2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kita, sehingga tugas makalah KEPERAWATAN
MATERNITAS II tentang “INFEKSI TORCH” dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.Makalah ini juga sebagai tugas yang harus dikerjakan untuk sarana
pembelajaran bagi kita.
Makalah ini kami buat berdasarkan apa yang telah kami terima dan juga kami
kutib dari berbagi sumber baik dari buku maupun dari media elektronik.Semoga
isi dari makalah ini dapat berguna bagi kita dan dapat menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai tentang infeksi torch.
Selayaknya manusia biasa yang tidak pernah lepas dari kesalahan, maka
dalam pembuatan makalah ini masih banyak yang harus di koreksi dan jauh dari
sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran sangat dianjurkan guna memperbaiki
kesalahan dalam makalah ini.Demikian, apabila ada kesalahan dan kekurangan
dalam isi makalah ini,penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Infeksi TORCH
2.2 Etiologi infeksi TORCH
2.3 Patofisiologi Infeksi TORCH
2.4 Tanda dan gejala Infeksi TORCH
2.5 Penatalaksanaan
2.6 Pemeriksaan Penunjang
2.6.1 Pengobatan TORCH
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Torch adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis
penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes.
Keempat jenis penyakit infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila
infeksi diderita oleh ibu hamil . Kemungkinan oleh virus lain yang dampak
klinisnya lebih terbatas, misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps,
Vassinia Polio, dan Coxsackie-B.Penyakit TORCH ini dikenal karena
menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan yang bisa menyerang siapa
saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanuita.
Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan
pertumbuhan pada bayinya ,yaitu cacat fisik dan mentl yang beraneka
ragam.Infeksi TORCH juga dapat menyerang semua jaringan organ tubuh
termasuk sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer yang mengendalikan
fungsi gerak, penglihatan, pendengaran, sistem kardiovaskuler, serta
metabolisme tubuh.
Kini, diagnosis untuk penyakit infeksi telah berkembang antara lain ke
arah pemeriksaan secara imunologis. Prinsip dan pemeriksaan ini adalah
deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik terhadap kuman penyebab
infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman
antibodi yang terburuk dapat berupa Imonoglobulin M (IgM) dan
Imonoglobulin G (IgG).
Infeksi TORCH juga bisa menyebabkan berbagai problem serius
terhadap janin yang dikandung, seperti menyebabkan keguguran, kelahiran
meninggal, kelainan kongenital seperti kerusakan otak, gangguan
pendengaran, gangguan penglihatan pada saat lahir atau beberapa bulan
atau tahun setelah lahir.
Dampak dari infeksi TORCH bisa berupa kelainan dalam struktur
saraf, tulang belakang, kaki dan tangan. Masih ada pula gangguan dalam
fungsi pendengaran dan organ lain yang tidak bisa dideteksi dengan USG,
hanya bisa diketahui saat bayi lahir.
4
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa pengertian infeksi TORCH ?
2) Bagaimana etiologic infeksi TORCH ?
3) Bagaimana patofisiologi infeksi TORCH ?
4) Bagaimana pathway dari infeksi TORCH?
5) Bagaimana tanda dan gejala infeksi TORCH
6) Bagaimana penatalaksanaan infeksi TORCH ?
7) Bagaimana pemeriksaan penunjang infeksi TORCH ?
8) Bagaimana Asuhan Keperawatan Infeksi TORCH ?
1.3 TujuanPenulisan
1) Dapat mengetahui defines infeksi TORCH
2) Dapat mengetahui etiologic infeksi TORCH
3) Dapat mengetahui patofisiologi infeksi TORCH
4) Dapat mengetahui pathway dari infeksi TORCH
5) Dapat mengetahui tanda dan gejala infeksi TORCH
6) Dapat mengetahui penatalaksanaan infeksi TORCH
7) Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang infeksi TORCH
8) Dapat mengetahui Asuhan Keperawatan Infeksi TORCH
1.4 Manfaat Penulisan
Bedasarkan tujuan penulisan di atas, maka manfaat penulisan ini
adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan
pada pasien Infeksi TORCH
2. Manfaat Praktis
a. Agar perawat mampu melakukan pengkajian pada pasien infeksi
TORCH
b. Agar perawat mampu merumuskan dan memahami diagnosa
bedasarkan anamnesa
c. Agar perawat mampu membuat intervensi bedasarkan teori
keperawatan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Toxoplasma
b. Rubella
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan
pembesaran kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus
Rubella, dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda. Infeksi Rubella
berbahaya bila terjadi pada wanita hamil muda, karena dapat
menyebabkan kelainan pada bayinya.jika infeksi terjadi pada bulan
pertama kehamilan maka resiko terjadinya kelainan adalah 50%,
sedangkan jika infeksi terjadi trimester pertama maka resikonya menjadi
25% (menurut America College of Obstatrician and
Gvnecologists,1981).
c. Cytomegalovirus
6
CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin
bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil. Jika ibu terinfeksi, maka janin
yang dikandung mempunyai resiko tertular sehingga mengalami
gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian
retardasi mental, dan lain-lain.
d. Herpes
7
sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Bagi ibu yang terinfeksi
saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada bayinya,
yaitu cacat fisik dan mental yang beranekaragam. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 100 sampel ibu hamil yang pernah mengalami
infeksi salah satu unsur TORCH didapatkan 12% ibu pernah melahirkan
anak dengan kelainan kongenital, 70% pernah mengalami abortus dan
18% pernah mengalami Intra Uterine Fetal Death (IUFD). Infeksi
TORCH pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran atau kelainan
kongenital (cacat fisik maupun mental).
2.3 Etiologi
a. Toxoplasma
b. Rubella
c. Cytomegalovirus
Penularan CMVakan terjadi jika ada kontak langsung dengan
cairan tubuh penderita seperti air seni, air ludah, air mata, sperma dan air
susu ibu. Bisa juga terjadi karena transplatasi organ.Kebanyakan
penularan terjadi karena cairan tubuh penderita menyentuh tangan
individu yang rentan.Kemudian diabsorpsi melalui hidung dan
tangan.Teknik mencuci tangan dengan sederhana manggunakan sabun
cukup efektif untuk membuang virus dari tangan.Golongan sosial
ekonomi rendah lebih rentan terkena infeksi.Rumah sakit juga
marupakan tempat penularan virus ini, terutama unit dialisis, perawatan
neonatal dan ruang anak.Penularan melalui hubungan seksual juga dapat
terjadi melalui cariran semen ataupun lendir endoserviks. Virus juga
dapat ditularkan pada bayi melalui sekresi vagina pada saat lahir atau
pada ia menyusu. Namun infeksi ini biasanya tidak menimbulkan tanda
dan gejala klinis.Resiko infeksi kongenital CMV paling besar terdapat
pada wanita yang sebelumnya tidak pernah terinfeksi dan mereka yang
terinfeksi pertama kali ketika hamil.Meskipun jarang, sitomegalovirus
kongenital tetap dapat terulang pada ibu hamil yang pernah mempunyai
8
anak dengan sitomegalovirus kongenital pada kehamilan
terdahulu.Penularan dapat terjadi pada setiap saat dalam kehamilan
tetapi semakin muda umur kehamilan semakin berat gejala pada
janinnya.Infeksi CMV lebih sering terjadi di negara berkembang dan di
masyarakat denga status sosial ekonomi lebih rendah dan merupakan
penyeirus paling signifikan cacat lahir di negara-negara industri. CMV
tampaknya memiliki dampak besar pada parameter pada kekebalan
tubuh di kemudian hari dan dapat menyebabkan peningkatan morbiditas
dan kematian.
d. Herpes
Virus herpes simpleks tipe I dan II merupakan virus horminis
DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan
pada media kultur, antigenic, dan lokasi klinis (tempat predileksi)
2.4 Tanda dan Gejala
1. Toxoplasma
a.Pada ibu
Terkadang Toxoplasma dapat menimbulkan beberapa gejala seperti
gejala influenza, timbul rasa lelah, malaise, dan demam.Akan tetapi
umumnya tidak menimbulkan masalah yang berarti.Pada umumnya,
infeksi Toxoplasma tarjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Walaupun
demikian, ada beberapa gejala yang mengkin ditemukan pada orang yang
terinfeksi toksoplasma, gejala-gejala tersebut adalah :
a) Pyrexia of unknow origin (PUO)
b) Terlihat lemas dan kelelahan, sakit kepala, rash,myalgia perasaan umum
( tidak nyaman atau gelisah)
c) Pembesaran kelenjar limfe pada serviks posterior
d) Infeksi menyebar ke saraf, otak, korteks dan juga dapat menyerang sel
retina mata.
Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil
atau pada orang dengan system kekebalan tubuh tergantung (misalnya
penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapat obat penekan
respon imun).
b. Pada janin
Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat
terjadi pada janinnya adalah abortus spontan atau keguguran, lahir mati,
atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan.Pada awal kehamilan infeksi
toksoplasma dapat menyebabkan aborsi dan biasanya terjadi secara
berulang.Namun jika kandungan dapat dipertahankan, maka dapat
mengakibatkan kondisi yang lebih buruk ketika lahir. Diantaranya adalah :
a) Lahir mati (still birth)
b) Icterus, dengan pembesaran hati dan limpa
c) Anemia
d) Perdarahan
e) Radang paru
f) Penglihatan dan pendengaran kurang
g) Dan juga gejala yang dapat muncul kemudian, seperti kelainan mata
dan telinga, retardasi mental, kejang-kejang dan ensefalitis selain itu juga
dapat merusak otak janin.
9
h) Resiko terbentuk dari terjangkitnya infeksi ini pada janin adalah saat
infeksi maternal akut terjadi di trimester ketiga
2. Rubella
Rubella menyebabkan sakit yang ringan dan tidak spesifik pada orang
dewasa, ditandai dengan cacar-seperti ruam,demam dan infeksi saluran
pernafasan atas. Sebagian besar Negara saat ini memiliki program vaksin
rubella untuk bayi dan wanita usia subur dan hal ini merupakan bagian
dari screening prakonsepsi. Ibu hamil secara rutin diperiksa untuk
antibody rubella dan jika tidak memiliki kekebalan akan segera diberikan
vaksin rubella pada periode postnatal. Fakta-fakta terkini menganjurkan
bahwa kahamilan yang disertai dengan pemberian vaksin rubella tidak
seberbahaya yang dipikirkan.Infeksi terberat terjadi pada trimester pertama
dengan lebih dari 85% bayi ikut terinfeksi.Bayi mengalami vireamia, yang
menghambat pembelahan sel dan menyebabkan kerusakan perkembangan
organ.Janin terinfeksi dalam 8 minggu pertama kehamilan.Oleh karena itu
memiliki resiko yang sangat tinggi untuk mengalami multiple defek yang
mempengaruhi mata, system kardiovaskuler, telinga, dan system
saraf.Arbosi spontan mungkin saja terjadi. Ketulian neurosensory
seringkali dsebabkan oleh infeksi setelah gestasi 14 minggu dan beresiko
kerusakan janin sampai usia 24 minggu. Pada saat lahir, restriksi
pertumbuhan intrauterine biasanya disertai hepatitis, trombositopenia, dan
penyakit nerologis seperti mikrosefali atau hidrosefali.
3. Cytomegalovirus
Gejala CMV yang muncul pada wanita hamil minimal dan biasanya
mereka tidak akan sadar bahwa mereka telah terinfeksi. Namun jika ini
merupakan infeksi primer, maka janin biasanya juga beresiko
terinfeksi.Infeksi tersebut baru dapat di kenali setelah bayi lahir.Diantara
bayi tersebut baru dapat dikenali setelah bayi lahir. Diantara bayi tersebut
hanya ada 30% diketahui terinfeksi di dalam Rahim dan kurang dari 15%
akan menampakan gejala pada saat lahir. Hanya pada individu dengan
penurunan daya tahan dan pada masa pertumbuhan janin sitomegalovirus
menampakan virulensinya pada manusia. Pada wanita normal sebagian
besar adalah asimptomatik atau subkliik, tetapi bila menimbulkan gejala
akan tampak gejala antara lain :
a) Mononucleosis-like syndrome yaitu demam selama 3 minggu.
Secara klinis timbul gejala lethargi, malaise dan kelainan hematologi yang
sulit dibedakan dengan infeksi mononucleosis (tanpa tonsillitis atau
faringitis dan limfadenopati servikal). Kadang-kadang tampak gambaran
seperti hepatitis dan limfositosis atipik. Secara klinis infeksi
sitomegalovirus juga mirip dengan infeksi virus Epstein – bar dan
dibedakan dari hasil tes heterrofil yang negative. Gejala ini biasanya self
limitting tetapi komplikasi serius dapat pula terjadi seperti hepatitis,
peneumonitis, ensefalitis, miokarditis, dan lain-lain. Penting juga
dibedakan dengan tokso plasmosis dan hepatitis B yang juga mempunyai
gejala serupa.
b) Sendroma post transfusi. Viremia terjadi 3-8 minggu setelah
transfusi. Tanpak gambaran panas kriptogenik, splenomegali, kelainan
10
biokimia dan hematologi. Sindroma ini juga dapat terjadi pada tranplantasi
ginjal.
c) Penyakit sistemik luas antara lain neomonits yang mengancam jiwa
yang dapat pasien dengan infeksi kronis dengan thymoma atau pasien
dengan kelainan sekunder dari proses imonologi ( seperti HIV tipe 1 atau
2)
4. Herpes
Tidak seperti virus rubella, sitomegalovirus dapat menginfeksi hasil
konsepsi setiap saat dalam kehamilan. Bila infeksi terjadi pada masa
organogenesis (trimester I) atau selama periode pertumbuhan dan
perkembangan aktif (trimester II) dapat terjadi kelainan yang serius. Juga
didapatkan bukti adanya korelasi antara lamanya infeksi intrauterine
dengan embriopati. Pada trimester I infeksi kongenital sitomegalovirus
dapat menyebabkan premature, mikrosefali, IUGR, klasifikasi intracranial
pada ventrikel lateral dan traktus olfaktoris, sebagian besar terdapat
korioretinitis, juga terdapat retardasi mental, hepatosplenomegali, ikterus,
purpora trombositopeni, DIC. Infeksi pada trimester III berhubungan
dengan kelainan yang bukan disebabkan karena kegagalan pertumbuhan
somatic atau pembentukan psikomotor.
2.5 Patofisiologi
11
akan menginfeksi plasenta (plasentitis).Infeksi parasit dapat ditularkan ke
janin secara vertikal.Takizoit yang terlepas akan berproliferasi dan
menghasilkan fokus-fokus nekrotik yang menyebabkan nekrosis plasenta
dan jaring-jaring di sekitarnya,sehingga membahayakan janin dimana
janin dapat terjadi ekspulsi kehamilan atau aborsi.
12
apabila IgM nya positif (IgG bisa positif atau negative), maka pasien baru
perlu mendapatkan pengobatan.
2.7 Penatalaksanaan
a. Toxoplasmosis
Obat-obat yang dipakai sampai saat ini hanya membunuh
bentuktakizoid T.gondii dan tidak membasmi bentuk kistanya.
a) Pirimetamin dan sulfonamide
b) Spiramisin adalah antibiotic makrolid
c) Klindamisin
d) Azitromisin
b. Rubella
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi
salah satunya dengan cara pemberian vaksinasi. Vaksin rubella tidsk
boleh diberikan pada wanita hamil atau akan hamil dalam 3 bulan
setelah pemberian vaksin. Hal ini karena vaksin berupa virus rubella
hidup yang dilemahkan dapat beresiko menyebabkan kecacatan
meskipun sangat jarang.
c. Cyto Megalo Virus
Sampai saat ini hanya terdspat penatalaksaan mengatasi gejala
(misalnya: penatalaksanaan demam, tranfusi darah untuk anemia,
dukungan pernapasan).
d. Herpes Simpleks Virus
Kalau wanita hamil menderita herpes genetalis primer dalam 6 minggu
terakhir dari kehamilannya dianjurkan Sc sebelum atau dalam 4 jam
sesudah pecah ketuban. Sedang untuk herpes genetalis sekunder SC
tidak dikerjakan secara rutin, hanya yang masih menularkan saat
persalinan dianjurkan untuk SC. Bayi baru lahir dilakukan untuk
pemeriksaan adanya herpes konginetal dan kalau perlu kultus virus,
kalau ibu aktif menderita herpes genitalis maka bayinya diberi
acyclovir 3dd 10mg/kg B selama 5±7 hari.
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas klien :
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan:
d. Data psikologis
e. Data spiritual
f. Data social dan ekonomi
g. Pemeriksaan fisik
Mata : Nyeri
Perut : Diare, mula dan muntah
Integument: suka berkeringat malam, suhu tubuh meningkat,
timbulnya rash pada kulit
Muskuloskletal: Nyeri dan kelemahan
Hepar : Hepatomegali dan icterus
14
3.3 Intervensi
Kriteria hasil :
-Tingkatkan tirah
- Klien melaporkan baring, bantulah
nyeri hilang dan kebutuhan perawatan
terkontrol diri yang penting.
Kriteria hasil:
-Monitor tanda-tanda
- Terjadi peningkatan vital : suhu tubuh
suhu
-Ajarkan klien
pentingnya
mempertahankan
- Peningkatan tingkat cairan yang adekuat
pernapasan sedikitnya 2000ml/
hari untuk mencegah
dehidrasi
-
3 Kekurangan volume cairan b.d Tujuan: Memenuhi
tidak adekuatnya masukan kebutuhan cairan tubuh
makanan dan cairan ditandai
dengan, diare
15
Kriteria hasil:
16
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat
jenis penyakit infeksiyaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan
Herpes.
Toxoplasmosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
toxoplasma gondii. Ibu dengan toxoplasma gondii biasanya tidak
menampakan gejala walaupun 10%-20% ibu yang terinfeksi . Penyebab dari
penyakit ini adalah parasit protozoa yaiti toxoplasma gondii yang hidupnya
di dalam kucing.
Rubela suatu infeksi yang utama menyerang anak-anak dan dewasa
yang khas dengan adanya rasti demam dan lymphadenopaly suatu toga virus
yang dalam penyebabnya tidak membutuhkan vector.
Citomegalo virus diklasifikasikan dalam keluarga virus herpes,infeksi
oportunistik yang menyerang saat system kekebalan tubuh lemah.
Herpes simplek adalah suatu penyakit menular seksual di daerah
kelamin, kulit di sekeliling rectum atau di daerah sekitarnya disebabkan oleh
virus Herpes Simplek. Penyebab herpes genetalis adalah herpes simplek
(HSV) dan sebagian hasil HSV (dimukosa mulut).
1.2 Saran
17
Daftar Pustaka
18