Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


“PERSALINAN PRETERM”

Disusun oleh; KELOPOK 28


Nama NIM
1. Natalia I Mumpu 20161811014026
2. Melfiana M Mubalus 20161811014014
3. Merie Wila I Mandowen 20161811014029

Dosen pengajar dr. David Randel Kristanto, SpOG (K).,Mkes

FAKULATAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2020
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Persalinan prematur yaitu persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37
minggu merupakan hal yang berbahaya karena mempunyai dampak yang potensial
meningkatkan kematian bayi. Kematian bayi umumnya berkaitan dengan berat lahir
rendah. Penyebab dari partus prematur itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
mempunyai peran dalam terjadinya partus prematur seperti faktor ibu, faktor janin dan
plasenta ataupun faktor  idiopatik/spontan yaitu sekitar 50% penyebab persalinan prematur
yang tidak diketahui sebabnya. (Krisnadi SR, Effendi J. S, Pribadi Adhi, 2009).
Persalinan Preterm termasuk penyebab utama 60-80% morbiditas dan mortalitas
neonatal di seluruh dunia. Indonesia memiliki angka kejadian persalinan preterm sekitar
34% dan merupakan penyebab utama kematian perinatal. Penyebab persalinan preterm
sampai saat ini masih belum jelas. Diperkirakan multifaktorial.
Menurut Manuaba (2010), Persalinan prematur (preterm) adalah persalinan yang
terjadi pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengann perkiraan berat janin kurang
dari 2500 gram. Resiko persalinan  prematur adalah tingginya angka kematian bayi, selain
itu dapat terjadi gangguan pertumbuhan mental-interlaktual dan fisik yang kurang
menguntungkan sehingga dapat menjadii beban keluarga, masyarakat dan negara.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN PERSALINAN PRETERM


Partus prematurus atau persalinan premature dapat diartikan sebagai dimulainya
kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan /atau dilatasi cervix serta
turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilanya kurang dari 37 minggu (kurang
dari 259 hari) sejak hari pertama haid terakhir. (Harry Oxorn & Wiliam R. Forte,
2010:581).
Persalinan preterm atau partus premature adalah persalinan yang terjadi pada
kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang
dari 2500 gram. (Taufan Nugroho, 2011:45).
Persalinan preterm merupakan hal yang berbahaya karena potensial meningkatkan
kematian perinatal sebesar 65%-75%, umumnya berkaitan dengan berat lahir rendah.
Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh kelahiran preterm dan pertumbuhan janin yang
terhambat. Keduanya sebaiknya dicegah karena dampaknya yang negative tidak hanya
kematian perinatal tetapi juga morbiditas. Ancaman persalinan preterm : kehamilan
diperumit oleh aktivitas uterus yang signifikan secara klinis tetapi tanpa disertai oleh
perubahan serviks. Persalinan preterm : kejadian kontraksi uterus secara teratur yang
menyebabkan penipisan atau dilatasi serviks sebelum kehamilan berusia lengkap 37
minggu.
Partus aterm diinisiasi oleh aktivasi enzim phospholipase A2 yang dapat
melepaskan asam arakidonat dari membrane janin sehingga terbentuk asam alakidonat
bebas yang merupakan bahan dasar sintesis prostaglandin, sejumlah mikroorganisme
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan enzim phospholipase A2 sehingga dapat
menginisiasi dapat merangsang timbulnya kontraksi uterus dan partus preterm melalui
pengaruhnya terhadap biosintesis prostaglandin.
B. PATOGENESIS PERSALINAN PRETERM
Persalinan prematur dapat terjadi secara spontan atau karena ada indikasi.
Persalinan prematur secara spontan dapat terjadi pada selaput ketuban yang masih intak
atau karena ketuban pecah dini (preterm premature rupture of fetal membranes).
Persalinan prematur atas indikasi bisa tejadi karena kondisi yang terjadi pada ibu ataupun
janin. Kondisi pada ibu yang sering menginduksi adalah kejadian preeklampsia, plasenta
previa sedangkan pada janin adalah karena pertumbuhan janin terhambat. Namun, kedua
kondisi ini dapat terjadi secara bersamaan. Dari semua kasus persalinan prematur yang
terjadi, 25% terjadi atas indikasi dan 75% terjadi secara spontan dimana 45% dengan
selaput ketuban yang masih intak dan 30% dengan kasus ketuban pecah dini (Romero,
2007).
Proses persalinan aterm dan prematur pada dasarnya adalah sama, perbedaannya
hanya pada usia kehamilan. Mekanisme umum persalinan yaitu adanya kontraksi uterus,
pendataran serviks, dan ketuban pecah. Perbedaan yang paling mendasar antara
persalinan aterm dan prematur adalah persalinan aterm terjadi sebagai hasil proses
fisiologis dari mekanisme umum persalinan sedangkan persalinan prematur sebagai hasil
proses patologis yang mengaktifkan salah satu atau lebih komponen dari mekanisme
umum persalinan (Romero, 2007)
Mekanisme umum persalinan pada persalinan aterm ataupun prematur melibatkan
psoses anatomik, biokimia, imunologi, endokrin, dan hal klinis pada ibu dan janin.
Banyak klinisi lebih menekankan pada komponen uterus meliputi kontraksi miometrium,
dilatasi serviks, dan pecahnya ketuban. Namun, dapat terjadi perubahan sistemik seperti
peningkatan kadar Corticotropin Releasinng Hormone (CRH) di plasma (Romero, 2007).
Keseluruhan aktivasi mekanisme persalinan dipicu oleh suatu sinyal. Prostaglandin
dipertimbangkan sebagai kunci dalam onset persalinan karena dapat memicu kontraksi
miometrium, perubahan matrix ekstraselular yang berhubungan dengan pendataran
serviks dan aktivasi membran desidua (Romero, 2007).
C. KLASIFIKASI

Persalinan preterm atau prematur murni sesuai dengan definisi WHO

BATASAN KRITERIA KETERANGAN


- - Usia kehamilan 24-30 Sangat sulit untuk hidup,
minggu kecuali dengan inkubator canggih.
Sangat premature- - BB bayi 1000-1500 g Dampak sisanya menonjol,terutama
pada IQ nerologis dan pertumbuhan
fisiologis
- - Usia kehamilan 31-36 Dengan perawatan cangih
Prematur Sedang mingu masih mungkin hidup tanpa dampak
- - BB bayi 1501-2000 g sisa yang berat
- - Usia kehamilan 36-38 Masih sangat mungkin hidup
mingu tampa dampak sisa yang
Premuatur - - Berat bayi 2001-2499 g beratPerhatikan kemungkinan :
borderline - - Lingkaran kepala 33 cm - Ganguan napas
- - Lingkaran dada 30 cm - Daya isap lemah
- -  Panjang badan sekitar - Tidak tahan terhadap hipotermia
45cm - Mudah terjadi infeksi

D. ETIOLOGI
Persalinan prematur atau persalinan preterm dapat disebabkan oleh banyak faktor.
Penyebab persalinan prematur dapat dibagi menjadi:
1. Komplikasi medis dan obstetrik
Kurang lebih 1/3 dari kejadian persalinan prematur disebabkan oleh hal-hal
yang berkaitan dengan komplikasi medis atau obstetrik tertentu misalnya pada
kasus-kasus perdarahan antepartum atau hipertensi dalam kehamilan yang
sebagian besar memerlukan tindakan terminasi saat kehamilan preterm. Akan
tetapi, 2/3 dari kejadian persalinan prematur tidak diketahui secara jelas
penyebabnya karena persalinan prematur pada kelompok ini terjadi persalinan
yang spontan atau idiopatik (Feryanto, 2011).

2. Faktor gaya hidup


Perilaku seperti merokok, gizi buruk, penambahan berat badan yang kurang
baik selama kehamilan, serta penggunaan obat seperti kokain atau alkohol telah
dilaporkan memainkan peranan penting pada kejadian prematur dan hasil akhir
bayi dengan berat lahir rendah (Cunningham et al, 2004).
Penyalahgunaan alkohol tidak hanya dikaitkan dengan kelahiran prematur
melainkan dengan peningkatan cedera otak pada bayi yang lahir prematur.
Konsumsi alkohol yang berlebihan selama kehamilan dapat memengaruhi
perkembangan fetus dan harapan hidup neonatus. Wanita yang mengonsumsi
alkohol lebih dari satu gelas per hari dapat meningkatkan risiko persalinan
prematur sementara jika mengosumsi akohol kurang dari 4 gelas tiap miggu tidak
memberikan efek meningkatkan risiko persalinan premature.
Faktor usia juga diduga berhubungan dengan kejadian persalinan prematur.
Wanita usia muda cenderung mempunyai pasangan seksual yang lebih banyak dan
infeksi pada vagina, sementara wanita usia yang lebih tua cenderung mengalami
kontaksi uterus yang irregular, seperti mioma (Chalermchockcharoenkit, 2002).
3. Faktor genetik
Kelahiran prematur juga diduga sebagai suatu proses yang terjadi secara
familial karena sifat persalinan prematur yang berulang dan prevalensinya yang
berbeda-beda antar ras (Cunningham et al, 2004). 4. Infeksi cairan amnion dan
korion Infeksi koriamnion yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme telah
muncul sebagai penyebab kasus pecah ketuban dini dan persalinan prematur.
Proses persalinan aterm diawali dengan aktivasi dari fosfolipase A2 (PLA-2) yang
melepaskan bahan asam arakidonat dari selaput amnion janin sehingga
meningkatkan penyediaan asam arakidonat benas untuk sintesis prostaglandin.
Banyak mikroorganisme yang menghasilkan fosfolipase A2 sehingga
mencetuskan persalinan prematur. Endotoksin bakteri (liposakarida) dalam cairan
amnion merangsang sel desidua untuk memproduksi sitokin dan prostaglandin
yang memicu persalinan (Cunningham, 2004).
Persalinan prematur yang dikaitkan dengan infeksi diperkirakan diawali
dengan pengeluaran produk sebagai hasil dari aktivasi monosit. Berbagai sitokin
termasuk interleukin-1, tumor nekrosing faktor (TNF), dan interleukin 6 adalah
produk sekretorik yang dikaitkan dengan persalinan prematur.
Sedangkan Prawirohardjo (2011) menyatakan bahwa kondisi yang terjadi selama
kehamilan dapat berisiko terhadap kejadian persalinan prematur yang dibagi dalam dua
faktor, yaitu:
1. Faktor Janin dan Plasenta
Perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum (plasenta previa, solution
plasenta, vasa previa), ketuban pecah dini (KPD), pertumbuhan janin terhambat, cacat
bawaan janin, kehamilan ganda/gemeli dan polihidramnion .
2. Faktor Ibu
Penyakit berat pada ibu, diabetes mellitus, preeklamsia/hipertensi, infeksi saluran
kemih/genital/intrauterin, penyakit infeksi dengan demam, stress psikologik, kelainan
bentuk uterus/serviks, riwayat persalinan prematur/abortus berulang, inkompetensia
serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm), pemakaian obat narkotik, trauma perokok
berat dan kelainan imunologik/kelainan resus.

E. FAKTOR RISIKO PREMATURITAS


1. Mayor
 Kehamilan multiple
 Hidramnion
 Anomaly uterus
 Serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu.
 Serviks mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 mingg
 Riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali.
 Riwayat persalinan preterm sebelumnya.
 Riwayat operasi konisasi dan Iritabilitas uterus

2. Minor
 Penyakit yang disertai demam.
 Perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu
 Riwayat pielonefritis
 Merokok lebih dari 10 batang perhari
 Riwayat abortus pada trimester II
 Riwayat abortus pada trimester II lebih dari 2 kali.
F. DAMPAK PERSALINAN PRETERM
Permasalahan pada persalinan preterm atau prematur bukan saja pada kematian
perinatal, melainkan bayi prematur sering disertai kelainan, baik kelainan jangka pendek
maupun jangka panjang. Kelainan jangka pendek yang sering terjadi adalah: RDS
(Respiratory Distress Syndrome), perdarahan intra/periventrikular, NEC (Necrotizing
Entero Cilitis), displasi bronko-pulmoner, sepsis, dan paten duktus arteriosus. Adapun
kelainan jangka panjang sering berupa serebral palsi, retinopati, retardasi mental, juga
dapat berupa disfungsi neurobehavioral dan prestasi sekolah yang kurang baik
(Prawirohardjo, 2010).
Bayi yang lahir sebelum 32 minggu memiliki risiko yang sangat besar akan
kematian dan kesehatan yang buruk di masa kehidupannya, begitu juga dengan bayi yang
lahir di antara 32 sampai 36 minggu masih tetap memiliki masalah kesehatan dan
perkembangan dibandingkan bayi yang dilahirkan cukup bulan (Institute of Medicine,
2006). Komplikasi pada persalinan prematur terjadi karena sistem organ yang masih
imatur yang masih belum siap untuk mendukung kehidupan di lingkungan ekstrauterin.
Inflamasi dan pengeluaran sitokin yang mencetuskan parsalinan prematur diduga sebagai
patogenesis chronic lung disease, NEC(Necrotizing Entero Cilitis), ROP(Rethinopathy of
Prematurity), dan kerusakan pada brain white matter ( Behrman dan Butler, 2007).

G. DIAGNOSIS PERSALINAN PRETERM


Diagnosis persalinan prematur didasarkan pada pemeriksaan klinis dari kontraksi
uterus dan perubahan seviks. Keadaan yang lebih sulit adalah ketika pasien mengalami
kontraksi yang regular tetapi dengan dilatasi serviks yang minimal. Bila pasien dengan
usia kehamilan di bawah 37 minggu, kontraksi uterus yang regular dengan dilatasi
serviks 3 cm dan penipisan 80%, dipertimbangkan mengalami persalinan prematur tanpa
menunggu perubahan serviks (Chalermchockcharoenkit, 2002).
Menurut Prawirohardjo (2011), sering terjadi kesulitan dalam menentukan
diagnosis ancaman persalinan prematur. Tidak jarang kontraksi yang timbul pada
kehamilan tidak benar-benar merupakan ancaman proses persalinan.
Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman persalinan prematur,
yaitu:
- Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali atau 2-3 kali dalam
waktu 10 menit
- Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu lengkap atau antara 140 dan 259 hari.
- Adanya nyeri pada punggung bawah (low back pain)
- Perdarahan bercak
- Perasaan menekan pada daerah serviks
- Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm dan
penipisan 50-80%
- Presentasi janin rendah sampai mencapai spina isiadika
- Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan prematur

H. DIAGNOSIS BANDING
Kontraksi pada kehamilan preterm san persalinan pada pertumbuhan janin
terhambat.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium:
Pemeriksaan kultur urine, emeriksaan gas dan Ph darah janin, pemeriksaan
darah tepi ibu serta C-reactive protein.
 Amniosintesis:
Hitung leukosit, pewarnaan Gram bakteri (+) pasti amnionitis seta kadar
glukosa cairan amnion.
 Pemeriksaan ultrasonografi:
Oligohidramnion, Penipisan serviks, Sonografi serviks transperineal, serta
ardiotokografi.
BAB III
KESIMPULAN

Premature adalah persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat
bayi kurang dari 2500 gram. M
asalah Kesehatan pada bayi prematur, membutuhkan asuhan kebidanan.Faktor penyebat
persalinan bayi prematur adalah adanya faktor maternal, faktor fetal, dan faktor lain, seperti
kehamilan, kondisi medis, faktor sosial ekonomi dan faktor gaya hidup kriteria dapat dipakai
sebagai diagnosis ancaman persalinan preterm, yaitu: Kontraksi yang berulang sdikitnya
setiap 7-8 menit sekali, adalam waktu 10 menit, adanya nyeri pada punggung bawah (low
back pain), perdarahan bercak, perasaan menekan daerah serviks, pemeriksaan serviks
menunjukan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2cm, dan penipisan 50-80%, Presentasi janin
rendah, sampai mencapai spina ischiadika, selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda
awal terjadinya persalinan preterm dan terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu.
Permasalahan pada persalinan preterm yang sering terjadi adalah: RDS (Respiratory
Distress Syndrome), perdarahan intra/periventrikular, NEC (Necrotizing Entero Cilitis),
displasi bronko-pulmoner, sepsis, dan paten duktus arteriosus.Komplikasi pada persalinan
prematur terjadi karena sistem organ yang masih imatur yang masih belum siap untuk
mendukung kehidupan di lingkungan ekstrauterin.
Diagnosis persalinan prematur didasarkan pada pemeriksaan klinis dari kontraksi uterus
dan perubahan seviks.
DAFTAR PUSTAKA

- Oxorn, Harry dan William R. Forte. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi
Persalinan.Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.
- Nugroho, dr,Taufan. 2011.Patologi Kebidanan. Cetakan Pertama. Yogyakarta:Nuha
Medika
- Chalermchockcharoenkit A. Preterm Labor : Review. Thai J Obstet Gynaecol. Maret
2002;14:85-98
- Behrman, R. and Butler, A. (2007).Preterm birth. Washington, D.C.: National
Academies Press.
- Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
- Cunningham, R.F. (2004). Problem Posing: An Opportunity for Increasing Student
Responsibility. Mathematics and Computer Education 38, 1, 83-89.
- Feryanto, F.A. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika
- Cândido, L. T. da Silva & S. M. B. Romero. 2007. A contribution to the knowledge of
the behaviour of Anodontites trapesialis (Bivalvia: Mycetopodidae). The effect of
sediment type on burrowing. Belg. J. Zool., 137 (1) : 11-16
- Krisnadi SR. (2009). Faktor Risiko Persalinan Prematur, dalam :Effendi JS, Pribadi
Adhi. Prematuritas. Bandung. Refika Aditama
- Manuaba,I.B.G.,2010. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstretri ...Ginekologi
Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai