Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak


Dosen Mata Ajar : Etik Pratiwi,M.Kep

Disusun Oleh :

1. Nurlela Badriyah (2820173172)


2. Nurul Fadila (2820173173)
3. Qurrota Aini (2820173174)
4. Rinda Oktiviani (2820173175)

3D

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Berikut ini, kami mempersembahkan sebuah makalah (karya tulis)
yang berjudul Asuhan Keperawatan pada anak dengan Penyakit Kejang Demam.
Namun kami menyadari bahwa makalah Asuhan Keperawatan ini masih
jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak. Kepada pembaca yang budiman, jika terdapat
kekurangan atau kekeliruan dalam makalah ini, kami memohon maaf, karena
kami pun dalam proses belajar..
Dengan demikian, tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada para
pembaca. Semoga Allah memberkahi makalah ini sehingga dapat bermanfaat.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembelajaran ilmu
keperawatan khususnya, dan pendidikan pada umumnya

Yogyakarta, 08 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................


KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................
a. Latar Belakang ..............................................................................................1
b. Rumusan Masalah .........................................................................................2
c. Tujuan Penulisan ..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................
a. Definisi .........................................................................................................4
b. Etiologi ..........................................................................................................5
c. Manifestasi Klinis .........................................................................................6
d. Patofisiologi ..................................................................................................6
e. Pathway .........................................................................................................8
f. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................8
g. Komplikasi ....................................................................................................9
h. Penatalaksanaan ............................................................................................9
i. Diagnosa Keperawatan.................................................................................10
BAB III PENUTUP ..................................................................................................
a. Kesimpulan ..................................................................................................13
b. Saran .............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejang demam adalah suatu kondisi kejang disertai demam ditandai
dengan kenaikan suhu diatas 38℃ yang dikarenakan oleh ekstrakranium (Bararan
dan Jaumar, 2013). Kejang demam yaitu suatu kondisi penyakit yang diderita oleh
anak-anak dengan usia sekitar 6 bulan sampai 4 tahun (Wulandari dan Erawati,
2016).
Kondisi kejang demam yang dialami oleh anak berbeda – beda,
bergantung pada nilai ambang kejang masing – masing anak. Oleh karena itu,
setiap terjadi serangan kejang harus mendapatkan penanganan yang cepat dan
tepat, apalagi kejang dengan waktu yang cukup lama dan berulang. Keterlambatan
penanganan maupun kesalahan dalam prosedur dapat berakibat pada gejala sisa
pada anak, bahkan dapat berakhir pada kematian (Fida dan Maya, 2012).
Prevalensi kejang demam sekitar 2-5% pada balita. Biasanya terjadi pada
anak umur 6 bulan sampai 5 tahun. Insiden terjadinya kejang demam
diperkirakan mencapai 4-5% dari jumlah penduduk di Amerika Serikat, Amerika
Selatan, dan Eropa Barat. Namun di Asia angka kejadian kejang demam lebih
tinggi, seperti di Jepang dilaporkan antara 6-9% kejadian kejang demam, 5-10%
di India, dan 14% di Guam (Hernal, 2010). Kejadian kejang demam di Indonesia
disebutkan pada 2-5% anak berumur 6 bulan sampai dengan 3 tahun dan 30%
diantaranya akan mengalami kejang demam berulang.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi, diantaranya; usia, jenis kelamin,
riwayat kejang dan epilepsi dalam keluarga, dan normal tidaknya perkembangan
neurologi. Diantara semua usia, bayi yang paling rentan terkena kejang demam
berulang. Risiko tertinggi pada umur di bawah 2 tahun, yaitu sebanyak 50%
ketika kejang demam pertama. Sedang bila kejang pertama terjadi pada umur
lebih dari 2 tahun maka risiko berulangnya kejang sekitar 28%. Selain itu, dari
jenis kelamin juga turut mempengaruhi. Meskipun beberapa penelitian
melaporkan bahwa anak laki-laki lebih sering mengalami kejang demam
dibanding anak perempuan, namun risiko berulangnya kejang demam tidak
berbeda menurut jenis kelamin. Riwayat kejang dalam keluarga merupakan risiko
tertinggi yang mempengaruhi berulangnya kejang demam, yaitu sekitar 50-100%,
dan anak-anak yang mengalami keterlambatan perkembangan neurologi
meningkatkan risiko terjadinya kejang demam berulang (Nadirah, 2011).
Kejang demam pada anak membuat orangtua kawatir khususnya seorang
ibu, karena ibu dibuat stress dan rasa cemas yang luar biasa. Bahkan, ada
beberapa yang menganggap bahwa kejang membuat anaknya bisa meninggal.
Beberapa ibu panik ketika anak mereka demam dan melakukan kesalahan dalam
mengatasi demam dan komplikasinya. Kesalahan yang dilakukan ibu salah
satunya disebabkan karena kurang pengetahuan dalam menangani (Hazaveh,
2011).
Dari banyaknya kasus kejang demam yang dialami pada anak, menjadikan
kami untuk mengulas lebih banyak mengenai kejang demam sehingga dapat
memberikan apersepsi yang sama dalam pengertian, tanda gejala, penatalaksanaan
ataupun penanganan yang dapat diberikan oleh keluarga maupun petugas
kesehatan sehingga kasus kejang demam dapat teratasi dengan baik.

B. Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan kejang demam ?
b. Apakah etiologi dari kejang demam ?
c. Apakah manifestasi klinis dari kejang demam ?
d. Bagaimana patofiologi dari kejang demam ?
e. Bagaimana pathway dari kejang demam ?
f. Apa pemeriksaan penunjang dari kejang demam ?
g. Apa sajakah komplikasi dari kejang demam ?
h. Bagaimana penatalaksanaan dari kejang demam ?
i. Apa sajakah diagnosa yang sering muncul pada pasien kejang demam ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum:
Untuk memperoleh informasi mengenai penyakit kejang demam pada
anak.
2. Tujuan khusus:
a) Untuk mengetahui definisi penyakit kejang demam pada anak
b) Untuk mengetahui etiologi penyakit kejang demam pada anak
c) Untuk mengetahui manifestasi klinik penyakit kejang demam pada anak .
d) Untuk mengetahui patofisiologi penyakit kejang demam pada anak.
e) Untuk mengetahui pathway penyakit kejang demam pada anak.
f) Untuk mengetahui komplikasi penyakit kejang demam pada anak.
g) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit kejang demam pada
anak.
h) Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit kejang demam pada anak.
i) Untuk mengetahui diagnosa penyakit kejang demam pada anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kejang Demam


Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak yang terjadi
secara mendadak, dengan waktu yang singkat atau sementara dan
disebabkan oleh adanya aktivitas otak yang abnormal dan adanya
pelepasan listrik yang sangat berlebihan. Terjadinya kejang juga
disebabkan oleh malformasi otak kongenital, faktor genetic atau
dikarenakan adanya penyakit seperti meningitis, ensefalitis serta demam
yang tinggi atau istilah yang dikenal sebagai kejang demam, gangguan
metabolisme, trauma dan lain sebagainya (Hidayat, 2008).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal diatas 38℃) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium (Bararan & Jaumar 2013). Kejang demam merupakan
kelainan neurologis yang paling sering dialami pada anak, terutama pada
golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun (Ngastiyah, 2012).
Kesimpulan bahwa bangkitan kejang demam berhubungan dengan
usia, tingkatan suhu serta kecepatan peningkatan suhu, termasuk faktor
heriditas juga memiliki peran terhadap bangkitan kejang demam di mana
pada anggota keluarga penderita memiliki peluang untuk mengalami
kejang lebih banyak dibandingkan dengan anak normal tanpa riwayat
kejang dari keluarga (Sodikin, 2012).

Klasifikasi Kejang Demam


Klasifikasi kejang demam terbagi menjadi 2 :
1. Kejang demam sederhana
Kejang demam dengan intensitas waktu yang cukup singkat tidak
lenih dari 15 menit, dan biasanya akan berhenti dengan sendirinya.
Kejang berbentuk umum yaitu tonik, dan atau klonik tanpa gerakan
fokal. kejang tidak terulang selama 24 jam. Kejang demam ini adalah
80% dari keseluruhan total kejang demam.
2. Kejang demam komplek
Kejang demam yang ditandai dengan : kejang berlangsung dalam
waktu yang cukup lama >15 menit, dengan kejang fokal / parsial satu
sisi atau kejang umum (kejang parsial), dan kejang berulang atau lebih
dari 1 kali dalam 24 jam (Nugroho, 2011).

B. Etiologi Kejang Demam


Penyebab dari kejang demam ialah :
1. Faktor-faktor perinatal, malformasi otak kongenital
2. Faktor genetika
Faktor keturunan berperan penting pada anak yang mengalami kejang
demam, anggota keluarga yang memiliki riwayat kejang demam
setidaknya 1 kali dapat meningkatkan resiko kejang demam pada anak
tersebut sekitar 25-50%. .
3. Penyakit infeksi
a. Bakteri : penyakit pada traktus respiratorius (pernapasan),
pharyngitis (radang tenggorokan), tonsillitis (amandel), otitis
media (infeksi telinga).
b. Virus : varicella (cacar), morbili (campak), dengue (virus penyebab
demam berdarah).
4. Demam
Bangkitan kejang demam terjadi pada waktu sakit demam dengan
puncak demam tertinggi dan dalam rentang waktu 24 jam. .
5. Gangguan metabolisme
Gangguan metabolisme seperti uremia, hipoglikemia: kadar gula darah
kurang dari 30 mg% pada neonatus cukup bulan dan kurang dari 20
mg% pada bayi dengan berat badan lahir rendah atau hiperglikemia.
6. Trauma
Terjadinya trauma dapat menimbulkan kejang dalam rentang waktu
minggu pertama setelah cedera kepala.
7. Gangguan sirkulasi
8. Penyakit degenerative susunan saraf
9. Neoplasma
Neoplasma bisa menjadi penyebab kejang pada usia berapa pun, akan
tetapi neoplasma juga menjadi penyebab penting dari kejang pada usia
pertengahan dan ketika insiden penyakit neoplastic meningkat
(Nugroho, 2011).

C. Manifestasi Klinik Kejang Demam


Tanda dan gejala dari kejang demam adalah :
1. Kejang demam mempunyai kejadian yang tinggi pada anak, yaitu
sebesar 3-4%
2. Kejang biasanya dengan waktu yang singkat, berhenti sendiri, dan
terjadi lebih banyak pada anak laki-laki
3. Kejang timbul dalam waktu 24 jam setelah kejadian naiknya suhu
badan akibat infeksi di luar susunan saraf misalnya otitis media akut,
bronchitis, dan sebagainya
4. Bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik, fokal atau atonik
5. Takikardi : pada bayi, frekuensi sering di atas 150-200 per menit
(Markam, 2009).

D. Patofisiologi Kejang Demam


Pada keadaan demam kenaikan suhu 1℃ akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal sebesar 10-15% dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak
mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa
hanya 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membrane sel neuron dan dalam waktu yang singkat
terjadi disfusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membrane
tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik, lepas muatan listrik
ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke
membrane sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmitter dan terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang
yang berbeda dan tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seseorang
anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak
dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38℃
sedang anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi bila
suhu mencapai 40℃ atau lebih. Maka disimpulkan bahwa berulangnya
kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang yang
rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu memperhatikan pada
tingkat suhu berapa pasien menderita kejang.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan tidak meninggalkan gejala usia. Akan tetapi kejang yang
berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energy untuk kontraksi otot skelet
yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan
oleh metabolisme enaerobik , hipotensi arterial disertai denyut jantung
yang tidak teratur dan suhu tubuh semakin meningkat yang disebabkan
makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan
metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor
penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya
kejang lama, faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan
timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat
serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di
kemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsy yang spontan. Oleh
karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan
kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsy (Ngastiyah, 2012).
Peningkatan suhu tubuh ( demam )
Peningkatan metabolisme basal 10-15%
Peningkatan kebtuhan oksigen 20%

Perubahan keseimbangan dari membran sel neuron


terjadi disfusi dari ion kalium dan natrium lepas
muatan listrik yang terlepas sangat besar

Neurotransmitter bahan yang membantu meluasnya


sel keseluruhan sel ke membran sel

Peningkatan suhu tubuh

Kejang demam

Penurunan kondisi tubuh Lebih dari 15 menit

Rawat inap Rs (Hospitalisasi) ketidk efektifan Apnea


Pola napas
Cemas Kebutuhan O2 otot skelet kebutuhan o2 otak
Dx : Ansietas B.D
Hipoksemi Hipotesia

Terjadi Metabolisme kerusakan sel


anerobik neuron

Peningkatan timbunan asam laktat Resiko cedera Dx :

Asidosis

Kerusakan pettukaran gas dx :


E. Pemeriksaan Penunjang Kejang Demam
1. Pemeriksaan Laboratorium : Darah perifer , elektrolit dan gula darah.
2. Pungsi Lumbal : Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk
menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis . Risiko
terjadinya meningitis bakterialis adalah 1,6 % - 6,7 % . Pada bayi kecil
seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis
meningitas karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu
pungsi lumbal dianjurkan pada bayi kurang dari 12 tahun .
3. Elektroensefalografi
Tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan
kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam.
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam
yang tidak khas (Widodo ,2011).

F. Komplikasi Kejang Demam


Komplikasi dari kejang demam diantaranya :
1. Kerusakan neurotramiler
2. Epilepsi
3. Kelainan anatomis di otak
4. Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis dikarenakan disertai
demam
5. Ada kemungkinan mengalami kematian ( Waskitho,2013 ).

G. Penatalaksanan Kejang Demam


1. Penatalaksaan keperawatan
a. Baringkan pasien dengan diusahakan mencari tempat yang rata,
kepala dimiringkan, pasangkan sudip lidah yang sudah dibungkus
dengan kasa.
b. Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien
c. Longgarkan maupun lepaskan pakaian yang mengganggu
pernapasan
d. Bila suhu tinggi berikan kompres hangat
2. Penatalaksanaan Medis
a. Bila pasien keadaan kejang ,obat pilihan utama yaitu
diazepam untuk memberantas kejang. Secara IV dosis BB
kurang dari 10 kg : 0,5 – 0,75 mg/kg BB dengan minimal
dalam spuit 7,5 mg, diatas 20 kg : 0,5 mg/kg BB. Biasanya
dosis rata rata dipakai 0,3 mg/kg BB/Kali dengan
maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun,
dan 10 mg pada anak yang lebih besar.
b. Mencegah edema otak, berikan kortikosteroid dengan dosis
20-30 mg /kg BB /hari dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya
glukortikoid misalnya deksametazone 0,5 – 1 ampul setiap
6 jam .
c. Setelah kejang diatas diazepam berkisar antara 45-60 menit
disuntikan, diberikan obat antiseptik .

H. Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Perencanaan
Keperawatan
1. Resiko Setelah dilakukan 1. Kaji status pernapasan
Ketidakefektifan tindakan selama 3x24 klien
Pola napas B.D jam pasien diharapkan 2. Kaji penyebaab
Obstruksi jalan dapat melakukan pola ketidakefektifan
napas napas efektif. pernapasan
Kriteria hasil : 3. Auskultasi tulang paru
Tidak terjadi obstruksi dan observasi pernapasan
atau aspirasi rencana klien
tindakan keperawatan 4. Longgarkan pakaian
klien
5. Lakukn section bila
perlu, beri O2 sesuai
kebutuhan
6. Kolaborasi dengan
dokter pemberian terapi
obat, tindakan dan
pemeriksaan
2. Resiko cedera Setelah dilakukan 1. Kaji sifat dan
B.D Kurangnya tindakan selama 3x24 penyebab timbulnya
kesadaran jam pasien diharapkan kejang
,gerakan tonik tidak terjadi cedera atau 2. Jaukan benda-benda
atau klonik komplikasi tajam
Kriteria Hasil : 3. Kaji dan monitoring
Tidak ada perlukaan tingkat kesadaran
kesadaran ,kompos ,adanya kejang
mentis 4. Kolaborasi dengan
dokter untuk
penangganan medis

3. Hipertermi B.D Setelah dilakukan 1. Kaji penyebab hipertermi


Proses infeksi tindakan selama 3x24 2. Observasi suhu tiap 2
,gangguan pusat jam pasien diharapkan jam
pengaturan suhu tubuh normal 3. Jelaskan pada klien
suhu Kriteria Hasil : Suhu keluarga dan pentingnya
DO : Gelisah tubuh 36-37ºC mempertahankan asupan
,suhu lebih dari cairan yang adekuat
38ºC untuk mencegah
dehidrasi
4. Lakukan kompres hangat
,berikan pakaian yang
longgar dan kering
5. Batasi aktivitas klien
6. Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
terapi dan pemeriksaan
4. Kecemasan B.D Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat dan
Masalah tindakan keperawatan penyebab kecemasan
kesehatan selama 3x24 jam pasien keluarga
anaknya dapat diharapkan 2. Beri informasi yang
kecemasan teratasi cukup mengenai
Kriteria Hasil : perawatan dan
Menampilkan pola pengobatan yang
koping yang positif : dilakukan dan
tenang komunikatif dirancanakan .
,kooperatif 3. Beri dorongan untuk
mengeskpresikan
perasaan
4. Bicarakan perlahan dan
tenang menggunakan
kalimat pendek
5. Kolaborasi dengan
dokter ( Nugroho,2011).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara
mendadak dan sangat singkat atau sementara yang dapat disebabkan oleh
aktivitas otak yang abnormal serta adanya pelepasan listrik serebral yang
sangat berlebihan, kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal diatas 38○C). Dan kejang demam merupakan penyakit yang diderita
oleh anak-anak dengan usia sekitar 6 bulan sampai 4 tahun.
Ada faktor yang memicu anak kejang demam diantaranya : faktor
perinatal, faktor genetika, penyakit infeksi, demam, gangguan
metabolisme, trauma, gangguan sirkulasi, penyakit degenerative susunan
saraf, gangguan sirkulasi, neoplasma.
Adapun klasifikasi kejang demam dibagi menjadi 2 yaitu : Kejang
demam sederhana ; kejang demam yang berlangsung dalam waktu yang
singkat kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Dan
yang kedua yaitu kejang demam komplek ; kejang demam dengan ciri
sebagai berikut : lama kejang >15 menit, kejang berulang atau lebih dari 1
kali dalam 24 jam.
Penanganan pertama dalam merawat pasien kejang demam yaitu :
a. Baringkan pasien dengan diusahakan mencari tempat yang rata,
kepala dimiringkan, pasangkan sudip lidah yang sudah
dibungkus dengan kasa.
b. Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien
c. Longgarkan maupun lepaskan pakaian yang mengganggu
pernapasan.
d. Bila suhu tinggi berikan kompres hangat

B. Saran
1) Bagi Pendidikan
Memberikan tambahan referensi tentang kejang demam,
bagaimana cara penatalaksanaan medisnya. Apa saja terapi yang harus
diberikan dan hal apa saja yang perlu diperhatikan untuk menghindari
kejang demam.
2) Bagi Tenaga Kesehatan
Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya
komplikasi.
3) Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan medis
terhadap penderita kejang demam, apa saja peyebab, tanda-tanda
klinisnya dan terapi apa saja yang diberikan pada penderita kejang
demam serta bagaimana cara mencegahan yang tepat.

DAFTAR PUSTKA
Fida & Maya. 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jogjakarta :
D-Medika
Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Konsep Dsar
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Markam, Soemarmo. 2009. Penuntun Neurologi. Tangerang :
Binarupa Aksara.
Ngastiyah. 2012. Perawatan Anak Sakit . Ed ke-2. Jakarta : EGC.
Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas: Anak,
Bedah, Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
Sodikin. 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta
: Pustaka Pelajar.
Waskitho, Punguh Arifin. 2013. Asuhan Keperawatan Hipertermia.
Jakarta : EGC
Widodo, Dwi Putro. 2011. Kumpulan Tips Pediatri. Ed. 2 : Badan
Penerbit IDAI
Wulandari , D., & Erawati, M. 2016. Buku Ajar Keperawatan
Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai