Anda di halaman 1dari 57

MAKALAH

“TUMOR DAN KEGANASAN ORGAN GENITAL”

Disusun Oleh:

Nama: Nadia C. Sihombing

NIM : 20160811014016

DOSEN PENGAMPU

dr. Jefferson Nelson Munthe, SpOG(K)., M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2020

Page 1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah

Obgyn yang berjudul “Tumor dan Keganasan Organ Genital” ini dengan tepat

waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentu penulis tidak akan sanggup untuk

menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai penyebab, cara

pemeriksaan, penatalaksanaan serta beberapa informasi mengenai Tumor dan

Keganasan Organ Genital. Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kemudian

apabila terdapat banyak kesalahan pada tugas ini penulis mohon maaf yang

sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu menyelesaikan tugas ini.

Demikian, semoga tugas ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jayapura, 4 Mei 2020

Penulis

Page 2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keganasan primer vagina adalah keganasan yang jarang ditemukan,

berkisar 1-2% dari seluruh keganasan ginekologi. Keganasan primer vagina

sebagian besar berupa karsinoma sel skuamosa yang erat berhubungan dengan

adanya infeksi Human Papillomavirus (HPV). Radioterapi memegang peranan

penting dalam tatalaksana keganasan vagina dengan mengkombinasikan

radiasi eksterna dengan brakiterapi. Operasi memiliki peran yang sangat

sedikit pada kasus ini karena letak anatomis vagina yang sangat dekat dengan

kandung kemih dan rektum.

Tumor ini dapat digolongkan sebagai keganasan vagina primer apabila

lokasi pertumbuhan sel yang abnormal berada pada vagina, sehingga

keberadaan tumor pada vagina yang berasal dari serviks atau uterus harus

disingkirkan dengan koloskopi dan histeroskopi atau dilatasi dan kuretase.

Tumor yang melibatkan serviks dan vagina harus melibatkan vagina dan

vulva, digolongkan sebagai keganasan vulva. Keganasan primer vagina

sebagian besar berupa karsinoma sel yang sering kali berhubungan dengan

adanya infeksi Human Papilloma Virus (HPV).

Karena jumlah kasus yang sangat jarang, data-data penelitian mengenai

keganasan primer vagina ini sangat terbatas, sehingga pedoman tata laksana

keganasan primer vagina mengacu pada data-data penelitian keganasan

serviks dan anal, yang memiliki kemiripan etiologi dan kesesuaian organ-

organ yang harus dilindungi.

Page 3
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Tumor dan Keganasan Organ Genital?

2. Bagaimana cara mendiagnosis dan penatalaksanaannya?

1.3 Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini agar mahasiswa mengerti pengertian, proses

dan penatalaksanaan pada kasus Tumor dan Keganasan Organ Genital dan

mahasiswa mampu memahami dengan baik.

Page 4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TUMOR GANAS PADA ALAT GENITAL

2.1.1 Vaginal Intraepithelial Neoplasia (VaIN)

VaIN adalah prekursor timbulnya karsinoma sel skuamosa, yang

dibedakan menjadi derajat I-III, tergantung derajat nuclear atypia dan

kepadatannya, serta proporsi epitel yang terlibat. VaIN III digolongkan

sebagai carcinoma in situ. Tumor ini biasanya ditemukan pada dinding

posterior vagina bagian atas.

VaIN biasanya tanpa gejala dan sering kali dideteksi setelah

evaluasi sitologi sebagai bagian dari pemeriksaan pasien dengan

riwayat CIN atau karsinoma serviks invasif. Terapi VaIN sangat

bervariasi. Belum ada konsensus untuk penanganan VaIN. Dapat

dilakukan eksisi lokal, vaginektomi parsial atau total terapi laser,

elektrokoagulasi, pemberian salep topikal 5% fluorouracil (5-FU), dan

radiasi.

2.1.2 Karsinoma Sel Skuamosa (KSS)

Karsinoma sel skuamosa vagina memiliki faktor risiko yang sama

dengan karsinoma serviks, termasuk adanya hubungan yang kuat

dengan infeksi HPV, 80-90% keganasan primer vagina berupa

karsinoma sel skuamosa.

Secara histopatologi, dapat digolongkan menjadi:

- Gx: grade tidak dapat ditentukan

Page 5
- G1: berdiferensiasi baik

- G2: berdiferensiasi sedang

- G3: berdiferensiasi buruk.

KSS vagina dapat menyebar sepanjang dinding vagina dan

melibatkan serviks atau vulva. Namun, bila ada keterlibatan serviks,

maka digolongkan sebagai keganasan serviks, dan digolongkan

sebagai keganasan vulva bila vulva terlibat. KSS vagina dapat

berbentuk nodul, ulkus, indurasi, eksofitik maupun endofitik,

sehingga sangat sulit dibedakan apakah murni keganasan primer

vagina ataukah rekurensi dari keganasan serviks atau vulva. KSS

vagina terbanyak timbul pada daerah sepertiga atas vagina.

2.1.3 Clear Cell Adenocarcinoma (CCA)

Sekitar 10% dari keganasan primer vagina adalah

adenocarcinoma. CCA berhubungan dengan paparan DES saat masa

embrional dan memiliki predileksi melibatkan sepertiga bagian

anterior vagina dan ektoserviks.

Terdapat distribusi usia bimodal pada clear cell adenocarcinoma

vagina ini, yang berarti kasusnya meningkat pada wanita usia muda

rata-rata 26 tahun yang sebagian besar memiliki riwayat terpapar DES

pada masa embrional, dan meningkat kembali pada rata-rata usia 71

tahun pada wanita tanpa riwayat paparan DES.

2.1.4 Adenokarsinoma Lainnya

Page 6
Sebagian besar adenokarsinoma yang timbul di vagina merupakan

metastasis dari bagian lain, seperti payudara atau daerah ginekologi

lainnya, dan dari ginjalpun pernah dilaporkan. Non clear cell

adenocarcinoma primer pada vagina sangat jarang dan sebagian besar

dialami oleh wanita pascamenopause.

2.1.5 Limfoma

Limfoma maligna primer pada traktus genitalia wanita terjadi

hanya sekitar 1% dari seluruh limfoma ekstranodal primer. Limfoma

pada vagina sangat jarang, dengan jumlah kasus yang dilaporkan pada

literatur kurang dari 30. Dalam review oleh Ahmed Forces Institute of

Pathology, hanya 4 dari 9.500 kasus limfoma yang ditegakkan murni

berasal dari vagina. Sebagian besar limfoma pada vagina adalah tipe

Diffuse Large B Cell (DLBC), walaupun ada juga dengan tipe

lymphoplasmacytic, Burkitt’s, dan Mucosa Associated Lymphoid

Tissue (MALT).

Tumor ini biasanya teraba saat pemeriksaan fisik, dengan

penebalan infiltratif dinding vagina. Gejala utama yang timbul

biasanya adalah perdarahan abnormal vagina. Pemeriksaan

imunohistokimia (IHK) sangat perlu untuk penegakan diagnosis.

Walaupun belum ada protokol khusus untuk kasus ini namun

tampaknya terapi yang dilakukan dapat sesuai dengan terapi limfoma

ekstranodal lainnya, yaitu kemoterapi dilanjutkan dengan radiasi.

Page 7
Untuk pasien yang ingin mempertahankan fertilitas, hanyak dilakukan

kemoterapi saja.

2.1.6 Small Cell Carcinoma

Small cell carcinoma primer pada vagina sangat jarang terjadi,

hanya terdapat kurang dari 25 kasus yang dilaporkan pada literatur.

Rata-rata umur saat didiagnosis adalah 59 tahun, dengan kondisi yang

buruk. 85% pasien meninggal dalam satu tahun setelah terdiagnosis.

2.1.7 Tumor Sinus Endodermal (Yolksac Tumor)

Malignant germ cell tumor adalah tumor yang sangat jarang

menyerang anak-anak (3% dari keganasan pada anak dan tumor sinus

endodermal adalah subtipe histologi yang paling sering timbul). Tumor

ini amat sangat jarang timbul pada vagina. Pada tumor ini serum

alkaline phosphatase (AFP) akan meningkat.

Tumor ini bersifat agresif lokal dan memiliki kemampuan

metastasis. Pilihan terapi adalah operasi radikal dilanjutkan dengan

kemoterapi, walaupun akhir-akhir ini disarankan untuk melakukan

operasi konservatif untuk mempertahankan fungsi seksual dan

reproduksi, namun keputusannya bergantung pada luas dan kedalaman

infiltrasi tumor. Serum AFP harus dipantau sebagai monitoring

keberhasilan terapi sinus endodermal tumor.

Page 8
2.1.8 Vaginal Melanoma

Melanoma maligna pada vagina adalah kasus yang sangat jarang

dan hampir semua kasus terjadi pada wanita kulit putih. Sebagian

besar terjadi pada vagina distal, terutama pada dinding anterior vagina.

Sebagian besar sangat invasif dan operasi radikal adalah terapi

utama pada kasus ini yang seringkali dikombinasikan dengan radiasi

post operasi. Overall five-year survival kasus ini sekitar 15%.

2.1.9 Sarkoma

Sarkoma ditemukan pada 3% dari seluruh keganasan vagina

primer, dengan histologi yang heterogen dan umur yang bervariasi.

a. Leiomyosarkoma

Leiomyosarkoma adalah tipe histologi yang paling sering

ditemukan pada orang dewasa, yaitu 65% dari seluruh

keganasan sarkoma vagina.

b. Sarkoma botryoides

Sarkoma botryoides adalah tumor embrional

rhabdomyosarkoma yang sangat ganas. Keganasan ini

ditemukan pada bayi dan anak-anak dan seringkali timbul

dengan gejala keputihan, perdarahan, atau adanya massa pada

introitus vagina.

Page 9
2.10 Diagnosis

FIGO menganjurkan penggunaan modalitas pencitraan yang lebih

modern seperti CT scan, MRI, dan PET sebagai landasan terapi, walaupun

tidak akan mempengaruhi stadium menurut FIGO.

Pasien dengan keganasan vagina stadium awal, seringkali tanpa

keluhan. Penyakit stadium lanjut akan memberi keluhan perdarahan yang

tidak normal dari vagina, adanya massa, dan keputihan atau keluarnya

cairan yang berbau busuk dari vagina. Kadang-kadang ada juga yang

mengeluhkan nyeri di daerah panggul, pinggang atau kaki, serta bengkak

pada kaki. Untuk menegakkan diagnosis, pemeriksaan ginekologi yang

baik termasuk pelvis dan rektum harus dilakukan.

Wanita dengan VAIN harus dievaluasi dengan kolposkopi.

Pemeriksaan KGB inguinal dan leher serta pemeriksaan abdomen harus

dilakukan untuk mendeteksi pembesaran KGB ataupun massa.

Stadium menurut FIGO ditegakkan dengan pemeriksaan fisik,

rontgen dada, intravenous pyelography (IVP), barium enema,

cystosurethroscopy, dan proctosygmoidoscopy, CT scan dan MRI tidak

akan mempengaruhi stadium menurut FIGO.

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah:

pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati dan ginjal, serum alpha-fetoprotein

(untuk tumor sinus endodermal), kadar serum AFP (berguna untuk

diagnosis dan monitoring endodermal sinus tumor vagina pada bayi.

Diagnosis definitif ditegakkan dari hasil biopsi, yang dapat

dilakukan tanpa anestesi. Pada kasus adanya penyempitan vagina,

Page 10
pemeriksaan dengan anestesi diperlukan agar diperoleh hasil biopsi dan

stadium klinis yang adekuat.

Biopsi yang adekuat harus dilakukan juga pada serviks untuk

menyingkirkan diagnosis keganasan serviks. Adanya benjolan pada daerah

yang mencurigakan adanya metastasis seperti di inguinal, harus

dilanjutkan dengan pemeriksaan biopsi di daerah tersebut.

2.11 Stadium

Tabel 1. Karsinoma vagina: stadium FIGO

Stadium Definisi
0 Karsinoma in situ; neoplasia intraepitelial derajat 3
I Tumor terbatas pada dinding vagina
II Tumor melibatkan jaringan subvagina tetapi tidak sampai

menyebar ke dinding pelvis.


III Tumor telah mencapai dinding pelvis
IV Tumor telah melampaui atau keluar dari true pelvis atau telah

melibatkan mukosa rectum atau buli (edema bulosa tidak

termasuk kasus stadium IV)


IVA Tumor menginvasi mukosa buli, rektum dan atau perluasan tumor

secara langsung melampaui true pelvis.


IVB Tumor menyebar ke organ jauh

Tabel 2. Stadium AJCC

Tumor primer (T)


Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada bukti tumor primer
Tis/0 Karsinoma in situ
T1/I Tumor yang terbatas pada vagina

Page 11
T2/II Tumor yang menginvasi jaringan paravaginal tetapi

tidak sampai ke dinding panggul


T3/III Tumor yang menyebar sampai ke dinding panggul
T4/IVA Tumor menginvasi mukosa buli atau rektum dan

atau menyebar secara langsung melampaui pelvis

(edema bulosa tidak termasuk kasus stadium IV)


Kelenjar Getah Bening

Regional (N)
Nx Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai
N0 Tidak ada metastasis KGB
N1 Metastasis pada KGB pelvis atau inguinal
Metastasis jauh (M)
Mx Metastasis jauh tidak dapat ditentukan
M0 Tidak terdapat metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh
Stadium
0 TisN0M0
I TIN0M0
II T2N0M0
II T1-3 N1 M0, T3 N0 M0
IVA T4 N0-1 M0
IVB T1-4 N0-1 M1

Stadium keganasan vagina menggunakan sistem FIGO dan atau klasifikasi

berdasarkan TNM. Berdasarkan sistem FIGO, tumor yang melibatkan serviks

atau vulva tidak disebut sebagai keganasan vagina dan diklasifikasikan

sebagai keganasan serviks atau vulva.

2.12 Tatalaksana

Bagi sebagian besar pasien dengan karsinoma vagina invasif, radiasi

adalah pilihan terapi utama. Untuk sebagian besar pasien, hal terpenting

yang harus dipikirkan adalah usaha untuk mempertahankan fungsi seksual

pasien. Kombinasi dari destruksi oleh tumor dengan efek samping terapi

Page 12
mungkin dapat menyebabkan vagina memendek dan menyempit, terutama

pada wanita lanjut usia.

1) Operasi

Operasi memiliki peran yang sangat sedikit pada kasus ini

karena letak anatomis vagina yang sangat dekat dengan kandung

kencing dan rectum. Tetapi mungkin sangat berguna pada beberapa

kondisi berikut.

Pasien stadium I yang melibatkan dinding posterior vagina

bagian atas, apabila uterus hanya in situ, dilakukan histerektomi

radikal, vaginektomi bagian atas untuk mencapai daerah bebas

tumor setidaknya 1 cm, dan juga dilakukan limfadenektomi pelvis.

Pada pasien usia muda yang perlu diradiasi, operasi

laparotomi atau laparoskopi untuk melakukan transposisi ovarium

dapat dilakukan sebelumnya. Atau pada beberapa kasus, dapat

dilakukan operasi surgical staging dan pengangkatan KGB yang

ukurannya besar.

Pada beberapa pasien dengan stadium IVA, terutama

apabila terdapat fistula rectovaginal atau vesicovaginal, eksenterasi

pelvis merupakan terapi yang paling sesuai, dapat dikombinasi

dengan limfadenektomi pelvis ataupun radiasi preoperatif. Diseksi

KGB inguinal bilateral harus dipertimbangkan pada pasien apabila

sepertiga bawah vagina terlibat.

Pada pasien dengan kekambuhan lokal setelah radiasi,

eksenterasi pelvis tetap merupakan pilihan utama, sama seperti

Page 13
halnya kekambuhan lokal pada pasien keganasan serviks yang

sudah pernah diradiasi.

2) Radiasi

Radiasi adalah pilihan utama untuk sebagian besar pasien

keganasan vagina. Pelaksanaannya membutuhkan perhitungan

yang tepat antara radiasi eksterna dengan brakiterapi intrakaviter

atau interstitial. Teknik radiasi eksterna dan brakiterapi yang

digunakan sangat bergantung pada lokasi tumor dan hubungannya

dengan struktur jaringan di sekitarnya. Dosis yang diharapkan

diperoleh oleh tumor adalah sekitar 70-85 Gy, tergantung dari

lokasi dan luas penyebaran tumor.

Walaupun beberapa ahli menyebutkan untuk stadium I

yang ukurannya sangat kecil (dan bahkan juga stadium II) cukup

diterapi dengan brakiterapi saja, namun kombinasi radiasi eksterna

dan brakiterapi diperkirakan dapat mengurangi resiko kekambuhan

lokoregional pada beberapa kasus. Pada lesi yang lebih besar,

terapi dimulai dengan pemberian radiasi eksterna 45-50 Gy untuk

mengurangi volume tumor dan KGB pelvis. Lalu dilanjutkan

dengan brakiterapi atau booster radiasi eksterna pada gross tumor

dan KGB yang terlibat.

Teknik brakiterapi yang digunakan juga bervariasi,

tergantung dari luas, ketebalan, lokasi dan morfologi tumor. Lesi

superfisial dengan ketebalan <5 mm dapat diterapi dengan

Page 14
brakiterapi intrakaviter, namun lesi yang lebih tebal dari 5 mm

adalah kandidat untuk brakiterapi interstitial.

Telah terbukti bahwa terdapat perbaikan kontrol lokal

apabila dosis yang diperoleh tumor setidaknya mencapai 70 Gy.

Dosis ini paling memungkinkan diperoleh dengan brakiterapi tanpa

melampaui batas toleransi maksimal jaringan normal di sekitarnya.

Dosis total yang lebih rendah direkomendasikan untuk tumor yang

melibatkan vagina distal, yang memiliki toleransi lebih rendah

dibandingkan vagina atas.

Walaupun brakiterapi adalah pilihan utama, namun sebaran

dosis radiasi eksterna dengan teknik konformal yang baik

memberikan sebaran dosis yang lebih homogen, terutama pasien

dengan ukuran tumor yang sangat besar atau pada tumor yang

letaknya pada jaringan kritis seperti pada septum rectovaginal.

Apabila vagina sepertiga bawah terlibat, KGB inguinal

harus diterapi. Penelitian mengenai kemoradiasi pada keganasan

vagina jumlahnya sangat terbatas. Penentuan clinical target volume

(CTV) sangat tergantung pada hasil pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang yang dilakukan. Tumor lokal dan

penyebarannya ke KGB harus diperhitungkan dalam penentuan

tata laksana terapi dengan radiasi eksterna dan brakiterapi.

Gerbaulet, dkk., menyarankan untuk fokus pada dua aspek target

volume: pertama di dalam vagina sendiri, dan yang kedua ekstensi

tumor keluar dari dinding vagina, dengan tujuan untuk menentukan

Page 15
pemilihan teknik brakiterapi yang akan digunakan, apakah

intrakaviter atau interstitial atau kombinasi dari keduanya.

Pilihan Terapi Berdasarkan Letak Tumor

Pada tumor dengan lesi kecil (< 2 cm) dan letak proksimal

cukup diberikan brakiterapi intrakaviter. Pada tumor dengan lesi

besar dan letak proksimal, diberikan radiasi eksterna diberikan 20-

40 Gy, tergantung ukuran tumor, kemudian dilanjutkan dengan

brakiterapi.

Pada tumor dengan letak distal diberikan radiasi eksterna

teknik 2 lapangan (AP/PA) dan bila perlu dengan dosis tambahan

pada vulvo-perineum. Dosis radiasi eksterna sebesar 40-45 Gy,

diberikan dalam 4 minggu. Dilanjutkan dengan booster brakiterapi

dengan dosis 30-70 Gy tergantung stadium.

Pada tumor letak tengah diberikan radiasi eksterna yang

mencakup area KGB pelvis dan inguinal dengan dosis 40-45 Gy,

dilanjutkan dengan brakiterapi intrakaviter.

3) Radiasi Eksterna

1. Teknik dua dimensi

Lapangan radiasi dirancang untuk mencakup keseluruhan

vagina dan KGB iliaka komunis, iliaka eksterna, hipogastrik,

dan obturator. Lapangan standar dibuat dengan batas atas

lapangan L5-S1, dengan memastikan bahwa KGB

Page 16
retroperitoneal yang berada di daerah caudal dari bifurkasio

iliaka komunis telah tercakup di dalam lapangan. Apabila

positif terlihat adanya pembesaran KGB pelvis, maka batas atas

lapangan dinaikkan menjadi L4-5 untuk mencakup KGB iliaca

communis. Batas inferior terletak pada introitus vagina untuk

memastikan seluruh vagina telah tercakup dalam lapangan, atau

4 cm ke arah kaudal dari bagian terbawah tumor. Batas lateral

adalah sekitar 1,5 sampai 2 cm lateral dari pelvic brim.

Apabila menggunakan lapangan lateral, batas anterior

adalah simfisis pubis dan posterior adalah celah antara Vertebra

S2-3. Batasnya harus diperluas apabila KGB inguinal terlibat.

Berbagai macam teknik dapat dipertimbangkan pada saat

meradiasi KGB inguinal untuk mengurangi efek samping pada

caput femur. Booster elektron dapat diberikan untuk mencapai

dosis yang diinginkan pada KGB inguinal. Atau sebagai

alternatif, dapat menggunakan pembebanan (2:1, AP-PA) atau

kombinasi energi foton rendah dan tinggi (4-6 MV pada

lapangan AP dan 15-18 MV pada lapangan PA). Metode yang

lain menggunakan lapangan yang lebar pada AP dan lebih

sempit pada PA, dengan booster elektron setiap hari pada KGB

inguinal.

2. Teknik tiga dimensi

Page 17
Penggunaan teknik 3 dimensi meningkat beberapa tahun

terakhir. Penggunaan CT scan pada sebagian besar center untuk

simulasi menyebabkan lapangan radiasi dapat dibuat lebih

spesifik sesuai anatomi pasien. GTV didefinisikan sebagai

tumor atau pembesaran KGB yang ditemukan dari hasil

pemeriksaan fisik dan atau terlihat pada pemeriksaan

penunjang seperti CT scan, MRI, atau PET. GTV diperluas

sebesar 1-2 cm untuk membentuk CTV, termasuk seluruh

panjang vagina, jaringan paravaginal sampai dinding panggul,

dan KGB pelvis. CTV KGB pelvis digambarkan dengan

membuat margin 1-2 cm mengelilingi pembuluh darah iliaka

komunis, iliaka eksterna, iliaka interna, obturator, perirektal,

dan KGB presakral. Pada keterlibatan vagina distal, KGB

inguinal harus dimasukkan dalam CTV, dengan aspek paling

bawah adalah tuberositas ischial atau lesser trochanter.

Dosis standar pelvis adalah 45-50,4 Gy dengan pemberian

1,8 Gy per fraksi, diikuti booster parametrium pada kasus

tertentu hingga mencapai dosis 50-65Gy.

2.1.12 Prognosis

1) Stadium

Stadium tumor saat terdiagnosis adalah faktor prognosis

yang paling menentukan pada keganasan vagina. Studi

menunjukkan bahwa angka 5-year survival rate pada

Page 18
stadium I sebesar 73%, stadium II 58%, dan stadium III/IV

36%.

2) Ukuran dan tipe tumor

Di beberapa penelitian, dikemukakan bahwa variabel

ukuran tumor memiliki hubungan yang kuat dengan

prognosis pasien ukuran tumor > 4 cm memiliki prognosis

yang lebih buruk daripada ukuran < 4 cm. Tumor eksofitik

memiliki prognosis yang lebih baik daripada tumor

nekrotik dan infiltratif.

3) Lokasi tumor

Tumor yang lokasinya pada sepertiga atas vagina memiliki

prognosis yang lebih baik. Hasil penelitian Kucera dkk

menyebutkan angka 5-year survival rate untuk tumor yang

letaknya di sepertiga atas vagina adalah 60%, sepertiga

tengah 37,5% dan untuk sepertiga bawah sebesar 37%.

4) Grade histologi

Beberapa peneliti menemukan bahwa grade histologi

adalah faktor prognosis yang signifikan, tetapi pada studi

lain menyatakan tidak ada hubungan antara grade histologi

dengan survival pasien.

Page 19
5) Usia

Usia tua yaitu di atas 60 tahun, memiliki prognosis yang

buruk dari hasil beberapa penelitian.

6) Riwayat Histerektomi Sebelumnya

Riwayat hiseterktomi sebelumnya berhubungan dengan

peningkatan kontrol lokoregional. Diperkirakan bahwa

riwayat histerektomi sebelumnya menyebabkan adanya

kontrol rutin, sehingga keganasan ditemukan pada stadium

dini dan dapat ditangani lebih cepat.

7) Kadar hemoglobin

Anemia memiliki dampak yang buruk pada hasil terapi

pasein yang memperoleh radiasi saja maupun kemoradiasi,

kemungkinan akibat kondisi hipoksia pada tumor yang

menyebabkan rendahnya produksi radikal bebas akibat

radiasi.

8) Variabel biologi

Adanya infeksi HPV merupakan indikator prognosis pada

karsinoma sel skuamosa vagina. Alonso et al menyatakan

adanya progresivitas tumor yang lebih rendah pada pasien

keganasan vagina stadium dini yang HPV positif

dibandingkan yang negatif. Sedangkan Brunner et al

Page 20
mendeteksi adanya HPV DNA pada 51,4% dari 35 orang

pasien, dan status HPV tidak ada hubungannya dengan

stadium FIGO, grade histologi, lokasi tumor, dan ukuran

tumor. Pada pasien dengan stadium I-II, tidak ada

perbedaan yang signifikan antara HPV positif dan negatif

terhadap disease free survival dan overall survival pasien.

Tetapi pada stadium III-IV, HPV negatif berhubungan

dengan memburuknya DFS dan OS.

9) Waktu terapi

Untuk pasien yang diterapi dengan radioterapi, waktu tetapi

adalah faktor yang signifikan mempengaruhi kontrol tumor.

Lee dkk menemukan bahwa waktu terapi keseluruhan

(overall treatment time) ≤ 9 minggu berhubungan dengan

kontrol tumor sebesar 97% dibandingkan bila ≥ 9 minggu

yaitu hanya 57%.

2.1.13 Faktor Risiko

a) Infeksi Human Papiloma Virus (HPV)

HPV memiliki hubungan yang kuat dengan

keganasan ginekologi seperti serviks, vagina dan vulva.

HPV DNA dideteksi pada 80% pasien dengan karsinoma in

situ dan 60% pada karsinoma invasif. Pada studi

retrospektif yang dilakukan di Spanyol, HPV ditemukan

Page 21
pada 78,1% dari 32 karsinoma sel skuamosa vagina dan

HPV-16 adalah tipe yang terbanyak. Tumor dengan HPV

paling sering muncul dengan tipe tidak berkeratin, basaloid

atau seperti kutil (warty-type) daripada yang hasil HPVnya

negatif (84% berbanding 14,3%; p: 0,001) dan lebih sering

menunjukkan hasil immunoreaktif yang positif untuk p16

(96% berbanding 14,3%; p: 0,001).

Metaanalisis dari 14 studi menunjukkan prevalensi

HPV masing-masing 100%, 90,1% dan 69,9% pada 107

Vaginal Intraepithelial Neoplasia (VaIN) 1, 191 VaIN 2/3,

dan 136 keganasan vagina invasif. Tipe HPV yang paling

sering ditemukan adalah tipe 16 (23,4%). Telah

diperhitungkan bahwa 60% keganasan vagina dapat

dihindari dengan pemberian vaksin untuk melawan virus

HPV 16/18.

b) Paparan Dietylstilbestrol (DES) saat Dalam Kandungan

Adanya paparan DES pada 16 minggu pertama

kehamilan melipatgandakan resiko timbulnya VaIN akibat

membesarnya zona transformasi, yang kemudian

meningkatkan risiko akibat adanya infeksi HPV. Clear cell

adenocarcinoma vagina, pertama kali dilaporkan tahun

1971 oleh Herbs dkk, yang mendokumentasikan 6 kasus

keganasan primer vagina dengan hasil histologi clear cell

adenocarcinoma pada pasien usia 15-22 tahun. Lima dari

Page 22
enam pasien tersebut terpapar estrogen sintetis DES pada

saat trimester pertama dalam kandungan.

c) Riwayat Lesi Prekanker Sebelumnya pada Serviks,

Vulva atau Anal

Pada studi populasi di AS, hampir sepertiga dari

seluruh kasus yang dilaporkan sebelumnya pernah memiliki

riwayat pengobatan tumor anogenital (tersering pada

serviks). Suatu hasil penelitian menyebutkan 10-50%

pasien dengan riwayat VaIN atau karsinoma invasif pada

vagina pernah memperoleh terapi untuk pengobatan

karsinoma in situ atau invasif serviks. Terdapat pula

penelitian pada 41 subyek dengan karsinoma in situ dan

atau karsinoma invasif, dapat diidentifikasi status sosial

ekonomi yang rendah, riwayat kutil di daerah genital

(genital warts), keputihan (vaginal discharge) atau iritasi,

riwayat hasil sitologi abnormal, riwayat histerektomi

sebelumnya dan trauma vagina merupakan faktor risiko

potensial.

d) Paparan radiasi sebelumnya pada daerah pelvis

(seringkali pada pengobatan kanker serviks)

Mengenai terjadinya keganasan vagina pada pasien

dengan riwayat radiasi pelvis sebelumnya belum terlalu

Page 23
jelas. Berdasarkan sebuah studi yang menganalisis 1200

pasien yang menerima radiasi panggul untuk karsinoma

serviks selama 20 tahun, hasilnya tidak menunjukkan

timbulnya secondary malignancy. Sedangkan studi oleh

Boice et al, melaporkan bahwa riwayat radiasi pada

panggul sebelum usia 45 tahun, meningkatkan resiko

timbulnya keganasan vagina sebanyak 14 kali lipat, dimana

sangat berhubungan dengan jumlah dosis yang diperoleh.

e) Adanya Defisiensi Sistem Imun

Adanya defisiensi sistem imun seperti pada pasien

HIV atau penggunaan obat-obatan yang menurunkan sistem

imun, menyebabkan pasien lebih rentan terhadap infeksi

HPV. Infeksi HIV pada wanita meningkatkan risiko

terjadinya keganasan vagina dan memiliki tendensi

penyakit yang lebih agresif dibandingkan pasien yang tidak

terinfeksi HIV.

f) Gaya hidup

Merokok, memiliki gaya hidup berganti pasangan (5

atau lebih pasangan seksual), usia mulai berhubungan intim

pada usia kurang dari 17 tahun, dan status sosial ekonomi

rendah erat kaitannya dengan resiko timbulnya keganasan

vagina.

Page 24
2.1.14 Pencegahan

Pencegahan dilakukan dengan pemberian vaksin HPV pada

anak perempuan usia 11-12 tahun dan menghindari perilaku

seks usia dini dan berganti-ganti pasangan, serta tidak

merokok.

2.2 Tumor dan Keganasan Vulva

A. Karsinoma Vulva

a. Etiologi

Tidak banyak diketahui mengenai etiologi jenis tumor ganas ini,

meskipun disebut tentang lambatnya menarche (15-17 tahun) dan

awalnya menopause (40 tahun) dalam riwayat penyakitnya.

Faktor etnik tidak berpengaruh, meskipun lesi granulomatosa

sering ditemukan pada suku negro.

b. Faktor Risiko Terjadinya Kanker Vulva

1. Infeksi HPV atau kutil kelamin (kutil genitalis) HPV

merupakan virus penyebab kutil kelamin dan ditularkan

melalui hubungan seksual.

2. Pernah menderita kanker leher rahim atau kanker vagina

3. Infeksi sifilis

4. Diabetes

5. Obesitas

6. Tekanan darah tinggi

Page 25
7. Usia (usia rata-rata penderita kanker invasif adalah 65-70

tahun)

8. Hubungan seksual pada usia dini

9. Berganti-ganti pasangan seksual

10. Merokok

11. Infeksi HIV

12. Neoplasia intraepitel vulva (NIV)

13. Liken sklerosus (menyebabkan vulva menjadi tipis dan gatal)

14. Peradangan vulva menahun

15. Melanoma atau tahi lalat atipik pada kulit selain vulva.

c. Patologi

Lesi primer sering berupa ulkus dengan tepi induratif (ulcero-

granulating) atau sebagai tumbuhan eksofitik (wart/kutil) dengan

tempat predileksi terutama di labia mayora, labia minora, klitoris

dan komisura posterior. Lesi bilateral tidaklah jarang, bahkan

kedua labia mayora dapat simetris terkena (kissing).

d. Pembagian tingkat keganasan karsinoma vulva

Tingkat Kriteria
0 Karsinoma in situ, karsinoma intraepitel seperti pada

penyakit Bowen, penyakit Paget yang noninvasif


I Tumor terbatas pada vulva dengan diameter terbesar

2 cm/ kurang, kelenjar dilipat paha tak teraba, atau

teraba tidak membesar dan mudah digerakan, klinis

Page 26
tidak mencurigakan adanya anak sebar in situ.
II Tumor terbatas pada vulva dengan diameter > 2 cm,

kelenjar dilipat paha (inguinal) tidak teraba bilateral,

tidak membesar dan klinis tidak mencurigakan

adanya anak sebar di situ.


III Tumor dari setiap ukuran dengan:

- Perluasan ke urethra, atau vagina,

perineum dan anus

- Pembesaran kelenjar lipat pada

uni/bilateral, tapi klinik

mencurigakan telah terinfiltrasi

oleh sel tumor.


IV Tumor dari setiap ukuran yang:

- Telah menginfiltrasi kandung

kemih, mukosa rektum, atau ke

dua-duanya termasuk bagian

proksimal dari ureethra.

- Telah menyebar ke tulang atau

metastasis jauh.

e. Gambaran klinis dan diagnosis

Penderita ini datang dengan keluhan samar-samar mengenai

iritasi vulva atau pruritus (gatal-gatal) vulva. Diagnosis akan lebih

mudah dibuat bila ditemukan benjolan, ulkus atau lesi yang

berdarah. Nyeri biasanya dikeluhkan bila lesinya terdapat dekat

klitoris atau urethra, karena pedih waktu miksi. Superinfeksi dari

Page 27
lesi ganas juga menimbulkan rasa sakit dan lebih banyak iritas

akibat keputihan yang terus-menerus. Hanya sekitar 5% yang

datang dengan pembesaran kelenjar lipat paha atau abses sebagai

keluhan utama.

f. Penanganan

Pada tingkat klinik 0 (KIS/ Intraepitelial karsinoma)

dikerjakan vulvektomi dengan mengangkat kedua labia mayora,

labia minora, sebagian mons veneris dan himen.

Pada tingkat klinik I dan II dilakukan vulvektomi radikal

dengan limfadenektomi bilateral kelenjar inguinal luar dan dalam,

dalam satu tahap.

B. Melanoma Vulva

Melanoma vulva adalah keganasan nomor dua pada vulva sesudah

karsinoma. Terdapat predileksi di labia minora dan klitoris, sering

meluas ke vagina dan urethra berupa benjolan (nodul) yang berwarna

kebiruan. Menyebar secara limfogen dengan membentuk nodul tumor

primer untuk kemudian bermetastasis ke kelenjar limfa regional. Bila

terjadi penyebaran secara homogen, anak sebar terdapat di paru-paru

kemudian otak, hati dan jantung juga tidak jarang.

C. Adenokarsinoma

Pada vulva jarang dan umumnya berasal dari kelenjar bartholini.

Page 28
D. Basalioma (Basal Sel Karsinoma)

Biasanya ditemukan didaerah yang berambut, seskali labia mayora

sebagai makula kemerahan/ kecoklatan atau sebagai nodul kecil yang

mengalami ulserasi ditengahnya (ulkus rodens). Lesi ini hampir tak

menyebar ke kelenjar getah bening, sebab itu eksisi lokal yang luas

sudah memadai untuk tujuan kuratif.

E. Penyakit Paget

Merupakan lesi intra epitelial vulva yang sering bersama-sama

dengan munculnya adenokarsinoma kelenjar apokrin.

F. Karsinoma verukosa

Karsinoma ini adalah keganasan pada vulva berbentuk tumor

eksofitik seperti papil pada kondiloma akuminata, atau seperti bunga

kol.

G. Sarkoma pada vulva

Sarkoma vulva sangat jarang tapi metastasis berjarak jauh umum

terjadi. Tumor ini histologik dapat berupa leiomiosarkoma (paling

sering), liposarkoma, rhabmiosarkoma, fibrosarkoma, angiosarkoma,

dan epiteloisarkoma. Penyebaran sangat cepat, karena secara

hematogen.

Page 29
H. Tumor ganas sekunder pada vulva

Berasal dari jaringan dekat vulva seperti serviks uteri, vagina,

uterus yang merembet langsung atau secara limfogen atau embolisasi

melalui pembuluh darah balik. Paling sering ditemukan adalah

metastasis koriokarsinoma yang memberi gambaran khas yang

berwarna biru kehitaman. Penanganan dengan kemoterapi tunggal

(MTX) atau kombinasi, tergantung dari faktor risikonya.

2.3 Adneksa

A. Tuba Fallopii

a) Patologi

Hsu, Taymor, dan Hertig membagi histologik tumor ini dalam 3 jenis

menurut keganasannya:

1) Jenis papiler: tumor belum mencapai otot tuba dan diferensiasi

selnya masih baik, batas daerah normal dengan tumor masih dapat

ditunjukkan.

2) Jenis papilo-alveolar (adenomatosa): tumor ini telah memasuki

otot tuba dan memperlihatkan gambaran kelenjar.

3) Jenis alveo-meduler: terlihat mitosis yang atipik dan terlihat invasi

sel ganas ke dalam saluran limfa tuba.

b) Penyebaran

Page 30
Pada umumnya terjadi secara langsung ke alat sekitarnya,

kemudian melalui pembuluh getah bening ke abdomen, leher, daerah

inguinal, vagina, tuba, ovarium dan uterus.

c) Tingkat Klinis Keganasan

Tingkat Kriteria

Klinik
IA Pertumbuhan tumor terbatas pada salah satu tuba; tidak

ada ascites.

Tidak ditemukan tumor di permukaan luar, kapsulnya

utuh.

Tumor terdapat dipermukaan luar, atau kapsulnya pecah

atau kedua-duanya.
IB Pertumbuhan tumor terbatas pada kedua tuba; tidak ada

asites.

Tidak ada tumor dipermukaan luar, kapsulnya utuh.

Tumor terdapat dipermukaan luar, atau kapsulnya pecah,

atau kedua-duanya.
IC Tumor dari tingkatan klinik IA dan IB, tetapi ada asites

atau cucian rongga perut positif.


II Pertumbuhan tumor melibatkan satu atau dua tuba, dengan

perluasan ke panggul.
IIA Perluasan proses dan/ atau metastasis ke uterus atau

ovarium.
IIB Perluasan proses ke jaringan panggul lainnya.
IIC Tumor dari tingkat klinik IIA atau IIB, tetapi dengan asites

dan/ atau cucian rongga perut positif.


III Tumor melibatkan satu atau dua tuba dengan penyebaran

Page 31
kelenjar limfa intraperitoneal, atau kedua-duanya. Tumor

terbatas pada panggul kecil dengan bukti histologik

penyebaran ke usus halus atau omentum.


IV Pertumbuhan tumor melibatkan salah satu atau kedua tuba

dengan metastasis berjarak jauh. Bilamana didapatkan

efusi pleural, harus ada sitologi positif untuk menyebutnya

sebagai tingkat klinik IV. Begitu pula ditemukannya

metastasis keparenkim hati.

d) Gambaran Klinik dan Diagnosis

Pada awal penyakit tidak menimbulkan gejala diagnosis sering

terlambat dibuat karena letaknya yang sangat tersembunyi dan

pemeriksaan histologik atas spesimen yang dikirim. Kalau sudah ada

keluahan, biasanya sudah terlambat. Deteksi dini tumor ganas tuba

fallopii sukar diupayakan.

Pemeriksaan sitologi usapan serviks tidak banyak membantu. Akan

tetapi bilamana hasilnya sel ganas positif, sedangkan di serviks

maupun di cavum uteri dapat dinyatakan tidak ada keganasan, maka

perlu dipikirkan kemungkinan keganasan di tuba atau ovarium, jika aa

masa tumor pada adneksa. HSG tidak dianjurkan karena dapat

berakibat meluarnya proses ganas/radang. Transvagina/transrektal

USG dapat membantu untuk menegakkan diagnosis.

e) Penanganan

Page 32
Penanganan utama yang dianjurkan adalah TAH + BSO + OM +

APP. Dapat dipertimbangkan instilasi phosphor 32 radioaktif atau

khemoterapi profilaksis. Radioterapi hanya dikerjakan pada tumor bed

dan jenis histologik keganasan tertentu seperti disgerminoma.

2.4 Kanker Pada Uterus (Kanker Rahim)


Kanker Rahim adalah tumor ganas pada endometrium (lapisan rahim).
Kanker rahim biasanya terjadi setelah masa menopause, paling sering
menyerang wanita berusia 50-60 taun. Kanker bisa menyebar (metastase)
secara lokal maupun ke berbagai bagian tubuh (misalnya kanalis servikalis,
tuba falopii, ovarium, daerah di sekitar rahim, sistem getah bening atau ke
bagian tubuh lainnya melalui pembuluh darah).

1. Penyebab
Penyebabnya yang pasti tidak diketahui, tetapi tampaknya penyakit ini
melibatkan peningkatan kadar estrogen.Salah satu fungsi estrogen yang
normal adalah merangsang pembentukan lapisan epitel pada rahim.
Sejumlah besar estrogen yang disuntikkan kepada hewan percobaan di
laboratorium menyebabkan hiperplasia endometrium dan kanker.
Wanita yang menderita kanker rahim tampaknya memiliki faktor resiko
tertentu. (faktor resiko adalah sesuatu yang menyebabkan bertambahnya
kemungkinan seseorang untuk menderita suatu penyakit).Wanita yang
memiliki faktor resiko tidak selalu menderita kanker rahim, sebaliknya
banyak penderita kanker rahim yang tidak memiliki faktor resiko. Kadang
tidak dapat dijelaskan mengapa seorang wanita menderita kanker rahim
sedangkan wanita yang lainnya tidak.
Penelitian telah menemukan beberapa faktor resiko pada kanker rahim:
a. Usia Kanker uterus terutama menyeranga wanita berusia 50 tahun keatas.
b. Hiperplasia endometrium
c. Terapi Sulih Hormon (TSH)

Page 33
TSH digunakan untuk mengatasi gejala-gejala menopause, mencegah
osteoporosis dan mengurangi resiko penyakit jantung atau stroke. Wanita
yang mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron memiliki resiko yang
lebih tinggi. Pemakaian estrogen dosis tinggi dan jangka panjang
tampaknya mempertinggi resiko ini.Wanita yang mengkonsumsi estrogen
dan progesteron memiliki resiko yang lebih rendah karena progesteron
melindungi rahim.
d. Obesitas
Tubuh membuat sebagian estrogen di dalam jaringan lemak sehingga
wanita yang gemuk memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi. Tingginya
kadar estrogen merupakan penyebab meningkatnya resiko kanker rahim
pada wanita obes.
e. Diabetes (kencing manis)
f. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
g. Tamoksifen
Wanita yang mengkonsumsi tamoksifen untuk mencegah atau mengobati
kanker payudara memiliki resiko yang lebih tinggi. Resiko ini tampaknya
berhubungan dengan efek tamoksifen yang menyerupai estrogen terhadap
rahim. Keuntungan yang diperoleh dari tamoksifen lebih besar daripada
resiko terjadinya kanker lain, tetapi setiap wanita memberikan reaksi
yang berlainan.
h. Ras
Kanker rahim lebih sering ditemukan pada wanita kulit putih.
i. Kanker kolorektal
j. Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun
k. Menopause setelah usia 52 tahun
l. Tidak memiliki anak
m. Kemandulan
n. Penyakit ovarium polikista
o. Polip endometrium.

Page 34
2. Gejala
Gejala kanker rahim tidak spesifik. Studi terbaru menunjukkan bahwa
penderita kanker rahim biasanya mengalami gejala berikut ini secara
menetap:
 tekanan abdomen (merasa penuh, bengkak atau kembung)
 Perasaan ingin buang air kecil terus menerus

Gejala lainnya meliputi:


1) Gangguan pencernaan yang menetap (gas atau mual)
2) Perubahan kebiasaan BAB tanpa alasan jelas, seperti sembelit
3) Kehilangan nafsu makan atau cepat merasa kenyang
4) Lemas & letih lesu yang berkelanjutan
5) Sakit pada daerah sekitar pinggang/panggul
6) Perubahan dalam siklus menstruasi

7) Perdarahan rahim yang abnormal


8) Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih
mengalami menstruasi)
9) Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause
10) Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang
berusia diatas 40 tahun)
11) Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
12) Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca
menopause)
13) Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
14) Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.

Dengan mengetahui gejala nya diharapkan bidan dapat meduga degredasi


ganas pada kanker rahim dengan bertindak :
a. Melakukan pemeriksaan pap smear
b. Melakukan pemeriksaan dalam
 Rahim agak membesar,lunak
 Setelah pemeriksaan dalam kemungkinan terjadi perdarahan

Page 35
 Pada pemeriksaan speculum :
- Perdarahan dari mulut rahim
- Jaringan keluar dari mulut rahim
c. Jaringan yang keluar dari mulit rahim diambil dan dikirim ke dokter ahli
patologi anatomi
d. Bidan segera merujuk penderita untuk menegakkan diagnose pasti ke
puskesmas,dokter ahli kandungan atau ke RS

3. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
berikut:
 Pemeriksaan panggul
 Pap smear
 USG transvagina
 Biopsi endometrium.

Untuk membantu menentukan stadium atau penyebaran kanker,


dilakukan pemeriksaan berikut:
 Pemeriksaan darah lengkap
 Pemeriksaan air kemih
 Rontgen dada
 CT scan tulang dan hati
 Sigmoidoskopi
 Limfangiografi
 Kolonoskopi
 Sistoskopi.

Bidan mempunyai tugas menegakkan diagnosis dini kanker rahim dengan :


1. Melakukan KIE dan Motivasi tentang gejala klinik stadium awal
- Beser putih atau bercampur darah
- Perdarahan mendadak/sedikit setelah menopause

Page 36
- Terjadi sesak di bagian bawah abdomen
2. Melakukan pemeriksaan sederhana ;
- Pengambilan pap smear
- Pemeriksaan dalam untuk menilai rahim
3. Merujuk penderita untuk menegakkan diagnisa pasti
Staging (Menentukan stadium kanker)

Stadium I : kanker hanya tumbuh di badan rahim

Stadium II : kanker telah menyebar ke leher rahim (serviks)

Stadium III : kanker telah menyebar ke luar rahim, tetapi masih di


dalam rongga panggul dan belum menyerang kandung
kemih maupun rektum. Kelenjar getah bening panggul
mungkin mengandung sel-sel kanker.

Stadium IV : kanker telah menyebar ke dalam kandung kemih atau


rektum atau kanker telah menyebar ke luar rongga
panggul.

4. Pengobatan
Pemilihan pengobatan tergantung kepada ukuran tumor, stadium,
pengaruh hormon terhadap pertumbuhan tumor dan kecepatan pertumbuhan
tumor serta usia dan keadaan umum penderita.

5. Metode pengobatan:
1. Pembedahan
Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan
rahim). Kedua tuba falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-
ooforektomi bilateral) karena sel-sel tumor bisa menyebar ke ovarium
dan sel-sel kanker dorman (tidak aktif) yang mungkin tertinggal
kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang dihasilkan oleh
ovarium. .

2. Terapi penyinaran (radiasi)

Page 37
Digunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker.
Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel
kanker di daerah yang disinari. Pada stadium I, II atau III dilakukan
terapi penyinaran dan pembedahan. Penyinaran bisa dilakukan sebelum
pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor) atau setelah
pembedahan (untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa).

3. Kemoterapi
Pada terapi hormonal digunakan zat yang mampu mencegah
sampainya hormon ke sel kanker dan mencegah pemakaian hormon oleh
sel kanker. Hormon bisa menempel pada reseptor hormon dan
menyebabkan perubahan di dalam jaringan rahim. Sebelum dilakukan
terapi hormon, penderita menjalani tes reseptor hormon. Jika jaringan
memiliki reseptor, maka kemungkinan besar penderita akan memberikan
respon terhadap terapi hormonal. Terapi hormonal merupakan terapi
sistemik karena bisa mempengaruhi sel-sel di seluruh tubuh. Pada terapi
hormonal biasanya digunakan pil progesteron.

Terapi hormonal dilakukan pada:


- penderita kanker rahim yang tidak mungkin menjalani pembedahan
ataupun terapi penyinaran
- penderita yang kankernya telah menyebar ke paru-paru atau organ
tubuh lainnya
- penderita yang kanker rahimnya kembali kambuh.
Jika kanker telah menyebar atau tidak memberikan respon terhadap terapi
hormonal, maka diberikan obat kemoterapi lain, yaitu siklofosfamid,
doksorubisin dan sisplastin.

Efek samping pengobatan kanker


1. Setelah menjalani histerektomi, penderita biasanya mengalami nyeri
dan merasa sangat lelah. Kebanyakan penderita akan kembali
menjalani aktivitasnya yang normal dalam waktu 4-8 minggu setelah
pembedahan.Beberapa penderita mengalami mual dan muntah serta
gangguan berkemih dan buang air besar.

Page 38
2. Wanita yang telah menjalani histerektomi tidak akan mengalami
menstruasi dan tidak dapat hamil lagi. Jika ovarium juga diangkat,
maka penderita juga mengalami menopause. Hot flashes dan gejala
menopause lainnya akibat histerektomi biasanya lebih berat
dibandingkan dengan gejala yang timbul karena menopause alami.
3. Pada beberapa penderita, histerektomi bisa mempengaruhi hubungan
seksual. Penderita merasakan kehilangan sehingga mengalami
kesulitan dalam melakukan hubungan seksual
a. Pencegahan
1) Setiap wanita sebaiknya menjalani pemeriksaan panggul dan Pap smear
secara rutin, untuk menemukan tanda-tanda pertumbuhan yang abnormal.
2) Wanita yang memiliki faktor resiko kanker rahim sebaiknya lebih sering
menjalani pemeriksaan panggul, Pap smear dan tes penyaringan
(termasuk biopsi endometrium).

2.5 Tumor Ganas Ovarium


a. Patologi
Pertumbuhan tumor prime diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar yang
menyebabkan berbagai keluhan samar-samar seperti perasaan sebah, makan
sedikit terasa cepat menjadi kenyang, sering kembung, nafsu makan
menurun. Kecenderungan untuk melakukan implantasi di rongga perut
merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan ascites.
Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis
yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal,
entodermal, dan mesodermal) dengan sifat-sifat histologis maupun biologis
yang beraneka ragam. Oleh sebab itu histiogenesis maupun klasifikasinya
masih sering menjadi perdebatan.
Kira-kira 60% terdapat pada usia peri-menopausal, 30% dalam masa
reproduksi dan 10% pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak
(benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak pasti ganas (borderline
malignancy atau carcinoma of low-malignant potential) dan yang jelas
ganas (true malignant).

Page 39
Klasifikasi Tumor Ovrium Epitelial menurut WHO yang dimodifikasi :
1) Tumor Epitelial yang umum : A. Serosa, B. Musinosa, C. Endometroid,
D. Clearcell (mesonephroid) : a. Benigna, b. Borderline malignancy, c.
Karsinoma, E. Brenner, F. Epitelial campuran, G. Karsinoma tak
terdiferensiasi, H. Tumor tak terklasifikasi.
2) Sex-cord stromal tumours : A. Tumor Granulosa-theca cell : a. Benigna,
b. Maligna, B. Androblastoma (sertoli-leydig), C. Gynandroblastoma, D.
Tidak terklasifikasi.
3) Tumor-tumor lipid cell.
4) Tumor-tumor Germ-cell : A. Disgerminoma, B. Tumor Sinus
Endodermal, C. Karsinoma Embrional, D. Poli-Embrioma, E.
Khoriokarsinoma, F. Teratoma : 1. Immatur, 2. Matur (solid atau kistik),
3.Monodermal (stroma ovarii dan/ atau karsinoid, atau lainnya).

a. Tumor-Tumor Epitelial Ovarium


Ada 2 jenis : serosa dan musinosa. Kedua-duanya mempunyai
kecenderungan untuk tumbuh bilateral dan berimplantasi di rongga
peritoneum. Perubahan ke arah ganas terjadi pada yang berjenis serosa.
Kistadenokarsinoma papiliferum pseudo-musinosa merupakan satu variasi
dari tumor dengan kemungkinan penyebaran lokal yang tinggi.

b. Tumor-Tumor Stroma Sex-Cord


Diduga berasal dari mesenkhim gonad, yang potensial mampu
mendiferensiasi ke dalam struktur gonad laki-laki dan wanita hingga tumor
dapat mengakibatkan munculnya tanda-tanda maskulinisasi atau feminisasi
pada penderitanya.
Androblastoma atau tumor yang berasal dari mesenkhim akan
mendiferensiasi ke dalam struktur gonadal laki-laki : 1). Arrhenoblastoma,
mikroskopik terlihat gambaran tubuler dan berhubungan denagan gejala/
tanda defeminisasi atau maskulinisasi, 2) Tumor Sertoli cell, adalah bentuk
feminisasi dari Androblastoma. Sel-sel sertoli merupakan sumber dari
estrogen pada gonad lelaki, 3) Tmor Sel Granulosa, 4) Tumor Sel Theca.

Page 40
c. Tumor-Tumor Sel Germinal (Germcell tumours)
Tumor ini berasal dari sel germinal dan derivatnya.
a. Disgerminoma
Biasanya terdapat pada wanita muda dan sangat radioaktif. Tumor
dengan permukaan rata, konsistensi kenyal, kecuali di bagian-bagian
yang mengalami degenerasi, berwarna sawo matang sampai keabu-
abuan. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat gambaran sarang-sarang
sel telur yang besar, bundar, ovoid, atau poligonal, terpisah oleh septa
jaringan ikat. 88,6% dapat disembuhkan hanya dengan USO (Unilateral
Salpingo Oerectomy), kalau perlu pasca bedah dapat dipertimbangkan
radioterapi pada tumor bed karena tumor ini sangat radiosensitif dan
radiocurable.

b. Teratoma
Diduga berkembang dari jaringan embrional yang pluripoten dan
mampu membentuk elemen-elemen dari ketiga lapisan embrional.
Teratoma ovarium bisa ditemukan dalam bentuk kistik maupun solid.
Teratoma maligna yang ganas berbentuk solid, terdiri atas campuran
jaringan sel telur yang matang (matur) dan yang tidak matang (immatur).
Teratoma ganas biasanya ditemukan pada anak-anak dan pada penderita
dalam masa pubertas. Tumor ini tumbuh cepat dan mempunyai prognosis
yang buruk. Pada pemeriksaan klinik ditemukan tumor di samping
uterus, kadang kala disertai perdarahan dari uterus dan ascites. Terapinya
pembedahan dengan khemoterapi sebelum atau sesudahnya.

c. Tumor sinus endodermal


Berasal dari jolk sac atau saccus vitellinus, umumnya ditemukan pada
gadis atau wanita muda (20 tahun) dan sangat ganas. Pada pemeriksaan
mikroskopik didapatkan retikulum dengan ruangan berbentuk kistik
(sinus endodermal) di tengahnya. Sinus tersebut terdiri atas pembuluh
darah ditengahnya oleh sel-sel kuboid.

d. Khoriokarsinoma

Page 41
Tumor primer berasal dari ovarium jarang ditemukan mempunyai ciri-
ciri seperti khoriokarsinoma sesudah kehamilan (NTGG = Neoplasia
Trofoblast Ganas Gestasional). Pada pemeriksaan mikroskopik
ditemukan sinsio – dan sitotrofoblas tanpa villikhoroalis.

e. Gonadoblastoma
Tumor yang diperkenalkan oleh Scully pada tahun 1953 dijumpai
dalam ovarium atau testis yang disgenetik, terdiri dari sel-sel telur dan
sel-sel yang menyerupai sel-sel Sertoli-Leydig atau sel-sel granulosa.
Kebanyakan penderitanya wanita dan sering menunjukkan kario-tipe
yang abnormal dengan mengandung khromosom Y. Gonadoblastoma
mempunyai potensi untuk menjadi ganas.

d. Tumor-Tumor yang berasal dari Stroma Ovarium


a. Sarkoma Ovarium
Tumor ganas ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Sarkoma teratoid : sering terdiri dari elemen-elemen tanpa diferensi,
akan tetapi unsur-unsur teratoid masih dapat dikenal. Tumor tumbuh
cepat dengan prognosis jelek.
2) Stromal Sarkoma : berasal dari jaringan mesenkhim dan dapat
ditemukan dalam 2 jenis : 1) Stroma-cell sarkoma, dan 2)
Leiomiosarkoma. Prognosis umumnya baik, apabila tumor belum
meluas pada waktu operasi dilakukan.
3) Sarkoma paramesonefrik : merupakan mixed mesodermal tumor,
terdiri atas sel-sel epitel yang tersusun tidak rata dan stroma yang
berproliferasi cepat. Tumor biasanya ditemukan pada wanita usia
lanjut, tumbuh cepat dan dapat menimbulkan rasa nyeri di perut
bagian bawah. Penyebaran sel-sel tumor juga cepat secara hematogen.
b. Karsinoma Ovarium Metastatik
Karsinoma ini biasanya bilateral dan solid. Tumor primernya berasal
dari korpus uterus, usus-usus, mamma atau kelejar tiroid. Termasuk
dalam golongan ini adalah Tumor Krukenberg yang mempunyai
gambaran mikroskopik khas, berupa sel-sel yang menyerupai cincin

Page 42
signet di tengah-tengah stroma. Sebagian besar dari Tumor
Krukenberg adalah metastatis dari karsinoma ventrikuli (gaster).

1) Penyebaran
Tumor ganas ovarium menyebar secara limfogen ke kelenjar para
aorta, mediastinal, dan supraklavikular, untuk seterusnya menyebar
ke alat-alat yang jauh, terutama paru-paru, hati dan otak.

2) Penetapan tingkat klinis keganasan

UICC Kriteria FIGO


T1 Terbatas pada ovarium I
Tia Satu ovarium, tanpa ascites Ia
Tib Kedua ovarium, tanpa ascites Ib
Tic Satu/ dua ovarium, ada ascites Ic
T2 Dengan perluasan ke panggul II
T2a Uterus dan/ atau tuba, tanpa ascites IIa
T2b Jaringan panggul lainnya, tanpa ascites IIb
T2c Jaringan panggul lainnya, dengan ascites IIc
T3 Perluasan ke usus halus/ omentum dalam III
panggul, atau penyebaran intraperitoneal/
kelenjar retraperitoneal
M1 Penyebaran ke alat-alat jauh IV

3) Diagnosis
Diagnosis didasarkan atas 3 gejala/ tanda yang biasanya muncul
dalam perjalanan penyakitnya yang sudah agak lanjut :
a) Gejala desakan yang dihubungkan dengan pertumbuhan primer
dan infiltrasi ke jaringan sekitar,
b) Gejala diseminasi/ penyebaran yang diakibatkan oleh
implantasi peritoneal dan bermanifestasi adanya ascites
c) Gejala hormonal yang bermanifestasi sebagai defeminisasi,
maskulinisasi atau hiperestrogenisme, intensitas gejala ini
sangat bervariasi dengan tipe histologik tumor dan usia
penderita.
Pemeriksaan ginekologik dan palpasi abdominal akan
mendapatkan tumor atau masa, di dalam panggul dengan

Page 43
bermacam-macam konsistensi mulai dari yang kistik sampai yang
solid (padat). Pemakaian USG (Ultra Sono Graphy) dan CTscan
(Computerised axial Tomography scanning) dapat memberi
informasi yang berharga mengenai ukuran tumor dan perluasannya
sebelum pembedahan. Laparotomi eksploratif disertai biopsi
potong beku (Frozen section) masih tetap merupakan prosedur
diagnostik paling berguna untuk mendapat gambaran sebenarnhya
mengenai tumor dan perluasannya seta menentukan strategi
penanganan selanjutnya.

4) Terapi Tumor Ganas Ovarium


Pada tingkatan awal, prosedur adalah TAH + BSO + OM + APP
(optional). Luas prosedur pembedahan ditentukan oleh insidensi
dari seringnya penyebaran ke sebelah yang lain (bilateral) dan
kecenderungan untuk menginvasi badan rahim (korpus uteri).
Tindakan konservatif (hanya mengangkat tumor ovariumnya saja :
oophorektomi atau oophoro kistektomi) masih dapat dibenarkan
jika tingkat klinik penyakit T1a, wanita masih muda, blum
mempunyai anak, derajat keganasan tuor rendah seperti
disgerminoma, tumor sel granulosa, dan arrhenoblastoma atau low
potential malignancy = bordeline malignancy.

5) Radioterapi
Sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat
klinik TI dan T2 (FIGO: Tingkat I dan II), yang diberikan kpada
panggul saja atau seluruh rongga perut. Pada tingkat klinik T3 dan
T4 (FIGO: tingkay III dan IV) dilakukan debulking dilanjutkan
dengan khemoterapi. Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang
tersisa, hanya efektif pada jenis tumor yang peka terhadap sinar
(radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa.

6) Khemoterapi
Sekarang telah mendapat tempat yang diakui dalam penanganan
tumor ganas ovarium. Sejumlah obat sitostatika telah digunakan,

Page 44
termasuk agens alkylating (seperti cyclophospamide,
chlorambucil), antimetabolit (seperti Adriamisin) dan agens lain
(seperti Cis-Platinum). Penanganan paliatif tumor ganas ovarium
sering menggunakan preparat hormon progestativa.

7) Komplikasi
Obstruksi usus merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
kasus tingkatan lanjut yang dikelola dengan melakukan reseksi
usus sekali atau beberapa kali untuk membuat by pass bila kondisi
penderita mengizinkan.

8) Second-look laparotomi
Untuk memastikan keberhasilan penanganan dengan radioterapi
atau khemoterapi, lazim dilakukan laparotomi kedua, bahkan
kadang sampai ketiga (third-look laparotomi). Hal ini
memungkinkan kita membuat penilaian akurat proses penyakit,
hingga dapat menetapkan strategi pengobatan selanjutnya. Bisa
dihentikan atau perlu dilanjutkan dengan alternatif pengobatan lain.

5. Neoplasma Ovarium yang jarang


Teratoma ovarium (termasuk Tumor sinus Endodermal). Menarik
perhatian karena pekanya terhadap khemoterapi dan hubungannya
dengan petanda tumor (tumor marker) AFP (Alfa Feto-protein).
Petanda tumor ini sangat berguna untuk diagnosis maupun
pemantauan (monitoring) dan penanganan/ pengobatan.
Tumor yang mensekresi endokrin adalah penting karena mereka
dapat menampakkan diri dengan kelainan-kelainan endokrin, dan
pengobatannya mungkin akan sangat efektif dengan mengendalikan
gejala-gejalanya.

Pengamatan lanjut
Untuk tumor ganas ovarium skema/ bagan pengamatan lanjut
(follow up control) adalah sebagai berikut :
a. Sampai 1 tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan,

Page 45
b. Kemudian sampai 3 tahun setelah penanganan, setiap 4 bulan,
c. Kemudian sampai 5 tahun setlah penanganan, setipa 6 bulan,
d. Seterusnya setiap setahun sekali.
Konsep tatalaksana kanker ovarium

Predisposisi :
a. Kista pada anak/remaja
b. Kista usia lanjut
c. Kista di atas 45 tahun
d. Ovarium masih teraba pada menopause

Keluhan utama :
1. Tanpa keluhan
2. Kista cepat besar
3. Stadium lanjut :
- Kahesia
- Tumor pada abdomen
- Asites
- Metastase-kaki edema

Pemeriksaan kanker ovarium :


- Inspeksi :
1. Terlihat tumor pada abdomen
2. Pembuluh darah prominen
3. Badan atas kurus,edema tungkai
- Pemeriksaan palpasi :
1. Teraba tumor
2. Nerbenjol-benjol
3. Gerak terbatas
4. Terdapat asites
5. Konsitensi:padat kenyal

Page 46
- Pemeriksaan dalam :
1. Terasa teraba tumor abdomen
2. Padat kenyal gerak terbatas
3. Ovarium masih teraba setelah menopause

3.1 Tumor Jinak Pada Alat Genital

3.1.1 VAGINA

1. Tumor kistik vulva


a. Kista inklusi (Kista epidermis)
Kista yang terjadi akibat perlukaan, terutama pada persalinan, karena
episiotomy atau robekan, dimana suatu segmen terpendam dan
kemudian menjadi kista. Kista ini terdapat di bawah epitel
vulva/perineum maupun vagina berwarna kekuning-kuningan atau abu-
abu biasanya bergaris tengah kurang dari 1 cm dan berisi cairankental.
Umunya kista ini tidak menimbulkan keluhan.
b. Kista sisa jaringan embrio
1) Kista Gartner
Dianggap berasal dari saluran mesonefridikus Wolffi. Terdapat pada
dinding lateral-anterolateral vagina sampai pada vulva dekat uretra
dan klitoris. Dindingnya terdiri dari epitel torak atau kubus berisi
cairan jernih tanpa musin. Biasanya berukuran kecil dan multiple
namun dapat mencapai ukuran kepala janin, dengan konsistensi yang
lunak.
2) Kista saluran nuck
Berasal dari sisa prosesus vaginalis peritoneum yang terletak dalam
saluran inguinal, kadang-kadang melanjutkan diri sampai pada
labium mayora. Terletak mulai dari saluran inguinal sampai dinding
labium mayor, kadang-kadang terdiri dari beberapa kista. Kista
saluran Nuck berisi cairan jernih dengan dinding selaput peritoneum.
Dengan demikian kista ini harus dibesarkan dengan hernia inguinal
dan varikokel yang sering terdapat pada kehamilan.

Page 47
3) Kista kelenjar
a) Kista bartholini : Terjadi akibat radang
b) Kista sebasea
Berasal dari kelenjar sebasea kulit yang terdapat pada labium
mayor, labium minor dan mons veneris, terjadi karena
penyumbatan saluran kelenjar sehingga terjadilah penimbunan
sebum. Kelenjar ini biasanya terletak dekat di bawah permukaan
kulit berwarna kuning keabu-abuan, dengan batasa yang jelas dan
konsistensi keras, ukuran kecil sering multiple. Dindingnya
berlapis epital kelenjar dengan isi sebum yang mengandung
Kristal kolesterol. Kristal ini sering mengalami infeksi.
c) Hidradenoma
Berasal dari kelenjar keringat, ada yang mengatakan berasal dari
sisa saluran Wolffi.
d) Penyakit Fox-Forduce
Disebut juga apokrin miliaria terjadi akibat sumbatan saluran
kelenjar keringat sehingga membentuk banyak Kristal kecil
dengan diameter 1-3 mm, multiple, terasa gatal. Kelainan ini
dapat juga terjadi di ketiak dan gelanggang susu. Dapat
mengalami kekambuhan apabila terjadi gangguan emosi antara
lain rangsang seksual.
e) Kista parauretra
Terjadi karena saluran kelenjar ini tertutup oleh infeksi. Kista ini
biasa menonjol pada dinding depan vagina dan sering mengalami
infeksi.
f) Kista endometriosis
Walaupun jarang seklai terjadi, dapat tumbuh pada vulva maupun
vagina. Kista pada vulva ini umu hanya memerlukan
pengangkatan kalau mengganggu saja. Pada kista yang
mengalami infeksi dapat dilakukan infeksi.

2. Tumor solid vagina

Page 48
a. Tumor epitel
1) Kondiloma akuminatum
Penyakit ini disebabkan oleh virus HPV tipe 6 dan 2. Akhir-akhir ini
juga dimasukkan dalam golongan penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Gambaran histologik adalah suatu papiloma yang
sekali-sekali setelah lama dapat menjadi ganas. Gambaran
makroskopis adalah seperti jengger ayam. Kondiloma akuminatum
dapat tumbuh pada vulva dan sekitar anus sampai vagina dan
serviks.
2) Karunkula uretra
Dibagi menjadi 2 macam:
(a)Karankula uretra neoplasma
Terdiri dari polip merah muda dengan tangkai pada tepi dorsal
muara uretra, mikroskopik sebagai papiloma uretra yang ditutupi
oleh epitel transisional yang tersusun sebagai lipatan dengan tipe
yang sering menyerupai pertumbuhan ganas. Tumor I ni
mempunyai kecenderungan untuk kambuh local. Gangguan yang
ditimbulkan antara lain adalah nyeri pada waktu berjalan dan
duduk, ispareunia, disuria, perdarahan dan pembengkakan.
(b)Karankula uretra granulomatosa
Penonjolan ini terdiri dari jaringan granulomatosa pada muara
uretra terutama bagian belakang yang meluas ke samping juga.
Dengan demikian, lubang muara uretra ini menonjol akan tetapi
tidak mempunyai tangkai, berwarna merah kusam dan tidak
menimbulkan nyeri seperti pada karunkula uretra neoplasma.
Gambaran mikroskopik adalah reaksi granulomataosa jaringan
terhadap infeksi kronik pada ueretra. Karunkula ini sering
terdapat pada wanita pasca menopause, kebanyakan merupakan
penampilan investasi Trikomonas vaginalis. Apabila etiologi
infeksi tidak diobati maka karunkula ini sering kambuh.
3) Hiperkeratosis

Page 49
Harus dibedakan karena leukoderma atau vitiligo dimana pigmentasi
tidak terjadi, serta karsinoma vulva insitu maupun invasive.
Pada hyperkeratosis dibedakan:
(a)Yang disebabkan infeksi menahun: dermatitis.
(b)Tumor jinak berpapil yang sudah menahun.
(c)Distrofi (leukoplakia):
i. Likhen skelorsis, kadang-kadang disertai atropi eitelnya saja:
kraukosis (berkerut).
ii. Hiperkeratosis: khas daan tidak khas.
iii. Campuran antar 1 dan 2. Untuk membedakannya dengan
karsinoma seringkali memerlukan pemeriksaan lanjut
(kolposkopi, sitologi maupun histologi).
4) Nevus pigmentosus
Walaupun kulit vulva hanya 3% seluruh kulit badan, melanoma
maligna terjadi pada vulva dan vagina 7-10%. Nevus ini tampak
sebagai lesi berwarna kehitam-hitaman pada permukaan vulva
berdiameter 1-2 mm. pemeriksaan mikroskopik menunjukkan sel
nevus yang khas dengan inti biru tua dan terletak di bawah lapisan
epitel. Menururt Masson sel nervus berasal dai melanosit dalam
epidermis atau dari sel Schwan dari serabut saraf yang menuju kulit.
Yang berbahaya ialah lesi yang berpigmen dan tak meluas sehingga
sebaiknya diperiksa secara histologik.
b. Tumor jaringan mesoderm
1) Fibroma: berasal dari jaringan di sekitar labium majus, dapat tumbuh
besar dengan konsistensi lunak dan berwarna putih keabu-abuan.
2) Lipoma: berasal dari jaringan lemak di sekitar labium majus dengan
konsistensi lunak, dapat bertangkai dan mencapai ukuran besar.
3) Leiomioma: berasal dari otot polos ligamentum rotundum dekat pada
labium mayus tersusun seperti pusaran air/konde.
4) Neurofibroma: berasal dari sarung serabut saraf, biasanya kecil saja,
lunak, berbentuk polipoid dan berwarna seperti daging.

Page 50
5) Hemangioma: yang berasala dari congenital biasanya akan
menghilang sendiri pada pertumbuhan anak. Pada wanita
pascamenopause biasanya terjadi karena adanya varises yang kecil-
kecil dan dapat menyebabkan perdarahan pascamenopause.
Angiokeratoma adalah jenis hemangioma dengan kapiler membesar
pada korium dan dengan hyperkeratosis pada epidermis.
Hemangioma kavernosum mempunyai ruangan yang luas dengan
permukaan yang tidak rata, berisi darah dengan dinding sel endotel,
tumor ini kadang-kadang masuk ke jaringan di bawahnya.
Limfangioma: berasal dari jaringan pembuluh limfe, jarang sekali dijumpai.

Mikroskopik tampak seperti limfangiom namun tidak berwarna.

3.1.2 Vulva

1. Tumor kistik
Tumor-tumor di vagina umunya mempunyai sifat yang sama dengan yang
ddapatkan pada vulva. Tumor vulva dan vagina hendaknya dibedakan
dengan vaginitis emfisematosa. Dapat juga saluran Muller terjadi di dekat
serviks biasanya soliter, akan tetapi dapat multiple, kista ini dilapisis epitel
seperti endoserviks, berisi cairan musin.
2. Tumor solid
a. Granuloma
Bukan neoplasma yang sebenarnya. Jaringan merupakan granulasi yang
terbatas-batas, seringkali berbentuk polip terutama terjadi pada bekas
operasi kolpografi dan histerektomi total dan dapat bertahan sampai
bertahun-tahun.
b. Tumor miksoid vagina
Konsistensi lunak seperti kista berisi jaringan miksomatosa, jaringan
pengikat dan jaringan lemak seperti yang biasa terdapat pada daerah
glutea, fossa iskhiorektales, serta apabila terdapat di vagina berada pada
daerah parakolpos. Kadang-kadang kambuh kembali dan dapat juga
menjadi ganas.

Page 51
c. Adenosis vagina
Berasal dari sisa saluran paramesonefridikus Muler berupa tumor jinak
vagina, terutama terletak dekat serviks uteri, terdiri dari epitel torak yang
mengeluarkan mucus. Di tempat itu mukosa vagina tampak merah dan
berbintik. Ini disebabkan karena pemberian hormone estrogen sintesis
lain, diberikan pada ibu penderita waktu hamil muda (sindrom D.E.S).
Tumor ini dapat menjadi adenocarcinoma. Diagnosis ditegakkan dengan
kolposkopi yang terlihat sebagai ulserasi di kemudian dilanjutkan dengan
biopsy dan pemeriksaan histopatologi.

3.1.3 Tuba
Tumor tuba uterine dapat berupa neoplasma maupun non
neoplasma. Tumor tuba uterine yang neoplastik jarang seklai
ditemukan. Endometriosis yang sebenarnya bukan neoplasma lebih
sering didapat pada tuba, terkadang dikira ganas. Tuba uterine falopii
dan jaringan sekitarnya: Tumor-tumor yang disebabkan oleh radang.

3.1.4 Uterus
1. Tumor ektoserviks
a. Kista sisa jaringan embrional: berasal dari saluran mesonefridikus Wolffi
terdapat dinding samping ektoserviks
b. Kista endometriosis: letaknya superficial.
c. Folikel atau kista Naboth: kista retensi kelenjar endoserviks, biasanya
terdapat pada wanita multipara, sebagai penampilan servisitis. Kista ini
jarang mencapai ukuran besar berwarna putih mengkilap berisi cairan
mucus. Kalau kista ini menjadi besar dapat menyebabkan perasaan nyeri.
d. Papiloma: dapat tunggal maupun multiple seperti kondiloma akuminata.
Kebanyakan papiloma ini adalah sisa epitel yang terlebih pada trauma
bedah maupun persalinan.
e. Hemangioma: jarang terjadi, biasanya terletak superficial, dapat
membesar pada waktu kehamilan, dapat menyebabkan metroragi. Terapi
tumor ektoserviks tergantung pada kelainan ataupun potensi akan

Page 52
kelainan yang dapat disebabkannya. Umunya bersifat ekspektatif saja.
Kista Nabothi dapat diinsisi, tumor-tumor lain dapat dilakukan ekstirpasi,
kauterisasi dan krioterapi.

2. Tumor endoserviks
Polip: sebetulnya adalah suatu adenoma maupun adenofibroma yang berasal
dari selaput lender endoserviks. Tangkainya dapat panjang hingga keluar
dari vulva. Epitel yang melapisi biasanya adalah epitel endoserviks yang
dapat juga mengalami menjadi lebih semakin kompleks. Bagian ujung polip
dapat mengalami nekrosis, serta mudah berdarah. Polip ini berkembang
karena pengaruh radang maupun virus. Harus ditegakkan apakah polip itu
suatu adenoma, sarcoma botriodes, adenokarsinoma serviks atau mioma
yang dilahirkan. Polip endoserviks diangkat dan perlu diperiksa secara
histologik.
3. Tumor endometrium
a. Polip endometrium
Sering didapati terutama dengan pemeriksaan histeroskop. Polip berasal
dari:
1) Adenoma, adenofibroma
2) Mioma submukosum
3) Plasenta
b. Adenoma-adenofibroma
Biasanya terjadi dari epitel endometrium dengan stroma yang sesuai
dengan daur haid. Adenoma ini biasanya merupakan penampilan
hyperplasia endometrium, dengan konsistensi lunak dan berwarna
kemerah-merahan. Gangguan yang sering ditimbulkan adalah metroragi
sampai menometroragi, infertilias. Mempunyai kecenderungan kambuh
kembali.
c. Mioma submukosum
Sarang mioma dapat tumbuh bertangkai dan keluar dari uterus menjadi
mioma yang dilahirkan. Tumor berkonsistensi kenyal berwarna putih.
d. Polip plasenta

Page 53
Berasal dari plasenta yang tertinggal setelah partus maupun abortus.
Pemeriksaan histology memeperlihatkan vili korialis dalam berbagai
tingkat degenerasi yang dilapisi endometrium. Polip plasenta
menyebabkan uterus mengalami subinvolusio yang menimbulkan
perdarahan. Polip endometriosis umumnya diangkat dengan cara
kauterisasi dan bedah laser.
4. Miometrium
Neoplasma ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya. Efek fibromatosa baik pada permukaan maupun pada
tempat lain dalam abdomen. Menurut letaknya, mioma dapat kita bagi
menjadi:
a. Mioma submukosum: berada id bawah endometrium dan menonjol ke
dalam rongga uterus.
b. Mioma intramural: mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut
miometrium.
c. Mioma subserosum: apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga
menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa.
5. Adenomiosis
Adenomiosis adalah adanya sarang enometriosis di antara serabut
miometrium.
6. Hemangioma
Tumor jinak pembuluh darah ini jarang sekali ditemukan. Umunya
didapatkan secara kebetulan pada pemeriksaan histologik uterus yang
diangkat karena perdarahan. Bentuk histologinya dapat beraneka ragam.

BAB III

PENUTUP

Page 54
3.1 Kesimpulan

Keganasan vagina adalah kasus yang sangat jarang terjadi. Diagnosis

kanker vagina ditegakkan apabila terbukti tumor berasal dari vagina dan tidak

ada keterlibatan orang lain. Bila terdapat keterlibatan pada serviks,

didiagnosis sebagai keganasan serviks, dan apabila terdapat keterdapatan

vulva, didiagnosis sebagai keganasan vulva.

Faktor risiko kanker vagina adalah infeksi HPV, paparan DES saat dalam

kandungan, riwayat lesi precancer sebelumnya pada cervix, vulva atau anal,

paparan radiasi sebelumnya, adanya defisiensi sistem imun, dan gaya hidup

(merokok, memiliki gaya hidup berganti pasangan (5 atau lebih pasangan

seksual), usia mulai berhubungan intim pada usia kurang dari 17 tahun, dan

status sosial ekonomi rendah).

Radioterapi memegang peranan penting dalam tata laksana keganasan

vagina dengan mengkombinasikan radiasi eksterna dengan brakiterapi.

Operasi memiliki peran yang sangat sedikit pada kasus ini karena letak

anatomis vagina yang sangat dekat dengan kandung kemih dan rectum.

Kemoradiasi masih diperdebatkan penggunaannya dalam terapi keganasan

vagina.

Dari makalah diatas dapat kita simpulkan bahwa tumor alat genital baik
yang bersifat neoplasma jinak maupun yang bukan neoplasma. Menurut letak
dan konsistensinya, maka berturut-turut akan dibicarakan sebagai berikut.
Tumor jinak pada alat genital meliputi:
1. Vulva
a. Tumor kistik vulva

Page 55
b. Tumor solid vulva
2. Vagina
a. Tumor kistik vagina
b. Tumor solid vagina
3. Uterus
a. Tumor ektoserviks
b. Tumor endoserviks-endometrium
4. Tuba uterina fallopi dan jaringan sekitarnya
a. Tumor tuba uterina (adenoma, leiomioma, fibroma, kista dermoid)
b. Tumor neoplasma jinak jaringan sekitarnya
c. Tumor nonneoplasma
5. Ovarium
a. Tumor non-neoplasma
b. Tumor neoplasma

Tumor ganas pada alat genital meliputi:


1. Tumor ganas pada vulva
2. Tumor ganas pada vagina
3. Tumor ganas pada serviks uteri (leher rahim)
4. Tumor ganas pada korpus uteri (badan rahim)
5. Umor ganas pada adneksa (tuba fallopi = saluran telur)
6. Ovarium (indung telur)

DAFTAR PUSTAKA

Page 56
ASS Ari Lestari, N. 2017. Supriana. Radioterapi dan Onkologi Indonesia.

Journal of the Indonesian Radiation Onkology Society. 8(1) : 13-26

Rahardjo, S. Myoma Uteri di Rumah Sakit Dr. Soetomo 1972-1974. Skripsi.

Surabaya: Bagian Obstetri dan Ginekologi

Sulistyo, R. Sunardi Saiman R. Myoma Uteri di Rumah Sakit Hasan Sadikin

Bandung. 1970-1972. Medan: Kngr Myoma Ginekol Indonesia III. 1976

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka

Page 57

Anda mungkin juga menyukai