Anda di halaman 1dari 18

Makalah Mata Kuliah HIV-AIDS

“Infeksi TORCH”
Dosen Pembibing : Ns. Arif Tirtana, M.Sc

Disusun oleh :

 Alfatahadi Saputra (M16010001)


 Fawzy Sa’ied Thoha HP (M16010002)
 Paisal Saliko (M16010008)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI


YOGYAKARTA
Jalan Wonosari km.10 Karanggayam Sitimulyo Piyungan Bantul Yogyakarta
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena hanya dengan
berkat-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah ini. Tak lupa shalawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
alam gelap ke alam yang terang benderang, dari alam jahiliyah ke alam yang penuh berkah
ini. Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
memberikan bantuannya berupa materiil maupun non materil, karena tanpa bantuan pihak-pihak
tersebut saya tidak mungkin dapat menyelesaikan Makalah ini. Selain itu, kami pun
mengucapkan terima kasih kepada para penulis yang saya kutip tulisannya sebagai bahan
rujukan.
Saya menyusun makalah ini dengan sungguh-sungguh dan semampu kami. Kami
berharap dengan adanya Makalah ini dapat memberikan pengalaman maupun pelajaran
yang berarti bagi siapa saja yang membacanya.
Akhir kata, manusia tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini. Jauh dari
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta,5 Maret 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit TORCH merupakan kelompok infeksi beberapa jenis virus yaitu parasit Toxoplasma
gondii, virus Rubella, CMV (Cytomegalo Virus), virus Herpes Simplex (HSV1 – HSV2) dan
kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (misalnya Measles, Varicella,
Echovirus, Mumps, Vassinia, Polio dan Coxsackie-B).

Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan yang bisa
menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Bagi ibu
yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada bayinya, yaitu cacat
fisik dan mental yang beraneka ragam.

Infeksi TORCH juga dapat menyerang semua jaringan organ tubuh, termasuk sistem saraf pusat
dan perifeir yang mengendalikan fungsi gerak, penglihatan, pendengaran, sistem kadiovaskuler
serta metabolisma tubuh.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud torch?

2. Apa yang menyebabkan torch ?

3. Bagaimana patofisiologi torch ?

4. Apa saja klasifikasi toch?

5. Bagaimana penatalaksanaan torch?

1.3 Tujuan

Adapun tujun penulisan dari makalah ini adalah :

1. Memberikan informasi kepada pembaca tentang torch.

2. Mahasiswa dapat mengetahui Asuhan keperawatan torch.

3. Menambah dan memperluas pengetahuan tentang torch.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo
Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV1 dan HSV2 serta
kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (Misalnya Measles, Varicella,
Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan virus Coxsackie-B).

Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik taerhadap
kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman.
Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG).

Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan yang bisa
menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Bagi ibu
yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada bayinya, yaitu cacat
fisik dan mental yang beraneka ragam.

2.2 Patofisiologi

Penyebab utama dari virus dan parasit TORCH (Toxoplasma, Rubella, CMV, dan
Herpes) adalah hewan yang ada di sekitar kita, seperti ayam, kucing, burung, tikus, merpati,
kambing, sapi, anjing, babi dan lainnya. Meskipun tidak secara langsung sebagai penyebab
terjangkitnya penyakit yang berasal dari virus ini adalah hewan, namun juga bisa disebabkan
oleh karena perantara (tidak langsung) seperti memakan sayuran, daging setengah matang dan
lainnya.

Dalam dunia medis, Toxoplasma sering disebut juga dengan virus kucing. Biasanya disebut
juga Toxo, tokso, toksoplasma, atau toksoplasmosis. Padahal sesungguhnya ini bukan virus
kucing, tetapi parasit darah. Kenapa sering disebut virus kucing : selain sebutan ini sudah salah
kaprah, memang parasit ini tumbuhnya di dalam tubuh binatang. Hal mana menurut penelitian di
dalam maupun di luar negeri, 70% penyebab penyakit ini adalah kotoran kucing. Kemudian
melalui hewan lain yang menempel dalam makanan, lalu masuklah ke dalam tubuh manusia dan
menyatu dalam darah.
2.3 Toxoplasma Dondii

Toxoplasmosis adalah penyakit infeksi oleh parasit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii
yang dapat menimbulkan radang pada kulit, kelenjar getah bening, jantung, paru, ,mata, otak,
dan selaput otak. Toxoplasmosissendiri merupakan penyakit zoonosis yang tersebar luas di
seluruh dunia dengan prevalensi yang tinggi pada burung dan mamalia termasuk manusia.
Kucing merupakan sumber infeksi bagi manusia.

Parasit ini termasuk subfilum Sporozoa, kelas Toxoplasma dan merupakan salah satu genus dari
ordo Toxoplasmida. Toxoplasma gondii terdpat di dalam sel-sel dari system retikulo-endotel dan
juga di dalam sel-sel parenkim.

Terdapat 2 macam bentuk dari Toxoplasma yaitu bentuk intraseluler dan bentuk ekstraseluler
bulat atau lonnjong, sedang bentuk ekstraseluler seperti bulan sabit yang langsing, dengan ujung
yang satu runcing sedang lainnya tumpul. Ukuran parasit micron x 4-6 mikron, dengan inti
terletak di ujung yang tumpul.

Jumlah parasit dalam darah akan menurun dengan terbentukya antibodi namun kista Toxoplasma
yang ada dalam jaringan tetap msih hidup. Kista jaringan ini akan reaktif jika terjadi penurunan
kekebalan. Infeksi yang terjadi pada orang dengan kekebalan rendah baik infeksi primer maupun
infeksi reaktivasi akan menyebabkan terjadinya Cerebritis, Chorioretinitis, pneumonia,
terserangnya seluruh jaringan otot, myocarditis, ruam makulopapuler dan atau dengan kematian.
Toxoplasmosis yang menyerang otak sering terjadi pada penderita AIDS.

Infeksi primer yang terjadi pada awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada bayi
yang dapat menyebabkan kematian bayi atau dapat menyebabkab Chorioretinis, kerusakan otak
disertai dengan klasifikasi intraserebral, hidrosefalus, mikrosefalus, demam, ikterus, ruam,
hepatosplenomegasli, Xanthochromic CSF, kejang beberapa saat setelah lahir.

Rubella

Kematian pada post natal rubella biasanya disebabkan oleh enchepalitis. Pada infeksi awal, virus
akan masuk melalui traktus respiratorius yang kemudian akan menyebar ke kelenjar limfe sekitar
dan mengalami multiplikasi serta mengawali terjadinya viremia dalam waktu 7 hari. Janin dapat
terinfeksi selama terjadinya viremia maternal. Saat ini, telah diketahui bahwa infeksi plasenta
terjadi pada 80% kasus dan risiko kerusakan jantung, mata, atau telinga janin sangat tinggi pada
trisemester pertama. Jika infeksi maternal terjadi sebelum usia kehamilan 12 minggu, 60% bayi
akan terinfeksi. Kemudian, risiko akan menurun menjadi 17% pada minggu ke-14 dan
selanjutnya menjadi 6% setelah usia kehamilan 20 minggu. Akan tetapi, plasenta biasanya
terinfeksi dan virus dapat menjadi laten pada bayi yang terinfeksi kongenital selama bertahun-
tahun.
Cytomegalovirus (CMV)

Penyakit yang disebabkan oleh Cytomegalovirus dapat terjadi secara kongenital saat bayi atau
infeksi pada usia anak. Kadang-kadang, CMV juga dapat menyebabkan infeksi primer pada
dewasa, tetapi sebagian besar infeksi pada usia dewasa disebabkan reaktivasi virus yang telah
didapat sebelumnya. Infeksi kongenital biasanya disebabkan oleh reaktivasi CMV selama
kehamilan. Di negara berkembang, jarang terjadi infeksi primer selama kehamilan, karena
sebagian besar orang telah terinfeksi dengan virus ini sebelumnya. Bila infeksi primer terjadi
pada ibu, maka bayi akan dapat lahir dengan kerusakan otak, ikterus dengan pembesaran hepar
dan lien, trombositopenia, serta dapat menyebabkan retardasi mental. Bayi juga dapat terinfeksi
selama proses kelahiran karena terdapatnya CMV yang banyak dalam serviks. Penderita dengan
infeksi CMV aktif dapat mengekskresikan virus dalam urin, sekret traktus respiratorius, saliva,
semen, dan serviks. Virus juga didapatkan pada leukosit dan dapat menular melalui tranfusi.

Herpes Simpleks (HSV)

HSV merupakan virus DNA yang dapat diklasifikasikan ke dalam HSV 1 dan 2. HSV 1 biasanya
menyebabkan lesi di wajah, bibir, dan mata, sedangkan HSV 2 dapat menyebabkan lesi genital.
Virus ditransmisikan dengan cara berhubungan seksual atau kontak fisik lainnya.

Melalui inokulasi pada kulit dan membran mukosa, HSV akan mengadakan replikasi pada sel
epitel, dengan waktu inkubasi 4 sampai 6 hari. Replikasi akan berlangsung terus sehingga sel
akan menjadi lisis serta terjadi inflamasi lokal. Selanjutnya, akan terjadi viremia di mana virus
akan menyebar ke saraf sensoris perifer. Di sini virus akan mengadakan replikasi yang diikuti
penyebarannya ke daerah mukosa dan kulit yang lain2,4,9,10.

Dalam tahun-tahun terakhir ini, herpes genital telah mengalami peningkatan. Akan tetapi,
untungnya herpes neonatal agak jarang terjadi, bervariasi dari 1 dalam 2.000 sampai 1 dalam
60.000 bayi baru lahir. Tranmisi terjadi dari kontak langsung dengan HSV pada saat melahirkan.
Risiko infeksi perinatal adalah 35--40% jika ibu yang melahirkan terinfeksi herpes genital primer
pada akhir kehamilannya.

2.4 Cara Penularan Torch

Penularan TORCH pada manusia dapat melalui 2 (dua) cara. Pertama, secara aktif (didapat) dan
yang kedua, secara pasif (bawaan). Penularan secara aktif disebabkan antara lain sebagai berikut
:

a. Makan daging setengah matang yang berasal dari hewan yang terinfeksi (mengandung
sista), misalnya daging sapi, kambing, domba, kerbau, babi, ayam, kelinci dan lainnya.
Kemungkinan terbesar penularan TORCH ke manusia adalah melalui jalur ini, yaitu melalui
masakan sati yang setengah matang atau masakan lain yang dagingnya diamsak tidak
semnpurna, termasuk otak, hati dan lainnya.

b. Makan makanan yang tercemar oosista dari feses (kotoran) kucing yang menderita
TORCH. Feses kucing yang mengandung oosista akan mencemari tanah (lingkungan) dan dapat
menjadi sumber penularan baik pada manusia maupun hewan. Tingginya resiko infeksi TORCH
melalui tanah yang tercemar, disebabkan karena oosista bisa bertahan di tanah sampai beberapa
bulan ( Howard, 1987).

c. Transfusi darah (trofozoid), transplantasi organ atau cangkok jaringan (trozoid, sista),
kecelakaan di laboratorium yang menyebabkan TORCH masuk ke dalam tubuh atau tanpa
sengaja masuk melalui luka (Remington dan McLeod 1981, dan Levine 1987).

d. Hubungan seksual antara pria dan wanita juga bisa menyebabkan menularnya TORCH.
Misalnya seorang pria terkena salah satu penyakit TORCH kemudian melakukan hubungan
seksual dengan seorang wanita (padahal sang wanita sebelumnya belum terjangkit) maka ada
kemungkinan wanita tersebut nantinya akan terkena penyakit TORCH sebagaimana yang pernah
diderita oleh lawan jenisnya.

e. Ibu hamil yang kebetulan terkena salah satu penyakit TORCH ketika mengandung maka
ada kemungkinan juga anak yang dikandungnya terkena penyakit TORCH melalui plasenta.

f. Air Susu Ibu (ASI) juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini
bisa terjadi seandainya sang ibu yang menyusui kebetulan terjangkit salah satu penyakit TORCH
maka ketika menyusui penyakit tersebut bisa menular kepada sang bayi yang sedang disusuinya.

g. Keringat yang menempel pada baju atau pun yang masih menempel di kulit juga bisa
menjadi penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa terjadi apabila seorang yang
kebetulan kulitnya menmpel atau pun lewat baju yang baru saja dipakai si penderita penyakit
TORCH.

h. Faktor lain yang dapat mengakibatkan terjadinya penularan pada manusia, antara lain
adalah kebiasaan makan sayuran mentah dan buah - buahan segar yang dicuci kurang bersih,
makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, mengkonsumsi makanan dan minuman yang
disajikan tanpa ditutup, sehingga kemungkinan terkontaminasi oosista lebih besar.

i. Air liur juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Cara penularannya
juga hampir sama dengan penularan pada hubungan seksual.

Berdasarkan kenyataan di atas, penyakit TORCH ini sifatnya menular. Oleh karena itu dalam
satu keluarga biasanya kalau salah satu anggota keluarga terkena penyakit tersebut maka yang
lainnya pun juga bisa terkena. Malah ada beberapa kasus dalam satu keluarga seluruh anggota
keluarganya mulai dari kakek - nenek, kakak - adik, bapak - ibu, anak - anak semuanya terkena
penyakit TORCH.

2.5 Cara Menghindari Torch

Untuk menghindari sedini mungkin penyakit TORCH yang sangat membahayakan ini, ada
beberapa hal sebagai solusi awal yang bisa dilakukan antara lain sebagai berikut :

a. Bila mengkonsumsi daging seperti daging ayam, sapi, kambing, kelinci, babi dan lainnya
terlebih dahulu dimasak dengan matang hingga suhu mencapai 66 derajat Celcius, agar oosista -
oosista yang mungkin terbawa di dalam daging tersebut bisa mati.

b. Kucing peliharaan di rumah hendaknya diberi daging matang untuk mencegah infeksi yang
masuk ke dalam tubuh kucing. Tempat makan, minum dan alas tidur harus selalu dicuci /
dibersihkan.

c. Hindari kontak dengan hewan - hewan mamalia liar, seperti rodensia liar (tikus, bajing,
musang dan lain - lain) serta reptilia kecil seperti cecak, kadal, dan bengkarung yang
kemungkinan dapat sebagai hewan perantara TORCH.

d. Penanganan kotoran kucing sebaiknya dilakukan melalui sarung tangan yang disposable
(dibuang setelah dipakai).

e. Bagi wanita yang sedang hamil, terutama yang dinyatakan secara serologis sudah negatif,
jangan memelihara atau menangani kucing kecuali dengan sarung tangan.

2.6 Mencegah Torch

Mengingat bahaya dari TORCH untuk ibu hamil, bagi Anda yang sedang merencanakan
kehamilan atau yang saat ini sedang hamil, dapat mempertimbangkan saran-saran berikut agar
bayi Anda dapat terlahir dengan baik dan sempurna.

a. Makan makanan bergizi

Saat hamil, sebaiknya Anda mengkonsumsi banyak makanan bergizi. Selain baik untuk
perkembangan janin, gizi yang cukup juga akan membuat tubuh tetap sehat dan kuat. Bila tubuh
sehat, maka tubuh dapat melawan berbagai penyakit termasuk TORCH sehingga tidak akan
menginfeksi tubuh.

b. Lakukan pemeriksaan sebelum kehamilan


Ada baiknya, Anda memeriksakan tubuh sebelum merencanakan kehamilan. Anda dapat
memeriksa apakah dalam tubuh terdapat virus atau bakteri yang dapat menyebabkan infeksi
TORCH. Jika Anda sudah terinfeksi, ikuti saran dokter untuk mengobatinya dan tunda
kehamilan hingga benar-benar sembuh.

c. Melakukan vaksinasi

Vaksinasi bertujuan untuk mencegah masuknya parasit penyebab TORCH. Seperti vaksin rubela
dapat dilakukan sebelum kehamilan. Hanya saja, Anda tidak boleh hamil dahulu sampai 2 bulan
kemudian.

d. Makan makanan yang matang

Hindari memakan makanan tidak matang atau setengah matang. Virus atau parasit penyebab
TORCH bisa terdapat pada makanan dan tidak akan mati apabila makanan tidak dimasak sampai
matang. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, selalu konsumsi makanan matang dalam
keseharian Anda.

e. Periksa kandungan secara terartur

Selama masa kehamilan, pastikan juga agar Anda memeriksakan kandungan secara rutin dan
teratur. Maksudnya adalah agar dapat dilakukan tindakan secepatnya apabila di dalam tubuh
Anda ternyata terinfeksi TORCH. Penanganan yang cepat dapat membantu agar kondisi bayi
tidak menjadi buruk.

f. Jaga kebersihan tubuh

Jaga higiene tubuh Anda. Prosedur higiene dasar, seperti mencuci tangan, sangatlah penting.

2.7 Pengobatan Torch

Adanya infeksi-infeksi ini dapat dideteksi dari pemeriksaan darah. Biasanya ada 2 petanda yang
diperiksa untuk tiap infeksi yaitu Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin M (IgM).
Normalnya keduanya negatif.

Jika IgG positif dan IgMnya negatif,artinya infeksi terjadi dimasa lampau dan tubuh sudah
membentuk antibodi. Pada keadaan ini tidak perlu diobati. Namun, jika IgG negatif dan Ig M
positif, artinya infeksi baru terjadi dan harus diobati. Selama pengobatan tidak dianjurkan untuk
hamil karena ada kemungkinan infeksi ditularkan ke janin. Kehamilan ditunda sampai 1 bulan
setelah pengobatan selesai (umumnya pengobatan memerlukan waktu 1 bulan). Jika IgG positif
dan IgM juga positif,maka perlu pemeriksaan lanjutan yaitu IgG Aviditas. Jika hasilnya
tinggi,maka tidak perlu pengobatan, namun jika hasilnya rendah maka perlu pengobatan seperti
di atas dan tunda kehamilan. Pada infeksi Toksoplasma,jika dalam pengobatan terjadi kehamilan,
teruskan kehamilan dan lanjutkan terapi sampai melahirkan.Untuk Rubella dan CMV, jika terjadi
kehamilan saat terapi, pertimbangkan untuk menghentikan kehamilan dengan konsultasi kondisi
kehamilan bersama dokter kandungan anda.

Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan menggunakan obat-obatan seperti
isoprinocin, repomicine, valtrex, spiromicine, spiradan, acyclovir, azithromisin, klindamisin,
alancicovir, dan lainnya. Namun tentu pengobatannya membutuhkan biaya yang sangat mahal
dan waktu yang cukup lama. Selain itu, terdapat pula cara pengobatan alternatif yang mampu
menyembuhkan penyakit TORCH ini, dengan tingkat kesembuhan mencapai 90%.

2.8 Diagnosa Torch

Proses diagnosa medis merupakan langkah pertama untuk menangani suatu penyakit. Tetapi
diagnosa berdasarkan pengamatan gejala klinis sering sukar dilaksanakan, maka dilakukan
diagnosa laboratorik dengan memeriksa serum darah, untuk mengukur titer-titer antibodi IgM
atau IgG-nya.

Penderita TORCH kadang tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik, bahkan bisa jadi sama
sekali tidak merasakan sakit. Secara umum keluhan yang dirasakan adalah mudah pingsan,
pusing, vertigo, migran, penglihatan kabur, pendengaran terganggu, radang tenggorokan, radang
sendi, nyeri lambung, lemah lesu, kesemutan, sulit tidur, epilepsi, dan keluhan lainnya.

Untuk kasus kehamilan: sulit hamil, keguguran, organ tubuh bayi tidak lengkap, cacat fisik
maupun mental, autis, keterlambatan tumbuh kembang anak, dan ketidaksempurnaan lainnya.

2.9 Pemeriksaan Torch

1. Cara Pemeriksaannya

a. Toxoplasma

Tes ini mempergunakan antigen Toxoplasma yang diletakkan pada penyangga padat, mula-mula
di inkubasi dengan serum penderita kemudian dengan antibodi berlabel enzim. Kadar antibodi
dalam serum penderita sebanding dengan intertitas warna yang timbul setelah ikatan antigen
antibodi dicampur dengan substrat. Uji aviditas pada ELISA bermanfaat untuk determinasi
prediktif kapan seseorang atau individu tersebut diperkirakan terinfeksi Aviditas ELISA juga
dapat digunakan untuk menentukan status infeksi serta kekuatan ikatan intrinsik antara antibodi
dengan antigen.
Cara Kerja :

a) Lokasi Pengambilan Sampel

- vena mediana cubiti ( dewasa )

- vena jugularis superficial

b) Cara kerja pengambilan sampel :

- Bersihkan daerah vena mediana cubiti dengan alcohol 70% dan biarkan menjadi kering
kembali

- Pembendungan vena tidak boleh terlalu kuat .

- Tegangkan kulit diatas vena dengan jari tangan kiri agar vena tidak bergerak

- Lepaskan pembendungan dan ambillah darah sesuai yang dibutuhkan

- Taruh kapas diatas jarum/nald dan cabut perlahan

- Mintakan agar pasien menekan bekas tusukan dengan kapas tadi

- Alirkan darah dari syringe kedalam tabung melaluji dinding tabung

- Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis specimen.

b. Rubella

Dengan tes ELISA, HAI,Pasif HAatau tes LA, atau dengan adanya IgM spesifik rubella yang
mengindikasikan infeksi rubella telah terjadi.

Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat
sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi.

Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut
pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.

c. Cyto Megalo Virus

Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski
berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium
yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.

d. Herpes Simpleks
Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk mendeteksi
secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencaegah bahaya lebih
lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Identitas klien:

a. Keluhan utama

b. Riwayat kesehatan:

 Suhu tubuh meningkat


 Malaise
 Sakit tenggorokan
 Mual dan muntah
 Nyeri otot

c. Riwayat kesehatan dahulu:

1. Kliensering berkontak langsung dengan binatang


2. Klien sering mengkonsumsi daging setengah matang
3. Klien pernah mendapatkan tranfusi darah

d. data psikologis

e. data spiritual

f. data social dan ekonomi

g. Pemeriksaan fisik

 Mata : Nyeri
 Perut : Diare, mula dan muntah
 Integument: suka berkeringat malam, suhu tubuh meningkat, timbulnya rash pada kulit
 Muskuloskletal: Nyeri dan kelemahan
 Hepar : Hepatomegali dan icterus
3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b.d adanya proses infeksi / inflamasi.

2. Hipertemia b. d peningkatan tingkat metabolisme penyakit ditandai dengan suhu 390c tubuh
menggigil.

3. Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan
ditandai dengan diare

3.3 Intervensi

1. Diagnose 1: Nyeri b/d adanya proses infeksi / inflamasi.

a. Tujuan : mengurangi nyeri

b. Kriterian hasil :

- Klien melaporkan nyeri hilang dan terkontrol

- Klien tampak rileks, Klien mampu tidur/istirahat dengan tepat.

c. Intervensi

a. Berikan lingkungan yang tenang sesuai kebutuhan.

R/ menurunkan reaksi stimulasi dari luar atau sensitivitas pada cahaya dan meningkatkan
istirahat/reaksi.

b. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting.

R/ menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.

c. Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam pemberian analgesic seperti asetamenofen.

R/ Untuk menghilangkan rasa nyeri yang berat.

2. Diagnose 2: Hipertemia b.d peningkatan tingkat metabolisme penyakit ditandai dengan


suhu 39, 50C , tubuh menggigil

a. Tujuan: Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal

b. Kriteria hasil:

- Terjadi peningkatan suhu

- Kulit kemerahan dan hangat waktu disentuh


- Peningkatan tingkat pernapasan

c. Intervensi:

a. Monitor tanda-tanda vital : suhu tubuh

R : Sebagai indikator untuk mengetahui status hipertermi

b. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat sedikitnya 2000ml/ hari
untuk mencegah dehidrasi

R : Dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi

c. Berikan kompres dengan air biasa pada lipatan ketiak dan femur

R : Menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan


merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan.

d. Anjurka klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat

R : Kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur, juga akan
mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.

3. Diagnose 3: Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan
ditandai dengan, diare

a. Tujuan: memenuhi kebutuhan cairan tubuh

b. Kriteria hasil:

- Mempertahankan volume sirkulasi adekuat

- Tanda – tanda vital dalam batas normal

- Nadi ferifer teraba

- Haluaran urine adekuat

- Membrane mukosa lembab

- Turgor kulit baik.

c. Intervensi :

a. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekwensi sering dan
tawarkan makan pagi paling besar.
R : Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia. Anoreksia juga paling buruk
selama siang hari, membuat maskan makanan yang sulit pada sore hari.

b. Berikan perawatan mulut sebelum makan;

R : Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan napsu makan.

c. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.

R : Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.

d. Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan
pasien, dengan masukan lemak dan protein sesuai toleransi.

R : Berguna dalam program diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi individu


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus
(CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV1 dan HSV2 serta kemungkinan oleh
virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (Misalnya Measles, Varicella, Echovirus,
Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan virus Coxsackie-B).

Penyakit ini sangat berbahaya bagi ibu hamil karena dapat mengakibatkan keguguran, cacat pada
bayi, juga pada wanita belum hamil bisa akan sulit mendapatkan kehamilan.

4.2 Saran

Untuk selalu waspada terhadap penyakit TORCH dengan cara mengetahui media dan cara
penyebaran penyakit ini kita dapat menghindari kemungkinan tertular. Hidup bersih dan makan
makanan yang dimasak dengan matang.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:EGC.

Somantri, Irman. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan


Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba.

Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4.
Jakarta : EGC.

Rab, Tabrani. 2000. Agenda Gawat Darurat (Critical Care) jilid 2. Bandung: PT. Alumni.

Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol II. Edisi 8.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai