Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI


(KELUARGA BERENCANA)

Tsalisa Regita Cahyani


201702097
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019

LAPORAN PENDAHULUAN
KELUARGA BERENCANA

A.  DEFINISI
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu untuk mendapatkan
objek-objek tertentu, menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan
kehamilan yang diinginkan, mengatur interval kehamilan, menentukan jumlah anak dalam
keluarga, mengontrol saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri.
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, alat yang
digunakan untuk menunda kehamilan dan menjarangkan jarak kelahiran.
Menurut WHO (dalam Imbarwati, 2009), keluarga berencana adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami isteri untuk:
a.   Mendapatkan objektif2 tertentu
b.   Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
c.   Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
d.   Mengatur interval diantara kelahiran
e.   Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
f.    Menentukan jumlah anak dalam keluarga
Dalam Imbarwati (2009) juga dijelaskan bahwa kontrasepsi berasal dari kata kontra
berarti mencegah atau melawan.Sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel
wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan.Jadi
kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan
sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.

B. TUJUAN
Tujuan menggunakan kontrasepsi adalah untuk menjarangkan kelahiran,
mengendalikan jumlah anak, dan untuk kesehatan reproduksi wanita.Serta mencapai keluarga
yang sejahtera.
Menurut Imbarwati (2009) kebijakan Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui usaha penurunan tingkat kelahiran. Kebijakan
KB ini bersama-sama dengan usaha pembangunan yang lain selanjutnya akan meningkatkan
kesejahteraan keluarga.

C. STRATEGI PELAKSANAAN KB
Terbagi dalam 2 strategi, yaitu:
1. Strategi dasar
 Meneguhkan kembali program di daerah
 Menjamin kesinambungan program
2. Strategi operasional
 Peningkatan kapasitas system pelayanan program KB nasional
 Peningkatan kualitas program dan program prioritas
 Penggalangan dan pemantapan komitmen
 Dukungan regulasi dan kebijakan
 Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan

D. JENIS-JENIS
Menurut Kusumaningrum (2009), terdapat beberapa jenis kontrasepsi, diantaranya:
1.   Kontrasepsi PIL
Tablet yang mengandung hormone estrogen dan progesterone sintetik disebut pil
kombinasi dan hanya mengandung progesterone sintetik saja disebut Mini Pil atau Pil
Progestrin.
1.1 Cara Kerja
a. Menekan ovulasi
Jika seorang wanita minum pil KB setiap hari maka tidak akan terjadi ovulasi
(tidak ada sel telur). Tanpa ovulasi tidak akan terjadi kehamilan.
b. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu
c. Mengganggu pertumbuhan endometrium, sehingga menyulitkan proses implantasi
d. Memperkental lender serviks (mencegah penetrasi sperma)
1.2 Efektivitas
Efektivitas teoritis untuk pil sebesar 99,7% sedangkan efektivitas praktisnya sebesar
90-96%. Artinya pil cukup efektif jika tidak lupa meminum pil secara teratur.
1.3 Keuntungan
a. Mudah penggunaannya dan mudah didapat
b. Mengurangi kehilangan darah (akibat haid) dan nyeri haid
c. Mengurangi resiko terjadinya KET (Kehamilan Ektopik Terganggu) dan Kista
Ovarium
d. Mengurangi resiko terjadinya kanker ovarium dan rahim
e. Pemulihan kesuburan hampir 100%
1.4 Baik untuk wanita yang:

 Masih ingin punya anak


 Punya jadwal harian yang rutin
1.5 Kontraindikasi
a. Menyusui (khsusu pil kombinasi)
b. Pernah sakit jantung
c. Tumor/keganasan
d. Kelainan jantung, varices, dan darah tinggi
e. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui sebabnya
f. Penyakit gondok
g. Gangguan fungsi hati & ginjal
h. Diabetes, epilepsy, dan depresi mental
i. Tidak dianjurkan bagi wanita mur >40 tahun
1.6 Efek Samping
Penggunaan pil KB pada sebagian wanita dapat menimbulkan efek samping, antara
lain mual, berat badan bertambah, sakit kepala (berkunang-kunang) perubahan warna
kulit dan efek samping ini dapat timbul berbulan-bulan.

2.  Suntik
Kontrasepsi suntikan adalah hormone yang diberikan secara suntikan/injeksi untuk
mencegah terjadinya kehamilan. Adapun jenis suntikan hormone ini ada yg terdiri atas 1
hormon, & ada pula yg terdiri atas dua hormone sebagai contoh jenis suntikan yg terdiri 1
hormon adalah Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston & Noristerat. Sedangkan yg
terdiri dari atas dua hormone adalah Cyclofem dan Mesygna.
KB suntik sesuai untuk wanita pada semua usia reproduksi yang menginginkan
kontrasepsi yang efektif, reversible, dan belum bersedia untuk sterilisasi.
2.1   Cara Kerja
Depo provera disuntikkan setiap 3 bulan sedangkan Noristerat setiap 2 bulan.Wanita
yang mendapat suntikan KB tidak mengalami ovulasi.
2.2   Efektivitas
Dalam teori: 99,75%. Dalam praktek: 95-97%.
2.3   Keuntungan
a.   Merupakan metode yang telah dikenal oleh masyarakat
b.   Dapat dipakai dalam waktu yang lama
c.   Tidak mempengaruhi produksi air susu ibu
2.4   Baik untuk Wanita yang:
a.   Calon akseptor yg tinggal di daerah terpencil
b.   Lebih suka disuntik daripada makan pil
c.   Menginginkan metode yang efektif dan bisa dikembalikan lagi
d.   Mungkin tidak ingin punya anak lagi
e.   Tidak khawatir kalau tidak mendapat haid
2.5   Kontraindikasi
a.   Hamil atau disangka hamil
b.   Perdarahan pervaginam yg tidak diketahui sebabnya
c.   Tumor/keganasan
d.   Penyakit jantung, hati, darah tinggi, kencing manis, penyakit paru berat, varices
2.6   Efek Samping
Efek samping dari suntikan Cyclofem yg sering ditemukan adalah mual, BB
bertambah, sakit kepala, pusing2 dan kadang2 gejala tersebut hilang setelah beberapa
bulan atau setelah suntikan dihentikan. Sedang efek samping dari suntikan Depo
Provera, Depo Progestin, Depo Geston, dan Noristeat yg sering dijumpai adalah
menstruasi tidak teratur, masa menstruasi akan lebih lama, terjadi bercak perdarahan
bukan mungkin menjadi anemia pada beberapa klien.

3. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)


AKDR atau spiral, atau Intra-Uterine Devices (IUD) adalah alat yang dibuat dari
polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yg ditempatkan di dalam rahim.Pemasangan ini
dapat untuk 3-5 tahun dan dapat dilepaskan bila berkeinginan untuk mempunyai anak.
3.1   Cara Kerja
AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur.
Imbarwati (2009), menjelaskan cara kerja IUD sebagai berikut:
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri
c. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma masuk ke dalam
alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi
d.   Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
3.2   Efektivitas
Sangat efektif (0,5-1 kehamilan per 100 wanita setelah pemakaian selama 1 tahun)
3.3   Keuntungan
a. Tidak terganggu faktor lupa
b. Metode jangka panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan menggunakan
tembaga T 380 A)
c. Mengurangi kunjungan ke klinik
d. Lebih murah dari pil dalam jangka panjang
3.4   Baik untuk Wanita yang:
a. Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektivitas yg tinggi, & jangka panjang
b. Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak
c. Memberikan ASI
d. Berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI
e. Berada dalam masa pasca aborsi
f. Mempunyai resiko rendah terhadap PMS
g. Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari
h. Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau yang memang
tidak boleh menggunakannya
i. Yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat
3.5   Kontraindikasi
a. Hamil atau diduga hamil
b. Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit kelamin
c. Pernah menderita radang rongga panggul
d. Penderita perdarahan pervaginam yg abnormal
e. Riwayat kehamilan ektopik
f. Penderita kanker alat kelamin
3.6   Efek samping
a. Perdarahan dank ram selama minggu2 pertama setelah pemasangan. Kadang2
ditemukan keputihan yg bertambah banyak. Disamping itu pada saat berhubungan
(senggama0 terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya
b. Pemasangan IUD mungkin meninmbulkan rasa tidak nyaman dan dihubungkan
dengan resiko infeksi rahim.
3.7   Waktu Penggunaan IUD
Dalam Imbarwati (2009) dijelaskan penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat:
a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil
b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pascapersalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi
(MAL)
d. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada
gejala infeksi
e. Selama 1-5 hari setelah senggama yg tidak dilindungi

3.8   Waktu Kontrol IUD


Menurut Imbarwati (2009), waktu kontrol IUd yang harus diperhatikan adalah:
a. 1 bulan pasca pemasangan
b. 3 bulan kemudian
c. Setiap 6 bulan berikutnya
d. Bila terlambat haid 1 minggu
e. Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya

4. AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)


Adalah 2 kapsul kecil yang terbuat dari silicon berisi 75 gram hormone levonorgestrel
yang ditanam di bawah kulit.
4.1   Cara Kerja
AKBK atau sering disebut dengan implant secara tetap melepaskan hormone
tersebut dalam dosis kecil ke dalam darah.
Bekerja dengan cara:
a.   Lendir serviks menjadi kental
b.   Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi
c.   Menekan ovulasi
4.2   Efektivitas
Dalam teori: 99,7%. Dalam praktek: 97-99%
4.3   Keuntungan
a.   Sekali pasang untuk 3 tahun
b.   Tidak mempengaruhi produksi ASI
c.   Tidak mempengaruhi tekanan darah
d.   Pemeriksaan panggul tidak diperlukan sebelum pemakaian
e.   Baik untuk wanita yang tidak ingin punya anak lagi tetapi belum mantap untuk di
tubektomi
4.4   Baik untuk wanita yang:
a.   Ingin metode yang praktis
b.   Mungkin tidak ingin punya anak lagi
c.   Tinggal di daerah terpencil
d.   Tak khawatir jika tak dapat haid
4.5   Kontraindikasi
a.   Hamil atau disangka hamil
b.   Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya
c.   Tumor/keganasan
d.   Penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis
4.6   Efek samping
Kadang2 pada saat pemasangan akan terasa nyeri. Selain itu ditemukan haid yang
tidak teratur, sakit kepala, kadang2 terjadi spotting atau anemia karena perdarahan yg
kronis.
4.7   Waktu Mulai Menggunakan Implant
a.   Implant dapat dipasang selama siklus haid ke-2 sampai hari ke-7
b.   Bila tidak hamil dapat dilakukan setiap saat
c.   Saat menyusui 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan
d.   Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan
e.   Bila setelah beberapa minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi
dilakukan setiap saat jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari.

5. Kondom Pria
Adalah sarung karet tipis yang dipakai oleh pria pada waktu bersenggama
5.1   Cara Kerja
Sarung karet ini mencegah sperma bertemu dengan ovum
5.2   Efektivitas
Dalam teori: 98%. Dalam praktek: 85%. Efektif jika digunakan benar tiap kali
berhubungan.Namun efektivitasnya kurang jika dibandingkan metode pil, AKDR,
suntikan KB.
5.3   Keuntungan
a.   Dapat dipaki sendiri
b.   Dapat mencegah penularan penyakit kelamin
c.   Tidak mempengaruhi kegiatan menyusui
d.   Dapat digunakan sebagai pendukung metode lain
e.   Tidak mengganggu kesehatan
f.    Tidak ada efek samping sistemik
g.   Tersedia secara luas
h.   Tidak perlu resep atau penilaian medis
i.    Tidak mahal (jangka pendek)
5.4   Baik untuk pasangan yang:
a.   Ingin menunda kehamilan atau ingin menjarangkan anak
b.   Jarang bersenggama
c.   Pasangan yang takut menularkan & tertular penyakit kelamin
d.   Wanita yang kemungkinan sudah hamil
5.5   Kontraindikasi
Alergi.

6. Kontrasepsi Mantap (Kontap)


Adalah pemotongan/pegikatan kedua saluran telur wanita (tubektomi) atau kedua
saluran sperma laki-laki (vasektomi). Operasi tubektomi ada beberapa macam cara antara
lain adalah Kuldoskopik, Kolpotomi, Posterior, Laparoskopi, dan Minilaparotomi. Cara
yang sering diapaki di Indonesia adalah Laparoskopi dan Mini laparotomi.
6.1   Cara Kerja
Hal ini mencegah pertemuan sel telur dengan sperma
6.2   Efektivitas
Dalam teori: 99,9%. Dalam praktek: 99%.
6.3   Keuntungan
a.   Paling efektif
b.   Mengakhiri kesuburan selamanya (keberhasilan pengembalian tidak bisa dijamin).
c.   Tidak perlu perawatan khusus
6.4   Baik untuk pasangan yang:
a.   Sudah yakin tidak ingin punya anak lagi
b.   Jika hamil akan membahayakan jiwanya
c.   Ingin metode yang tidak mengganggu
6.5   Kontraindikasi
Tidak ada.
6.6   Efek Samping
Jarang, ringan, dan bersifat sementara misalnya bengkak, nyeri, dan infeksi luka
operasi.Pada vasektomi infeksi dan epididimis terjadi pada 1-2% pasien. Pada
tubektomi perdarahan, infeksi, kerusakan organ lain dan komplikasi karena anastesi
dapat terjadi.
E. PATHWAY

Pemberian kontrasepsi hormonal


(berisi estrogen dan progesterone)

Terjadi feed back pada bagian hipotitis Irogesteron


Anterior estrogen dan progesterone
sangat tinggi
Lendir serviks jadi lebih kental

FSH dan LH tidak


diproduksi Sel sperma sulit untuk
ditembus
Di kelenjar digrat tidak terbentuk

Sel sperma dan sel telursulit bertemu


Hormone estrogen tidah dihasilkan

Pembuahan
Tidak siap untuk nidasi

Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi


Melumpuhkan sperma
Menghalangi pertemuan sel telur dengan
sperma

Kontrasepsi
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas klien dan suami
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat mestruasi
e. Riwayat KB
f. Riwayat psikologi
g. Pemeriksaan fisik
h. Riwayat obstetric

2.Diagnosa Keperawatan
a. Kontrasepsi suntik
 Nyeri akut
 Deficit volume cairan
 Perubahan body image
 Ansietas
b. Kontrasepsi pil
 Nyeri akut
 Perubahan body image
c. IUD
 Nyeri akut
 Perubahan suhu tubuh
 Ansietas
 Kurang pengetahuan

3.Intervensi Keperawatan

Nyeri akut
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien tidak mengalami nyeri.
Kriteria hasil :

 klien melaporkan nyeri berkurang


 klien mengatakan mampu mengontrol nyeri
 klien mampu mengenali nyeri

Intervensi Rasional
Lakukan pengkajian nyeri secara Memudahkan menentukan inetrvensi
komprehensif termasuk lokasi nyeri, durasi, selanjutnya
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari Mengidentifikasi adanya nyeri pada
ketidaknyamanan klien

Kontrol tekanan darah klien Perubahan tekanan darah dapat


mengindikasikan adanya reaksi dari
pemberian obat-obatan
Kontrol lingkungan yang dapat Mengurangi faktor pencetus nyeri
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri Apabila faktor pencetus berkurang
maka intensitas nyeri akan berkurang
Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan Dukungan dari keluarga dapat
menemukan dukungan membantu klien mengatasi nyeri
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: Teknik non farmakologi yang benar
napas dada, relaksasi, distraksi, kompres akan membuat klien rileks dan nyaman
hangat/dingin sehingga dapat mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat Istirahat akan membuat klien merasa
nyaman, sehingga nyeri dapat
berkurang
Kolaborasi: Penggunaan agens-agens farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri untuk mengurangi atau menghilangkan
nyeri

Ansietas
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam kecemasan klien teratasi
Kriteria hasil :

 TTV klien dalam batas normal


 Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya
kecemasan
 Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
 Klien mampu mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas

Intervensi Rasional
Identifikasi tingkat kecemasan Membantu menentukan intervensi
selanjutnya
Bantu klien mengenali situasi yang Mengidentifikasi sumber kecemasan
menimbulkan kecemasan klien
Dorong klien untuk mengungkapkan Mengungkapkan perasaan, ketakutan,
perasaan, ketakutan, persepsi dan persepsi akan mengurangi
kecemasan klien
Dengarkan dengan penuh perhatian Membuat klien merasa tenang dan
mengurangi kekhawatiran klien
Temani klien untuk memberikan Memberikan keamanan pada klien dan
keamanan dan mengurangi takut mengurangi takut
Jelaskan semua prosedur dan apa yang Mengurangi kecemasan klien,
dirasakan selama prosedur meningkatkan pemahaman klien
mengenai prosedur tindakan yang akan
dilakukan
Libatkan keluarga untuk mendampingi Keluarga dapat member dukungan positif
klien
kepada klien
Instruksikan pada klien untuk Untuk mengurangi kecemasan yang
menggunakan teknik relaksasi dirasakan klien
Kolaborasi: Pemberian obat anti cemas sesuai
Berikan obat anti cemas dengan kebutuhan klien dapat
mengurangi kecemasan klien

Kurang Pengetahuan
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien menunjukkan pengetahuan
tentang kontrasepsi
Kriteria hasil :

 Klien menyatakan kepahaman tentang kondisi kontrasepsi, jenis kontrasepsi,


 kelebihan & kekurangan, serta cara menggunakannya
 Klien mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
 Klien mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan
 lainnya

Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan klien Membantu menentukan jenis pengetahuan
yang akan diberikan pada klien
Jelaskan tentang kontrasepsi, jenis- Meningkatkan pemahaman klien
jenis kontrasepsi, kekurangan &
kelebihan masing2 kontrasepsi dan
cara penggunaannya
Jelaskan cara mengatasi masalah yang Meningkatkan pemahaman klien dan
mungkin muncul setelah pemakaian membantu klien mengatasi masalah yang
kontrasepsi muncul
Diskusikan pemilihan kontrasepsi Memilih kontrasepsi yang tepat dan sesuai
dapat mengurangi kecemasan klien&
memenuhi kebutuhan klien
Dukung klien untuk mengeksplorasi Memperluas pemahaman klien
atau mendapatkan
second opinion
dengan cara yang tepat

DAFTAR PUSTAKA
Kusumaningrum, Radita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis
Kontrasepsi yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur.
http://eprints.undip.ac.id/19194/1/Radita_Kusumaningrum.pdf.Diakses tanggal
19 Juni 2012.Pukul 19.20 WIB.
Imbarwati.2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD pada
Peserta KB non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota
Semarang. http://eprints.undip.ac.id/17781/1/IMBARWATI.pdf. Diakses tanggal
19 Juni 2012.Pukul19.49 WIB.
Wilkinson, Judith M. 2006.
Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.
Diterjemahkan oleh: Widyawati, dkk. Jakarta. EGC.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19183/4/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai