Anda di halaman 1dari 20

ATTENTION DEFICIT

HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)


DEFINISI

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah


gangguan neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada
anak sejak kecil. Anak ADHD mulai menunjukkan banyak
masalah ketika SD karena dituntut untuk memperhatikan
pelajaran dengan tenang, belajar berbagai ketrampilan
akademik, dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan
(Ginanjar, 2009).
ETIOLOGI

• Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang
lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses
persalinan, distresfetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep,
toksimiagravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan
kehamilan dan persalinan normal.
• Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki
potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar
timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan
mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan
calon anak hiperaktif.
• Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga
dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara
yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat
pada anak kembar.
• Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara
orang tua dengan anaknya.
KLASIFIKASI

Ada tiga tipe anak hiperaktif yaitu :


• Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (in-atensi)
• Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.
• Tipe gabungan (kombinasi)
PATOFISIOLOGI
Kurang konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan konsentrasi,
sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan tentang sesuatu
mekanisme patofisiologi ataupun gangguan biokimiawi. Anak pria yang hiperaktiv, yang
berusia antara 6 – 9 tahun serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah
memberikan tanggapan yang baik terhadap pengobatan–pengobatan stimulan,
memperlihatkan derajat perangsangan yang rendah (a low level of arousal) di dalam
susunan syaraf pusat mereka, sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan, sebagaimana
yang berhasil diukur dengan mempergunakan elektroensefalografi, potensial–potensial
yang diakibatkan secara auditorik serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai
skor tinggi untuk kegelisahan, mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian
mereka yang buruk serta impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta perawatan,
maka angka–angka laboratorik menjadi lebih mendekati normal serta penilaian yang
diberikan oleh para guru mereka memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.
PATHWAY
Faktor genetik, biologis,
lingkungan.

Kortek Frontal

Mekanisme inhibitor tidak Aktivitas sistem limbik


dapat berfungsi baik berlebih

Prilaku implusif, membuat Mood yg labil, tempramen

keputusan yg buruk, yg meledak – melak, mudah

hiperaktif, ansietas terkejut, tidak bisa diam

Resiko Cidera
Ketidakefektifan Gangguan Pola Tidur
koping individu
MANIFESTASI KLINIS

• Seringkali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya menggeliat-geliat.
• Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan.
• Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing.
• Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatu permainan atau keadaan didalam suatu kelompok.
• Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang belum
selesai disampaikan.
• Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orangtua.
• Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas atau aktivitas-aktivitas bermain.
• Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan lainnya.
• Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang.
• Senang berbicara dengan berlebihan.
• Sering menyela atau mengganggu orang lain.
• Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang dikatakan kepadanya.
• Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau kegiatan-kegiatan di
sekolah atau dirumah.
• Sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan akibatnya (mis,berlari-lari di jalan raya tanpa melihat-lihat).
(Townsend, Mary C. 1998)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Doenges et. al (2007) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada anak
dengan ADHD antara lain :
• Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau hipotiroid yang
memperberat masalah
• Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak organik
• Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas,
mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu belajar dan
mengkaji responsivitas social dan perkembangan bahasa
• Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik (misalnya ruam,
penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain, infeksi SSP)
PENATALAKSANAAN

1. Perawatan
Menurut Videbeck (2008) intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada anak
dengan Attention Deficyt Hyperactivity Disorder (ADHD) antara lain :
a. Memastikan keamanan anak dan keamanan orang lain dengan :
• Hentikan perilaku yang tidak aman
• Berikan petunjuk yang jelas tentang perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima
• Berikan pengawasan yang ketat
b. Meningkatkan performa peran dengan cara :
• Berikan umpan balik positif saat memenuhi harapan
• Manajemen lingkungan (misalnya tempat yang tenang dan bebas dari distraksi untuk menyelesaikan tugas)
c. Menyederhanakan instruksi/perintah untuk :
• Dapatkan perhatian penuh anak
• Bagi tugas yang kompleks menjadi tugas-tugas kecil
• Izinkan beristirahat

d. Mengatur rutinitas sehari-hari


• Tetapkan jadual sehari-hari
• Minimalkan perubahan
• Penyuluhan dan dukungan kepada klien/keluarga dengan mendengarkan
perasaan dan frustasi orang tua
• Berikan nutrisi yang adekuat pada anak yang mengalami ADHD
2. Medis

Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk mengobati ADHD antara
lain :

1. Metilfenidat (Ritalin)

Dosis 10-60 dalam 2 – 4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan pantau supresi nafsu makan
yang turun, atau kelambatan pertumbuhan, berikan setelah makan, efek obat lengkap dalam 2 hari.

2. Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderall)

Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan, pantau adanya insomnia,
berikan setelah makan untuk mengurangi efek supresi nafsu makan, efek obat lengkap dalam 2 hari

3. Pemolin (Cylert)

Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan pantay peningkatan tes fungsi
hati dan supresi nafsu makan, dapat berlangsung 2 minggu untuk mencapai efek obat yang lengkap
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian

• Identitas Klien
• Keluhan utama
• Riwayat penyakit sekarang
• Riwayat penyakit sebelumnya
• Riwaya penyakit keluarga
• Riwayat psiko,sosio, dan spiritual :
• Riwayat tumbuh kembang :
• Riwayat imunisasi
• Pemeriksaan fisik  dalam batas normal
• Activity daily living ( ADL ) :
Nutrisi: Anak nafsu makan nya berkurang(anaroxia).
1. Aktivitas: Anak sulit untuk diam dan terus bergerak tanpa tujuan
2. Eliminasi: Anak tidak mengelamai ganguan dalam eliminasi
3. Istirahat tidur: Anak mengalami gangguan tidur
4. Personal Higiane: Anak kurang memperhatikan kebersihan diri nya
sendiri dan sulit di atur
DIAGNOSA KEPERAWATAN

• Harga diri rendah situasional berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
• Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif.
• Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kelainan fungsi dari system keluarga
dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan penelantaran anak.
• Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif.
• Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut
terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak
yang tidak memuaskan.

 
NO Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
INTERVENSI
1 Risiko cedera b.d Tujuan : 1. Amati perilaku anak secara
sering. Lakukan hal ini
hiperaktivitas dan
Anak tidak akan melukai diri melalui aktivitas sehari –
perilaku impulsif. hari dan interaksi untuk
sendiri atau orang lain dengan menghindari timbulnya rasa
Kriteria hasil : waspada dan kecugiaan.
2. Amati perilaku – perilaku
yang mengarah pada
1. Kecemasan dipertahankan
tindakan bunuh diri.
pada tingkat di mana pasien
3. Dapatkan kontrak verbal
merasa tidak perlu
ataupun tertulis dari anak
melakukan agresi yang menyatakan
2. Anak mencari staf untuk persetujuannya untuk tidak
mendiskusikan perasaan- mencelakaka diri sendiri dan
perasaan yang sebenarnya menyetujui untuk mencari
3. Anak mengetahui, staf pada keadaan dimana
mengungkapkan dan pemikiran kearah tersebut
menerima kemungkinan timbul
konsekuensi dari perilaku 4. Singkirkan semua benda-
maladaptif diri sendiri benda yang berbahaya dari
lingkungan anak
5. Usahakan untuk bisa tetap
bersama panak jika tingkat
kegelisahan dan tegangan
mulai meningkat
2 Ketidakefektifan Tujuan: 1. Pastikan bahwa sasaran-
koping individu b.d sasarannya adalah realistis
Anak mengembangkan dan
kelainan fungsi dari 2. Sampaikan perhatian tanpa
menggunakan keterampilan
system keluarga dan syarat pada anak
koping yang sesuai dengan
perkembangan ego 3. Sediakan waktu bersama
umur dan dapat diterima sosial
yang terlambat, serta anak, keduanya pada saty ke
dengan Kriteria hasil:
penganiayaan dan satu basis dan pada aktivitas-
penelantaran anak. 1. Anak mampu penundaan aktivitas kelompok
pemuasan terhadap
4. Memberi dorongan dan
keinginannya, tanpa terpaksa
untuk menipulasi orang lain. dukungan kepada anak dalam
2. Anak mampu
menghadapi rasa takut
mengekspresikan kemarahan
dengan cara yang dapat terhadap kegagalan dengan
diterima secara sosial
mengikuti aktivitas-aktivitas
3. Anak mampu
mengungkapkan kemampuan terapi dan melaksanakan
- kemampuan koping
tugas-tugas baru. Beri
alternatif yang dapat diterima
secara sosial sesuai dengan pangakuan tentang kerja keras
gaya hidup dari yang ia
yang berhasil dan penguatan
rencanakan untuk
menggunakannya sebagai positif bagi usaha-usaha yang
respons terhadap rasa frustasi
dilakukan
3 Gangguan pola tidur Tujuan: 1. Amati pola tidur anak, catat
kondisi-kondisi yang
berhubungan dengan
Anak mampu untuk mencapai menganggu tidur.
ansietas dan 2. Kaji gangguan-gangguan pola
tidur tidak terganggu selama 6 tidur yang berlangsung
hiperaktif.
sampai 7 jam setiap malam berhubungan dengan rasa
takut dan ansietas-ansietas
dengan Kriteria hasil: tertentu.
3. Duduk dengan anak sampai
1. Anak mengungkapkan tidak dia tertidur.
adanya gangguan-gangguan 4. Pastikan bahwa makanan dan
pada waktu tidur. minuman yang mengandung
2. Tidak ada gangguan- kafein dihilangkan dari diet
gangguan yang dialamti oleh anak.
perawat. 5. Berikan sarana perawatan
3. Anak mampu untuk mulai yang membantu tidur
tidur dalam 30 menit dan tidur (misalnya: gosok punggung,
selama 6 sampai 7 jam tanpa latihan gerak relaksasi dengan
terbangun. musik lembut, susu hangat dan
mandi air hangat).
6. Buat jam-jam tidur yang rutin,
hindari terjadinya deviasi dari
jadwal ini
KESIMPULAN
• Sindroma hiperaktivitas merupakan istilah gangguan kekurangan perhatian menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada
anak-anak, yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperaktivitas, hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral
minimal. (Nelson, 1994). Ada tiga tipe anak hiperaktif yaitu Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (in-atensi), Tipe anak yang
hiperaktif dan impulsive dan tipe gabungan. Etiologi dari hiperaktif yaitu Faktor neurologic, Faktor toksik, Faktor genetic dan Faktor
psikososial dan lingkungan.
• Di Amerika Serikat, penelitian menunjukkan kejadian ADHD mencapai 7%. Kurang konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai dengan
gangguan konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Terdapat angka kejadian tinggi mengenai ketidakmampuan belajar membaca
matematika, mengeja serta tulis tangan. Prestasi akademik mereka dapat tertinggal 1 – 2 tahun dan lebih sedikit daripada yang sesunguhnya
diharapkan dari kecerdasan mereka yang diukur. Tehnik-tehnik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat membantu, dengan
memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa bintang atau tanda sehingga mereka dapat mencapai kemajuan dalam tingkah laku
mereka.
• Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami gangguan hiperaktif. Farmakologi yang sering digunakan adalah
dekstroamfetamin, metilfenidat, magnesium pemolin serta fenotiazin. obat tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh sampingan yang lebih
sedikit. Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah dengan mengadakan modifikasi di dalam gangguan-gangguan fundamental pada
rentang perhatian, konsentrasi serta impulsivitas.

Anda mungkin juga menyukai