Anda di halaman 1dari 14

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

A DENGAN DIARE DI IGD RS NYI


AGENG SERANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Gadar

Dosen Pembimbing : Brigitta Ayu D.S, S.Kep.,NS.,M.Kep.

Disusun oleh :

INTAN PUSPITASARI 2720162835

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2018
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan keperawataan pada pasien Tn .A dengan Diare di IGD, laporan ini disusun untuk memenuhi
tugas individu /kelompok praktik klinik keperawatan gawat darurat dan manajemen bencana pada
semester 5 pada;

Hari : Selasa

Tanggal : 22 November 2018

Tepat : IGD

Praktikan

(………………………………….)

Pembimbing Lahan (CI) Pembimbing akademik

(……………………….) (……………………..)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran TuhanYang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul “ Asuhan Keperawatan pada
Tn A dengan Diare‘’di IGD RS NYI AGENG SERANG Laporan ini di susun untuk memenuhi tugas
individu Asuha Keperawatan PKK GADAR Tahun Ajaran 2017/2018.

Saya mengucapkan terimakasih kepada pembimbing lahan yang telah membimbing saya dalam
mengajarkan makalah ini. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang juga telah
mendukung dalam mengajarkan laporan ini. Namun saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh
dari kata sempurna. Maka dari itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak. Semoga lapotran ini dapat bermanfaat bagi pembelajaran ilmu. Keperawatan
khususnya.

Wates , 22 November 2018


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit untuk
ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit yang
menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. (World HealthOrganization (WHO, 2009
) Di negara berkembang anak-anak balita mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare per
tahun tetapi di beberapa tempat kejadian lebih dari 9 kali kejadian diare per tahun atau
hampir 15-20% waktu hidup dihabiskan untuk diare (Soebagyo, 2008)

Hal yang bisa menyebabkan balita mudah terserang penyakit diare adalah perilaku
hidup masyarakat yang kurang baik dan keadaan lingkungan yang buruk. Diare dapat
berakibat fatal apabila tidak ditangani secara serius karena tubuh balita sebagian besar terdiri
dari air, sehingga bila terjadi diare sangat mudah terkena dehidrasi (Depkes RI, 2010).

Penyakit diare adalah penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi hampir di seluruh
daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh kelompok usia baik laki – laki
maupuun perempuan, tetapi penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat dengan angka
kematian paling tinggi banyak terjadi pada bayi dan balita. Di negara berkembang termasuk
Indonesia anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang menjadi
penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian (Depkes RI, 2010).

Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan
banyak kematian terutama pada balita. Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ketahun
cenderung meningkat, pada tahun 2006 jumlah kasus diare sebanyak 10.980 penderita dengan
jumlah kematian 277 (CFR 2,52%). Secara keseluruhan diperkirakan angka kejadian diare
pada balita berkisar antara 40 juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000 sampai dengan
400.000 balita (Depkes RI, 2006).
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda
adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair
dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam
sehari.
Menurut Soebagyo, (2008) diare adalah buang air besar lebih dari tiga kali per
hari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah.
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau
dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan peningkatan volume,
keenceran, dan frekuensi dengan atau tanpa lender darah, seperti lebih dari 3 kali/hari
dan pada neonates lebih dari 4 kali/hari (Hidayat, Aziz Alimul 2008).
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan terjadi karena
frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair
(Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
B. Klasifikasi Diare
Menurut Depkes RI (2005), berdasarkan jenisnya diare dibagi empat yaitu:
1. Diare Akut
Diare akut yaitu, Diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7
hari). Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama
kematian bagi penderita diare.
2. Disentri
Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah
anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan terjadinya
komplikasi pada mukosa.
3. Diare persisten
Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus
menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan
metabolism
4. Diare dengan masalah lain
Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga disertai
dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
C. Etiologi
Menurut Suratmaja (2005) diare dibagi menjadi beberapa faktor antara lain:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi lateral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak.
1) Infeksi virus: Rotavirus, Enteroovirus, Norwalk, Astrovirus, Calcivirus,
Coronavirus, Minirotavirus.
2) Infeksi bakteri: Aeromonas hydrophila, Bacillus cereus, Campylobakter jejuni,
Clostridium defficile, Clostridium perfringens, E. Coli, Plesiomonas, Shigelloides,
Salmonella spp, Staphylococcus aureus, Vibrio cholerae dan Yersinia
enterocoliticia.
3) Infeksi parasit: Balantidium coli, Capillaria philippinensis, Cryptosporodium,
Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Isospora billi, Fasiolopsis buski,
Sarcocystis suihominis, Strongiloides strecoralis, dan Trichuris trichiura
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan,
seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronchopneumonia,
Ensefalitis dan sebagainya keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi:
a. Malabsorbsi karbohidrat; Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak
terpenting dan sering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan, seperti makan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis, seperti rasa takut dan cemas. Namun hal ini jarang dapat
menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar (Uripi, 2004).
D. Manifestasi Klinis
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat kali atau
lebih dalam sehari, yang kadang disertai: muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak
nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-muntah dapat
mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba
menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau
kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala-
gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala.
Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah
atau demam tinggi (Amiruddin, 2007).
E. Patofisiologi
Menurut RSCM (2007), Patofisiologi penyakit diare dimulai dari virus yang
dapat secara lansung merusak vili usus halus sehingga mengurangi luas dan
mempengaruhi mekanisme enzimatik. Rotavirus menghasilkan enterotoksin yang
menginduksi sekresi dan menyebabkan diare yang cair. Bakteri mengakibtkan diare
melalui beberapa mekanisme yang berbeda.
Bakteri invasif mengakibatkan ulserasi mukosa dan pembentukan abses yang
diikuti oleh respon inflamasi. Toksin bakteri dapat mempengaruhi proses selular baik
di dalam usus maupun diluar usus. Enterotoksin Eschercia coli yang tahan panas akan
mengaktifkan guanilat siklase E. Coli enterohemoragik dan Shigella menghasilkan
verotoksin yang menyebabkan kelainan sistemik seperti kejang dan sindrom hemolitik
uremik. Bakteri noninvasif dan protozoa lainnya dapat melekat pada dinding usus dan
menyebabkan peradangan.
F. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Pemeriksaan tinja.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,
bila memungkinkan.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium, Fosfat.
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum, untuk mengetahui jasad renik atau
parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.
G. Komplikasi

1. Hipokalemia (Gejalanya meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi,

perubahan pada elektrokardiogram).

2. Hipoglikemia (Kadar glukosa dalam darah rendah)

3. Cardiak dysrhythmias akibat hipokalemi dan hipokalsemi

4. Hiponatremia

5. Syok hipovolemik

6. Asidosi

7. Dehidrasi (ringan, sedang, berat)

H. Penatalaksanaan

Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam


mengatasi seseorang diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau
oral rehidration solution (ORS) Seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini
segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukan nya sendiri
dirumah . kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah
gejala dehidrasi nampak.

Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara
intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh , atau dengan kata
lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan
untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alas an, mulai dari biaya,
kesulitan dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit dan lain-
lain.pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi
masalah diare semakin lama ,dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah
yang fatal.

Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS .
apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare
dapat di atasi sendiri ole tubuh (self-limited disease).

Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti salmonella sp,giardia lamblia.,
entamoeba coli perlu mendapat terapi antibiotic yang rasional, artinya antibiotik yang
diberikan dapat membasmi kuman.oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus
yang tidak memerlukan antibiotic, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan
laboratorium perlu dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare
akut dan parah pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.
Daftar Pustaka

Mansjoer, dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, ed.3, Media Aesculapius, Jakarta.

Soebagyo. 2008. Diare Akut pada Anak. Surakarta : UNSPress.

Suratmaja, Sudaryat. 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: CV Sagung Seto.

E. Dongoes, Marlyn. Dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta; EGC.


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Riwayat keperawatan
a. Awalan serangan : ,gelisah ,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian
timbul diare.
b. Keluhan utama : Faeces semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air
dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-
ubun besar cekung,tonus dan turgor kulit berkurang,selaput lendir mulut dan
bibir kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu.
4. Riwayat psikososial keluarga.
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi
keluarga,kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan
pengobatan anak,setelah menyadari penyakit anaknya,mereka akan bereaksi
dengan marah dan merasa bersalah.
5. Kebutuhan dasar.
a. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari,BAK sedikit atau jarang.
b. Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
c. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen
yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d. Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
e. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya
nyeri akibat distensi abdomen.
6. Pemerikasaan fisik
a. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah,kesadran
composmentis sampai koma,suhu tubuh tinggi,nadi cepat dan
lemah,pernapasan agak cepat.
b. Pemeriksaan sistematik :
1. Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan
bibir kering,berat badan menurun,anus kemerahan.
2. Perkusi : adanya distensi abdomen.
3. Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.
4. Auskultasi : terdengarnya bising usus.

Anda mungkin juga menyukai