Efi Sriwahyuni E; Chatarina pemanfaatan kontrasepsi hormonal yang
59
kontrasepsi baru satu kali sebanyak 48 terpencil (Amran dan Damayanti, 2018).
persen dan berganti metode kontrasepsi Salah satu program untuk mengontrol laju
lebih dari satu kali sebesar 18 persen pertumbuhan penduduk dan menurunkan
(Amran dan Damayanti, 2018) Penggunaan angka kematian ibu adalah program
kontrasepsi jenis suntik lebih tinggi Keluarga Berencana (KB). Sasaran program
dibanding jenis kontrasepsi hormonal KB diantaranya adalah peningkatan
lainnya, seperti pil dan implant. Alat prevalensi pemakaian alat kontrasepsi
kontrasepsi suntik diminati, karena caranya (Contraseptive Produktif Rate/CPR)
paling mudah yaitu hanya menyuntikkan menjadi 65%, penurunan PUS tidak mau
zat hormonal ke dalam tubuh dan akseptor punya anak, tetapi tidak mau menggunakan
tidak perlu berulang kali ke fasilitas kontrasepsi dan peningkatan penggunaan
pelayanan kesehatan (Zahroh and Isfandiari Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(2015), Sari Novalia (2015) dan Amran dan (MKJP) atau kontrasepsi hormonal menjadi
Damayanti (2018). Selain itu alat 26,03% Marlina (2017). Penggunaan
kontrasepsi suntik juga memiliki kontrasepsi menurut usia reproduksi sehat
kemampuan yang efektif mencegah ovulasi, dan muda lebih rendah dibanding
mengentalkan lendir serviks, menurunkan kemampuan reproduksi tua, hal ini karena
penetrasi sperma. Akan tetapi kontrasepsi pada kemampuan reproduksi tersebut, WUS
mempunyai efek samping seperti kenaikan masih menginginkan menambah jumlah
berat badan penggunanya (Sari Novalia, anak, maka jika pada usia seperti ini tidak
2015). Kontrasepsi suntik dapat dikendalikan, akan menyebabkan ledakan
menyebabkan kenaikan berat badan WUS, bayi atau baby boom (Manurung, 2013).
rata-rata mencapai 1,9 kg pada tahun Faktor umur menurut hasil uji korelasi
pertama (Zahroh and Isfandiari (2015); Sari bivariat mempunyai hubungan yang
Novalia (2015) ; Rahayu (2018). Jenis PIL signifikan P = 0,00 < α (5%), terhadap
juga diminati, jika cara minum teratur pemilihan kontrasepsi hormonal. Hal ini
sesuai aturan, maka pil efektif mencegah sejalan dengan hasil penelitian Lontaan dan
kehamilan (Kawulur et al., 2015). Akan Dompas (2014), yang menyebutkan, bahwa
tetapi banyak WUS yang menolak umur memiliki hubungan dengan
menggunakan pil, karena takut efek pemakaian kontrasepsi, karena umur
sampingnya seperti gangguan berperan sebagai faktor intrinsik, seperti
keseimbangan hormonal dalam tubuh berhubungan dengan sistem hormonal
wanita yang dapat memicu terjadinya seorang wanita. Jika tidak dikendalikan
hipertensi. Penyakit hipertensi dapat pada umur reproduksi muda, maka akan
menyebabkan kematian (Pangaribuan and terjadi peningkatan laju pertumbuhan
Lolong. 2015; Kawulur et al. 2015; Sari et penduduk. Tempat tinggal WUS
al., 2018). Penggunaan kontrasepsi pil yang menunjukkan hubungan yang signifikan P =
terlalu lama dapat menyebabkan 0,00< α (5%), dengan pemanfaatan jenis
kardiovaskuler dan stroke, myocardial kontrasepsi hormonal. Wanita usia subur
infarction dan penyakit arteri perifer yang berada di pedesaan lebih banyak
(Zahidah et al., 2017; Sari et al., 2018). menggunakan alat kontrasepsi hormonal
Jenis kontrasepsi implant merupakan jenis dibanding di perkotaan. Hal ini disebabkan,
kontrasepsi yang paling tidak disukai WUS, karena wanita di desa ingin alat kontrasepsi
karena efek sampingnya menyebabkan yang praktis dan tidak berulang kali datang
perubahan periode menstruasi, peningkatan ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk
berat badan, timbulnya jerawat, sakit kepala memperoleh pelayanan kontrasepsi. Selain
dan nyeri payudara (Hakimah dan Cahyanti, itu kontrasepsi sangat efektif mencegah
2015; Manurung, 2013). Jenis implant kehamilan, sehingga sangat baik untuk
diminati di wilayah yang sulit akses mengatur jarak kelahiran (Zahroh and
fasilitas kesehatan khususnya didaerah Isfandiari. 2015; (Sari Novalia. 2015;
61
Amran dan Damayanti. 2018) Pendidikan (2015), bahwa keikutsertaan ber KB akan
WUS saat ini masih menjadi permasalahan terjadi ketika jumlah anak yang lahir hidup
dalam pemanfaatan kontrasepsi hormonal, melebihi atau sama dengan jumlah anak
untuk mencegah kehamilan. Menurut hasil yang diinginkan keluarga. Alwin dan Ketut
penelitian Manurung (2013), bahwa dilihat (2012) serta Palamuleni (2013) dalam
dari pendidikan, konseling, dan konselor, Saskara DGA dan Marhaeni NIA (2015)
sebanyak 60% responden tidak mengetahui juga menyatakan jumlah anak merupakan
model kontrasepsi yang benar, hanya salah satu faktor yang paling berpengaruh
sedikit wanita berpendidikan lebih tinggi dalam penggunaan kontrasepsi. Secara
mengetahui metode kontrasepsi yang ekonomi, bahwa WUS yang bekerja
digunakan. Pendidikan WUS menikah bermanfaat untuk perbaikan ekonomi
setelah dilakukan uji korelasi bivariat keluarga dan sekaligus perbaikan
menunjukkan tidak ada hubungan nilai P = pembiayaan kesehatan termasuk
0,40 > α (5%), dengan pemanfaatan Buletin pembiayaan kontrasepsi hormonal yang
Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 22 No. diminati. Pekerjaan wanita memiliki
2 April 2019: 91–98 96 kontrasepsi pengaruh terhadap fertilitas dan
hormonal. Hal ini sejalan dengan hasil penggunaan kontrasepsi. Kontrasepsi bagi
penelitian Pramono dan Ulfa (2011) dalam wanita pekerja, sangat berguna untuk
Lontaan dan Dompas (2014), menyatakan mengatur dan membatasi kelahiran dalam
bahwa tidak ada hubungan antara tingkat mendukung karier kerja khususnya bagi
pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi. wanita yang bekerja diluar rumah sebagai
Menurut hasil penelitian Amran dan karyawati yang diupah dan saat ini WUS
Damayanti (2018), bahwa wanita yang karyawati cenderung memiliki anak sedikit
memiliki dua atau lebih anak yang masih di banding yang tidak bekerja (Saskara
hidup, keinginan untuk membatasi DGA dan Marhaeni NIA. 2015). Hasil
kelahiran jadi meningkat, sehingga memicu analisis statistik pada penelitian ini juga
kebutuhan kontrasepsi meningkat. Hasil menunjukkan ada hubungan signifikan P
analisis korelasi bivariat menunjukkan ada 0,00 < α (5%) antara pekerjaan dengan
hubungan yang signifikan P = 0,00< α (5%) pemilihan pemanfaatan kontrasepsi
antara jumlah anak yang dimiliki WUS hormonal. Hal ini sejalan dengan hasil
dengan pemanfaatan jenis kontrasepsi penelitian Marlina (2017) dan Andriana dan
hormonal yang dipilih dan digunakan WUS Amami (2018), bahwa ada hubungan
menikah. Ibu yang mempunyai anak ideal signifikan antara pekerjaan dengan
(1-2 orang anak) lebih banyak penggunaan kontrasepsi hormonal jenis
menggunakan kontrasepsi suntik 45,2%, implant dan ada hubungan biaya dengan
sementara penggunaan kontrasepsi suntik penggunaan implant. Pentingnya WUS
terendah terdapat pada keluarga yang bekerja dalam mendukung pendapatan
memiliki anak lebih dari 6 sebanyak 0,8%. keluarga dan keikutsertaan kontrasepsi
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian hormonal, menurut Okech, et al (2011)
sebelumnya oleh Angoi (2012) dalam dalam Saskara DGA dan Marhaeni NIA
Lontaan dan Dompas (2014) menyatakan (2015) , ketiadaan sumber pendapatan akan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara menyebabkan penurunan penggunaan
paritas (jumlah anak) dengan pemilihan pelayanan family planning seperti alat
kontrasepsi. Menurut Yunianti (2010) kontrasepsi dan pendapatan rumah tangga
dalam Pinontoan et al. (2014) menyebutkan menunjukkan pengaruh positif terhadap
paritas merupakan faktor yang paling lama penggunaan kontrasepsi Efektivitas
dominan yang mempengaruhi rendahnya penggunaan kontrasepsi hormonal dalam
cakupan kontrasepsi. Menurut beberapa program KB di Indonesia, sudah terbukti
peneliti Suandi (2010) dan Hartoyo (2011) dan menunjukkan kemajuan, yang ditandai
dalam Saskara DGA dan Marhaeni NIA dengan semakin banyak masyarakat
62
(3), 1–5. Lontaan, A., Dompas, R., 2014. 2015. Kontrasepsi Hormonal Suntik Depo
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Medroxyprogesterone Acetate (DMPA)
Pemilihan Kontrasepsi Pasangan Usia sebagai Salah Satu Penyebab Kenaikan
Subur Di Puskesmas Damau Kabupaten Berat Badanatna Novalia Sari.pdf. Majoriti,
Talaud. Jurnal Ilmiah Bidan (JIdan), 2, 27– 7 (2), 67–72. Saskara DGA, I., Marhaeni
32. Manurung, S., 2013. Model NIA, A., 2015. Pengaruh Faktor Sosial,
Pengambilan Keputusan Meningkatkan Ekonomi, dan Demografi Terhadap
Akseptor Keluarga Berencana Metode Penggunaan Kontrasepsi di Denpasar.
Kontrasepsi Jangka Panjang. Kesmas: Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, 8,
National Public Health Journal, 7, 483–488. 155–161. Buletin Penelitian Sistem
tersedia pada: Kesehatan – Vol. 22 No. 2 April 2019: 91–
https://doi.org/10.21109/kesmas.v7i11.360. 98 98 Schoemaker, J., 2005. Contraceptive
Marlina, 2017. Analisis faktor yang Use Among the Poor in Indonesia. Int.
berhubungan dengan penggunaan implant Fam. Plan. Perspect. 31, 106–114. Tersedia
oleh akseptor KB Di puskesmas rawat inap pada: https://doi.org/10.1363/3110605
sukabumi Kota bandar lampung. Jurnal Sriwahyuni, E., Wahyuni, C.U., 2012.
Kesehatan, VIII, 69–77. Pangaribuan, L., Hubungan antara Jenis dan Lama
Lolong, D.B., 2015. Hubungan Penggunaan Pemakaian Alat Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi Pil dengan Kejadian Hipertensi dengan Peningkatan Berat Badan Akseptor.
Pada Wanita Usia 15-49 Tahun di Indonesian Journal of Public Health,8 (3),
Indonesia Tahun 2013 (Analisis Data 112–116. Sumantri, A.W., 2018. Hubungan
Riskesdas 2013). Media Penelitian dan Suntikan KB 3 Bulan Dengan Kenaikan
Pengembangan Kesehatan, 25, 1–8. Berat Badan Di Desa Laya Wilayah Kerja
Tersedia pada: Uptd Puskesmas Tanjung Agung
https://doi.org/10.22435/mpk.v25i2.4233.8 Kecamatan Baturaja Barat Tahun 2018.
9-96 Pinontoan, S., Solang, S.D., babul Ilmi_jJurnal Ilmiah Multi Science
Tombokan, S.G.J., 2014. FaktorFaktor Kesehatan, 8, 121–128. Ujiani, S., 2005.
Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Hubungan Antara Usia dan Jenis Kelamin
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di dengan Kadar Kolesterol Penderita
Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Obesitas RSUD Abdul Moeloek Provinsi
Utara. Jurnal Ilmiah Bidan (JIdan), 2, 17– Lampung. jurnal Kesehatan, VI (1), 43–48.
23. Pratiwi, D., Syahredi, Erkadius, 2014. Zahidah, A.K., Udiyono, A., Adi, M.S.,
Hubungan Antara Penggunaan Kontrasepsi 2017. Gambaran Faktor-Faktor Tekanan
Hormonal Suntik DMPA dengan Darah Pada Akseptor KB Hormonal Di
Peningkatan Berat Badan di Puskesmas Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu
Lapai Kota Padang. Jurnal; Kesehatan 2016. Jurnal Kesehatan Masyaraka, 5, 174–
Andalas, 3 (3), 365–369. Purwaningsih S, 179. Zahroh, A.H., Isfandiari, M.A., 2015.
S., 2012. Desentralisasi Program Keluarga Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Perubahan
Berencana: Tantangan dan Persoalan Kasus Indeks Masa Tubuh Pada Akseptor
Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Kontrasepsi Hormonal Suntik Tiga Bulan.
Kependudukan Indonesia, VII, 109–125. Jurnal berkala epidemiologi, 3 (2), 170–
Rahayu, S., 2018. Efek Samping 180.
Kontrasepsi Suntik Cyclofem Dan DMPA.
babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science
Kesehatan, 9 (3), 314–322. Sari, A.P.,
Yerizel, E., Serudji, J., 2018. Perbedaan
Kadar Aldosteron dan Tekanan Darah pada
Akseptor KB Pil Kombinasi Berdasarkan
Lama Pemakaian Kontrasepsi. Jurnal
Kesehatan Andalas, 7, 6. Sari Novalia, I.R.,
64
The Perception Of Housewifen About the Use of Pills KB in the Tondo Village
Mantikulore District of Palu City
Sartika1 , Abd. Hakim Laenggeng 2 , Ritman Ishak Paudi 2 1Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Biologi UNTAD 2Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA
FKIP Universitas Tadulako Email: Sartika_bio@yahoo.com
Abstract This study aimed to describe the perception of housewife about the use of pills
KB in the Tondo Village Mantikulore District of Palu City. The method used is the
method kuantitatif. The population in this study is a housewife in the Tondo Village
Mantikulore District of Palu City some 256 people and the number of samples taken 51
people. Techniques of collection of data through observation, questionnaire and
interviews covered open.
Data analysis is the percentage analysis. Research results housewife perceptions about
the use of pills KB in the Tondo Village Mantikulore District of Palu City is obtained at
86, 75% were included in the excellent category with statements housewife stated
strongly agree 57.35%, 29.02% stated agreed, 7.16% undecided, 2.84% disagree and
3.63% strongly disagree stated. It can be concluded that the housewife in Tondo Village
had much better understanding of the use of pills KB how to use, benefit and impact
caused.
Keywords: Perception, housewife, the use of pills KB Abstrak Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan persepsi ibu rumah tangga tentang penggunaan pil KB di
Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu.
Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini yaitu
ibu rumah tangga di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu sejumlah 256
orang dan sampel yang diambil sejumlah 51 orang. Teknik pengumpulan data melalui
observasi, angket dan wawancara. Analisis data yang digunakan adalah analisis
persentase.
Hasil penelitian mengenai persepsi ibu rumah tangga tentang penggunaan pil KB di
Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu yaitu diperoleh sebesar 86, 75 %
yang termasuk dalam kategori sangat baik dengan pernyataan ibu rumah tangga 57,35
% menyatakan sangat setuju, 29,02 % menyatakan setuju, 7,16 % menyatakan ragu-
ragu, 2,84 % menyatakan tidak setuju dan 3,63 % menyatakan sangat tidak setuju.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa para ibu rumah tangga di Kelurahan Tondo sudah
banyak memahami penggunaan pil KB baik dari cara menggunakan, manfaat maupun
pengaruh yang ditimbulkan. Kata Kunci: Persepsi, ibu rumah tangga, penggunaan pil
KB.
PENDAHULUAN Masalah kependudukan penduduk tentunya mempengaruhi
suatu masalah utama dihadapi di Indonesia kehidupan masyarakat itu sendiri
seperti adanya tingkat pertambahan (Bappenas, 2010). Menurut BKKBN (2011)
penduduk yang relatif masih tinggi dari bahwa Pemerintah Indonesia telah
tahun ke tahun, pertambahan jumlah merencanakan berbagai program
65
Setuju 29 2,84 STS Sangat Tidak Setuju 37 Hasil analisis persentase mengenai persepsi
3,63 Jumlah 1020/20 = 51 100 Berdasarkan ibu rumah tangga tentang pengetahuan cara
data pada Tabel 2 di atas, bahwa persepsi penggunaan pil KB masuk kategori sangat
ibu rumah tangga tentang penggunaan pil baik, dengan rata-rata persentase yaitu
KB di Kelurahan Tondo Kecamatan 94,12 %. Ditinjau dari jawaban persepsi ibu
Mantikulore Kota Palu yaitu 57,35% rumah tangga tentang pengetahuan cara
menyatakan sangat setuju, 29,02% penggunaan pil KB dapat dilihat pada Tabel
menyatakan setuju, 7,16% menyatakan 4 di bawah ini. Tabel 4. Persepsi Ibu
raguragu, 2,84% menyatakan tidak setuju, Rumah Tangga tentang Pengetahuan Cara
dan 3,63% menyatakan sangat tidak setuju. Penggunaan Pil KB Opsi Jawaban Variabel
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Frekuensi (%) SS Sangat Setuju 110 71, 90
Gambar 1 di bawah ini. Gambar 1. Persepsi S Setuju 41 26,80 R Ragu-ragu 2 1,31 TS
Ibu Rumah Tangga tentang Penggunaan Pil Tidak Setuju 0 0,00 STS Sangat Tidak
KB di Kelurahan Tondo Kecamatan Setuju 0 0,00 Jumlah 153/3= 51 100
Mantikulore Kota Palu. Berikut hasil Berdasarkan data Tabel 4 di atas, bahwa
penelitian yang diperoleh mengenai persepsi ibu rumah tangga tentang
indikator dari variabel persepsi ibu rumah pengetahuan cara penggunaan pil KB yaitu
tangga tentang penggunaan pil KB yaitu: 1. 71,90 % menyatakan sangat setuju, 26,80 %
Persepsi Ibu Rumah Tangga tentang menyatakan setuju, 1,31 % menyatakan
Pengetahuan Pil KB Hasil analisis ragu-ragu, 0,00 % tidak setuju dan sangat
persentase mengenai persepsi ibu rumah tidak setuju. Untuk lebih jelasnya dapat
tangga tentang pengetahuan pil. KB masuk dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.
kategori sangat baik, dengan persentase Gambar 3. Persepsi Ibu Rumah Tangga
diperolah 93,73 %. Ditinjau dari jawaban tentang Pengetahuan Cara Penggunaan Pil
persepsi ibu rumah tangga tentang KB 3. Persepsi Ibu Rumah Tangga tentang
pengetahuan pil KB dilihat pada Tabel 3 di Pengetahuan Penyuluhan Pil KB Hasil
bawah ini. Tabel 3. Persepsi Ibu Rumah analisis persentase mengenai persepsi ibu
Tangga tentang Pengetahuan Pil KB Opsi rumah tangga tentang pengetahuan
Jawaban Variabel Frekuensi (%) SS Sangat penyuluhan pil KB masuk kategori sangat
Setuju 35 68,63 S Setuju 16 31,37 R Ragu- baik, dengan rata-rata persentase yaitu 89,
ragu 0 0,00 TS Tidak Setuju 0 0,00 STS 90 %. Ditinjau dari jawaban persepsi ibu
Sangat Tidak Setuju 0 0,00 Jumlah 51 100 rumah tangga tentang pengetahuan
Berdasarkan data Tabel 3 di atas, bahwa penyuluhan pil KB dapat dilihat pada Tabel
persepsi ibu rumah tangga tentang 5 di bawah ini. 68,63 % 31,37 % 0,00 %
pengetahuan pil KB yaitu sebanyak 68,63 0,00 % 0,00 % 0 10 20 30 40 50 60 70 80
% menyatakan sangat setuju, 31,37 % Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak
menyatakan setuju, 0,00 % menyatakan Setuju Sangat Tidak Setuju 71,90 % 26,80
ragu-ragu, tidak setuju dan 57,35 % 29,02 % 1,31 % 0 % 0 % 0 20 40 60 80 Sangat
% 7,16 % 2,84 % 3,63 % 0 10 20 30 40 50 Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju
60 70 Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Sangat Tidak Setuju Sartika et al., 41 e-
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Persepsi Jipbiol Vol 2, Desember 2013 Tabel 5.
Ibu Rumah Tangga Tentang Penggunaan Persepsi Ibu Rumah Tangga tentang
Pil KB di Kelurahan Tondo Kecamatan Pengetahuan Penyuluhan Pil KB Opsi
Mantikulore Kota Palu 40 e-Jipbiol Vol 2, Jawaban Variabel Frekuensi (%) SS Sangat
Desember 2013 sangat tidak setuju. Untuk Setuju 117 57,35 S Setuju 72 35,29 R
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 Ragu-ragu 14 6,86 TS Tidak Setuju 1 0,49
di bawah ini. Gambar 2. Persepsi Ibu STS Sangat Tidak Setuju 0 0,00 Jumlah
Rumah Tangga tentang Pengetahuan Pil KB 204/4 = 51 100 Berdasarkan data Tabel 5 di
2. Persepsi Ibu Rumah Tangga tentang atas, bahwa persepsi ibu rumah tangga
Pengetahuan Cara Penggunaan Pil KB tentang pengetahuan penyuluhan pil KB
68
anak. Responden di Kelurahan Tondo penyuluhan kepada ibu-ibu agar tetap aktif
banyak berpendidikan sampai SMA dan menggunakan kontrasepsi dan memberikan
Sarjana sehingga tingkat pengetahuan pemahaman kepada masyarakat akan
responden mengenai pil KB dikategori pentingnya penggunaan kontrasepsi. Pada
sangat baik. Hal ini didukung oleh Tabel 6 mengenai persepsi ibu rumah
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh tangga tentang pengetahuan manfaat
Radita (2009) mengenai faktor-faktor yang penggunaan pil KB dikategorikan sangat
mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi baik dengan persentase yang diperoleh
yang digunakan pada pasangan usia subur yaitu 91,29 %. Dari hasil wawancara bahwa
membuktikan bahwa pendidikan salah satu responden merasakan manfaat
faktor yang sangat menentukan menggunakan pil KB terutama mereka
pengetahuan dan persepsi seseorang dapat mengatur jumlah anak yang dimiliki,
terhadap pentingnya sesuatu hal, termasuk karena menurut sebagian responden bahwa
pentingnya keikutsertaan dalam program sedikitnya jumlah keluarga maka jumlah
KB dengan menggunakan alat kontrasepsi, kebutuhan dalam keluarga tersebut juga
sehingga disebabkan seseorang menerima sedikit atau dapat terpenuhi sehingga
ide dan tata cara kehidupan baru. Pada responden merasa hidup sejahtera. Tetapi
Tabel 4 menunjukkan bahwa pada indikator ada persepsi lain dari responden bahwa
persepsi ibu rumah tangga tentang jumlah keluarga tidak mempengaruhi
pengetahuan cara penggunaan pil KB jumlah kebutuhan dikarenakan hal tersebut
dikategorikan sangat baik dengan tergantung dari setiap individu yang mau
persentase diperoleh yaitu 94,12 %. berusaha untuk memenuhi kehidupan
Responden selain sudah mengetahui pil keluarganya tersebut. Sehingga hai ini
KB, mereka juga sudah mengetahui cara menyangkut dengan faktor ekonomi setiap
penggunaanya secara baik dan benar hal ini keluarga. Pada Tabel 7 mengenai persepsi
dikarenakan pada saat pertama kali ibu rumah tangga tentang pengetahuan
menggunakan pil KB responden melakukan pengaruh penggunaan pil KB dikategorikan
konsultasi kepada petugas kesehatan. baik dengan persentase yaitu 77,54 %. Dari
Sehingga dalam hal ini bahwa peran hasil wawancara dan penyebaran angket
petugas kesehatan sangat penting dalam para responden sudah mengetahui pengaruh
masalah kesehatan reproduksi ibu. Pada mengenai penggunaan pil KB tersebut dari
Tabel 5 mengenai persepsi ibu rumah apa yang responden alami dan akseptor
tangga tentang pengetahuan penyuluhan pil yang sudah lama menggunakan pil KB.
KB dikategorikan sangat baik dengan Menurut responden walaupun mengalami
diperoleh yaitu 89, 90 %. Responden sudah pengaruh dari pil KB namun mereka tetap
mengetahui banyak hal tentang penyuluhan menggunakannya karena pil KB memiliki
pil KB. Sehingga menurut sebagian manfaat yang sangat baik. Beberapa
responden harus perlu dilaksanakanya pengaruh atau efek yang banyak didapatkan
penyuluhan pil KB dari petugas kesehatan yaitu kenaikan berat badan, mual dan sakit
agar dapat membantu masalah kesehatan kepala. Hal ini didukung oleh penelitian
yang dialami responden selama Widodo (2012) mengenai efek pemakaian
menggunakan pil KB. Menurut Marretyani pil kontrasepsi kombinasi terhadap Persepsi
dalam Wa Ode, dkk (2013) pada penelitian Ibu Rumah Tangga Tentang Penggunaan
di Kelurahan Bangkala Kecamatan Pil KB di Kelurahan Tondo Kecamatan
Manggala Kota Makassar tahun 2010 Mantikulore Kota Palu 44 e-Jipbiol Vol 2,
menunjukkan bahwa adanya hubungan Desember 2013 kadar glukosa darah yang
informasi dari petugas KB dengan membuktikan bahwa selain memungkinkan
penggunaan kontrasepsi pil KB. Wa Ode, timbul efek samping yang berat pada
dkk (2013) berpendapat bahwa kepada pemakai kontrasepsi oral juga bisa timbul
petugas KB untuk meningkatkan pemberian efek samping yang lebih ringan disebabkan
70
kehamilan, Mudah dihentikan setiap saat, Kelurahan Lapulu wilayah kerja Puskesmas
Kesuburan segera kembali setelah Perawatan Abeli bahwa mereka tidak
penggunaan Pil dihentikan, Dapat mengetahui apa itu kontrasepsi hormonal
digunakan sebagai kontrasepsi darurat, dan kurang mengetahui tentang metode
mencegah beberapa penyebab penyakit kontrasepsi yang mereka gunakan dari segi
radang panggul, menurunkan krisis Anemia Cara penggunaan Alat Kontrasepsi
bulan sabit (sickle cell). Adapun Efek Hormonal, Keuntungan Kontrasepsi
Samping dari penggunaan Kontrasepsi Hormonal, Kerugian Kontrasepsi
Hormonal: Berat badan naik/menurun, Hormonal, indikasi kontrasepsi hormonal,
Infeksi pada daerah insersi, Ekspulsi, Kontraindikasi kontrasepsi hormonal,
Perdarahan pervaginam yang penyebabnya waktu penggunaan dari kontrasepsi
belum diketahui, Mual, pusing, muntah hormonal, efek samping dan penanganan
(akibat reaksi anfilatik) Flek hitam pada dari kontrasepsi hormonal . Yang mereka
daerah wajah, Amenorhea (tidak ada ketahui adalah hanya bagaimana cara
perdarahan atau spotting). alasan untuk menunda kehamilan agar jarak kehamilan
tidak menggunakan KB karena masalah tidak terlalu dekat dengan biaya yang
fertilitas dan ingin punya anak murah. https://myjurnal.poltekkes-
mengindikasi kelompok yang tidak ingin kdi.ac.id/index.php/HIJP p-ISSN: 2083-
memerlukan KB. Alasan lainnya masalah 0840|e-ISSN: 2622-5905 Volume 9, Nomor
kepercayaan, dilarang suami/keluarga, 1, Juni 2017 29 METODE Jenis Penelitian
kurang pengetahuan, masalah akses alat KB Jenis penelitian ini adalah penelitian
, takut efek samping, dan alasan tidak dekskritif yang dimaksud mendekskripsikan
nyaman (Riskesdas, 2013). Berdasarkan atau menguraikan Gambaran Pengetahuan
data dari Dines Kesehatan Provinsi Akseptor Keluarga Berencana tentang
Sulawesi Tenggara pada tahun 2012 jumlah Penggunaan Alat kontrasepsi Hormonal di
pemasangan alat kontrasepsi IUD (1,47%), Kelurahan Lapulu Wilayah Kerja
MOP/MOW (0,50%), implan (7,51%), Puskesmas Abeli Kota Kendari 2015.
suntik (39,58%), pil (34,61%), kondom Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini
(8,45%), obat vagina (0%), dan lainnya telah dilaksanakan pada tanggal 13 Mei –
(7.90%). Sedangkan pada tahun 2013 24 Mei 2015 di kelurahan Lapulu Wilayah
kontrasepsi IUD (2,04%), MOP/MOW Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari.
(0,57%), implant (7,47%), suntik (44,93%), Populasi dan Sampel Populasi dalam
pil (35,26%), kondom (9,36%), obat vagina penelitian ini adalah semua ibu yang
(0%), dan lainnya (0%). Dari Observasi menggunakan kontrasepsi hormonal di
awal yang dilakukan Peneliti di Kelurahan kelurahan lapulu Wilayah Kerja Puskesmas
Lapulu Puskesmas Abeli yang Abeli periode Januari – Maret 2015
mengguanakan Alat Kontrasepsi 216 orang. sebanyak 163 orang. Teknik pengambilan
Sedangkan data Pada tahun 2015 periode sampel menggunakan Teknik Random
Januari- Maret jumlah Kepala Keluarga Sampling. Teknik ini digunakan bila
1360 orang dengan Pasangan usia subur populasi anggotanya tidak homogen
(PUS) berjumlah 293 orang. Kemudian sehingga persentase pengambilan sampel
jumlah Akseptor yang Menggunakan KB sebesar 30% dari total populasi 163 orang .
Hormonal 163 orang, diantarnya, yang jadi 30%×163/100 maka diperoleh jumlah
menggunakan AKDR 1 orang, pil KB 65 sampel sebanyak 49 orang. Pengumpulan
orang, Suntikan 74 orang dan implan 23 Data Ada dua metode pengumpulan data,
orang . Jadi akseptor kontrasepsi hormonal data primer diperoleh langsung dari
di Kelurahan Lapulu Puskesmas Abeli responden dan data sekunder diperoleh dari
berjumlah 163 orang. Berdasarkan hasil instansi terkait yang berhubungan dengan
wawancara yang dilakukan pada ibu penelitian. Instrumen yang digunakan
pengguna alat kontrasepsi hormonal di dalama penelitian ini adalah kuesioner.
74
sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita tidak mempengaruhi produksi ASI dan
miliki selain pengalaman, kita juga menjadi kesuburan akan segera kembali setelah
tahu karena kita diberitahu oleh orang lain. pencabutan implant (Inggit, 2011). Manfaat
Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi Kontrasepsi Hormonal Dari hasil penelitian
(Notoatmodjo, 2007). Dari wawancara responden yang pengetahuan tentang
selama penelitian responden mengatakan manfaat dari Penggunaan Kontrasepsi
mereka tidak mengetahui jenis kontrasepsi Hormonal di Kelurahan Lapulu Wilayah
apa yang digunakan. Mereka hanya tahu Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari 2015
tentang bagaimana cara mecegah terjadinya adalah sebanyak 23 orang (46.94%) yang
kehamilan dan menunda jarak kelahiran pengetahuanya baik, sedangkan 26 orang
antara anak pertama dan anak selanjutnya. (53.06%) yang pengetahuannya kurang. Hal
Hasil penelitian menunjukan bahwa ini di karenakan tingkat pendidikan
kontrasepsi hormonal jenis suntik yang responden yang rendah. Dari 49 responden
paling banyak penggunaanya sekitar 20 diantaranya 21 orang (42.86%) memiliki
orang (40.82%). Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan rendah yaitu sekolah
rentang waktu menyuntik 1 bulan - 3 bulan, dasar (SD). Dimana dengan pendidikan
artinya jangka waktu penggunaannya tidak orang akan mengalami proses belajar untuk
terlalu cepat dan tidak terlalu lama sehingga mengetahui sesuatu sehingga pengetahuan
apabila ingin punya anak lagi dapat bertambah khususnya manfaat
penggunaanya bisa segera dihentikan. Bila kontrasepsi hormonal. Dari wawancara
dibandingkan dengan kontrasepsi hormonal selama penelitian yaitu responden
jenis pil, yang penggunaanya harus mengatakan kurang mengetahui tentang
diminum setiap hari, kemungkianan manfaat kontrasepsi hormonal. Pendapat
akseptor lupa untuk diminum sehingga responden yaitu mereka menggunakan
timbul resiko untuk terjadinya kontrasepsi hormonal jenis Suntik karena
https://myjurnal.poltekkes- ingin menambah berat badan, yang
kdi.ac.id/index.php/HIJP p-ISSN: 2083- menggunakan jenis pil karena di peroleh
0840|e-ISSN: 2622-5905 Volume 9, Nomor gratis dari posyandu kemudian apabila
1, Juni 2017 31 kehamilan. Pada usia lebih habis dapat dibeli di apotek dengan harga
dari 35 tahun kontrasepsi hormonal jenis pil yang murah selain itu bisa menambah berat
dapat menyebabkan resiko terjadinya badan. Sedangkan implant alasan
serangan jantung. Sedangkan kontrasepsi pemakaiannya yaitu masa kerja yang lama.
hormonal jenis implan yang berbentuk Terdapat beberapa faktor yang dapat
batang, panjang 4 cm, berisi hormone mempengaruhi seseorang, salah satunya
progesterone yang membutuhkan prosedur adalah pendidikan. Semakin tinggi tingkat
invasif minimal di kulit bagian lengan atas pendidikan seseorang maka semakin cepat
yang pemasanganya harus dilakukan kemampuanya untuk memahami suatu
dengan petugas kesehatan. Akseptor objektif. Termasuk dalam hal ini responden
kontrasepsi hormonal jenis pil yaitu 14 penelitian yang sebagian besar tingkat
orang (28.57%). kontrasepsi pil termaksud pendidikannya adalah SD. Pemahaman
kontrasepsi yang sangat efektif. saat ini responden tentang manfaat kontrasepsi
terdiri dari pil kombinasi dan mini pil. Cara hormonal sebagaimana prosedur tindakan
kerja pil KB adalah dengan mencegah saat akseptor datang ke pelayanan
pelepasan sel telur. Pil mempunyai tingkat kesehatan dimana petugas kesehatan
keberhasilan yang tinggi bila digunakan berkewajiban memberikan informasi yang
dengan tepat dan teratur. Sedangkan berkenaan dengan alat kontrasepsi
akseptor kontrasepsi hormonal jenis implan hormonal termaksud memberikan
yaitu 15 orang (30.61%). Hal ini penjelasan tentang kontrasepsi hormonal.
disebabkan karena implant memiliki masa Namum, kemampuan responden untuk
kerja yang lama yaitu 3 tahun, kemudian menerima dan mengolah informasi
76
bergantung pada setiap orang. Salah Karena Masa pencegahan kehamilan pasca
satunya yaitu kemampuan kognitif melahirkan yakni umur 20- 35 tahun yang
seseorang (Notoatmodjo, 2007). Tingkat baik berjarak dua sampai empat tahun dari
pendidikan rendah (SD) maka akan anak pertama ke anak kedua, alat
menghambat perkembangan dan sikap kontrasepsi yang baik digunakan adalah pil,
seseorang terhadap nilai-nilai yang baru suntik, dan implan. Sedangkan Alat
diperkenalkan.. Ketidaktahuan dapat kontrasepsi yang baik pada masa
disebabkan karena pendidikan yang rendah, pencegahan kehamilan di atas umur 35
seseorang dengan tingkat pendidikan yang tahun adalah IUD, tubektomi dan
rendah akan sulit menerima pesan, vasektomi. Umur 35 tahun secara biologis
mencerna pesan, dan informasi yang tubuh seorang wanita tidak mendukung
disampaikan. Namun, Peningkatan kehamilan dengan baik dan cenderung akan
pengetahuan tidak mutlak dipengaruhi oleh menimbulkan komplikasi (Nawirah, 2014).
pendidikan formal tetapi juga didapat dari Selain itu faktor yang mempengaruhi
pendidikan non formal (Nursalam, 2008). pengetahuan yaitu informasi. Hal ini
Faktor lain yaitu jumlah anak. Artinya disebabkan karena tingkat pendidikan
dengan pengetahuan yang rendah maka akseptor yang rendah (SD) maka sumber
menyebabkan pelayanan KB di Kelurahan informasi yang mereka dapatkan itu kurang.
Lapulu tidak berhasil di karenakan Sehingga petugas kesehatan perlu
tingginya jumlah anak yang lebih dari 2 memberikan informasi lagi terhadap
anak yaitu sekitar 25 orang. Efek Samping masyarakat (ibu) untuk lebih meningkatkan
Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Dari penyuluhan tentang kontrasepsi hormonal.
hasil penelitian responden yang Sumber Informasi diperoleh dari
pengetahuan tentang efek samping dari pendidikan formal, pendidikan non formal,
https://myjurnal.poltekkes- media seperti televisi, surat kabar radio, dan
kdi.ac.id/index.php/HIJP p-ISSN: 2083- internet. Sumber informasi dapat
0840|e-ISSN: 2622-5905 Volume 9, Nomor merangsang pengetahuan. Seseorang
1, Juni 2017 32 Penggunaan Kontrasepsi menerima informasi tersebut akan
Hormonal di Kelurahan Lapulu Wilayah mempunyai persepsi dan pandangan yang
Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari 2015 berbeda dengan orang lain, sehingga akan
adalah sebanyak 16 orang (32.65%) yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
pengetahuanya baik, sedangkan 33 orang (Notoatmodjo, 2007). KESIMPULAN
(67.35%), yang pengetahuannya kurang. DAN SARAN Pengetahuan reponden
Dari wawancara selama penelitian tentang manfaat kontrasepsi hormonal
responden mengatakan baru tahu akan diperoleh hasil sebanyak 23 orang (46.94%)
adanya efek samping dari kontrasepsi yang pengetahuannya baik sedangkan
hormonal. keluhan seperti pusing, mual, pengetahuan kurang sebanyak 26 orang
muntah, berat badan naik, tekanan darah (53.06%). Pengetahuan responden tentang
meningkat, timbulnya flek hitam pada efek samping kontrasepsi hormonal yaitu
wajah merupakan gejala biasa yang di sebanyak 16 orang (32.65%)
timbulkan dari faktor makanan. Sedangkan pengetahuanya baik sedangkan
perdarahan bercak di persepsikan sebagai pengetahuan kurang 33 orang (67.35%).
sisa darah menstruasi yang belum semua DAFTAR PUSTAKA Bahri, abdul
keluar. Salah satu faktor yang saifuddin dkk. 2006. Buku Panduan Praktis
mempengaruhi pengetahuan adalah usia. Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina
Dari hasil penelitian rentan usia 20-35 Pustaka Sarwono Prawihardjo: Jakarta
tahun berjumlah 32 orang sedangkan usia Bazaid, Ali. 2008. Kontrasepsi Hormonal.
36-50 tahun adalah 17 orang. Kelompok Yayasan Bina Pustaka Sarwono
usia 36-50 tahun sangat beresiko Prawirohardjo: Jakarta Bazaid, Ali. 2011.
menggunakan kontrasepsi hormonal. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka
77
LEMBAR KONSULTASI
Nama Mahasiswa : Trisia Vironika
NIM : 2018. C. 10a. 0990
Angkatan : X (Sepuluh)
Tahun Ajaran/Semester : 2020/VI(Enam)
Pembimbing Akademik : RimbaAprianti, S. Kep.,Ners