Anda di halaman 1dari 29

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI TORCH

PADA IBU HAMIL

Dosen pembimbing: Tri Nur Jayanti, S.Kep., Ners., M.Kep


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas 2

Disusun oleh :

Sinta Nursari (191FK03038)

Kelas 2A Keperawatan

FAKULTAS KEPERAWATAN PROGRAM STUDI SARJANA


KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS UNIVERSITAS
BHAKTI KENCANA BANDUNG 2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Alhamdulilah, segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Resume Infeksi TORCH Keperawatan Maternitas 2 .

Adapun Resume ini diperuntukan dalam tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas 2, dan
penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tri Nur Jayanti, S.Kep., Ners., M.Kep sebagai
dosen pembimbing.

Di dalam makalh ini penulis memohon maaf apabila ada kesalahan baik didalam penulisan
makalah maupun dalam penyampaian materi ini. Dan jug penulis berharap agar nantinya
makalah ini bermanfaat.

2
DAFTAR ISI

Kata Penantar…………………………………………………………………………….i

Daftar Isi………………………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………...1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………..1


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………….1
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………....1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………..3

2.1 Definisi Infeksi Torch………………………………………………….3

2.2 Etiologi Torch…………………..4

2.3 Tanda dan Gejala Torch…………………………………………………………...5

2.4 Klasifikasi Torch………...…………………………………...7

2.5 Patofisiologi Torch…………………………………………………….…....8

2.6 Cara penularan Torch……………………………………………...….11

2.7 Komplikasi Torch………………………………………………………13

2.8 Pengobatan Torch…………………………………………..….13

2.9 Asuhan keperawatan berdasarkan Kasus

BAB lll PENUTUP……………………………………………………………………….22

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………..

3.2 Saran…………………………………………………………………….

Daftar Pustaka

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Torch adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit
infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis
penyakit infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu
hamil. Kini, diagnosis untuk penyakit infeksi telah berkembang antara lain ke arah
pemeriksaan secara imunologis. Prinsip dan pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat
anti (antibodi) yang spesifik terhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon
tubuh terhadap adanya benda asing (kuman antibodi yang terburuk dapat berupa
Imonoglobulin M (IgM) dan Imonoglobulin G (IgG).
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Torch?


2. Apa Etiologi dari Torch?
3. Apa saja Tanda dan gejala Torch?
4. Bagaimana Klasifikasi dari Torch?
5. Bagaimana Patofisiologi dari Torch?
6. Bagiaman Cara Penularan Torch ?
7. Apa saja Komplikasi Torch?
8. Bagaimana Pengobatan Torch ?
9. Bagaimana Askep berdasarkan kasus Torch

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Torch


2. Untuk mengatahui Etiologi dari Torch
3. Untuk mengetahui Tanda dan gejala Torch
4. Untuk mengetahui Klasifikasi dari Torch
5. Untuk mengetahui Patofisiologi dari Torch
6. Untuk mengetahui CaraPenularan Torch
7. Untuk mengetahui Komplikasi Torch
8. Untuk mengetahui Pengobatan Torch
9. Untuk mengetahui Askep berdasarkan kasus
4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
1.) Toxoplasma
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Kira-
kira hanya 10-20% kasu infeksi. Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip
gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak
menimbulkan masalah. Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang
hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya
penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon
imun). Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi
adalah abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita
Toxoplasmosis bawaan. Pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah
dewasa, misalnya kelinan mata dan telinga, retardasi mental, kejang-kejang dan
ensefalitasi.

2.) Rubella
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran
kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang
anak-anak dan dewasa muda. Infeksi Rubella berbahaya bila terjadi pada wanita
hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya.jika infeksi terjadi
pada bulan pertama kehamilan maka resiko terjadinya kelainan adalah 50%,
sedangkan jika infeksi terjadi trimester pertama maka resikonya menjadi 25%
(menurut America College of Obstatrician and Gvnecologists,1981).
3.) Cytomegalovirus
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini termasuk
golongan virus keluarga herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV
dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab
infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil. Jika ibu
terinfeksi, maka janin yang dikandung mempunyai resiko tertular sehingga
mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian
retardasi mental, dan lain-lain.

5
4.) Herpes
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh herpes simpleks tipe
II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut
syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom. Bayi yang dilahirkan
dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada kuli, tetapi hal
ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada bayi
yang baru lahir dapat berakibat fatal (lebih dari 50 kasus).

2.2 ETIOLOGI
1.) Toxoplasma
Infeksi toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Tokoplasma gondi adalah protozoa yang dapat ditemukan pada pada hampir semua
hewan dan unggas berdarah panas. Akan tetapi kucing adalah inang primernya.
Kotoran kucing pada makanan yang berasal dari hewan yang kurang masak, yang
mengandung oocysts dari toxoplasma gondi dapat menjadi jalan penyebarannya.
Contoh lainnya adalah pada saat berkebun atau saat membenahi tanaman
dipekarangan, kemudian tangan yang masih belum dibersihkan melakukan kontak
dengan mulut.
2.) Rubella
Virus ini pertama kali ditemukan di amerika pada tahun 1966, Rubella pernah
menjadi endemic di banyak negara di dunia, virus ini menyebar melalui droplet.
Periode inkubasinya adalah 14-21 hari.
3.) Cytomegalovirus
Penularan CMV akan terjadi jika ada kontak langsung dengan cairan tubuh
penderita seperti air seni, air ludah, air mata, sperma dan air susu ibu. Bisa juga
terjadi karena transplatasi organ.Kebanyakan penularan terjadi karena cairan tubuh
penderita menyentuh tangan individu yang rentan.Kemudian diabsorpsi melalui
hidung dan tangan.Teknik mencuci tangan dengan sederhana manggunakan sabun
cukup efektif untuk membuang virus dari tangan.Golongan sosial ekonomi rendah
lebih rentan terkena infeksi.Rumah sakit juga marupakan tempat penularan virus ini,
terutama unit dialisis, perawatan neonatal dan ruang anak.Penularan melalui
hubungan seksual juga dapat terjadi melalui cariran semen ataupun lendir
endoserviks. Virus juga dapat ditularkan pada bayi melalui sekresi vagina pada saat
lahir atau pada ia menyusu. Namun infeksi ini biasanya tidak menimbulkan tanda
6
dan gejala klinis.Resiko infeksi kongenital CMV paling besar terdapat pada wanita
yang sebelumnya tidak pernah terinfeksi dan mereka yang terinfeksi pertama kali
ketika hamil.Meskipun jarang, sitomegalovirus kongenital tetap dapat terulang pada
ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sitomegalovirus kongenital pada
kehamilan terdahulu.Penularan dapat terjadi pada setiap saat dalam kehamilan tetapi
semakin muda umur kehamilan semakin berat gejala pada janinnya.Infeksi CMV
lebih sering terjadi di negara berkembang dan di masyarakat denga status sosial
ekonomi lebih rendah dan merupakan penyeirus paling signifikan cacat lahir di
negara-negara industri. CMV tampaknya memiliki dampak besar pada parameter
pada kekebalan tubuh di kemudian hari dan dapat menyebabkan peningkatan
morbiditas dan kematian.

4.) Herpes
Virus herpes simpleks tipe I dan II merupakan virus horminis DNA. Pembagian
tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic,
dan lokasi klinis (tempat predileksi)

2.3 TANDA DAN GEJALA


1.) Toxoplasma
a. Pada ibu
Terkadang Toxoplasma dapat menimbulkan beberapa gejala seperti
gejala influenza, timbul rasa lelah, malaise, dan demam.Akan tetapi umumnya
tidak menimbulkan masalah yang berarti.Pada umumnya, infeksi Toxoplasma
tarjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Walaupun demikian, ada beberapa
gejala yang mengkin ditemukan pada orang yang terinfeksi toksoplasma, gejala-
gejala tersebut adalah :
1. Pyrexia of unknow origin (PUO)
2. Terlihat lemas dan kelelahan, sakit kepala, rash,myalgia perasaan umum
( tidak nyaman atau gelisah)
3. Pembesaran kelenjar limfe pada serviks posterior
4. Infeksi menyebar ke saraf, otak, korteks dan juga dapat menyerang sel retina
mata.

7
5. Infeksi Toxoplasma berbahaya bils terjadi saat ibu sedang hamil atau pada
orang dengan system kekebalan tubuh tergantung (misalnya penderita AIDS,
pasien transpalasi organ yang mendapat obat penekan respon imun).
b. Pada janin
Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi pada
janinnya adalah abortus spontan atau keguguran, lahir mati, atau bayi menderita
Toxoplasmosis bawaan.Pada awal kehamilan infeksi toksoplasma dapat
menyebabkan aborsi dan biasanya terjadi secara berulang.Namun jika
kandungan dapat dipertahankan, maka dapat mengakibatkan kondisi yang lebih
buruk ketika lahir. Diantaranya adalah :
1. Lahir mati (still birth)
2. Icterus, dengan pembesaran hati dan limpa
3. Anemia
4. Perdarahan
5. Radang paru
6. Penglihatan dan pendengaran kurang
7. Dan juga gejala yang dapat muncul kemudian, seperti kelainan mata dan
telinga, retardasi mental, kejang-kejang dan ensefalitis selain itu juga dapat
merusak otak janin. Resiko terbentuk dari terjangkitnya infeksi ini pada janin
adalah saat infeksi maternal akut terjadi di trimester ketiga
2.) Rubella
Rubella menyebabkan sakit yang ringan dan tidak spesifik pada orang dewasa,
ditandai dengan cacar-seperti ruam,demam dan infeksi saluran pernafasan atas.
Sebagian besar Negara saat ini memiliki program vaksin rubella untuk bayi dan
wanita usia subur dan hal ini merupakan bagian dari screening prakonsepsi. Ibu
hamil secara rutin diperiksa untuk antibody rubella dan jika tidak memiliki
kekebalan akan segera diberikan vaksin rubella pada periode postnatal. Fakta-fakta
terkini menganjurkan bahwa kahamilan yang disertai dengan pemberian vaksin
rubella tidak seberbahaya yang dipikirkan.Infeksi terberat terjadi pada trimester
pertama dengan lebih dari 85% bayi ikut terinfeksi.Bayi mengalami vireamia, yang
menghambat pembelahan sel dan menyebabkan kerusakan perkembangan
organ.Janin terinfeksi dalam 8 minggu pertama kehamilan.Oleh karena itu memiliki
resiko yang sangat tinggi untuk mengalami multiple defek yang mempengaruhi
mata, system kardiovaskuler, telinga, dan system saraf.Arbosi spontan mungkin saja
8
terjadi. Ketulian neurosensory seringkali dsebabkan oleh infeksi setelah gestasi 14
minggu dan beresiko kerusakan janin sampai usia 24 minggu. Pada saat lahir,
restriksi pertumbuhan intrauterine biasanya disertai hepatitis, trombositopenia, dan
penyakit nerologis seperti mikrosefali atau hidrosefali.
3.) Cytomegalovirus
Gejala CMV yang muncul pada wanita hamil minimal dan biasanya mereka tidak
akan sadar bahwa mereka telah terinfeksi. Namun jika ini merupakan infeksi primer,
maka janin biasanya juga beresiko terinfeksi.Infeksi tersebut baru dapat di kenali
setelah bayi lahir.Diantara bayi tersebut baru dapat dikenali setelah bayi lahir.
Diantara bayi tersebut hanya ada 30% diketahui terinfeksi di dalam Rahim dan
kurang dari 15% akan menampakan gejala pada saat lahir. Hanya pada individu
dengan penurunan daya tahan dan pada masa pertumbuhan janin sitomegalovirus
menampakan virulensinya pada manusia. Pada wanita normal sebagian besar adalah
asimptomatik atau subkliik, tetapi bila menimbulkan gejala akan tampak gejala
antara lain :Mononucleosis-like syndrome yaitu demam selama 3 minggu. Secara
klinis timbul gejala lethargi, malaise dan kelainan hematologi yang sulit dibedakan
dengan infeksi mononucleosis (tanpa tonsillitis atau faringitis dan limfadenopati
servikal). Kadang-kadang tampak gambaran seperti hepatitis dan limfositosis atipik.
Secara klinis infeksi sitomegalovirus juga mirip dengan infeksi virus Epstein – bar
dan dibedakan dari hasil tes heterrofil yang negative. Gejala ini biasanya self
limitting tetapi komplikasi serius dapat pula terjadi seperti hepatitis, peneumonitis,
ensefalitis, miokarditis, dan lain-lain. Penting juga dibedakan dengan tokso
plasmosis dan hepatitis B yang juga mempunyai gejala serupa. Sendroma post
transfusi. Viremia terjadi 3-8 minggu setelah transfusi. Tanpak gambaran panas
kriptogenik, splenomegali, kelainan biokimia dan hematologi. Sindroma ini juga
dapat terjadi pada tranplantasi ginjal. Penyakit sistemik luas antara lain neomonits
yang mengancam jiwa yang dapat pasien dengan infeksi kronis dengan thymoma
atau pasien dengan kelainan sekunder dari proses imonologi ( seperti HIV tipe 1
atau 2)

4.) Herpes
Tidak seperti virus rubella, sitomegalovirus dapat menginfeksi hasil konsepsi setiap
saat dalam kehamilan. Bila infeksi terjadi pada masa organogenesis (trimester I)
atau selama periode pertumbuhan dan perkembangan aktif (trimester II) dapat
9
terjadi kelainan yang serius. Juga didapatkan bukti adanya korelasi antara lamanya
infeksi intrauterine dengan embriopati. Pada trimester I infeksi kongenital
sitomegalovirus dapat menyebabkan premature, mikrosefali, IUGR, klasifikasi
intracranial pada ventrikel lateral dan traktus olfaktoris, sebagian besar terdapat
korioretinitis, juga terdapat retardasi mental, hepatosplenomegali, ikterus, purpora
trombositopeni, DIC. Infeksi pada trimester III berhubungan dengan kelainan yang
bukan disebabkan karena kegagalan pertumbuhan somatic atau pembentukan
psikomotor.

2.4 KLASIFIKASI
Penularan dapat disebut penularan dari ibu ke anak (mother-to-child
transmission). Infeksi yang dapat ditularkan vertical dapat disebut infeksi perinatal
(perinatal infaction) jika ditularkan pada periode perinatal, yaitu periode yang dimulai
pada masa gestasional 22 minggu sampai 28 ( dengan variasi regional untuk definisi)
dan berakhir tujuh hari penuh setelah kelahiran. Istilah infeksi kongenital (congenital
infection) dapat digunakan jika infeksi uang ditularkan vertical itu masih terus dialami
setelah melahirkan. Contoh : Beberapa infeksi yang ditularkan vertikel dimasukkan ke
dalam kompleks TORCH, yang merupakan singkatan dari:
T- Toxoplasmosis / toxoplasma gondii
O- Other infections (see below)
R- Rubella
C- Cytomegalovirus
H- Herpes simplex virus-2 atau neonatal herpes simplex

Huruf O nerujuk pada other agentsatau penyebab lain termasuk :


Coxsackievirus
Chickenpox atau cacar air disebabkan oleh varicella zoster virus
Parvovirus
Chlamydia
HIV
Human T-lymphotropic virus
Syphilis
Hepatitis B juga dapat digolongkan sebagai infeksi yang ditularkan vertikal,
tetapi virus hepatitis B berukuran besar dan tidak dapat menembus ke plasenta,

10
sehingga tidak dapat menginfeksi janin kecuali ada kebocoran pada barier ibu-
bayi, misalnya pada pendarahan pada waktu melahirkan atau amniocentesis

2.5 PATOFISIOLOGI
1.) Toxoplasma
Toxoplasma gondii mempunyai 3 fase dalam hidupnya. Tiga fase ini terbagi lagi
menjadi 5 tingkat siklus : fase proliferatif, stadium kista, fase schizogoni,
gematogoni, dan fase ookista. Siklus aseksual terdiri dari fase proliferasi dan
stadium kista.Fase ini dapat terjadi dalam bermacam-macam inang, sedangkan
siklus seksual secara spesifik hanya terdapat pada kucing. Kucing menjadi terinfeksi
setelah ia memakan mamalia, seperti tikus yang terinfeksi. Kista dalam tubuh
kucing dapat terbentuk setelah infeksi kronis yang berhubungan dengan imunutas
tubuh.Kiista terbentuk intraseldan kemudian terdapat secara bebas di dalam jaringan
sebagai stadium tidak aktif dan dapat menetap dalam jaringan tanpa menimbulkan
reaksi inflamasi.Kista pada binatang yang terinfeksi menjadi infeksius, jika
termakan oleh kornivora dan toksoplasma tersebut masuk melalui usus.Infeksi pada
manusia dapat terjadi saat makan daging yang kurang matang, sayur-sayuran yang
tidak di masak, makanan yang terkontaminasi kotoran kucing melalui lalat atau
serangga.Juga ada kemungkinan terinfeksi saat menghirup udara yang terdapat
ookista yang beterbangan. Cara penularang lain yang sangat penting adalah pada
jalur maternofetal. Ibu yang mendapat infeksi akut saat kehamilannya dapat
menularkannya pada janin melalui plasenta.Imunitas maternal tampaknya
memberikan perlindungan terhadap penularan transplasental parasite
tersebut.Dengan demikian, toxoplasmosis kongenital dapat terjadi jika ibu
mendapatkan infeksi tersebut selama kehamilannya.
2.) Rubella
Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan menyebabkan peradangan
pada mukosa saluran pernafasan untuk kemudian menyebar keseluruh tubuh. dari
saluran pernafasan inilah virus akan menyerang ke sekelilingnya. Pada infeksi
rubella yang diperoleh post natal virus rubella akan dieksresikan dari faring. pada
rubella yang kongenal saluran pernafasan dan urin akan tetap mengeksresikan virus
sampai usia 2 tahun. hal ini perlu diperhatikan dalam perawatan bayi di rumah sakit
dan di rumah untuk mencegah terjadinya penularan. Sesudah sembuh tubuh akan

11
membentuk kekebalan baik berupa antibodi maupun kekebalan seluler yang akan
mencegah terjadinya infeksi ulangan.
3.) Cytomegalovirus
Masa inkubasi CMV:
a. Setelah lahir 3-12 minggu
b. Setelah tranfusi 3-12 minggu
c. Setelah transplatasi 4 minggu – 4 bulan
d. Urin sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa tahun
setelah infeksi.Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang
tetapi masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini beluum ada imunisasi untuk
mencegah penyakit ini
4.) Herpes
HSV-1 menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri
pada mukosa mulut, wajah, dan sekitar mata.HSV-2 atau herpes genital ditularkan
melalui hubungan seksual dan menyebabkan vegina terlihat seperti bercak dengan
luka mungkin muncul iritasi, penurunan kesadaran yang disertai pusing, dan
kekuningan pada kulit (jaundice) dan kesulitan bernafas atau kejang.Biasanya
hilang dalam 2 minggu infeksi, infeksi pertama HSV adalah yang paling berat dan
dimulai setelah masa inkubasi 4-6 hari.Gejala yang timbul meliputi nyeri, inflamasi
dan kemerahan pada kulit (eritema), dan diikuti dengan pembentukan gelembung-
gelembung yang berisi cairan bening yang selanjutnya dapat berkembang menjadi
nanah diikuti dengan pembentukan keropeng atau kerang (scab).Setelah infeksi
pertama, HSV memiliki kemampuan unik untuk bermigrasi sampai pada syaraf
sensorik tepi menuju spinal ganglia dan berdormansi sampai diaktifasi kembali.
Pengaktifan virus yang berdormansi tersebut dapat disebabkan penurunan daya
tahan tubuh, stress, depresi, alergi pada makanan, demam, trauma pada mukosa
genital, menstruasi, kurang tidur, dan sinar ultraviolet.

12
2.6 CARA PENULARAN TORCH
Penularan TORCH pada manusia dapat melalui 2 (dua) cara. Pertama, secara aktif
(didapat) dan yang kedua, secara pasif (bawaan). Penularan secara aktif disebabkan antara lain
sebagai berikut :
a. Makan daging setengah matang yang berasal dari hewan yang terinfeksi (mengandung
sista), misalnya daging sapi, kambing, domba, kerbau, babi, ayam, kelinci dan lainnya.
Kemungkinan terbesar penularan TORCH ke manusia adalah melalui jalur ini, yaitu
melalui masakan sati yang setengah matang atau masakan lain yang dagingnya diamsak
tidak semnpurna, termasuk otak, hati dan lainnya.
b. Makan makanan yang tercemar oosista dari feses (kotoran) kucing yang menderita
TORCH. Feses kucing yang mengandung oosista akan mencemari tanah (lingkungan)
dan dapat menjadi sumber penularan baik pada manusia maupun hewan. Tingginya
resiko infeksi TORCH melalui tanah yang tercemar, disebabkan karena oosista bisa
bertahan di tanah sampai beberapa bulan ( Howard, 1987).
c. Transfusi darah (trofozoid), transplantasi organ atau cangkok jaringan (trozoid, sista),
kecelakaan di laboratorium yang menyebabkan TORCH masuk ke dalam tubuh atau
tanpa sengaja masuk melalui luka (Remington dan McLeod 1981, dan Levine 1987).
d. Hubungan seksual antara pria dan wanita juga bisa menyebabkan menularnya TORCH.
Misalnya seorang pria terkena salah satu penyakit TORCH kemudian melakukan
hubungan seksual dengan seorang wanita (padahal sang wanita sebelumnya belum
terjangkit) maka ada kemungkinan wanita tersebut nantinya akan terkena penyakit
TORCH sebagaimana yang pernah diderita oleh lawan jenisnya. 
e. Ibu hamil yang kebetulan terkena salah satu penyakit TORCH ketika mengandung maka
ada kemungkinan juga anak yang dikandungnya terkena penyakit TORCH melalui
plasenta. 
f. Air Susu Ibu (ASI) juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini
bisa terjadi seandainya sang ibu yang menyusui kebetulan terjangkit salah satu penyakit
TORCH maka ketika menyusui penyakit tersebut bisa menular kepada sang bayi yang
sedang disusuinya.
g. Keringat yang menempel pada baju atau pun yang masih menempel di kulit juga bisa
menjadi penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa terjadi apabila seorang
yang kebetulan kulitnya menmpel atau pun lewat baju yang baru saja dipakai si penderita
penyakit TORCH.

13
h. Faktor lain yang dapat mengakibatkan terjadinya penularan pada manusia, antara lain
adalah kebiasaan makan sayuran mentah dan buah - buahan segar yang dicuci kurang
bersih, makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, mengkonsumsi makanan dan
minuman yang disajikan tanpa ditutup, sehingga kemungkinan terkontaminasi oosista
lebih besar.
i. Air liur juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Cara penularannya
juga hampir sama dengan penularan pada hubungan seksual.
Berdasarkan kenyataan di atas, penyakit TORCH ini sifatnya menular. Oleh karena itu
dalam satu keluarga biasanya kalau salah satu anggota keluarga terkena penyakit tersebut maka
yang lainnya pun juga bisa terkena. Malah ada beberapa kasus dalam satu keluarga seluruh
anggota keluarganya mulai dari kakek - nenek, kakak - adik, bapak - ibu, anak - anak semuanya
terkena penyakit TORCH.

2.7. Komplikasi Torch


1. Perdarahan
2. Darah yang menumpuk di bawah kulit (hematoma/ lebam)
3. Infeksi
4. Janin mengalami kecacatan seperti kelainan pada saraf, mata, kelainan otak, paru-paru,
telinga dan fungsi motorik lainnya; menyebabkan bayi lahir prematur, sehingga berisiko
mengalami cacat bawaan yang menetap seperti asma, cerebral palsy, dan masalah
perkembangan otak anak.
5. Kematian janin.
6. Keguguran
7. Keterlambatan pertumbuhan perkembangan fisik dan mental anak

2.8 PENGOBATAN TORCH


Adanya infeksi-infeksi ini dapat dideteksi dari pemeriksaan darah. Biasanya ada 2
petanda yang diperiksa untuk tiap infeksi yaitu Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin M
(IgM). Normalnya keduanya negatif. 
Jika IgG positif dan IgMnya negatif,artinya infeksi terjadi dimasa lampau dan tubuh
sudah membentuk antibodi. Pada keadaan ini tidak perlu diobati. Namun, jika IgG negatif dan
Ig M positif, artinya infeksi baru terjadi dan harus diobati. Selama pengobatan tidak dianjurkan

14
untuk hamil karena ada kemungkinan infeksi ditularkan ke janin. Kehamilan ditunda sampai 1
bulan setelah pengobatan selesai (umumnya pengobatan memerlukan waktu 1 bulan). Jika IgG
positif dan IgM juga positif,maka perlu pemeriksaan lanjutan yaitu IgG Aviditas. Jika hasilnya
tinggi,maka tidak perlu pengobatan, namun jika hasilnya rendah maka perlu pengobatan seperti
di atas dan tunda kehamilan. Pada infeksi Toksoplasma,jika dalam pengobatan terjadi
kehamilan, teruskan kehamilan dan lanjutkan terapi sampai melahirkan.Untuk Rubella dan
CMV, jika terjadi kehamilan saat terapi, pertimbangkan untuk menghentikan kehamilan dengan
konsultasi kondisi kehamilan bersama dokter kandungan anda. 
Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan menggunakan obat-obatan
seperti isoprinocin, repomicine, valtrex, spiromicine, spiradan, acyclovir, azithromisin,
klindamisin, alancicovir, dan lainnya. Namun tentu pengobatannya membutuhkan biaya yang
sangat mahal dan waktu yang cukup lama. Selain itu, terdapat pula cara pengobatan alternatif
yang mampu menyembuhkan penyakit TORCH ini, dengan tingkat kesembuhan mencapai
90%. 
Pengobatan TORCH secara medis pada wanita hamil dengan obat spiramisin
(spiromicine), azithromisin dan klindamisin misalnya bertujuan untuk menurunkan dampak
(resiko) infeksi yang timbul pada janin. Namun sayangnya obat-obatan tersebut seringkali
menimbulkan efek mual, muntah dan nyeri perut. Sehingga perlu disiasati dengan meminum
obat-obatan tersebut sesudah atau pada waktu makan.
Berkaitan dengan pengobatan TORCH ini (terutama pengobatan TORCH untuk
menunjang kehamilan), menurut medis apabila IgG nya saja yang positif sementara IgM
negative, maka tidak perlu diobati. Sebaliknya apabila IgM nya positif (IgG bisa positif atau
negative), maka pasien baru perlu mendapatkan pengobatan. 

15
2.10 Asuhan Keperawatan Berdasarkan Kasus

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL (PRE NATAL)

Ny. B USIA 33 TAHUN G4P1A2 HAMIL 11-12 MINGGU

DENGAN INFEKSI TORCH

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Nama : Ny. B
Umur : 33 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Diagnosa Medis : Infeksi
Torch Tanggal Pengkajian : 3 Mei 2021
GPA : G4P1A2

16
b. Identitas Penanggung Jawab
Tidak Terdapat Dalam Kasus
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan Utama
Klien mengeluh perdarahan
b) Keluhan Saat Masuk RS
Ny. B 33 tahun G4P1A2 hamil 11-12 minggu datang ke poli
KIA bersama suaminya dengan keluhan perdarahan.
Perdarahan terjadi sejak 3 hari lalu bermula dari flek
kecoklatan kemudian bertambah banyak dan berwarna
kemerahan. Kehamilan ini adalah kehamilan yang diharapkan
sehingga sangat dijaga oleh klien dan suaminya karena
sebelumnya klien pernah mengalami keguguran. Klien merasa
sudah sangat menjaga kehamilan ini, tidak memiliki riwayat
jauh, dan tidak memiliki keluhan apapun, namun sejak flek
klien merasa demam, malaise, dan myalgia.
c) Keluhan utama saat dikaji
Tidak Terdapat Dalam Kasus

2) Riwayat Kesehatan Dahulu


Tidak Terdapat Dalam Kasus

3) Riwayat Kesehatan Keluarga


Tidak Terdapat Dalam Kasus

4) Riwayat Keperawatan Prenatal


a) GPA : G4P1A2
b) Riwayat Penggunaan
Kontrasepsi: Jenis :-
Mulai menggunakan : -
Terakhir menggunakan : -
Keluhan :-
17
c) Riwayat Menstruasi
Menarche :-
Siklus :-
Keluhan :-
Banyak darah :-
HPHT :-
d) Riwayat Perkawinan
Status Perkawinan : Menikah
Berapa kali menikah :-
Usia pernikahan :-
Lama Pernikahan :-

e) Riwayat Kehamilan Sekarang


Usia Kehamilan : 11-12 Minggu
Tes Kehamilan :-
Keluhan : Klien mengeluh perdarahan.
Perdarahan terjadi sejak 3 hari lalu
bermula dari flek kecoklatan
kemudian bertambah banyak dan
berwarna kemerahan. Klien merasa
sudah sangat menjaga kehamilan ini,
tidak memiliki riwayat jauh, dan
tidak memiliki keluhan apapun,
namun sejak flek klien merasa
demam, malaise, dan mialgia.

18
Mulai pergerakan anak : -
Pemakaian obat-obatan : -
Kebiasaan (Merokok / mengkonsumsi alcohol): -
Pemeriksaan Kehamilan (ANC): -
Keikutsertaan pada kelas persalinan: -
Imunisasi :-
f) Riwayat Kehamilan / Persalinan Dahulu:
Klien mengatakan sebelumnya klien pernah mengalami
keguguran

a. Pola Aktivitas Sehari-hari (ADL)


Jenis ADL Sebelum Masuk Saat di RS
RS
a. Makan Klien mengatakan
suka makan lalapan -
mentah
b. Minum - -
c. Eliminasi BAB - -
d. Eliminasi BAK - -
e. Istirahat / tidur
a) Siang - -
b) Malam - -
f. Personal higyene
1. Mandi - -
2. Keramas - -
3. Gosok gigi - -
4. Gunting Kuku - -
g. Aktivitas hobi bercocok -
tanam dan
memelihara
binatang

19
b. Pemeriksaan Fisik
1) Penampilan Umum
Tampak Lemah

2) Pemeriksaan Antropemetri
Tidak Terdapat Dalam Kasus

3) Tingkat Kesadaran
Tidak Terdapat Dalam Kasus

4) Tanda-Tanda Vital TD
: 100/60 mmHg HR
: 84 x/menit RR
: 22 x/menit
S : 37.9 0C

5) Kepala
Tidak terdapat dalam kasus

6) Wajah dan Leher


Tidak terdapat dalam kasus

7) Mata
Konjungtiva anemis

8) Hidung
Tidak Terdapat Dalam Kasus

9) Mulut
Mukosa kering

10) Telinga
Tidak terdapat dalam kasus

20
11) Dada
Tidak terdapat dalam kasus

12) Abdomen
Terdapat limfadenopati

13) Genitalia
Tidak Terdapat Dalam Kasus

14) Ekstremitas
Tidak Terdapat Dalam Kasus

c. Data Psikologis
1. Status emosi
Klien syok dan sedih mendengar hal bahwa janin nya tida
berkembang
2. Kecemasan
Tidak Terdapat Dalam Kasus
3. Tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya.
Klien berulang kali bertanya kepada dokter dan perawat kenapa ia
mengalami kondisi ini

4. Pola koping
Tidak Terdapat Dalam Kasus
5. Gaya komunikasi
Tidak Terdapat dalam Kasus
6. Konsep diri
1) Gambaran diri
Tidak Terdapat Dalam Kasus
2) Harga Diri
Tidak Terdapat Dalam Kasus
3) Peran
Tidak Terdapat Dalam Kasus
4) Identitas diri
21
Klien adalah seorang perempuan
5) Ideal diri
Klien mengatakan Kehamilan ini adalah kehamilan yang
diharapkan sehingga sangat dijaga oleh klien dan suaminya
karena sebelumnya klien pernah mengalami keguguran.
d. Data Sosial
Tidak Terdapat Dalam Kasus
e. Data Spiritual
Tidak Terdapat Dalam Kasus
f. Data Penunjang
1) Hasil pemeriksaan USG menunjukkan bahwa janin tidak
berkembang
2) Pemeriksaan Aanti body Ig G dan Ig M (+)
g. Program dan Rencana Pengobatan
Tidak Terdapat Dalam Kasus

B. ANALISA DATA

DATA SENJANG ETIOLOGI MASALAH


DS:
Faktor Predisposisi Hipertensi
- Klien merasa demam

setelah terjadi flek
Penularan melalui Hewan
- Klien mengatakan suka

makan lalapan mentah
Infeksi TORCH
- Klien hobi bercocok

tanam dan memelihara
Menyebar ke pembuluh
binatang Darah
DO: ↓
- klien tampak lemah Peningkatan Laju
- Suhu tubuh 37,9 Metabolisme

- Terdapat limfadenopati ↓

Hasil Pemeriksaan Peningkatan Suhu


anti body Ig G dan Ig

22
M (+) Hipertensi
DS:
Infeksi Torch Kekurangan
- Klien mengeluh
↓ Volume Cairan
Malaise
Radang Tenggorokan
DO: ↓
- Mukosa kering Tidak adekuatnya masuk
- Klien tampak lemah cairan

Suhu tubuh 37,9 ↓


Mukosa kering

Kekurangan Volumen
Cairan
DS: Infeksi TORCH Ansietas

- Klien syok dan sedih



mendengar bahwa
janin nya tidak Kurang terhadap Informasi
berkembang

- Klien berulang kali
bertanya kepada Ketidakseimbangan
dokter dan perawat
tentang proses penyakit
kenapa ia mengalami
kondisi ini ↓

DO:
Kurang pengetahuan
- - TTV

TD : 100/60 mmHg
Ansietas
HR : 84 x/menit

RR : 22 x/menit

S : 37.9 0C

23
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

2. Hipertemia b.d Proses Penyakit yang ditandai dengan Klien merasa


demam setelah terjadi flek, Hasil Pemeriksaan anti body Ig G dan Ig M
(+)
3. Hipovolemia b.d kekurangan intake output yang ditandai dengan
Mukosa Kering dan Suhu tubuh Klien 37,9 0C
4. Ansietas b.d kurang terpapar informasi yang ditandai dengan Klien
berulang kali bertanya kepada dokter dan perawat kenapa ia mengalami
kondisi ini

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

24
DIAGNOSA INTERVENSI
KEPERAWATAN
Tujuan Tindakan Keperawatan

Hipertemia b.d Proses Setelah dilakukan Asuhan Observasi


Penyakit yang ditandai Keperawatan selama 2 x 24 1) Identifikasi penyebab hipertmia
dengan Klien merasa jam diharapkan masalah (mis. Dehidrasi, terpapar
demam setelah terjadi flek, klien teratasi dengan lingkungan panas, penggunaan
Hasil Pemeriksaan anti kriteria hasil: incubator) (1.15506)
body Ig G dan Ig M (+) - Suhu tubuh klien menurun 2) Monitor suhu tubuh (1.15506)
DS: (L.14134) 3) Monitor kadar elektolit (1.15506)
- Klien merasa demam 4) Monitor haluaran urine (1.15506)
setelah terjadi flek 5) Monitor komplikasi
- Klien mengatakan suka akibat hipertemia
makan lalapan mentah (1.15506) Terapeutik
- Klien hobi bercocok 6) Longgarkan atau lepaskan pakaian
tanam dan memelihara (1.15506)

binatang 7) Ganti linen setiap hari atau lebih


DO: sering jika mengalami hyperhidrosis
- Klien Nampak lemah (1.15506)
- Suhu tubuh 37,9 0C 8) Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin (1.15506)
- Terdapat limfadenopati
9) Berikan
- Hasil Pemeriksaan anti
Oksigen, Jika
body Ig G dan Ig M (+)
perlu (1.15506)
Edukasi
10) Anjurkan tirah baring (1.15506)

Kolaborasi
11) Kolaborasipemberian cairan dan
elektrolit intravena (1.15506)

Hipovolemia b.d Setelah dilakukan Asuhan Observasi:


kekurangan intake output Keperawatan selama 2 x 24 1) Periksa tanda dan gejala
yang ditandai dengan jam diharapkan masalah hipovolemia (mis. Frekuensi nadi

25
Mukosa Kering dan Suhu klien teratasi dengan
meningkat, nadi teraba lemah,
0
tubuh Klien 37,9 C kriteria hasil:
tekanan darah menurun, tekanan
DS: - Membran
nadi menyempit, turgor kulit
- Klien mengeluh Malaise mukosa membaik
menurun, membrane mukosa kering,
(L.03028)
DO: volume urin menurun, hematokrit
- Intake cairan
- Mukosa kering meningkat, haus, lemah) (1.03116)
meningkat (L.03028)
- Klien tampak lemah 2) Monitor intake
Suhu tubuh 37,9 0C - Perasaan lemah
dan output cairan
menurun (L.03028)
(1.03116) Terapeutik:
Suhu Tubuh membaik
(L.03028) 3) Hitung kebutuhan cairan (1.03116)
4) Berikan asupan cairan oral (1.03116)
5) Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral (1.03116)
Kolaborasi:
6) Kolaborasi pemberian cairan iv
isotonis (mis NaCL, RL)
(1.03116)
Ansietas b.d kurang Setelah dilakukan Asuhan Observasi:
terpapar informasi yang Keperawatan selama 2 x 24 1) Identifikasi saat tingkat anxietas
ditandai dengan Klien jam diharapkan masalah berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
berulang kali bertanya klien teratasi dengan (L. 09314)
kepada dokter dan kriteria hasil: 2) Monitor tanda anxietas (verbal dan non
perawat kenapa ia - Verbalisasi khawatir verbal) (L. 09314)
mengalami kondisi ini akibat kondisi yang Terapeutik:
- Klien syok dan sedih dihadapi 3) Ciptakan suasana terapeutik
mendengar bahwa janin menurun (L.09093) untukmenumbuhkan kepercayaan
nya tidak berkembang Verbalisasi kebingungan (L. 09314)
menurun (L.09093)
- Klien berulang kali 4) Temani pasien untuk
bertanya kepada dokter mengurangikecemasan, jika
dan perawat kenapa ia memungkinkan (L. 09314)
mengalami kondisi ini 5) Pahami situasi yang membuat anxietas

26
(L. 09314)
DO:
6) Dengarkan dengan penuh perhatian (L.
- TTV
09314)
TD : 100/60
Edukasi:
mmHg HR :
7) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
84 x/menit
pasien, jika perlu (L. 09314)
RR : 22
8) Latih teknik relaksasi (L. 09314)
x/menit
Kolaborasi:
S : 37.9 0C
Kolaborasi pemberian obat anti anxietas,
jika perlu (L. 09314)

BAB III
PENUTUP

27
3.1 KESIMPULAN
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo
Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV1 dan HSV2 serta
kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (Misalnya Measles,
Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan virus Coxsackie-B).
Penyakit ini sangat berbahaya bagi ibu hamil karena dapat mengakibatkan keguguran,
cacat pada bayi, juga pada wanita belum hamil bisa akan sulit mendapatkan kehamilan.

3.2 SARAN

Dari makalah yang saya buat mungkin terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
untuk lebih memperdalam pengetahuan maka saya meminta kritik dan saran dari
pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

28
Reeder, S.J., Leonide, LM., Deborah, K.G. 2011. Keperawatan Maternitas Kesehatan
Wanita,Bayi & Keluarga Volume 2. Edisi 18.Jakarta. EGC

Bobak, I.M., Deitra, L.L., Margaret,D.J., Snannon, E.P.2004. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Edisi 4. Jakarta. EGC

Dewi, R. (2019). Kehamilan dengan Infeksi TORCH Pregnancy with Torch Infection. 3,
176–181.

Hasdina. (2017). Hasdina_2017_UIN Makassar_GAMBARAN PENGETAHUAN IBU


HAMIL TENTANG INFEKSI TORCH. 17

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: DPP PPNI

29

Anda mungkin juga menyukai