Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


“INFEKSI PADA KEHAMILAN”
(TORCH, HEPATITIS-B & MALARIA)

Disusun oleh;
Nama NIM
1. Natalia I Mumpu 20161811014026
2. Melfiana M Mubalus 20161811014014
3. Merie Wila I Mandowen 20161811014029

Dosen pengajar dr. David Randel Kristanto, SpOG (K).,Mkes

Fakulatas kedokteran
Program studi pendidikan dokter
Universitas cenderawasih
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
rahmat dan karunianya kepada kita semua, sehingga dengan izin-Nya kami kelompok
28 dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini yang membahas tentang : Infeksi
Pada Kehamilan (TORCH, Hepatitis-B dan Malaria).

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah obgin dalam
pelaksanaan proses belajar-mengajar di kampus.

Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun
dari semua dokter selaku dosen dalam mata kuliah Obgin ini untuk kesempurnaan
makalah ini.

Jayapura, 10 februari 2020

Hormat kami

Kelompok 28
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar............................................................................................... i

Daftar Isi......................................................................................................... ii

BAB I : Pendahuluan...................................................................................... 1

1.1.1 Latar Belakang........................................................................ 1


1.1.2 Tujuan..................................................................................... 1

BAB II : Pembahasan..................................................................................... 2

2.1 Pengertian Infeksi pada Kehamilan ............................................ 2


2.2 Infeksi Pada Kehamilan (TORCH).............................................. 2
2.3 Infeksi Pada Kehamilan (Hepatitis-B).......................................... 12
2.4 Infeksi Pada Kehamilan (Malaria) ...............................................
BAB III : Penutup..................................................................................... 18
4.1 Kesimpulan.................................................................................. 18
Daftar Pustaka................................................................................................ 20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa kehamilan merupakan saat yang yang paling rentan bagi kesehatan seorang
perempuan, terutama dalam penularan infeksi. Jika seorang calon ibu terkena infeksi, bayi
yang sedang tumbuh di dalam kandungan pun sangat rentan bisa terkena dampaknya.

Sebenarnya tubuh sudah punya antibodi yang berperan membantu memerangi infeksi
virus atau bakteri tertentu. Imunisasi yang sudah dapatkan sebelumnya dari Ibu juga
berperan memberi kekebalan terhadap infeksi-infeksi tertentu. Tetapi, bukan berarti ibu
hamil lantas bebas dari risiko infeksi virus atau bakteri lain yang mungkin dapat
mengakibatkan gangguan serius pada kehamilan dan janin.

Beberapa infeksi dapat ditularkan ibu hamil ke bayi sejak dalam kandungan melalui
plasenta, atau justru pada saat proses persalinan. Tanpa penanganan yang tepat,
kehamilan ibu dapat mengalami komplikasi, seperti persalinan prematur.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini ialah agar kami dapat;
- Mengetahui lebih dalam mengenai infeksi kehamilan khususnya infeksi
TORCH, hepatitis-B serta infeksi parasit malaria.
- Dapat mengetahui definisi, etiologi, faktor resiko, gejala klinis, serta
penatalaksanaan dari penyakit infeksi pada kehamilan tersebut.
- Dapat mengetahui serta memahami bagaimana hubungan infeksi kehamilan
dengan janin yang dalam kandungannya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN INFEKSI PADA KEHAMILAN


Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen,dan bersifat
sangat dinamis. Secara umum proses terjadinya penyakit melibatkan tiga faktor yang saling
berinteraksi yaitu : faktor penyebab penyakit (agen), faktormanusia atau pejamu (host), dan
faktor lingkungan. (Mazni R, 2008).
Selama masa kehamilan, daya tahan seseorang cenderung mengalami penurunan.
Akibatnya, rentan terserang berbagai penyakit. Bahkan infeksi ringan , terkadang sulit untuk
dihindari. Sekalipun infeksi yang dialami oleh ibu hamil tidak selalu berpengaruh terhadap
janin, namun ceritanya akan lain bila terinfeksi TORCH (toxoplasmosis, rubella,
cytomegalovirus, herpes simpleks) dan virus Hepatitis-B serta infeksi Parasit Malaria. Ketiga 
penyakit ini dapat mengakibatkan kerusakaan janin. Seorang ibu hamil hendaknya
mewaspadai terhadap serangan virus tersebut, sebab infeksi yang ditularkan melalui aliran
darah dgan bayi yang sedang dikandung.

2.2 INFEKSI PADA KEHAMILAN TORCH


Infeksi TORCH merupakan beberapa infeksi yang umum dialami ibu hamil dan akan
ditularkan kepada bayi-nya. Torch adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat
jenis penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat
jenis penyakit infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu
hamil. Pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik terhadap
kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing kuman
antibodi yang terburuk dapat berupa Imonoglobulin M (IgM) dan Imonoglobulin G (IgG).
Berdasarkan beberapa sumber atau referensi tentang infeksi TORCH sudah
dikumpulkan, seperti gejala masing-masing infeksi disajikan sebagai berikut:

A. Pengertian
1) Toxoplasma
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesifik.
Kira-kira hanya 10-20% kasu infeksi. Toxoplasma yang disertai gejala ringan,
mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya
tidak menimbulkan masalah. Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu
sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh. Pada
Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelinan
mata dan telinga, retardasi mental, kejang-kejang dan ensefalitasi.

2) Rubella
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran
kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang
anak-anak dan dewasa muda. Infeksi Rubella berbahaya bila terjadi pada wanita
hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya.
3) Cytomegalovirus
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini termasuk
golongan virus keluarga herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus
CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu
penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang
hamil. Jika ibu terinfeksi, maka janin yang dikandung mempunyai resiko tertular
sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak,
ketulian retardasi mental, dan lain-lain.
4) Herpes
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh herpes simpleks
tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui
serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom. Bayi yang
dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada
kuli, tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui.

B. Etiologi
1) Toxoplasma
Infeksi toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Tokoplasma gondi adalah protozoa yang dapat ditemukan pada pada hampir
semua hewan dan unggas berdarah panas. Akan tetapi kucing adalah inang
primernya. Kotoran kucing pada makanan yang berasal dari hewan yang kurang
masak, yang mengandung oocysts dari toxoplasma gondi dapat menjadi jalan
penyebarannya.
2) Rubella
Virus ini pertama kali ditemukan di amerika pada tahun 1966, Rubella pernah
menjadi endemic di banyak negara di dunia, virus ini menyebar melalui droplet.
Periode inkubasinya adalah 14-21 hari.
3) Cytomegalovirus
Penularan CMVakan terjadi jika ada kontak langsung dengan ciran tubuh
penderita seperti air seni, air ludah, air mata, sperma dan air susu ibu. Kebanyakan
penularan terjadi karena cairan tubuh penderita menyentuh tangan individu yang
rentan. Virus juga dapat ditularkan pada bayi melalui sekresi vagina pada saat
lahir atau pada ia menyusu.
4) Herpes
Virus herpes simpleks tipe I dan II merupakan virus horminis DNA.
Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur,
antigenic, dan lokasi klinis (tempat predileksi)

C. Tanda Dan Gejala


1) Toxoplasma
a. Pada ibu
Terkadang Toxoplasma dapat menimbulkan beberapa gejala seperti gejala
influenza, timbul rasa lelah, malaise, dan demam.Akan tetapi umumnya tidak
menimbulkan masalah yang berarti.Pada umumnya, infeksi Toxoplasma
tarjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Walaupun demikian, ada beberapa
gejala yang mengkin ditemukan pada orang yang terinfeksi toksoplasma,
gejala-gejala tersebut adalah :
1. Pyrexia of unknow origin (PUO)
2. Terlihat lemas dan kelelahan, sakit kepala, rash,myalgia perasaan gelisah
3. Pembesaran kelenjar limfe pada serviks posterior
4. Infeksi menyebar ke saraf, otak, korteks
5. Infeksi Toxoplasma berbahaya bils terjadi saat ibu sedang hamil atau pada
orang dengan system kekebalan tubuh
b. Pada janin
Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi pada
janinnya adalah abortus spontan atau keguguran, lahir mati, atau bayi
menderita Toxoplasmosis bawaan.Pada awal kehamilan infeksi toksoplasma
dapat menyebabkan aborsi dan biasanya terjadi secara berulang.Namun jika
kandungan dapat dipertahankan, maka dapat mengakibatkan kondisi yang
lebih buruk ketika lahir. Diantaranya adalah :
1. Lahir mati (still birth)
2. Icterus, dengan pembesaran hati dan limpa
3. Anemia dan perdarahan
4. Radang paru
5. Penglihatan dan pendengaran kurang dan juga gejala yang dapat muncul
kemudian, seperti kelainan mata dan telinga, retardasi mental, kejang-
kejang dan ensefalitis selain itu juga dapat merusak otak janin.
2) Rubella
Rubella menyebabkan sakit yang ringan dan tidak spesifik ditandai dengan cacar
seperti ruam, demam dan infeksi saluran pernafasan atas. Sebagian besar Negara
saat ini memiliki program vaksin rubella untuk bayi dan wanita usia subur dan hal
ini merupakan bagian dari screening prakonsepsi. Ibu hamil secara rutin diperiksa
untuk antibody rubella dan jika tidak memiliki kekebalan akan segera diberikan
vaksin rubella pada periode postnatal. Bayi mengalami vireamia, yang
menghambat pembelahan sel dan menyebabkan kerusakan perkembangan organ.
Janin terinfeksi dalam 8 minggu pertama kehamilan. Oleh karena itu memiliki
resiko yang sangat tinggi untuk mengalami multiple defek yang mempengaruhi
mata, system kardiovaskuler, telinga, dan system saraf.
3) Cytomegalovirus
Gejala CMV yang muncul pada wanita hamil minimal dan biasanya mereka tidak
akan sadar bahwa mereka telah terinfeksi. Infeksi tersebut baru dapat di kenali
setelah bayi lahir. Hanya pada individu dengan penurunan daya tahan dan pada
masa pertumbuhan janin sitomegalovirus menampakan virulensinya pada
manusia. Secara klinis timbul gejala lethargi, malaise dan kelainan hematologi
yang sulit dibedakan dengan infeksi mononucleosis. Kadang-kadang tampak
gambaran seperti hepatitis gejala ini biasanya self limitting tetapi komplikasi
serius dapat pula terjadi seperti hepatitis, peneumonitis, ensefalitis, miokarditis,
dan lain-lain. Penting juga dibedakan dengan tokso plasmosis dan hepatitis B yang
juga mempunyai gejala serupa. Sendroma post transfusi. Viremia terjadi 3-8
minggu setelah transfusi. Tanpak gambaran panas kriptogenik, splenomegali,
kelainan biokimia dan hematologi. Sindroma ini juga dapat terjadi pada
tranplantasi ginjal.
4) Herpes
Tidak seperti virus rubella, sitomegalovirus dapat menginfeksi hasil konsepsi
setiap saat dalam kehamilan. Bila infeksi terjadi pada masa organogenesis
(trimester I) atau selama periode pertumbuhan dan perkembangan aktif (trimester
II) dapat terjadi kelainan yang serius. Juga didapatkan bukti adanya korelasi
antara lamanya infeksi intrauterine dengan embriopati. Pada trimester I infeksi
kongenital sitomegalovirus dapat menyebabkan premature, mikrosefali, IUGR,
klasifikasi intracranial pada ventrikel lateral dan traktus olfaktoris, sebagian besar
terdapat korioretinitis, juga terdapat retardasi mental, hepatosplenomegali, ikterus,
purpora trombositopeni, DIC. Infeksi pada trimester III berhubungan dengan
kelainan yang bukan disebabkan karena kegagalan pertumbuhan somatic atau
pembentukan psikomotor.

D. Klasifikasi
Penularan dapat disebut penularan dari ibu ke anak (mother-to-child
transmission). Infeksi yang dapat ditularkan vertical dapat disebut infeksi perinatal
(perinatal infaction) jika ditularkan pada periode perinatal, yaitu periode yang dimulai
pada masa gestasional 22 minggu sampai 28 ( dengan variasi regional untuk definisi)
dan berakhir tujuh hari penuh setelah kelahiran. Istilah infeksi kongenital (congenital
infection) dapat digunakan jika infeksi uang ditularkan vertical itu masih terus dialami
setelah melahirkan.

E. Patofisiologi
1.) Toxoplasma
Toxoplasma gondii mempunyai 3 fase dalam hidupnya. Tiga fase ini terbagi
lagi menjadi 5 tingkat siklus : fase proliferatif, stadium kista, fase schizogoni,
gematogoni, dan fase ookista. Siklus aseksual terdiri dari fase proliferasi dan
stadium kista. Fase ini dapat terjadi dalam bermacam-macam inang, sedangkan
siklus seksual secara spesifik hanya terdapat pada kucing. Kucing menjadi
terinfeksi setelah ia memakan mamalia, seperti tikus yang terinfeksi. Kista dalam
tubuh kucing dapat terbentuk setelah infeksi kronis yang berhubungan dengan
imunutas tubuh.Kiista terbentuk intraseldan kemudian terdapat secara bebas di
dalam jaringan sebagai stadium tidak aktif dan dapat menetap dalam jaringan
tanpa menimbulkan reaksi inflamasi.Kista pada binatang yang terinfeksi menjadi
infeksius, jika termakan oleh kornivora dan toksoplasma tersebut masuk melalui
usus.Infeksi pada manusia dapat terjadi saat makan daging yang kurang matang,
sayur-sayuran yang tidak di masak, makanan yang terkontaminasi kotoran kucing
melalui lalat atau serangga.Juga ada kemungkinan terinfeksi saat menghirup udara
yang terdapat ookista yang beterbangan. Cara penularang lain yang sangat penting
adalah pada jalur maternofetal.
2.) Rubella
Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan menyebabkan
peradangan pada mukosa saluran pernafasan untuk kemudian menyebar keseluruh
tubuh. dari saluran pernafasan inilah virus akan menyerang ke sekelilingnya. Pada
infeksi rubella yang diperoleh post natal virus rubella akan dieksresikan dari
faring. pada rubella yang kongenal saluran pernafasan dan urin akan tetap
mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal ini perlu diperhatikan dalam
perawatan bayi di rumah sakit dan di rumah untuk mencegah terjadinya penularan.
Sesudah sembuh tubuh akan membentuk kekebalan baik berupa antibodi maupun
kekebalan seluler yang akan mencegah terjadinya infeksi ulangan.
3.) Cytomegalovirus
Masa inkubasi CMV:
a. Setelah lahir 3-12 minggu
b. Setelah tranfusi 3-12 minggu
c. Setelah transplatasi 4 minggu – 4 bulan
d. Urin sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa tahun
setelah infeksi.Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang
tetapi masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini beluum ada imunisasi
untuk mencegah penyakit ini
4.) Herpes
HSV-1 menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri
pada mukosa mulut, wajah, dan sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital
ditularkan melalui hubungan seksual dan menyebabkan vegina terlihat seperti
bercak dengan luka mungkin muncul iritasi, penurunan kesadaran yang disertai
pusing, dan kekuningan pada kulit (jaundice) dan kesulitan bernafas atau kejang.
Biasanya hilang dalam 2 minggu infeksi, infeksi pertama HSV adalah yang paling
berat dan dimulai setelah masa inkubasi 4-6 hari. Gejala yang timbul meliputi
nyeri, inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritema), dan diikuti dengan
pembentukan gelembung-gelembung yang berisi cairan bening yang selanjutnya
dapat berkembang menjadi nanah diikuti dengan pembentukan keropeng .Setelah
infeksi pertama, HSV memiliki kemampuan unik untuk bermigrasi sampai pada
syaraf sensorik tepi menuju spinal ganglia dan berdormansi sampai diaktifasi
kembali. Pengaktifan virus yang berdormansi tersebut dapat disebabkan
penurunan daya tahan tubuh, stress, depresi, alergi pada makanan, demam, trauma
pada mukosa genital, menstruasi, kurang tidur, dan sinar ultraviolet.

F. Pemeriksa Diagnostic
1.) Urinalisis,kulkur, dan sensitivitas : Bakteriuria asimtomatik mungkin muncul ;
ISK dapat disebabkan oleh GBS, gonore, atau IMS lain.
2.) Toksoplasmosis : serum untuk titer antibody dengan riwayat pemajaan;
identifikasi mikroskopik protozoa.
3.) Rubella : serum untuk titer antibody.
4.) CMV : serologi: titer virus positif; adanya CMV didalam urin
5.) HSV : pengkajian riwayat secara seksama tentang gejala atau lesi dimasalalu;
pemeriksaan fisik utuk limfadenopati dan lesi; diagnose ditegakkan oleh kultur
virus dari lesi aktif.

G. Pelaksanaan Medis Dan Prinsip Perawatan


Adanya infeksi-infeksi ini dapat dideteksi dari pemeriksaan darah. Biasanya ada 2
petanda yang diperiksa untuk tiap infeksi yaitu Imunoglobulin G(IgG) dan
Imunoglobulin M (IgM). Normalnya keduanya negatif.
Jika IgG positif dan IgMnya negatif,artinya infeksi terjadi dimasa lampau dan
tubuh sudah membentuk antibodi. Pada keadaan ini tidak perlu diobati. Namun, jika
IgG negatif dan Ig M positif, artinya infeksi baru terjadi dan harus diobati.
Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan menggunakan obat-obatan
seperti isoprinocin, repomicine, valtrex, spiromicine, spiradan, acyclovir,
azithromisin, klindamisin, alancicovir, dan lainnya.
2.3 INFEKSI PADA KEHAMILAN HEPATITIS-B
Hepatitis adalah peradangan pada sel-sel hati, yang bisa disebabkan oleh infeksi
(virus, Hepatitis adalah peradangan pada sel-sel hati, yang bisa disebabkan oleh infeksi
(virus, bakteri, parasit), obat-obatan (termasuk obat tradisional), konsumsi alkohol,
lemak yang berlebih dan penyakit autoimun.
A. Pengertian
Hepatitis B merupakan peradangan atau inflamasi pada hepar yang umumnya
terjadi akibat infeksi virus hepatitis B. Manifestsi klinis penyakit ini bervariasi dari
akut sampai kronis yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Infeksi
Hepatitis B kronis biasanya dapat meningkat setelah melahirkan.
Etiologi virus Hepatitis B dari golongan virus DNA. Masa inkubasi 60-90 hari,
penularan vertikal 95% terjadi masa perinatal (saat persalinan) dan 5% intra uterine.
Brumberg merupakan orang pertama yang menemukan bagian dari Hepatitis-B/HBV
yang disebut sebagai australia antigen pada tahun 1962 dari serum seorang aborigin
australia. Sekarang lebih dikenal dengan nama antigen permukaan Hepatitis-B
(HbsAg) karna terdapat di permukaan VBH.
B. Patofisiologi
Inflamasi yang di sebabkan oleh Hepatitis-B menyebabkan pola normal pada
hepar terganggu. Seperti pada gangguan pada suplai darah pada sel-sel hepar
menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel
hepar yang menjadi rusak di buang oleh respon system imun dan di gantikan oleh sel-
sel baru yang sehat. Oleh karenanya sebagian besar klien mengalami hepatits sembuh
dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
tubuh dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman
pada perut sebelah kanan atas. Hal itu di manisfestasi kliniskan dengan adanya rasa
mual dan nyeri di ulu hati, timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati, tinja
tampak pucat oleh karena tinja mengandung sedikit sterkobilin (abolish), urine dan
kemih berwarna gelap.
C. Penularan Hepatitis B
Virus hepatitis B terdapat dalam cairan tubuh, diantaranya adalah dalam darah,
air liur, feses, urine, sperma, dan cairan vagina. Epidemiologi, virus hepatitis B dapat
ditularkan melalui 2 cara, yaitu penularan secara vertikal dan secara horizontal.
Penularan secara horizontal, yaitu penularan infeksi virus heptitis B dari seorang
pengidap virus hepatitis B kepada orang lain disekitarnya, misalnya melalui hubungan
seksual, terpapar darah yang terkontaminasi HBV, transfusi darah dan lainnya
Penularan Virus Hepatitis B secara vertikal merupakan penularan dari ibu yang
HBsAg positif kepada bayi yang dikandungnya.
Menurut Radji (2015), beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
penularan infeksi hepatitis B diataranya adalah :
a) Faktor Host
- Umur: Virus hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Infeksi
tersering adalah terjadi pada bayi dan anak-anak yang akan berisiko menjadi
kronis. Kejadian hepatitis kronis pada bayi sekitar 90%, pada anak usia sekolah
sekitar 23-26%, sedangkan pada orang dewasa sekitar 3–10%. Penularan ini
berkaitan dengan keberadaan antibodi di dalam tubuh untuk mencegah
terjadinya hepatitis B kronis. Bayi lebih sering terinfeksi hepatitis B karena
sistem imun pada bayi belum berkembang dengan sempurna terutama pada
bayi yang belum mendapatkan imunisasi hepatitis B.
- Jenis Kelamin : Wanita 3 kali lebih sering terinfeksi hepatitis B dibandingkan
dengan pria. Karena wanita lebih mudah untuk mengalami komplikasi jika
terinfeksi suatu penyakit.
- Kebiasaan Hidup: Penularan virus hepatitis B sebagian besar terjadi pada
remaja, hal ini disebabkan karena aktifitas seksual dan perilaku yang
menyimpang antara lain homoseksual, pecandu narkotika suntik, pengguna
tatto permanen dan lainnya.
- Pekerjaan : Kelompok risiko tinggi untuk mendapatkan infeksi virus hepatitis B
adalah dokter bedah, dokter gigi, petugas kamar operasi, perawat, bidan, dan
petugas laboratorium yang dimana mereka sering kontak dengan penderita
hepatitis B dan spesimen penderita.
b) Faktor Perbedaan Antigen Virus Virus hepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen
utama, yaitu HBsAg, HBcAg dan HBeAg.HBsAg sebagai penanda infektivitas
HBV akut atau pembawa penyakit kronis.HBcAg tidak beredar bebas dalam darah,
sedangkan HBeAg tidak berikatan dengan virus tetapi beredar bebas dalam darah
dan terdapat pada infeksi HBV aktif.
c) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan virus hepatitis B antara lain
adalah lingkungan dengan sanitasi yang buruk, daerah dengan angka prevalensi
hepatitis B tinggi, daerah unit bedah, unit laboratorium klinik, unit bank darah, unit
ruang hemodialisa, ruang transplantasi dan unit perawatan penyakit dalam.
D. Komplikasi
1. Sirosis hepatis
Pada sirosis hepatis VHB menyebabkan peradangan pada hati dan mengakibatkan
nekrosis juga pembentukan jaringan ikat yang luas yang akan menyebabkan
hambatan darah menuju hati ( vena porta) akibatnya terjadi peningkatan tekanan
darah di vena porta ( hipertensi porta) . akibat hambatan aliran darah ke hati pada
sirosis hepatis sering terjadi varises eusofagus yang dapat beresiko mengalami
hematemesis melena.
2. Kanker hati
Kanker merupakan suatu penyakit yang muncul ketika sel – sel dalam suatu organ
berubah dan tumbuh secara ganas menjadi abnormal sehingga organ tersebut
mengalami kerusakan dan gagal fungsi. Dalam kasus hepatitis B di temukan
mengembang menjadi kanker hati sebesar 10 %.
3. Hepatitis B fulminal
Dimana sisitem kekebalan tubuh menjadi keliru dan mulai menyerang hati
sehingga menyebabkan kerusakan yang parah. Hb fulminal memang jarang terjadi
dan umumnya disebabkanoleh HB akut, tetapi juga dapat terjadi pada penderita
HB kronis dewasa.
E. Pengaruh infeksi Hepatitis-B terhadap kehamilan dan janin
Infeksi VHB dalam kehamilan sering menimbulkan abortus, partus premturus dan
intrauterine deaths, hal ini terjadi terutama bila terjadi dehidrasi atau efek sistemik
yang berat. Kelahiran premature meningkat, kemungkinan disebabkan karena keadaan
penyakitnya yang berat, pengaruh virus pada janin atau plasenta. Tidak didapatkan
adanya efek teratogenik maupun kondisi akut pada janin, sehingga dianggap outcome
bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi Hepatitis-B sama dengan bayi yang
dilahirkan dari ibu yang tidak terinfeksi. Permaslahan disini adalah penularan
vertikalnya saja. Ibu hamil terinfeksi Hepatitis B pada kehamilan trimester I dan II
maka penularan vertical hanya kurang dari 10%, tetapi bila infeksi VHB terjadi pada
kehamilan trimester III, penelusuran vertical menjadi lebih tinggi yaitu 76%.
F. Pengobatan dan Pencegahan Hepatitis-B pada Kehamilan dan Bayi
Cara yang paling baik untuk mencegah penyakit Hepatitis B adalah dengan
vaksinisasi. Jenis vaksin hepatitis B yang tersedia adalah Recombivax HB dan
Energix-B.
Vaksin Hepatitis B harus segera diberikan setelah bayi lahir, mengingat vaksinasi
Hepatitis B merupakan upaya pencegahan yang efektif untuk memutuskan rantai
penularan melalui transmisi maternal dari ibu kepada bayinya. Ada dua tipe vaksin
Hepatitis B yang mengandung HBsAg, yaitu, vaksin yang berasal dari plasma dan
vaksin rekombinan. Kedua vaksin ini aman dan imunogenik walaupun diberikan pada
saat lahir karena antibodi anti HBsAg tidak mengganggu respon terhadap vaksin.
Menurut pedoman Nasional di Indonesia dan WHO merekomendasikan sebainya
HBIg dan vaksin Hepatitis B diberikan secara intra muscular dengan dosis 0,5ml,
paling lambat 24 jam setelah persalinan untuk mendapatkan efektifitas yang lebih
tinggi.

2.4 INFEKSI PADA KEHAMILAN MALARIA


Malaria adalah penyakit protozoa yang disebarkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina aktif. Protozoa penyebab malaria adalah genus Plasmodium yang dapat
menginfeksi manusia maupun serangga. Infeksi malaria, yang sebagian besar tersebar di
daerah tropis, merupakan penyakit yang berpotensi mengancam jiwa. Nama malaria
mulai dikenal sejak zaman kekaisaran Romawi, dan berasal dari kata Italia malaria atau
“udara kotor” dan disebut juga demam Romawi. Diduga penyakit ini berasal dari Afrika
dan menyebar mengikuti gerakan migrasi manusia melalui pantai Mediterania, India dan
Asia Tenggara.

B. Epidemiologi
Infeksi malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia,
Amerika Selatan, Amerika Tengah, Hispaniola, India, Timur Tengah dan daerah Oceania
dan Kepulauan Caribia. Lebih dari 1,6 triliun manusia terpapar oleh malaria dengan
dugaan morbiditas 200-300 juta dan mortalitas lebih dari 1 juta pertahun. Beberapa daerah
yang bebas malaria yaitu Amerika Serikat, Canada, negara di Eropa, Israel, Singapura,
Hongkong, Japan, Taiwan, Korea, Brunei dan Australia. Negara tersebut terhindar dari
malaria karena vektor kontrolnya yang baik.
C. Etiologi
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
yang masuk ke dalam tubuh manusia, ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina.
Morfologi spesies Plasmodium dapat dibedakan dari pemeriksaan apusan darah. P.
falciparum dibedakan dari jenis Plasmodium lainnya oleh tingkat parasitemia dan bentuk
gametosit yang menyerupai pisang.
Lima species Plasmodium penyebab malaria pada manusia adalah:
1. Plasmodium vivax. Spesies ini cenderung menginfeksi sel-sel darah merah yang muda
(retikulosit), dengan demikian menyebabkan tingkat parasitemia yang lebih rendah.
2. Plasmodium malariae. Mempunyai kecenderungan untuk menginfeksi sel-sel darah
merah yang tua. Seseorang yang terinfeksi jenis Plasmodium ini biasanya tetap
asimptomatik untuk jangka waktu yang jauh lebih lama dibandingkan orang yang
terinfeksi P. vivax dan P. ovale.
3. Plasmodium ovale. Predileksinya dalam sel-sel darah merah mirip dengan Plasmodium
vivax (menginfeksi sel-sel darah muda) walaupun gejalanya lebih ringan karena
parasitemianya lebih ringan.
4. Plasmodium falciparum yang sering menjadi malaria cerebral dengan angka kematian
yang tinggi. Merozoitnya menginfeksi sel darah merah dari segala usia sehingga
menyebabkan tingkat parasitemia jauh lebih tinggi dan cepat .
5. Plasmodium Knowlesi yang dapat meninfeksi manusia yang sebelumnya hanya
menginfeksi hewan primata/monyet dan sampai saat ini masih terus diteliti.

D. Malaria Dalam Kehamilan


Malaria dan kehamilan adalah dua kondisi yang saling mempengaruhi. Perubahan
fisiologis dalam kehamilan dan perubahan patologis akibat malaria mempunyai efek sinergis
terhadap kondisi masing-masing, sehingga semakin menambah masalah baik bagi ibu hamil
dan janinnya. P. falciparum dapat menyebabkan keadaan yang memburuk dan dramatis untuk
ibu hamil. Primigravida umumnya paling mudah terpengaruh oleh malaria, berupa anemia,
demam, hipoglikemia, malaria serebral, edema pulmonar, sepsis puerperalis dan kematian
akibat malaria berat dan hemoragis.
Malaria pada ibu hamil dapat menimbulkan berbagai kelainan, tergantung pada
tingkat kekebalan seseorang terhadap infeksi parasit malaria dan paritas. Beberapa factor
yang menyebabkan turunnya respon imun pada kehamilan seperti: peningkatan dari hormone
steroid dan gonadotropin, alpha fetoprotein dan penurunan dari limfosit menyebabkan
kemudahan terjadinya infeksi malaria, ibu hamil dengan infeksi HIV cenderung mendapat
infeksi malaria dan sering mendapatkan malaria congenital pada bayinya dan berat bayi lahir
rendah.

 Pengaruh pada Janin


Seorang ibu yang terinfeksi parasit malaria, parasit tersebut akan mengikuti peredaran
darah sehingga akan ditemukan pada plasenta bagian maternal. Bila terjadi kerusakan pada
plasenta, barulah parasit malaria dapat menembus plasenta dan masuk ke sirkulasi darah
janin sehingga terjadi malaria kongenital. Beberapa peneliti menduga hal ini terjadi karena
adanya kerusakan mekanik, kerusakan patologi oleh parasit, fragilitas dan permeabilitas
plasenta yang meningkat akibat demam akut dan akibat infeksi kronis.
Kekebalan ibu berperan menghambat transmisi parasit ke janin. Oleh sebab itu pada
ibu-ibu yang tidak kebal atau dengan kekebalan rendah terjadi transmisi malaria intra-
uretrin ke janin walaupun mekanisme transplasental dari parasit ini masih belum
diketahui.
Abortus, kematian janin, bayi lahir mati dan prematuritas dilaporkan terjadi pada
malaria berat dan resiko ini meningkat sampai tujuh kali. Malaria maternal dapat
menyebabkan kematian janin karena terganggunya transfer makanan secara transplasental,
demam yang tinggi (hiperpireksia) atau hipoksia karena anemia. Kemungkinan lain adalah
Tumor Necrosis Factor (TNF) yang dikeluarkan oleh makrofag bila di aktivasi oleh
antigen merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan berbagai kelainan pada
malaria, antara lain demam, kematian janin dan abortus.

E. Gambaran Klinis
Gejala utama infeksi malaria adalah demam yang diduga berhubungan dengan proses
skizogoni (pecahnya merozoit/skizon) dan terbentuknya sitokin dan atau toksin lainnya. Pada
daerah hiperendemik sering ditemukan penderita dengan parasitemia tanpa gejala demam.
Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodik, anemi dan splenomegali. Sering
terdapat gejala prodromal seperti malaise, sakit kepala, nyeri pada tulang/otot, anoreksi dan
diare ringan.
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
1. Malaria klinis ringan/tanpa komplikasi
Pada anamnesis:
- Harus dicurigai malaria pada seseorang yang berasal dari daerah endemis malaria
dengan demam akut dalam segala bentuk, dengan/tanpa gejala-gejala lain.
- Adanya riwayat perjalanan ke daerah endemis malaria dalam 2 minggu terakhir.
- Riwayat tinggal di daerah malaria .
- Riwayat pernah mendapat pengobatan malaria.
Pada pemeriksaan fisik:
- Suhu > 37,5oC
- Ditemukan pembesaran limpa
- Ditemukan anemi
- Gejala klasik malaria khas terdiri dari 3 stadium yang berurutan, yaitu menggigil
(15-60 menit), demam (2-6 jam), berkeringat (2-4 jam).

F. Komplikasi Malaria Dalam Kehamilan


1) Anemia
Menurut defini WHO, anemia dalam kehamilan adalah bila kadar hemoglobin (Hb) < 11
g/dL. Anemia yang disebabkan oleh malaria lebih sering dan lebih berat antara usia
kehamilan 16-29 minggu. Adanya defisiensi asam folat sebelumnya dapat memperberat
anemia ini.
Malaria dapat menyebabkan atau memperburuk anemia. Hal ini disebabkan:
- Hemolisis eritrosit yang terinfeksi parasit
- Peningkatan kebutuhan Fe selama hamil
- Penekanan hematopoeisis
- Peningkatan klirens sel darah merah oleh limpa
- Hemolisis berat dapat menyebabkan defisiensi asam folat yang mampu memperberat
anemia.
2) Hipoglikemia
Mekanisme terjadinya hipoglikemi sangat kompleks dan belum diketahui secara
pasti. Komplikasi hipoglikemia lebih sering ditemukan pada wanita hamil daripada yang
tidak hamil. Diduga pada wanita hamil terjadi perubahan metabolisme karbohidrat yang
cenderung menyebabkan terjadinya hipoglikemia, terutama trimester akhir kehamilan. Selain
itu, parasit memperoleh energinya hanya dari glukosa dan organisme tersebut memetabolisme
70-75 kali lebih cepat sehingga menyebabkan hipoglikemia dan asidosis laktat serta pada
wanita hamil terjadi peningkatan fungsi sel B pankreas terhadap stimulus sekresi sehingga
pembentukan insulin bertambah.
3) Imunosupresi
Imunosupresi dalam kehamilan menyebabkan infeksi malaria yang terjadi menjadi
lebih sering dan lebih berat. Lebih buruk lagi, infeksi malaria sendiri dapat menekan respon
imun. Perubahan hormonal selama kehamilan menurunkan sintesis imunoglobulin.Penurunan
fungsi sistem retikuloendotelial adalah penyebab imunosupresi dalam kehamilan. Hal ini
menyebabkan hilangnya imunitas didapat terhadap malaria sehingga ibu hamil lebih rentan
terinfeksi malaria.
4) Gagal Ginjal
Hemoglobinuri (blackwater fever) merupakan kondisi urin yang berwarna gelap
akibat hemolisis sel darah merah dan parasitemia yang hebat dan sering merupakan tanda
gagal ginjal.
5) Risiko Terhadap Janin
Malaria dalam kehamilan adalah masalah bagi janin. Tingginya demam, insufisiensi
plasenta, hipoglikemia, anemia dan komplikasi-komplikasi lain dapat menimbulkan efek
buruk terhadap janin. Baik malaria P. vivax dan P. falciparum dapat menimbulkan masalah
bagi janin, akan tetapi jenis infeksi P. falciparum lebih serius (dilaporkan insidensinya
mortalitasnya l5,7% vs 33%). Akibatnya dapat terjadi abortus spontan, persalinan prematur,
kematian janin dalam rahim, insufisiensi plasenta, gangguan pertumbuhan janin
(kronik/temporer), berat badan lahir rendah dan gawat janin. Selain itu penyebaran infeksi
secara transplasental ke janin dapat menyebabkan malaria kongenital.

G. Penanganan Malaria Selama Kehamilan


 Pencegahan Transmisi
- Kemoprofilaksis
Kesadaran akan resiko menderita malaria pada ibu hamil sangat penting. WHO
dan CDC merekomendasikan bahwa wanita hamil jangan bepergian ke wilayah
endemik malaria. Kemoprofilaksis dapat mengurani anemia pada ibu dan menambah
berat badan lahir terutama pada kelahiran pertama. Pemberian obat profilaksis selama
kehamilan dianjurkan untuk megurangi resiko transmisi diantaranya dengan
pemberian klorokuin basa 5 mg/kgBB (2 tablet) sekali seminggu, tetapi untuk daerah
yang resisten, klorokuin tidak dianjurkan pada kehamilan dini, namun dapat diganti
dengan meflokuin.
Obat lain yang sering digunakan untuk profilaksis adalah kombinasi
sulfadoksin-pirimetamin dengan dosis digunakan dosis 1 tablet perminggu, tetapi
tidak dianjurkan untuk trimester pertama karena pirimetamin dapat menyebabkan
teratogenik.

- Mengurangi Kontak dengan Vektor


Pemakaian kelambu, insektisida, atau keduanya dinilai efektif untuk menurunkan
jumlah kasus malaria pada ibu hamil dan neonatus khususnya densitas tinggi, insidens
klinis dan mortalitas malaria.

 Terapi Malaria
Saat ini dipakai program nasional adalah derivate artemisinin dengan golongan
aminokuinolon, yaitu:
- Kombinasi tetap (Fixed Dose Combination=FDC) yang terdiri atas
Dihydroartemisinin dan Piperakuin (DHP). Satu tablet FDC mengandung 40 mg
dihydroartemisinin dan 320 mg piperakuin. Obat ini diberikan per oral selama 3
hari dengan range dosis tunggal harian sebagai berikut : Dihydroartemisinin dosis
2-4mg/kgBB; Piperakuin dosis 16-32mg/kgBB
- Artesunat-Amodiakuin. Kemasan artesunat-amodiakuin yang ada pada program
pengendalian malaria dengan 3 blister, setiap blister terdiri dari 4 tablet artesunat
@ 50mg dan 4 tablet amodiakuin 150 mg.
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Masa kehamilan merupakan saat yang yang paling rentan bagi kesehatan
seorang perempuan, terutama dalam penularan infeksi.
- TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit
infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Toxoplasmosis
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toxoplasma gondii. Penyebab dari
penyakit ini adalah parasit protozoa yaiti toxoplasma gondii yang hidupnya di
dalam kucing. Rubela suatu infeksi yang utama menyerang anak-anak dan dewasa
yang khas dengan adanya rasti demam dan lymphadenopaly suatu toga virus yang
dalam penyebabnya tidak membutuhkan vector. Citomegalo virus diklasifikasikan
dalam keluarga virus herpes,infeksi oportunistik yang menyerang saat system
kekebalan tubuh lemah. Herpes simplek adalah suatu penyakit menular seksual di
daerah kelamin, kulit di sekeliling rectum atau di daerah sekitarnya disebabkan
oleh virus Herpes Simplek.
Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan menggunakan obat-obatan
seperti isoprinocin, repomicine, valtrex, spiromicine, spiradan, acyclovir,
azithromisin, klindamisin, alancicovir, dan lainnya.Cara yang paling baik untuk
mencegah penyakit Hepatitis B adalah dengan vaksinisasi. Jenis vaksin hepatitis B
yang tersedia adalah Recombivax HB dan Energix-B.
- Inflamasi yang di sebabkan oleh Hepatitis-B menyebabkan pola normal pada
hepar terganggu. Seperti pada gangguan pada suplai darah pada sel-sel hepar
menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Virus hepatitis B terdapat
dalam cairan tubuh, diantaranya adalah dalam darah, air liur, feses, urine, sperma,
dan cairan vagina. Virus hepatitis B dapat ditularkan melalui 2 cara, yaitu
penularan secara vertikal (penularan dari ibu yang HBsAg positif kepada bayi
yang dikandungnya) dan secara horizontal. (penularan virus heptitis B dari
seorang pengidap virus hepatitis B kepada orang lain disekitarnya).
Vaksin Hepatitis B harus segera diberikan setelah bayi lahir, mengingat vaksinasi
Hepatitis B merupakan upaya pencegahan yang efektif untuk memutuskan rantai
penularan melalui transmisi maternal dari ibu kepada bayinya.
- Seorang ibu hamil yang terinfeksi parasit malaria, parasit tersebut akan mengikuti
peredaran darah sehingga akan ditemukan pada plasenta bagian maternal. Bila
terjadi kerusakan pada plasenta, barulah parasit malaria dapat menembus plasenta
dan masuk ke sirkulasi darah janin sehingga terjadi malaria kongenital. Abortus,
kematian janin, bayi lahir mati dan prematuritas dilaporkan terjadi pada malaria
berat dan resiko ini meningkat sampai tujuh kali. Malaria maternal dapat
menyebabkan kematian janin karena terganggunya transfer makanan secara
transplasental, demam yang tinggi (hiperpireksia) atau hipoksia karena anemia.
Malaria dapat di cegah dengan; Kemoprofilaksis dan mengurangi kontak dengan
vektor. Saat ini dipakai program nasional adalah derivate artemisinin dengan
golongan aminokuinolon, yaitu: Dihydroartemisinin dosis 2-4mg/kgBB;
Piperakuin dosis 16-32mg/kgBB serta Artesunat-Amodiakuin.
DAFTAR PUSTAKA

 Ahmad, N, Kusnanto, H (2017). Prevalensi infeksi virus Hepatitis B pada bayi &
anak yang dilahirkan ibu dengan HBsAg positif. Berita kedokteran Masyarakat
Volume 33 No. 11 Tahun 2017. https://jurnal.ugm.ac.id/bkm/article/view/26310
 Bagian Obgyn Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 1981. Obsteri Patologi.
Bandung : Ellstar Offset
 Bobak, I.M., Deitra, L.L., Margaret,D.J., Snannon, E.P.2004. Buku Ajar
Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta. EGC
 Chahaya I. Pengaruh Malaria Selama Kehamilan. Available from
www.Usudigitallibrary.pdf. Last update in 2003.
 https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/viewFile/1843/1066
 Reeder, S.J., Leonide, LM., Deborah, K.G. 2011. Keperawatan Maternitas Kesehatan
Wanita,Bayi & Keluarga Volume 2. Edisi 18.Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai