Anda di halaman 1dari 18

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM V

STIKES MADANI YOGYAKARTA


1. Pengertian ikhlas
2. hakikat ikhlas menurut ulama salaf
3. penerapan ikhlas dalam kehidupan sehari-hari.
4. Kiat-kiat menuju ikhlas
5. Pengertian muroqobah
6. Hakikat muroqobah menurut ulama salaf
7. Penerapan muroqobah dalam kehidupan sehari-hari
8. Pengertian tawadhu
9. Macam-macam tawadhu
10. Syarat-syarat tawadhu
11. Implikasi-implikasi tawadhu
12. Tingkatan-tingkatan tawadhu
13. Keutamaan-keutamaan tawadhu
14. Perkara-perkara yang menunjukkan kepada perilaku tawadhu
15. Hal-hal yang dapat memotovasi timbulnya sifata tawadhu
16. Tawadhu rasulullah
17. Dalil dari alquran dan sunnah tentang dawadhu
IKHLASH

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-
Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan
zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. “(Al Bayyinah : 5)

Katakanlah: "Hanya Allah saja Yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agamaku". (Az zumar : 14)
IKHLASH
Al ‘Izz bin Abdis Salam berkata : “Ikhlas ialah, seorang mukallaf melaksanakan ketaatan semata-mata
karena Allah. Dia tidak berharap pengagungan dan penghormatan manusia, dan tidak pula berharap
manfaat dan menolak bahaya”.

Al Harawi mengatakan : “Ikhlas ialah, membersihkan amal dari setiap noda.” Yang lain berkata : “Seorang
yang ikhlas ialah, seorang yang tidak mencari perhatian di hati manusia dalam rangka memperbaiki
hatinya di hadapan Allah, dan tidak suka seandainya manusia sampai memperhatikan amalnya, meskipun
hanya seberat biji sawi”.

Abu ‘Utsman berkata : “Ikhlas ialah, melupakan pandangan makhluk, dengan selalu melihat kepada Khaliq
(Allah)”.

Abu Hudzaifah Al Mar’asyi berkata : “Ikhlas ialah, kesesuaian perbuatan seorang hamba antara lahir dan
batin”.

Abu ‘Ali Fudhail bin ‘Iyadh berkata : “Meninggalkan amal karena manusia adalah riya’. Dan beramal
karena manusia adalah syirik. Dan ikhlas ialah, apabila Allah menyelamatkan kamu dari keduanya”
IKHLASH
Ikhlas ialah, menghendaki keridhaan Allah dalam suatu amal, membersihkannya dari segala individu
maupun duniawi.

Tidak ada yang melatarbelakangi suatu amal, kecuali karena Allah dan demi hari akhirat.
Tidak ada noda yang mencampuri suatu amal, seperti kecenderungan kepada dunia untuk diri sendiri, baik
yang tersembunyi maupun yang terang-terangan, atau karena mencari harta rampasan perang, atau agar
dikatakan sebagai pemberani ketika perang, karena syahwat, kedudukan, harta benda, ketenaran, agar
mendapat tempat di hati orang banyak, mendapat sanjungan tertentu, karena kesombongan yang
terselubung, atau karena alasan-alasan lain yang tidak terpuji; yang intinya bukan karena Allah, tetapi
karena sesuatu; maka semua ini merupakan noda yang mengotori keikhlasan.
IKHLASH
Contoh penerapan ikhlas dalam kehidupan sehari-hari :

1. Ikhlas dalam Beribadah


2. Ikhlas dalam Mengerjakan Tugas
3. Ikhlas dalam Memberi Pertolongan
4. Iklhas Menerima Kehendak Allah subhanahu wa ta'ala
IKHLASH
KIAT-KIAT MENUJU IKHLAS:
Banyak Berdoa

Hidayah berada di tangan Allah dan hati para hamba berada di antara dua jari Allah, Dia membolak-
balikkannya sesuai kehendak-Nya. Oleh karena itu, mohonlah perlindungan kepada-Nya, Zat yang
ditangan-Nya-lah hidayah berada, tampakkanlah hajat dan kefakiranmu kepada-Nya. mintalah selalu
kepada-Nya agar Dia memberikan keikhlasan kepadamu. Do’a yang sering dipanjatkan oleh Umar ibnul
Khaththab radhiallahu ‘anhu adalah do’a berikut :

“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku
mengetahuinya, dan akupun memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.” (Hadits
Shahih riwayat Ahmad)
IKHLASH
Menyembunyikan Amal Kebaikan
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits,

“Tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari di mana tidak ada naungan selain dari naungan-Nya
yaitu pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh di atas ketaatan kepada Allah, laki-laki yang
hatinya senantiasa terikat dengan mesjid, dua orang yang mencintai karena Allah, bertemu dan
berpisah karena-Nya, seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang cantik dan
memiliki kedudukan, namun ia berkata: sesungguhnya aku takut kepada Allah, seseorang yang
bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya tersebut hingga tangan kirinya tidak mengetahui
apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sendiri
hingga meneteslah air matanya.” (HR Bukhari Muslim).
IKHLASH
Memandang Rendah Amal Kebaikan

Memandang rendah amal kebaikan yang kita lakukan dapat mendorong kita agar amal perbuatan kita
tersebut lebih ikhlas. Di antara bencana yang dialami seorang hamba adalah ketika ia merasa ridha
dengan amal kebaikan yang dilakukan, di mana hal ini dapat menyeretnya ke dalam perbuatan ujub
(berbangga diri) yang menyebabkan rusaknya keikhlasan.

Sa’id bin Jubair mengatakan, “Seorang bisa masuk surga berkat dosanya dan seorang bisa masuk
neraka berkat kebaikannya. Maka ada yang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Sa’id menjawab,
“Pria tadi mengerjakan kemaksiatan namun dirinya senantiasa takut akan siksa Allah atas dosa yang telah
dikerjakannya, sehingga tatkala bertemu Allah, Dia mengampuninya dikarenakan rasa takutnya kepada
Allah. Pria yang lain mengerjakan suatu kebaikan, namun dia senantiasa ujub (bangga) dengan amalnya
tersebut, sehingga tatkala bertemu Allah, dia pun dimasukkan ke dalam neraka Allah.”

Takut Akan Tidak Diterimanya Amal


Allah berfirman:

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena
mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al Mu’minun: 60)
IKHLASH
Melihat Amal Orang Shalih yang Berada di Atasmu

Allah berfirman :

“Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk mereka.
Katakanlah: “Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran). Al-Quran itu tidak lain
hanyalah peringatan untuk seluruh umat.” (Al An’am: 90).

Tidak Terpengaruh Perkataan Manusia atas Amalan yang Telah Dikerjakan

Ibnul Jauzi mengatakan,

“Meninggalkan perhatian makhluk dan tidak mencari-cari kedudukan di hati mereka dengan beramal
shalih, mengikhlaskan niat, dan menyembunyikan amal merupakan faktor yang mampu meninggikan
derajat orang yang mulia.”
IKHLASH
Sadar bahwa Manusia Bukanlah Pemilik Surga dan Neraka

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang berbuat riya, maka Allah akan menyingkap niat busuknya itu di hadapan manusia”
(HR. Muslim).

Ingatlah Anda Sendirian di Dalam Kubur

Ibnul Qayyim mengatakan,

“Persiapan yang benar untuk bertemu dengan Allah merupakan salah satu faktor yang paling bermanfaat
dan paling ampuh bgi hamba untuk merealisasikan keistiqamahan diri. Karena setiap orang yang
mengadakan persiapan untuk bertemu dengan-Nya, hatinya akan terputus dari dunia dan segala isinya.”
MUROQOBAH
Pengertian Muroqobah

Dari segi bahasa muraqabah berarti pengawasan dan pantauan.


Karena sikap muraqabah ini mencerminkan adanya pengawasan dan pemantauan Allah terhadap dirinya.
Adapun dari segi istilah, muraqabah adalah, suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa Allah ta'ala
senantiasa mengawasinya, melihatnya, mendengarnya, dan mengetahui segala apapun yang
dilakukannya dalam setiap waktu, setiap saat, setiap nafas atau setiap kedipan mata sekalipun.

Syekh Ibrahim bin Khawas mengatakan, bahwa muraqabah “adalah bersihnya segala amalan, baik
yang sembunyi-sembunyi atau yang terang-terangan hanya kepada Allah.”

Beliau mengemukakan hal seperti ini karena konsekwensi sifat muraqabah adalah berperilaku baik dan
bersih hanya karena Allah, dimanapun dan kapanpun.

Salah seorang ulama juga mengungkapkan bahwa muraqabah ini merupakan salah satu bentuk ibadah
kepada Allah dengan pemahaman sifat “Arraqib, Al-Alim, Assami’ dan Al-Bashir” pada Allah ta'ala. Maka
barang siapa yang memahami Sifat Allah ini dan beribadah atas dasar konsekwensi Sifat-sifat-Nya ini;
akan terwujud dalam dirinya sifat muraqabah.
MUROQOBAH
Urgensi Sifat Muraqabah

• Suatu hal yang sudah pasti dari adanya sifat seperti ini adalah optimalnya ibadah yang
dilakukan seseorang serta jauhnya ia dari kemaksiatan.

• Urgensi lainnya dari sifat muraqabah ini adalah rasa kedekatan kepada Allah ta'ala
“Barang siapa yang merindukan pertemuan
dengan Allah, maka Allah pun akan
merindukan pertemuannya dengan diri-Nya.
Dan barang siapa yang tidak menyukai
pertemuan dengan Allah, maka Allah pun
tidak menyukai pertemuan dengannya” (HR.
Bukhari).
• Muraqabah merupakan sunnah perintah Rasulullah shalallahu 'alaihi wassallam
“Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu berada,
dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik
guna menghapuskan perbuatan buruk tersebut, serta
gaulilah manusia dengan pergaulan yang baik.” (HR.
Tirmidzi)
MUROQOBAH
Macam-macam Sifat Muraqabah

Muraqabah dalam ketaatan kepada Allah ta'ala, dengan penuh keikhlasan dalam menjalankan segala
perintah-Nya Seperti benar-benar menfokuskan tujuan amal ibadahnya hanya kepada Allah dan karena
Allah, dan bukan karena faktor-faktor lainnya. Karena ia menyadari bahwa Allah Maha mengetahui segala
niatan amalnya yang tersembunyi di balik relung-relung hatinya yang paling dalam sekalipun. Sehingga ia
mampu beribadah secara maksimal, baik ketika sendirian ataupun di tengah-tengah keramaian.

Muraqabah dalam kemaksiatan, dengan menjauhi perbuatan maksiat, bertaubat, menyesali perbuatan-
perbuatan dosa yang pernah dilakukannya dan lain sebagainya. Sikap seperti berangkat dari
keyakinannya bahwa Allah mengetahuinya, dan Allah tidak menyukai hamba-Nya yang melakukan
perbuatan maksiat. Sekiranya pun ia telah melakukan maksiat, ia akan bertaubat dengan sepenuh hati
kepada Allah dengan penyesalan yang mendalam, karena Allah akan murka pada dirinya dengan
kemaksiatannya itu.
MUROQOBAH

Muraqabah dalam hal-hal yang bersifat mubah, seperti menjaga adab-adab terhadap Allah, bersyukur
atas segala kenikmatan yang telah diberikan-Nya pada kita, bermuamalah yang baik kepada setiap insan,
jujur, amanah, tanggung jawab, lemah lembut, perhatian, sederhana, ulet, berani dan lain sebagainya.
Sehingga seorang muslim akan tampil dengan kepribadian yang menyenangkan terhadap setiap orang
yang dijumpainya. Dan jadilah ia sebagai seorang dai yang disukai umatnya.

Muraqabah dalam musibah yang menimpanya, yaitu dengan ridha pada ketentuan Allah SWT serta
memohon pertolongan-Nya dengan penuh kesabaran. Ia yakin bahwa hal tersebut merupakan sesuatu
yang datang dari Allah dan menjadi hal yang terbaik bagi dirinya, dan oleh karenanya ia akan bersabar
terhadap sesuatu yang menimpanya.
MUROQOBAH
Cara Untuk Menumbuhkan Sifat Muraqabah

 Memupuk keimanan kepada Allah ta'ala dengan sebaik-baiknya, karena iman merupakan pondasi yang
paling dasar untuk menumbuhkan sikap seperti ini. Tanpa adanya keimanan, muraqabah tidak akan
pernah muncul. Ada beberapa cara yang dapat memupuk keimanan kepada Allah:

 Merenungi ayat-ayat kauniyah (ciptaan Allah ta'ala) melalui tadabur (baca; perenungan) alam, bahwa
ciptaan yang demikian sempurna ini, pastilah dimiliki oleh Dzat yang Maha Sempurna, yang mengetahui
hingga sesuatu yang terkecil dari ciptaan-Nya.

 Merenungi ayat-ayat qauliyah (al-Qur’an), dengan mentadaburinya ayat per ayat secara perlahan, dan
hal ini juga akan menumbuhkan keimanan kepada Allah ta'ala.

 Melatih diri untuk ‘menjaga’ perintah dan larangan Allah ta'ala, dimanapun dan kapanmu ia berada,
karena hal ini akan menumbuhkan sikap muraqabah dalam jiwa kita.

Dalam sebuah hadits Rasulullah shalallahu'alaihi wassallam bersabda: Dari Ibnu Abas ra, berkata; pada
suatu hari saya berada di belakang Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wassallam, lalu beliau berkata,
“Wahai ghulam, peliharalah (perintah) Allah, niscaya Allah akan memeliharamu. Dan peliharalah (larangan)
Allah, niscaya niscaya kamu dapati Allah selalu berada di hadapanmu.” (HR. Tirmidzi)
MUROQOBAH
 Muraqabah juga dapat tumbuh dari adanya ‘ziarah qubur’, dengan tujuan bahwa kita semua pasti akan
mati dan memasuki kuburan, tanpa teman, tanpa saudara dan tanpa keluarga. Hanya amal kitalah yang
akan menemani diri kita. Dan apakah kita telah siap untuk menghadap-Nya?

 Memperbanyak amalan-amalan sunnah, seperti dzikrullah, shalat sunnah, tilawah al-Qur’an dan lain
sebagainya. Amalan-amalan seperti ini akan menumbuhkan rasa ketenangan dalam hati. Dan rasa
ketenangan ini merupakan bekal pokok untuk menumbuhkan muraqabah.

 Merenungi kehidupan salaf shaleh dalam muraqabah, rasa takut mereka terhadap azab Allah yang
sangat luar biasa, dan lain sebagainya. Untuk kemudian dibandingkan dengan diri kita sendiri; apakah
kita sudah dapat seperti mereka, ataukah masih jauh?

 Bersahabat dengan orang-orang shaleh yang memilki rasa takut kepada Allah. Dengan persahatan
insya Allah akan menimbulkan pengaruh positif pada diri kita untuk turut memiliki rasa takut kepada
Allah sebagaimana sahabat kita.

 Memperbanyak menangis (karena Allah), dan meminimalisir tertawa, terutama karena senda gurau.
Karena jiwa yang banyak tertawa, akan sulit untuk dapat merenungi dan mentadaburi ayat-ayat Allah.
Dan jiwa yang terisi dengan keimanan yang membara memunculkan sikap tenang dan tawadhu’.
MUROQOBAH

• TUGAS 1

• carilah contoh Sikap Muraqabah Dalam Al-Qur’an dan


hadits masing-masing sebanyak 5 ayat dan 5 hadits.

Anda mungkin juga menyukai