Disusun oleh;
Nama NIM
1. Natalia I Mumpu 20161811014026
2. Melfiana M Mubalus 20161811014014
3. Merie Wila I Mandowen 20161811014029
Fakulatas kedokteran
Program studi pendidikan dokter
Universitas cenderawasih
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
rahmat dan karunianya kepada kita semua, sehingga dengan izin-Nya kami kelompok
28 dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini yang membahas tentang : Infeksi
Pada Kehamilan (TORCH, Hepatitis-B dan Malaria).
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah obgin dalam
pelaksanaan proses belajar-mengajar di kampus.
Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun
dari semua dokter selaku dosen dalam mata kuliah Obgin ini untuk kesempurnaan
makalah ini.
Hormat kami
Kelompok 28
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi......................................................................................................... ii
BAB I : Pendahuluan...................................................................................... 1
BAB II : Pembahasan..................................................................................... 2
PENDAHULUAN
Masa kehamilan merupakan saat yang yang paling rentan bagi kesehatan seorang
perempuan, terutama dalam penularan infeksi. Jika seorang calon ibu terkena infeksi, bayi
yang sedang tumbuh di dalam kandungan pun sangat rentan bisa terkena dampaknya.
Sebenarnya tubuh sudah punya antibodi yang berperan membantu memerangi infeksi
virus atau bakteri tertentu. Imunisasi yang sudah dapatkan sebelumnya dari Ibu juga
berperan memberi kekebalan terhadap infeksi-infeksi tertentu. Tetapi, bukan berarti ibu
hamil lantas bebas dari risiko infeksi virus atau bakteri lain yang mungkin dapat
mengakibatkan gangguan serius pada kehamilan dan janin.
Beberapa infeksi dapat ditularkan ibu hamil ke bayi sejak dalam kandungan melalui
plasenta, atau justru pada saat proses persalinan. Tanpa penanganan yang tepat,
kehamilan ibu dapat mengalami komplikasi, seperti persalinan prematur.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini ialah agar kami dapat;
- Mengetahui lebih dalam mengenai infeksi kehamilan khususnya infeksi
TORCH, hepatitis-B serta infeksi parasit malaria.
- Dapat mengetahui definisi, etiologi, faktor resiko, gejala klinis, serta
penatalaksanaan dari penyakit infeksi pada kehamilan tersebut.
- Dapat mengetahui serta memahami bagaimana hubungan infeksi kehamilan
dengan janin yang dalam kandungannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1) Toxoplasma
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesifik.
Kira-kira hanya 10-20% kasu infeksi. Toxoplasma yang disertai gejala ringan,
mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya
tidak menimbulkan masalah. Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu
sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh. Pada
Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelinan
mata dan telinga, retardasi mental, kejang-kejang dan ensefalitasi.
2) Rubella
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran
kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang
anak-anak dan dewasa muda. Infeksi Rubella berbahaya bila terjadi pada wanita
hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya.
3) Cytomegalovirus
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini termasuk
golongan virus keluarga herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus
CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu
penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang
hamil. Jika ibu terinfeksi, maka janin yang dikandung mempunyai resiko tertular
sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak,
ketulian retardasi mental, dan lain-lain.
4) Herpes
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh herpes simpleks
tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui
serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom. Bayi yang
dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada
kuli, tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui.
B. Etiologi
1) Toxoplasma
Infeksi toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Tokoplasma gondi adalah protozoa yang dapat ditemukan pada pada hampir
semua hewan dan unggas berdarah panas. Akan tetapi kucing adalah inang
primernya. Kotoran kucing pada makanan yang berasal dari hewan yang kurang
masak, yang mengandung oocysts dari toxoplasma gondi dapat menjadi jalan
penyebarannya.
2) Rubella
Virus ini pertama kali ditemukan di amerika pada tahun 1966, Rubella pernah
menjadi endemic di banyak negara di dunia, virus ini menyebar melalui droplet.
Periode inkubasinya adalah 14-21 hari.
3) Cytomegalovirus
Penularan CMVakan terjadi jika ada kontak langsung dengan ciran tubuh
penderita seperti air seni, air ludah, air mata, sperma dan air susu ibu. Kebanyakan
penularan terjadi karena cairan tubuh penderita menyentuh tangan individu yang
rentan. Virus juga dapat ditularkan pada bayi melalui sekresi vagina pada saat
lahir atau pada ia menyusu.
4) Herpes
Virus herpes simpleks tipe I dan II merupakan virus horminis DNA.
Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur,
antigenic, dan lokasi klinis (tempat predileksi)
D. Klasifikasi
Penularan dapat disebut penularan dari ibu ke anak (mother-to-child
transmission). Infeksi yang dapat ditularkan vertical dapat disebut infeksi perinatal
(perinatal infaction) jika ditularkan pada periode perinatal, yaitu periode yang dimulai
pada masa gestasional 22 minggu sampai 28 ( dengan variasi regional untuk definisi)
dan berakhir tujuh hari penuh setelah kelahiran. Istilah infeksi kongenital (congenital
infection) dapat digunakan jika infeksi uang ditularkan vertical itu masih terus dialami
setelah melahirkan.
E. Patofisiologi
1.) Toxoplasma
Toxoplasma gondii mempunyai 3 fase dalam hidupnya. Tiga fase ini terbagi
lagi menjadi 5 tingkat siklus : fase proliferatif, stadium kista, fase schizogoni,
gematogoni, dan fase ookista. Siklus aseksual terdiri dari fase proliferasi dan
stadium kista. Fase ini dapat terjadi dalam bermacam-macam inang, sedangkan
siklus seksual secara spesifik hanya terdapat pada kucing. Kucing menjadi
terinfeksi setelah ia memakan mamalia, seperti tikus yang terinfeksi. Kista dalam
tubuh kucing dapat terbentuk setelah infeksi kronis yang berhubungan dengan
imunutas tubuh.Kiista terbentuk intraseldan kemudian terdapat secara bebas di
dalam jaringan sebagai stadium tidak aktif dan dapat menetap dalam jaringan
tanpa menimbulkan reaksi inflamasi.Kista pada binatang yang terinfeksi menjadi
infeksius, jika termakan oleh kornivora dan toksoplasma tersebut masuk melalui
usus.Infeksi pada manusia dapat terjadi saat makan daging yang kurang matang,
sayur-sayuran yang tidak di masak, makanan yang terkontaminasi kotoran kucing
melalui lalat atau serangga.Juga ada kemungkinan terinfeksi saat menghirup udara
yang terdapat ookista yang beterbangan. Cara penularang lain yang sangat penting
adalah pada jalur maternofetal.
2.) Rubella
Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan menyebabkan
peradangan pada mukosa saluran pernafasan untuk kemudian menyebar keseluruh
tubuh. dari saluran pernafasan inilah virus akan menyerang ke sekelilingnya. Pada
infeksi rubella yang diperoleh post natal virus rubella akan dieksresikan dari
faring. pada rubella yang kongenal saluran pernafasan dan urin akan tetap
mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal ini perlu diperhatikan dalam
perawatan bayi di rumah sakit dan di rumah untuk mencegah terjadinya penularan.
Sesudah sembuh tubuh akan membentuk kekebalan baik berupa antibodi maupun
kekebalan seluler yang akan mencegah terjadinya infeksi ulangan.
3.) Cytomegalovirus
Masa inkubasi CMV:
a. Setelah lahir 3-12 minggu
b. Setelah tranfusi 3-12 minggu
c. Setelah transplatasi 4 minggu – 4 bulan
d. Urin sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa tahun
setelah infeksi.Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang
tetapi masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini beluum ada imunisasi
untuk mencegah penyakit ini
4.) Herpes
HSV-1 menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri
pada mukosa mulut, wajah, dan sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital
ditularkan melalui hubungan seksual dan menyebabkan vegina terlihat seperti
bercak dengan luka mungkin muncul iritasi, penurunan kesadaran yang disertai
pusing, dan kekuningan pada kulit (jaundice) dan kesulitan bernafas atau kejang.
Biasanya hilang dalam 2 minggu infeksi, infeksi pertama HSV adalah yang paling
berat dan dimulai setelah masa inkubasi 4-6 hari. Gejala yang timbul meliputi
nyeri, inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritema), dan diikuti dengan
pembentukan gelembung-gelembung yang berisi cairan bening yang selanjutnya
dapat berkembang menjadi nanah diikuti dengan pembentukan keropeng .Setelah
infeksi pertama, HSV memiliki kemampuan unik untuk bermigrasi sampai pada
syaraf sensorik tepi menuju spinal ganglia dan berdormansi sampai diaktifasi
kembali. Pengaktifan virus yang berdormansi tersebut dapat disebabkan
penurunan daya tahan tubuh, stress, depresi, alergi pada makanan, demam, trauma
pada mukosa genital, menstruasi, kurang tidur, dan sinar ultraviolet.
F. Pemeriksa Diagnostic
1.) Urinalisis,kulkur, dan sensitivitas : Bakteriuria asimtomatik mungkin muncul ;
ISK dapat disebabkan oleh GBS, gonore, atau IMS lain.
2.) Toksoplasmosis : serum untuk titer antibody dengan riwayat pemajaan;
identifikasi mikroskopik protozoa.
3.) Rubella : serum untuk titer antibody.
4.) CMV : serologi: titer virus positif; adanya CMV didalam urin
5.) HSV : pengkajian riwayat secara seksama tentang gejala atau lesi dimasalalu;
pemeriksaan fisik utuk limfadenopati dan lesi; diagnose ditegakkan oleh kultur
virus dari lesi aktif.
B. Epidemiologi
Infeksi malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia,
Amerika Selatan, Amerika Tengah, Hispaniola, India, Timur Tengah dan daerah Oceania
dan Kepulauan Caribia. Lebih dari 1,6 triliun manusia terpapar oleh malaria dengan
dugaan morbiditas 200-300 juta dan mortalitas lebih dari 1 juta pertahun. Beberapa daerah
yang bebas malaria yaitu Amerika Serikat, Canada, negara di Eropa, Israel, Singapura,
Hongkong, Japan, Taiwan, Korea, Brunei dan Australia. Negara tersebut terhindar dari
malaria karena vektor kontrolnya yang baik.
C. Etiologi
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
yang masuk ke dalam tubuh manusia, ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina.
Morfologi spesies Plasmodium dapat dibedakan dari pemeriksaan apusan darah. P.
falciparum dibedakan dari jenis Plasmodium lainnya oleh tingkat parasitemia dan bentuk
gametosit yang menyerupai pisang.
Lima species Plasmodium penyebab malaria pada manusia adalah:
1. Plasmodium vivax. Spesies ini cenderung menginfeksi sel-sel darah merah yang muda
(retikulosit), dengan demikian menyebabkan tingkat parasitemia yang lebih rendah.
2. Plasmodium malariae. Mempunyai kecenderungan untuk menginfeksi sel-sel darah
merah yang tua. Seseorang yang terinfeksi jenis Plasmodium ini biasanya tetap
asimptomatik untuk jangka waktu yang jauh lebih lama dibandingkan orang yang
terinfeksi P. vivax dan P. ovale.
3. Plasmodium ovale. Predileksinya dalam sel-sel darah merah mirip dengan Plasmodium
vivax (menginfeksi sel-sel darah muda) walaupun gejalanya lebih ringan karena
parasitemianya lebih ringan.
4. Plasmodium falciparum yang sering menjadi malaria cerebral dengan angka kematian
yang tinggi. Merozoitnya menginfeksi sel darah merah dari segala usia sehingga
menyebabkan tingkat parasitemia jauh lebih tinggi dan cepat .
5. Plasmodium Knowlesi yang dapat meninfeksi manusia yang sebelumnya hanya
menginfeksi hewan primata/monyet dan sampai saat ini masih terus diteliti.
E. Gambaran Klinis
Gejala utama infeksi malaria adalah demam yang diduga berhubungan dengan proses
skizogoni (pecahnya merozoit/skizon) dan terbentuknya sitokin dan atau toksin lainnya. Pada
daerah hiperendemik sering ditemukan penderita dengan parasitemia tanpa gejala demam.
Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodik, anemi dan splenomegali. Sering
terdapat gejala prodromal seperti malaise, sakit kepala, nyeri pada tulang/otot, anoreksi dan
diare ringan.
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
1. Malaria klinis ringan/tanpa komplikasi
Pada anamnesis:
- Harus dicurigai malaria pada seseorang yang berasal dari daerah endemis malaria
dengan demam akut dalam segala bentuk, dengan/tanpa gejala-gejala lain.
- Adanya riwayat perjalanan ke daerah endemis malaria dalam 2 minggu terakhir.
- Riwayat tinggal di daerah malaria .
- Riwayat pernah mendapat pengobatan malaria.
Pada pemeriksaan fisik:
- Suhu > 37,5oC
- Ditemukan pembesaran limpa
- Ditemukan anemi
- Gejala klasik malaria khas terdiri dari 3 stadium yang berurutan, yaitu menggigil
(15-60 menit), demam (2-6 jam), berkeringat (2-4 jam).
Terapi Malaria
Saat ini dipakai program nasional adalah derivate artemisinin dengan golongan
aminokuinolon, yaitu:
- Kombinasi tetap (Fixed Dose Combination=FDC) yang terdiri atas
Dihydroartemisinin dan Piperakuin (DHP). Satu tablet FDC mengandung 40 mg
dihydroartemisinin dan 320 mg piperakuin. Obat ini diberikan per oral selama 3
hari dengan range dosis tunggal harian sebagai berikut : Dihydroartemisinin dosis
2-4mg/kgBB; Piperakuin dosis 16-32mg/kgBB
- Artesunat-Amodiakuin. Kemasan artesunat-amodiakuin yang ada pada program
pengendalian malaria dengan 3 blister, setiap blister terdiri dari 4 tablet artesunat
@ 50mg dan 4 tablet amodiakuin 150 mg.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Masa kehamilan merupakan saat yang yang paling rentan bagi kesehatan
seorang perempuan, terutama dalam penularan infeksi.
- TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit
infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Toxoplasmosis
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toxoplasma gondii. Penyebab dari
penyakit ini adalah parasit protozoa yaiti toxoplasma gondii yang hidupnya di
dalam kucing. Rubela suatu infeksi yang utama menyerang anak-anak dan dewasa
yang khas dengan adanya rasti demam dan lymphadenopaly suatu toga virus yang
dalam penyebabnya tidak membutuhkan vector. Citomegalo virus diklasifikasikan
dalam keluarga virus herpes,infeksi oportunistik yang menyerang saat system
kekebalan tubuh lemah. Herpes simplek adalah suatu penyakit menular seksual di
daerah kelamin, kulit di sekeliling rectum atau di daerah sekitarnya disebabkan
oleh virus Herpes Simplek.
Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan menggunakan obat-obatan
seperti isoprinocin, repomicine, valtrex, spiromicine, spiradan, acyclovir,
azithromisin, klindamisin, alancicovir, dan lainnya.Cara yang paling baik untuk
mencegah penyakit Hepatitis B adalah dengan vaksinisasi. Jenis vaksin hepatitis B
yang tersedia adalah Recombivax HB dan Energix-B.
- Inflamasi yang di sebabkan oleh Hepatitis-B menyebabkan pola normal pada
hepar terganggu. Seperti pada gangguan pada suplai darah pada sel-sel hepar
menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Virus hepatitis B terdapat
dalam cairan tubuh, diantaranya adalah dalam darah, air liur, feses, urine, sperma,
dan cairan vagina. Virus hepatitis B dapat ditularkan melalui 2 cara, yaitu
penularan secara vertikal (penularan dari ibu yang HBsAg positif kepada bayi
yang dikandungnya) dan secara horizontal. (penularan virus heptitis B dari
seorang pengidap virus hepatitis B kepada orang lain disekitarnya).
Vaksin Hepatitis B harus segera diberikan setelah bayi lahir, mengingat vaksinasi
Hepatitis B merupakan upaya pencegahan yang efektif untuk memutuskan rantai
penularan melalui transmisi maternal dari ibu kepada bayinya.
- Seorang ibu hamil yang terinfeksi parasit malaria, parasit tersebut akan mengikuti
peredaran darah sehingga akan ditemukan pada plasenta bagian maternal. Bila
terjadi kerusakan pada plasenta, barulah parasit malaria dapat menembus plasenta
dan masuk ke sirkulasi darah janin sehingga terjadi malaria kongenital. Abortus,
kematian janin, bayi lahir mati dan prematuritas dilaporkan terjadi pada malaria
berat dan resiko ini meningkat sampai tujuh kali. Malaria maternal dapat
menyebabkan kematian janin karena terganggunya transfer makanan secara
transplasental, demam yang tinggi (hiperpireksia) atau hipoksia karena anemia.
Malaria dapat di cegah dengan; Kemoprofilaksis dan mengurangi kontak dengan
vektor. Saat ini dipakai program nasional adalah derivate artemisinin dengan
golongan aminokuinolon, yaitu: Dihydroartemisinin dosis 2-4mg/kgBB;
Piperakuin dosis 16-32mg/kgBB serta Artesunat-Amodiakuin.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, N, Kusnanto, H (2017). Prevalensi infeksi virus Hepatitis B pada bayi &
anak yang dilahirkan ibu dengan HBsAg positif. Berita kedokteran Masyarakat
Volume 33 No. 11 Tahun 2017. https://jurnal.ugm.ac.id/bkm/article/view/26310
Bagian Obgyn Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 1981. Obsteri Patologi.
Bandung : Ellstar Offset
Bobak, I.M., Deitra, L.L., Margaret,D.J., Snannon, E.P.2004. Buku Ajar
Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta. EGC
Chahaya I. Pengaruh Malaria Selama Kehamilan. Available from
www.Usudigitallibrary.pdf. Last update in 2003.
https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/viewFile/1843/1066
Reeder, S.J., Leonide, LM., Deborah, K.G. 2011. Keperawatan Maternitas Kesehatan
Wanita,Bayi & Keluarga Volume 2. Edisi 18.Jakarta. EGC