Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN NEFROTIK SINDROM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB 1

Dosen Mata Ajar : Septiana Fathonah, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh :

Kelas 2A

Dian Widyastuti 2720162825

Evi Anugraheni 2720162832

Muhammad Arif Wijayanto 2720162842

Murti Widyastuti 2720162843

Puspita Dyah Utami 2720162851

Tri suci Rahmawati 2720162866

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2017

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat

BAB II KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengertian
B. Tanda dan Gejala
C. Patofisiologis
D. Pemeriksaan Penunjang
E. Komplikasi
F. Penatalaksanaan

BAB III DOKUMENTASI KEPERAWATAN

A. Asuhan keperawatan

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sindrom Nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh


peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang
ditandai dengan edema anasarka, proteinuria masif,hipoalbuminemia,
hiperkolesterolemia, dan lipiduria (Prodjosudjadi,2007). Penyebab primer
sindrom nefrotik biasanya digambarkan oleh histologi, yaitu sindrom
nefrotik kelainan minimal (SNKM) yang merupakaan penyebab paling
umum dari seindrom nefrotik pada anak dengan umur rata-rata 2,5 tahun.
Meskipun sindrom nefrotik dapat menyerang siapa saja namun penyakit
ini banyak ditemukan pada anak-anak usia 1 sampai 5 tahun. Selain itu
kecenderungan penyakit ini menyerang anak laki-laki dua kali lebih
besardibandingkan anak perempuan (Gunawan,2006) .

Angka kejaian SN pada anak tidak diketahui pasti, namun laporan


dari luar negeri diperkirakan pada anak usia dibawah 16 tahun berkisar
antara 2 sampai 7 kasus pertahun pada setiap 100.000 anak
(pardede,2002). Menurut Raja Syeh angka kejadian kasus sindrom nefrotik
di Asia tercatat 2 kasus setiap 10.000 penduduk ( Republika,2005 ).
Sedangkan kejadian di indonesia pada sindrom nefrotik mencapai 6 kasus
pertahun 100.000anak berusia kurang dari 14 tahun ( Alatas,2002 ). Untuk
kejadian di Jawa Tengah sendiri encapai 4 kasus terhitung mulai dari
tahun 2006 (Israr,2008).

Sifat khusus dari penyakit sindrom nefrotik adalah sering kambuh


sering gagalnya pengobatan dan timbulnya penyulit, bai akibat dari
penyulit sendiri maupun oleh karena pengobatannya. Penyulit yang sering
terjadi pada sindrom nefrotik adalah infeksi,trombosis, gagal ginjal akut,
malnutrisi, gangguan pertumbuhan, hiperlipidemia dan anemia. Infesi
merupakan penyulit yang mengakibatkan mobiditas dan mortalitas yang

3
bermakna. Bentuk infeksi yang dijumpai pada sindrom nefrotik adalah
peritonitis, infeksi saluran kemih, dam spesis.

B. Tujuan :

Tujuan umum :

Mahasiswa dapat memberikan Asuhan keperawatan pada penderita


Nefrotik Syndrom.

Tujuan khusus :

a. Untuk mengetahui definisi Nefrotik Syndrom


b. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Nefrotik Syndrom
c. Unruk mengetahui patofisiologi dari Nefrotik Syndrom
d. Unruk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Nefrotik Syndrom
e. Untuk mengetahui komplikasi dari Nefrotik Syndrom
f. Untuk mengetahui tatalaksana medis dari Nefrotik Syndrom
g. Untuk mengetahui tatalaksana keperawatan dari Nefrotik Syndrom
h. Untuk mengetahui etiologi dari Nefrotik Syndrom
i. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Nefrotik Syndrom
C. Manfaat :

Mahasiswa memahami penyakit Nefrotik Syndrom sehingga menunjang


pembelajaran dengan topik sistem perkemihan.

4
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN NEFROTIK SINDROM


Menurut Baughman (2000), Nefrotik Sindrome merupakan kelainan klinik
yang ditandai dengan proteinuria, hipoalbuminemia, edema, dan
hiperkolesterolemia. Sedangkan menrut Sowden (2002), Nefrotik Sindrom
adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas
glomerulus terhadap protein plasma yang menimbulkan proteinuria,
hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Toto,2009)
Nefrotik Sindrom adalah gangguan klinis yang dintandai dengan
peningkatan protein urine (proteinuria), edema, penurunan albumin dalam
darah (hipoalbuminemia), dan kelebihan lipid dalam darah
(hiperlipidemia). Kejadian ini diakibatkan oleh kelebihan pecahan plasma
protein ke dalam urine karena peningkatan permeabilitas membran kapiler
glomerulus (Nursalam,2006).
B. TANDA DAN GEJALA
1. Tanda paling umum adalah peningkatan cairan di dalam tubuh,
diantaranya adalah :
a) Edema periorbital, yang tampak pada pagi hari.
b) Pitting, yaitu edema (penumpukan cairan) pada kaki bagian
atas.
c) Penumpukan cairan pada rongga pleura yang menyebabkan
efusi pleura.
d) Penumpukan cairan pada rongga peritoneal yang
menyebabkan asites.
2. Hipertensi (jarang terjadi)
3. Beberapa pasien mungkin mengalami dimana urine berbusa, akibat
penurunan tekanan permukaan akibat proteinuria.
4. Hematuria dan oliguria (tidak umum terjadi pada nefrtotik
sindrom).

5
C. PATOFISIOLOGIS
Glomeruli adalah bagian dari ginjal yang berfungsi untuk menyaring
darah. Pada nefrotik sidrom, glomeruli mengalami kerusakan karena
inflamasi dan hialinisasi sehingga protein-protein yang berukuran kecil
seperti albumin, immunoglobulin dan anti-trombin dapat melewati ginjal
dan keluar bersama urine (Toto,2009).
Albumin adalah protein didalam darah yang berfungsi mempertahankan
tekanan osmotic koloid. Albumin berfungsi mencegah kebocoran darah
dari pembuluh darah ke dalam jaringan. Nfrotik sindrom adalah
dikarenkan kerusakan mikrivaskuler dan retensi natrium dan air oleh
karena kerusakan ginjal ( akibat peningkatan sekresi angiotensin)
(Toto,2009).
Didalam merespon kebocoran albumin, hati (liver) mensitesis lebih
banyak protein, dan kadar protein-protein yang berukuran lebih besar
menjadi meningkat. Peningkatan lipoprotein, kemudian direabsorbsi oleh
sel-sel tubuler, yang kemudian menumpuk dan membentuk oval fat bodies
atau fatty casts (Toto,2009).
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Toto,2009)
1. Laboratorium
a) Pemeriksaan sempel urin
Pemeriksaan sempel urine menunjukan adanya proteinuria
(adanya protein di dalam darah )
b) Pemeriksaan darah
1) Hipoalbuminemia, dimana kadar albumin kurang
dari 30 gram/liter.
2) Hiperkolestrolemia (kadar kolestrol dalam darah
meningkat), khususnya peningkatan Low Density
Lipoprotein (LDL), yang secara umum bersamaan
dengan peningkatan VLDL.

6
c) Pemeriksaan elektrolit, ureum dan kreatinin yang berguna
untuk mengetahui fungsi ginjal.

2. Pemeriksaan lain
Pemeriksaan lebih lanjut perlu dlakukan apabila penyebabnya
belum diketahui secara jelas, yaitu :
a) Biopsi ginjal (jarang dilakukan pada anak-anak)
b) Pemeriksaan penanda auti-imune (ANA,ASOT,C3,
cryoglobulins, serum electrophoresis)
E. KOMPLIKASI (Toto,2009)
a. Trombosit vena, akibat kehilangan-trombin 3, yang berfungsi
untuk mencegah terjadinya thrombosis. Thrombosis vena ini sering
terjadi pada vena renalis. Tindakan yang dilakukan untuk
mengatasinya adalah dengan pemberian heparin.
b. Infeksi (seperti haemopilus influenza and streptococcus
pneumonia), akibat kehilangan immunoglobulin.
c. Gagal ginjal akut, akibat hypovolemia. Disamping terjadinya
penumpukan cairan didalam jarinagan, terjadi juga kehilangan
cairan didalam intravaskuler.
d. Edema pulmonal, akibat kebocoran cairan, kadang-kadang masuk
kedalam paru-paru yang menyebabkan hipoksia dan dispnea.
F. PENATALAKSANAAN (Toto,2009)
a. Suportif
1. Memonitor dan mempertahankan volume cairan tubuh yang
normal.
a) Memonitor urin output
b) Pemeriksaan tekanan darah secara berkala
c) Pembatasan cairan, sampai 1 liter
d) pemberian diuretik (Furosemid IV)
2. Memonitor fungsi ginjal

7
a) lakukan pemeriksaan elektrolit, ureum dan kreatinin
setiap hari.
b) Hitung GFR setiap hari

c) Mencegah komplikasi

d) Pemberian tranfusi albumin secara umum tidak


dipergunakan karena efek kehilanganya hanya bersifat
sementara.
b. Tindakan khusus
a) Pemberian imunosupresi untuk mengatasi
glomerulonephritis (steroids, cyclosporin)
b) Pembatasan glukosa darah, apabila diabetes mellitus.
c) Pemberian ACE inhibitor: untuk menurunkan tekanan
darah.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Diagnosa :
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme regulasi
Intervensi(NIC) :
1. Kaji lokasi dan luasnya edema
2. Timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien
3. Monitor indikasi kelebihan cairan / retensi edema

Rasional :

1. Untuk mengetahui kondisi edema pasien


2. Mengetahui perkembangan kondisi pasien
3. Memantau kelebihan cairan

Implementasi :

1. Mengkaji lokasi dan luasnya edema


2. Menimbang berat badan setiap hari dan memonitor status pasien
3. Memonitor indikasi kelebihan cairan / retensi (edema)

Evaluasi :

1. Lokasi sudah tidak terjadi edema

9
2. Berat badan sudah normal
3. Sudah tidak ada kelebihan cairan(edema)
2. Diagnosa :
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan
Intervensi(NIC) :
1. Menentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhan gizi
2. Instrusikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
3. Atur diet yang diperlukan (makanan protein tinggi)

Rasional :

1. Mengetahui status gizi dan kemampuan pasien untuk memenuhi


kebutuhan gizi
2. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
3. Kebutuhan protein dalam tubuh terpenuhi

Implementasi :

1. Menentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk


memenuhi kebutuhan gizi
2. Menginstrusikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
3. Mengatur diet yang diperlukan

Evaluasi :

1. Status gizi pasien sudah diketahui


2. Kebutuhan nutrisi pasien sudah terpenuhi
3. Pasien sudah melakukan diet sesuai dengan intruksi
4. Diagnosa :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan / kelelahan
Intervensi(NIC) :
1. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai
dengan konteks usia dan perkembangan

10
2. Monitor intake / asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi
yang adekuat

Rasional :

1. Mengetahui alasan mengapa pasien kelelahan


2. Menentukan status gizi yang adekuat bagi pasien

Implementasi :

1. Mengkaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan


sesuai dengan konteks usia dan perkembangan
2. Memonitor intake / asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi
yang adekuat

Evaluasi :

1. Status yang menyebabkan kelelahan sesuai dengan konteks usia dan


perkembangan sudah diketahui
2. Intake / asupan nutrisi pada pasien sudah memenuhi energi yang
adekuat.

11
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sindrom Nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang
ditandai dengan edema anasarka, proteinuria masif,hipoalbuminemia,
hiperkolesterolemia, dan lipiduria.

Nefrotik sindrom memilikitanda gejala seperti peningkatan cairan


didalam tubu, hipertensi, urine berbusa, hemetoria dan oliguria. Sifat
khusus dari penyakit sindrom nefrotik adalah sering kambuh sering
gagalnya pengobatan dan timbulnya penyulit, bai akibat dari penyulit
sendiri maupun oleh karena pengobatannya. Penyulit yang sering terjadi
pada sindrom nefrotik adalah infeksi,trombosis, gagal ginjal akut,
malnutrisi, gangguan pertumbuhan, hiperlipidemia dan anemia. Infesi
merupakan penyulit yang mengakibatkan mobiditas dan mortalitas yang
bermakna. Bentuk infeksi yang dijumpai pada sindrom nefrotik adalah
peritonitis, infeksi saluran kemih, dam spesis.

12
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Suharyanto, T. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan GAngguan


Sistem Perkemihan. Jakarta: KDT.

Prodjosudjadi, W., 2006. Glomerulonefritis. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B.,


Alwi, I., Marcellus, S.K., Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
I. Edisi keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.

Alatas, H., 2002, Pemeriksaan Laboratorium pada Penyakit Ginjal, dalam Alatas,
H., Tambunan, T., Trihono, P., dan Pardede, S. (Editor), Buku Ajar
Nefrologi Anak: Jakarta, Balai Penerbit FKUI.

Israr, Yayan Akhar. 2008. Sidroma Nefrotik (SN). http://www.Belibis17.com.


diakses tanggal 20 Oktober 207

Pardede, Sundung O. 2002. Cermin Dunia Kedokteran. http://www.kalbe.co.id.


diakses pada tanggal 20 Oktober 2017

Gunawan, Carta A. 2006. Patogenesisi Dan Penatalaksanaan Sindrom Nefrotik.


http://repository.ui.ac.id. diakses pada tanggal 20 Oktober 2017

13

Anda mungkin juga menyukai