DISUSUN OLEH :
PEMBIMBING PRAKTIK
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
a. Vulva Vulva
adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini berarti
penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran panjang, mulai klitoris,
kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk
bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis
pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut
berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons 10 berperan dalam
sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama koitus.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang
dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia minora, berakhir di perineum pada
garis tengah. Labia mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus
vagina. Pada wanita yang belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia
mayora terletak berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya.
Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada perineum,
labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka. Penurunan produksi
hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada permukaan arah lateral kulit labia
tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap daripada jaringam sekitarnya dan
ditutupi rambut yang kasar dan semakin menipis ke arah luar perineum. Permukaan
medial labia mayora licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora
terhadap sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf
yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah bawah dari
bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan
anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama
dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna
merah kemerahan dan memungkankan labia minora membengkak, bila ada stimulus
emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva.
Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga
meningkatkan fungsi erotiknya.
e. Klitoris Klitoris
adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di bawah arkus
pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah sekitar 6x6 mm
atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari pada
badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar.
Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi lemak seperti keju
yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris berasal dari
kata dalam bahasa yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena klitoris dianggap 12 sebagai
kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak
membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi tekanan.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara
uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum
yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum
mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-masing satu
pada setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette Fourchette
adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di bawah orifisium
vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen
h. Perineum Perineum
adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus.
Perineum membentuk dasar badan perineum.
2. Struktur interna
a. Ovarium Sebuah
ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopi.
Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen
lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira
setinggi krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium, yang mengikat
ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan
memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum
primordial. Di antara interval selama masa usia subur ovarium juga merupakan
tempat utama produksi hormon seks steroid dalam jumlah yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke
arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi
setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba
fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh
silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin
mempengaruhi gerakan peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi
lapisan mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.
c. Uterus Uterus
adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak mirip
buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila di tekan,
licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan tonjolan
bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian utama
yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang
menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian
bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan
peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu lapisan
membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan padat,
lapisan tengah jaringan ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat yang
menghubungkan indometrium dengan miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos yang
membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan luar
miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus, membuat lapisan ini
sangat cocok untuk mendorong bayi pada persalinan.
3) Peritonium perietalis Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri,
kecuali seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat kandung
kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus dapat dilakukan tanpa
perlu membuka rongga abdomen karena peritonium perietalis tidak menutupi
seluruh korpus uteri.
d. Vagina Vagina
adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang
secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulai esterogen dan
progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus 16 menstruasi dan selama
masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk
mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas
atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen
mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi vagina
meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan
relatif vagina.
2.1.3. Klasifikasi
Bila dibedakan menurut waktu terjadinya, perdarahan postpartum terdiri dari
perdrahan primer dan sekunder. Perdarahan posrpartum primer adalah perdarahan
yang terjadi 24 jam setelah melahirkan. Sedangkan perdarahan postpartum sekunder
adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pasca persalinan sampai dengan 12
minguu pasca melahirkan.
2.1.4 Etologi
Perdarahan postpartum bisa disebabkan karena :
1. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya miometrium untuk
berkontraksi setelah plasenta lahir.
2. Laserasi jalan lahir
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma.
Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik akan
memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan memimpin
persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap.
3. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau melebihi waktu
30 menit setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta belum lepas
dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan.
2.1.5. Patofisiologi
Perdarahan postpartum (postpartum hemorrhage / PPH) adalah perdarahan 500
mL atau lebih dari jalan lahir pada persalinan spontan pervaginam setelah kala III
selesai (setelah plasenta lahir) atau 1000 mL pada persalinan sectio caesarea. Namun
karena sulitnya menghitung jumlah perdarahan, seluruh kasus dengan jumlah
perdarahan yang berpotensi menyebabkan gangguan hemodinamik dapat disebut
sebagai perdarahan postpartum.
PPH dapat dibagi menjadi primer dan sekunder. PPH primer adalah perdarahan
yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan. Sedangkan, PPH sekunder
adalah perdarahan yang terjadi antara 24 jam hingga 6 minggu setelah persalinan.
B2 B3 B4 B5
Jumlah cairan
intravaskuler
Penurunan jml menurun Persalinan dg
Penurunan jml Terbentuknya porte
cairan intra tindakan
de entre (pintu
veskuler cairan intra
(episiotomi),
veskuler masuknya virus &
Jumlah HB robekan servik,
bakteri patogen)
dalam robekan perineum
Jumlah HB dlm
darah↓
darah menurun Berlangsung
secara terus Virus & bakteri dpt dg
Prosedur invansif
Suplai menerus mudah masuk ke
Suplai O2 ke jaringan oksigen ke dalam tubuh sehingga
jaringan↓ Terputusnya menyebabkan infeksi
Volume darah
5L, mukosa pucat, kontinuitas jaringan menurun
Hipoksia
akral dingin, jaringan Mk : Risiko
konjungtiva Jumlah Infeksi
anemis, nadi lebih cairan Mk :Nyeri Akut Mk :Risiko
Nadi lebih cepat
intravaskuler
cepat tapi lemah ketidakseimbangan
tapi ↓lemah
cairan
2.2.2. Diagnosa
2.2.2.1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan b.d. Perdarahan
2.2.2.2. Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisik
2.2.2.4. Gangguan Mobilitas Fisik b.d. proses penyakit
2.2.3. Intervensi
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan setelah dilakukan intervensi 1. Monitor status hidrasi
b.d. Perdarahan keperawatan ketidakseimbangan cairan 2. Monitor elatisitas kulit
meningkat 3. Monitor frekuensi dan kekuatan
dengan kriteria hasil: nadi
1. Asupan cairan meningkat 4. Monitor tekanan darah
2. Kelembaban membrane mukosa 5. Indetifikasi risiko
meningkat ketidakseimbangan cairan
3. Tekanan darah membaik
2. Nyeri Akut b.d. agen pencereda Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi skala nyeri
fisik keperawatan nyeri menurun dengan 2. Identifikasi respons nyeri non
kriteria hasil : verbal
1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi faktor yang
2. Uterus teraba bulat menurun memperberat dan memperingan
nyeri
4. Monitor keberhasilan terapi
komplemeter yang diberikan
5. Jelaskan penyebab dan pemicu
nyeri
6. Anjurkan memonitor nyeri
secara mendiri
7. Kolaborasi dengan pemberian
obat analgetik
3. Gangguan Mobilitas Fisik b.d. proses Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi kebutuhan
penyakit keperawatan mobilitas fisik meningkat dilakukan pembidaian.(fraktur).
dengan kriteria hasil 2. Monitor bagian distal area
1. Gerakan terbatas menurun cidera.
2. Pergerakan ekstremitas 3. Monitor adanya adanya
meningkat pedarahan pada daerah cidera.
3. Kelemahan fisik menurun 4. Jelaskan tujuan dan
langkahlangkah prosedur
sebelum pemasangan bidai
5. Anjurkan membatasi gerak pada
area cedera
2.2.4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan rencana Keperawatan diantaranya :Intervensi dilaksanakan sesuai
dengan rencana setelah dilakukan validasi : keterampilan interpersonal,
teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang
tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi
intervensi dengan respon pasien.Pada tahap implementasi ini merupakan
aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk
mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada pasien
2.2.5. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sitematik dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dilakukan dengan
berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Keterangan :
: Laki-laki : Tinggal Dalam Satu Rumah
: Peerempuan
: Klien
: Laki-laki Wafat
: Wanita Wafat
: Hubungan Pernikahan
: Hubungan Darah
3.2.5. Riwayat obstetric dan ginekologi
1. Riwayat ginekologi
a. Riwayat Mentruasi
- Menarche: sejak usia 13 thn Lamanya haid : 3-7 hari
- Siklus : 28 hari secara teratur Banyaknya : -
- Sifat darah (warna, bau/gumpalan, dysmenorhoe) : warna merah
maron, berbau amis, tidak mengumpal
- HPHT : 09 Oktober 2021
- Taksiran persalinan : 15 juni 2021
b. Riwayat Perkawinan : (suami dan isteri)
- Lamanya pernikahan : 1 thn
- Pernikahan yang ke : 1 kali menikah
c. Riwayat Keluarga Berencana :
- Jenis kontrasepsi apa yang digunakan sebelum hamil: tidak ada
- Waktu dan lamanya penggunaan : tidak ada
- Apakah ada masalah dengan cara tersebut : tidak ada
- Jenis, kontrasepsi yang direncanakan setelah persalinan sekarang :
- Berapa jumlah anak yang direncanakan oleh keluarga : 2 anak
2. Riwayat Obstetric
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : G1P0A0
N Tgl Umur Jenis Tempat/ Jenis Masalah Keadaan
BB
o partus hamil partus Penolong kelamin Hamil Lahir Nifas Bayi Anak
1 2021 38 minggu Normal Bidan Perempuan 3,0 pertama Normal Sehat Hidup
kg
- P1A0
- Tanggal melahirkan : -
- Jenis Persalinan : Normal. Lamanya persalinan: 6-8 jam
- Penyulit Persalinan : tidak ada
- Pendarahan : 200 cc
- Jenis kelamin bayi :, Perempuan BB : 3,01 kg, APGAR Score :
3.3. Pemeriksaan Fisik
3.3.1. Ibu
a. Keadaan umum : klien tampak lemas, Pucat, klien tampak terpasang
infus RL Suhu 36,00C, BB sebelum hamil 50 kg , Nadi 96 x/menit,
Pernapasan : 22 x/menit, Tekanan Darah 110/90 mmHg, BB : 70 Kg
Tinggi badan : 150 Cm, Kesadaran : composmentis, Turgor Kulit :
tampak kering
b. Kepala : Warna rambut : warna hitam, Keadaan : tidak ada lesi
c. Muka : Oedema : tidak ada , Cloasma gravidarum:
d. Mulut : Mukosa mulut & bibir : kering, Keadaan gigi : gigi klien bersih
Fungsi pengecapan : baik, Keadaan mulut : bersih , Fungsi menelan : baik
e. Mata : Konjunctiva:normal, Sklera : tidak ada, Fungsi Pengelihatan:
masih normal
f. Hidung : Pendarahan/Peradangan : tidak ada, Keadaan/kebersihan : bersih
g. Telinga: Keadaan : baik, Fungsi pendengaran : baik
h. leher : Pembesaran kel. Tyroid : tidak ada, Distensi Vena Jugularis: baik,
Pemebesaran KGB : tidak ada
i. Daerah dada :
- Suara napas : normal,
- Jantung dan paru-paru : normal,
- Bunyi jantung : Normal,
- Retraksi dada : Tidak ada
- Payudara : simertis,
- Perubahan : tidak ada,
- Bentuk buah dada : simertis,
- Hyperigmentasi areola : tidak ada,
- Keadaan puting susu : baik dan muncul,
- Cairan yang keluar : tidak ada,
- Keadaan/Kebersihan : bersih,
- Nyeri/Tegang : tidak ada,
- Skala nyeri : normal/ skala 2
j. Abdomen :
- Tinggi FU : 2 cm,
- Kontraksi Uterus : baik,
- Konsistensi Uterus : tidak ada,
- Posisi Uterus : normal,
- Diastasis RA : tidak ada
- Bising usus : normal
k. Genetalia Eksterna
Keluhan : Robeknya jalan lahir dan terjadi perdarahan
- Oedeme : tidak ada,
- Varises : tidak ada,
- Pembesaran Kel Bartolin : tidak ada,
- Pengeluaran/lochea : alba,
- Warna : coklat kehitaman
- Bau : tidak bau, Blas : tidak blas
l. Anus : Haemorrhoid : tidak ada
m. Ekstermitas Atas & Bawah :
- Refleks patela : normal,
- Varises : tidak ada,
- Oedema : tidak ada,
- Simetris : baik,
- Kram : tidak ada
3.3.2. Bayi
a. Keadaan umum : bayi menangis kencang saat lahir, dan bayi diberikan salep
mata
b. Tanda-tanda vital :DJJ bayi : 100 denyut/menit, RR: 30 x/menit
c. Kepala : simestris
d. Dada : simestris
e. Abdomen : normal
f. Genetalia : laki-laki
g. Anus : ada/ normal
h. Ekstremitas : lengkap
3.3.3 Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
- Frekuensi makan : 3-4 kali
- Jenis makanan : nasi, sayur dan buah-buahan
- Makanan yang disukai : buah dan sayur
- Makanan yang tidak disukai : tidak ada
- Makanan pantang / alergi : tidak ada
- Nafsu makan : baik
- Porsi makan : 1- 2 kali
- Minum (jumlah dan jenis) : 1,5 liter/ 24 jam
b. Pola Eliminasi
a. Buang Air Besar (BAB)
- Frekuensi : 2 kali sehari
- Warna : Kuning
- Bau : tidak bau
- Konsistensi :tidak ada
- Masalah / Keluhan :tidak ada
b. Buang Air Kecil (BAK)
- Frekuensi : 3 kali
- Warna : kuning
- Bau : tidak berbau
- Masalah / Keluhan : tidak ada
c. Pola tidur dan istirahat
- Waktu tidur : 08.00-05.00 WIB
- Lama tidur/hari : 10 jam
- Kebiasaan pengantar tidur : mendengarkan musik
- Kebiasaan saat tidur :
- Kesulitan dalam tidur :adanya nyeri pasien sering terbangun
DS : penekanan/kerusakan
- Klien menagatakan” jaringan
nyeri pada daerah ↓
perineum,bertambah Infiltrasi Nyeri Akut
ketika klien bergerak ↓
disertai darah keluar dari Nyeri akut
jalan lahir,nyeris terasa
seperti di iris,skala nyeri
4 sedang,dengan waktu
tidak menentu +10
menit”
Do :
- Klien tampak meringis
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak pucat
- Skala nyeri 4 sedang
- sewaktu-waktu+10 menit
sekali
TTV
- TD : 110/90 mmHg
- RR : 22x/menit Kurang terpaparnya
- N : 96x/menit informasi tentang cara
- S : 36,00C menyusui yang baik dan
DS : benar
- Klien mengatakan “tidak Defisit
mengetahui tentang Pengetahuan rendah Pengetahuan
cara memberikan dan
menyusui Asi pada bayi Defisit
yang baik dan benar
karena ini pengalaman
pertama”
DO :
- Tampak bingung ketika
ditanya teknik menyusui
yang baik dan benar
- Klien selalu bertanya
tentang menyusui yang
benar.
- Klien belum mengerti
tentang ASI Ekslusif
PRIORITAS MASALAH
2.Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi 1. Indentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 1. Mengetahui lokasi, kara
berhubungan dengan keperawatan dengan kriteria frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri. frekuensi, kualitas dan intensit
kerusakan jaringan hasil: 2. Identifikasi skala nyeri 2. Mengetahui skala nyeri yang
ditandai oleh P: 1. Keluhan nyeri menurun 3. Kontrol lingkungan yang memperberat pasien
Robekan Jalan Lahir Q: 2. Pasien dapat memanajemen rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, 3. Meringankan nyeri dengan m
tampak meringis nyeri secara mandiri pencahayaan, kebisingan) control ruangan
kesakitan, R: daerah 4. Fasilitasi istirahat dan tidur 4. Pasien merasa lenih nyam
genetalia Ekstranal, S: 5. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu istirahat atau tidur
skala 4-6 sedang T: nyeri 5. Pasien mengetahui dan
sewaktu-waktu 2 menit 6. Kolaborasi pemberian analgetik penyebab, periode dan pemicu
sekali 6. Meringankan skala nyeri
pemberian analgetik
3.Defisit pengetahuan
berhubungan dengan
kurangnya terpapar 1. Identifikasi tujuan atau keinginan 1.Memantau dan memahami tu
Setelah diberikan asuhan
informasi ditandai menyusui keinginan ibu untuk menyusui
keperawatan selama 1x30
dengan, Tampak 2. Sediakan materi dan media pendidikan
jam diharapkan status 2.Mencegah kepenatan
bingung ketika ditanya menyusui membaik : kesehatan tentang menyusui meningkatkan perasaan serta
teknik menyusui yang 1. Perlekatan bayi pada 3. Berikan kesempatan untuk bertanya menyusui
baik dan benar,Klien payudara ibu meningkat 4. Dukung ibu meningkatkan kepercayaan
selalu bertanya tentang diri dalam menyusui 3.Mengkaji pengetahuan guna m
2. Kemampuan ibu wawasan ibu mengenai meny
menyusui yang memposisikan bayi 5. Libatkan sistem pendukung : suami,
benar,Klien belum keluarga, tenanga kesehatan dan baik dan benar.
dengan benar meningkat
mengerti tentang ASI masyarakat 4.Agar ibu semangat
3. Tetesan/pancaran ASI
Ekslusif 6. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan memberikan ASI eksklusif.
meningkat
4. Suplai ASI adekuat anak 5.Keluarga mampu mem
meningkat 7. Ajarkan 4 (empat) posisi menyusui dan motivasi pada ibu agar
5. Kelelahan maternal perlekatan (lacth on) dengan benar melakukan menyusui yang b
menurun 8. Ajarkan perawatan payudara postpartum benar
(mis. Memerah ASI, pijat payudara, pijat 6.Mengetahui manfaat asup
oksitosin) seimbang yang diperluka
ibu menyusui. Status
merupakan salah satu fakt
mempengaruhi dalam
pemberian kolostrum pad
Jika status gizi ibu ba
kolostrum yang dikeluark
banyak dan jika status g
kurang maka status giz
dikeluarkan lebih sedikit
7.Mengetahui seberapa keter
ibu dalam menempelkan
puting.
8.Supaya ibu bisa merawat p
dan supaya ibu bisa
payudara dan puting
Perawatan payudara
penting dilakukan bagi i
telah melahirkan untuk m
masalah masalah yang
selama laktasi s
pembengkakkan pa
penyumbatan saluran ASI,
payudara.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
HARI/TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TANDA TANGAN
PERAWAT
Diagnose 1 1. Memeriksa sirkulasi perifer S: Klien mengatakan perdarahan sedikit
Selasa 15 Juni 2021 jam 2. Mengkaji TTV berkurang
09.00 WIB 3. Mengidentifikasi faktor risiko O:
gangguan sirkulasi - Klien tidak meringis
4. Menghindari pengukuran tekanan - Klien tidak pucat Rivaldo setyo
darah pada ekstemitas dengan - Klien nampak rileks pada saat situasi prakoso
keterbatasan perfusi tenang tanpa ada suara bising
5. Memberikan lingkungan yang - Klien diberikan sarapan susu dan nasi
nyaman sup serta diberikan vitamin
6. Memberikan asupan makanan yang TTV :
bergizi - TD : 110/90
7. Menganjurkan minum obat - S: 36.0 C
pengontrol tekanan darah secara - RR : 22 x/menit
teratur - N: 98 X/ menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 3,4,dan 7
Diagnose 2 1. Mengidentifikasi lokasi,krakteristik, S : pasien mengatakan nyeri yang dirasakan Rivaldo setyo
Selasa 15 Juni 2021 jam berkurang prakoso
durasi dan intensitas nyeri
11.00 WIB O:
2. Mengkaji TTV - skala nyeri sebelum nya 4 (1-10)
skala nyeri setelah di lakukan
3. Mengidentifikasi skala nyeri
Implementasi, skala 3 (1-10)
4. Berkolaborasi dengan tim kesehatan - klien tidak tampak meringis
- faktor yang memperberat nyeri
untuk pemberian obat
teratasi
- nyeri klien berkurang
TTV :
- TD : 110/90 mmHg
- RR : 22x/menit
- N : 96x/menit
- S : 36,00C
- Klien diberikan obat Metergin 3
x0,2 mg/mL dan
A : Masalah teratasi sebagian
P : intervensi di lanjutkan
Di susun oleh:
1.1 Topik
Pendidikan Kesehatan Tentang Pemberian ASI Eksklusif Pada Ny. S
1.2 Sasaran :
Ny. S dan Suami
1.3 Tujuan
Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan penyuluhan 1x30 menit, keluarga memahami dan mampu
menjelaskan tentang Pemberian ASI Eksklusif
Tujuan Instruksi Khusus:
1. Memahami pengertian ASI Eksklusif
2. Memahami kandungan ASI
3. Mengetahui keuntungan ASI untuk Ibu
4. Memahami keuntungan ASI untuk Bayi
5. Memahami teknik cara menyusui yang benar
6. Memahami cara pemberian dan penyimpanan ASI bagi Ibu yang bekerja
7. Memahami masalah dalam menyusui dan penangangannya
1.4 Materi
1. Pengertian ASI Eksklusif
2. Kandungan ASI
3. Keuntungan ASI untuk Ibu
4. Keuntungan ASI untuk Bayi
5. Teknik cara menyusui yang benar
6. Cara pemberian dan penyimpanan ASI bagi Ibu yang bekerja
7. Masalah dalam menyusui dan penangangannya
1.5 Metode
a. Ceramah dan Tanya Jawab
Media
1. Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam bentuk
selembar mengenai informasi pemberian asi ekslusif
1.6 Waktu Pelaksanaan
1. Hari/tanggal : Selasa, 15 Juni 2021
2. Pukul : 08:30 s/d
3. Alokasi : 30 Menit
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pendahuluan : Menjawab salam
Memberi salam dan 5 Menit Mendengarkan
memperkenalkan diri Menjawab pertanyaan
Menjelaskan maksud dan
tujuan penyuluhan
Melakukan evaluasi
vadilasi
3 Evaluasi : Menjawab
Memberikan pertanyaan 5 Menit mendemontrasi
akhir dan evaluasi
4 Terminasi : mendengarkan
menyimpulkan bersama- 5 Menit menjawab salam
sama hasil kegiatan
penyuluhan
menutup penyuluhan dan
mengucapkan salam
: Fasilitator :Dokumentator
: Peserta
PENTINGNYA ASI EKSLUSIF
UNTUK MASA DEPAN BAYI
Oleh :
Rivaldo setyo prakoso
(2018.C.10a.0982)