NURINDAH HASTUTY.A
183010013
Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh
A. PENGERTIAN
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto
Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri
dari HSV1 dan HSV2 serta kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya
lebih terbatas (Misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia,
virus Polio, dan virus Coxsackie-B).
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang
spesifik taerhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap
adanya benda asing (kuman. Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin
M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG).
Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai
keluhan yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa,
baik pria maupun wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan
kelainan pertumbuhan pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka
ragam.
B. ETIOLOGI
1. Toxoplasma gondii
2. Other : Sifilis , Streptococcus group ß ,liseriosis ( Listeria
monocytogeneses), campak, atau morbilli / measles , Varicella- zoster ,
Echovirus , mumps/gondongan, vaccine ,virus polio, Coxsackie –B ,
Hepatitis B dan C ,HIV ,HPV ,Human Papiloma Virus B 19.
3. Rubella virus / German measles
4. Cytomegalo virus (CMV)
5. Herpes simpleks virus (HSV-1 ,HSV-2)
C. PAOFISIOLOGI
1. Toxoplasma Dondii
Toxoplasmosis adalah penyakit infeksi oleh parasit yang disebabkan
oleh Toxoplasma gondii yang dapat menimbulkan radang pada kulit, kelenjar
getah bening, jantung, paru, ,mata, otak, dan selaput otak.
Toxoplasmosissendiri merupakan penyakit zoonosis yang tersebar luas di
seluruh dunia dengan prevalensi yang tinggi pada burung dan mamalia
termasuk manusia. Kucing merupakan sumber infeksi bagi manusia.
Parasit ini termasuk subfilum Sporozoa, kelas Toxoplasma dan
merupakan salah satu genus dari ordo Toxoplasmida. Toxoplasma gondii
terdpat di dalam sel-sel dari system retikulo-endotel dan juga di dalam sel-sel
parenkim.
Terdapat 2 macam bentuk dari Toxoplasma yaitu bentuk intraseluler
dan bentuk ekstraseluler bulat atau lonnjong, sedang bentuk ekstraseluler
seperti bulan sabit yang langsing, dengan ujung yang satu runcing sedang
lainnya tumpul. Ukuran parasit micron x 4-6 mikron, dengan inti terletak di
ujung yang tumpul.
Jumlah parasit dalam darah akan menurun dengan terbentukya antibodi
namun kista Toxoplasma yang ada dalam jaringan tetap msih hidup. Kista
jaringan ini akan reaktif jika terjadi penurunan kekebalan. Infeksi yang terjadi
pada orang dengan kekebalan rendah baik infeksi primer maupun infeksi
reaktivasi akan menyebabkan terjadinya Cerebritis, Chorioretinitis, pneumonia,
terserangnya seluruh jaringan otot, myocarditis, ruam makulopapuler dan atau
dengan kematian. Toxoplasmosis yang menyerang otak sering terjadi pada
penderita AIDS.
Infeksi primer yang terjadi pada awal kehamilan dapat menyebabkan
terjadinya infeksi pada bayi yang dapat menyebabkan kematian bayi atau dapat
menyebabkab Chorioretinis, kerusakan otak disertai dengan klasifikasi
intraserebral, hidrosefalus, mikrosefalus, demam, ikterus, ruam,
hepatosplenomegasli, Xanthochromic CSF, kejang beberapa saat setelah lahir.
2. Rubella
Kematian pada post natal rubella biasanya disebabkan oleh enchepalitis.
Pada infeksi awal, virus akan masuk melalui traktus respiratorius yang kemudian
akan menyebar ke kelenjar limfe sekitar dan mengalami multiplikasi serta
mengawali terjadinya viremia dalam waktu 7 hari. Janin dapat terinfeksi selama
terjadinya viremia maternal. Saat ini, telah diketahui bahwa infeksi plasenta terjadi
pada 80% kasus dan risiko kerusakan jantung, mata, atau telinga janin sangat tinggi
pada trisemester pertama. Jika infeksi maternal terjadi sebelum usia kehamilan 12
minggu, 60% bayi akan terinfeksi. Kemudian, risiko akan menurun menjadi 17%
pada minggu ke-14 dan selanjutnya menjadi 6% setelah usia kehamilan 20 minggu.
Akan tetapi, plasenta biasanya terinfeksi dan virus dapat menjadi laten pada bayi
yang terinfeksi kongenital selama bertahun-tahun.
3. Cytomegalovirus (CMV)
Penyakit yang disebabkan oleh Cytomegalovirus dapat terjadi secara
kongenital saat bayi atau infeksi pada usia anak. Kadang-kadang, CMV juga dapat
menyebabkan infeksi primer pada dewasa, tetapi sebagian besar infeksi pada usia
dewasa disebabkan reaktivasi virus yang telah didapat sebelumnya. Infeksi
kongenital biasanya disebabkan oleh reaktivasi CMV selama kehamilan. Di negara
berkembang, jarang terjadi infeksi primer selama kehamilan, karena sebagian besar
orang telah terinfeksi dengan virus ini sebelumnya. Bila infeksi primer terjadi pada
ibu, maka bayi akan dapat lahir dengan kerusakan otak, ikterus dengan pembesaran
hepar dan lien, trombositopenia, serta dapat menyebabkan retardasi mental. Bayi
juga dapat terinfeksi selama proses kelahiran karena terdapatnya CMV yang
banyak dalam serviks. Penderita dengan infeksi CMV aktif dapat mengekskresikan
virus dalam urin, sekret traktus respiratorius, saliva, semen, dan serviks. Virus juga
didapatkan pada leukosit dan dapat menular melalui tranfusi.
F. MENCEGAH TORCH
Mengingat bahaya dari TORCH untuk ibu hamil, bagi Anda yang sedang
merencanakan kehamilan atau yang saat ini sedang hamil, dapat
mempertimbangkan saran-saran berikut agar bayi Anda dapat terlahir dengan baik
dan sempurna.
a. Makan makanan bergizi
Saat hamil, sebaiknya Anda mengkonsumsi banyak makanan bergizi. Selain
baik untuk perkembangan janin, gizi yang cukup juga akan membuat tubuh
tetap sehat dan kuat. Bila tubuh sehat, maka tubuh dapat melawan berbagai
penyakit termasuk TORCH sehingga tidak akan menginfeksi tubuh.
b. Lakukan pemeriksaan sebelum kehamilan
Ada baiknya, Anda memeriksakan tubuh sebelum merencanakan kehamilan.
Anda dapat memeriksa apakah dalam tubuh terdapat virus atau bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi TORCH. Jika Anda sudah terinfeksi, ikuti saran
dokter untuk mengobatinya dan tunda kehamilan hingga benar-benar sembuh.
c. Melakukan vaksinasi
Vaksinasi bertujuan untuk mencegah masuknya parasit penyebab TORCH.
Seperti vaksin rubela dapat dilakukan sebelum kehamilan. Hanya saja, Anda
tidak boleh hamil dahulu sampai 2 bulan kemudian.
d. Makan makanan yang matang
Hindari memakan makanan tidak matang atau setengah matang. Virus atau
parasit penyebab TORCH bisa terdapat pada makanan dan tidak akan mati
apabila makanan tidak dimasak sampai matang. Untuk mencegah
kemungkinan tersebut, selalu konsumsi makanan matang dalam keseharian
Anda.
e. Periksa kandungan secara terartur
Selama masa kehamilan, pastikan juga agar Anda memeriksakan kandungan
secara rutin dan teratur. Maksudnya adalah agar dapat dilakukan tindakan
secepatnya apabila di dalam tubuh Anda ternyata terinfeksi TORCH.
Penanganan yang cepat dapat membantu agar kondisi bayi tidak menjadi
buruk.
f. Jaga kebersihan tubuh
Jaga higiene tubuh Anda. Prosedur higiene dasar, seperti mencuci tangan,
sangatlah penting.
G. PENGOBATAN TORCH
Adanya infeksi-infeksi ini dapat dideteksi dari pemeriksaan darah. Biasanya
ada 2 petanda yang diperiksa untuk tiap infeksi yaitu Imunoglobulin G (IgG) dan
Imunoglobulin M (IgM). Normalnya keduanya negatif.
Jika IgG positif dan IgMnya negatif,artinya infeksi terjadi dimasa lampau
dan tubuh sudah membentuk antibodi. Pada keadaan ini tidak perlu diobati.
Namun, jika IgG negatif dan Ig M positif, artinya infeksi baru terjadi dan harus
diobati. Selama pengobatan tidak dianjurkan untuk hamil karena ada kemungkinan
infeksi ditularkan ke janin. Kehamilan ditunda sampai 1 bulan setelah pengobatan
selesai (umumnya pengobatan memerlukan waktu 1 bulan). Jika IgG positif dan
IgM juga positif,maka perlu pemeriksaan lanjutan yaitu IgG Aviditas. Jika hasilnya
tinggi,maka tidak perlu pengobatan, namun jika hasilnya rendah maka perlu
pengobatan seperti di atas dan tunda kehamilan. Pada infeksi Toksoplasma,jika
dalam pengobatan terjadi kehamilan, teruskan kehamilan dan lanjutkan terapi
sampai melahirkan.Untuk Rubella dan CMV, jika terjadi kehamilan saat terapi,
pertimbangkan untuk menghentikan kehamilan dengan konsultasi kondisi
kehamilan bersama dokter kandungan anda.
Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan menggunakan obat-
obatan seperti isoprinocin, repomicine, valtrex, spiromicine, spiradan, acyclovir,
azithromisin, klindamisin, alancicovir, dan lainnya. Namun tentu pengobatannya
membutuhkan biaya yang sangat mahal dan waktu yang cukup lama. Selain itu,
terdapat pula cara pengobatan alternatif yang mampu menyembuhkan penyakit
TORCH ini, dengan tingkat kesembuhan mencapai 90%.
H. DIAGNOSA TORCH
Proses diagnosa medis merupakan langkah pertama untuk menangani suatu
penyakit. Tetapi diagnosa berdasarkan pengamatan gejala klinis sering sukar
dilaksanakan, maka dilakukan diagnosa laboratorik dengan memeriksa serum
darah, untuk mengukur titer-titer antibodi IgM atau IgG-nya.
Penderita TORCH kadang tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik,
bahkan bisa jadi sama sekali tidak merasakan sakit. Secara umum keluhan yang
dirasakan adalah mudah pingsan, pusing, vertigo, migran, penglihatan kabur,
pendengaran terganggu, radang tenggorokan, radang sendi, nyeri lambung, lemah
lesu, kesemutan, sulit tidur, epilepsi, dan keluhan lainnya.
Untuk kasus kehamilan: sulit hamil, keguguran, organ tubuh bayi tidak
lengkap, cacat fisik maupun mental, autis, keterlambatan tumbuh kembang anak,
dan ketidaksempurnaan lainnya.
I. PEMERIKSAAN TORCH
1) Toxoplasma
Tes ini mempergunakan antigen Toxoplasma yang diletakkan pada
penyangga padat, mula-mula di inkubasi dengan serum penderita kemudian dengan
antibodi berlabel enzim. Kadar antibodi dalam serum penderita sebanding dengan
intertitas warna yang timbul setelah ikatan antigen antibodi dicampur dengan
substrat. Uji aviditas pada ELISA bermanfaat untuk determinasi prediktif kapan
seseorang atau individu tersebut diperkirakan terinfeksi Aviditas ELISA juga dapat
digunakan untuk menentukan status infeksi serta kekuatan ikatan intrinsik antara
antibodi dengan antigen.
Cara Kerja :
a) Lokasi Pengambilan Sampel
vena mediana cubiti ( dewasa )
vena jugularis superficial
b) Cara kerja pengambilan sampel :
Bersihkan daerah vena mediana cubiti dengan alcohol 70% dan biarkan
menjadi kering kembali
Pembendungan vena tidak boleh terlalu kuat .
Tegangkan kulit diatas vena dengan jari tangan kiri agar vena tidak
bergerak
Lepaskan pembendungan dan ambillah darah sesuai yang dibutuhkan
Taruh kapas diatas jarum/nald dan cabut perlahan
Mintakan agar pasien menekan bekas tusukan dengan kapas tadi
Alirkan darah dari syringe kedalam tabung melaluji dinding tabung
Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis specimen.
2) Rubella
Dengan tes ELISA, HAI,Pasif HAatau tes LA, atau dengan adanya IgM
spesifik rubella yang mengindikasikan infeksi rubella telah terjadi.
Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-
Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum
memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk
diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella
bawaan.
3) Cyto Megalo Virus
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut
atau infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi.
Pemeriksaan laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta
Aviditas Anti-CMV IgG.
4) Herpes Simpleks
Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting
untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II
dan mencaegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat
kehamilan
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
1. Suhu tubuh meningkat
2. Malaise
3. Sakit tenggorokan
4. Mual dan muntah
5. Nyeri otot
d. Riwayat kesehatan dahulu
1. Klien sering berkontak langsung dengan binatang
2. Klien sering mengkonsumsi daging setengah matang
3. Klien pernah mendapatkan tranfusi darah
e. Data psikologis
f. Data spiritual
g. Data social dan ekonomi
h. Pemeriksaan fisik
1. Mata : Nyeri
2. Perut : Diare, mula dan muntah
3. Integument: suka berkeringat malam, suhu tubuh meningkat, timbulnya
rash pada kulit
4. Muskuloskletal: Nyeri dan kelemahan
5. Hepar : Hepatomegali dan icterus
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d adanya proses infeksi / inflamasi.
2. Hipertemia b. d peningkatan tingkat metabolisme penyakit ditandai dengan
suhu 390c tubuh menggigil.
3. Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan makanan dan
cairan ditandai dengan diare.
DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1 Nyeri b.d adanya proses Setelah dilakukan 1. Berikan lingkungan yang 1. Menurunkan reaksi
infeksi / inflamasi. tindakan keperawatan tenang sesuai kebutuhan. stimulasi dari luar atau
diharapkan dapat sensitivitas pada cahaya
mengurangi nyeri dengan dan meningkatkan
Kriteria Hasil : istirahat/reaksi.
2. Menurunkan reaksi
1. Klien melaporkan
2. Berikan lingkungan yang stimulasi dari luar atau
nyeri hilang dan
tenang sesuai kebutuhan. sensitivitas pada cahaya
terkontrol
dan meningkatkan
2. Klien tampak rileks,
istirahat/reaksi.
Klien mampu
3. Tingkatkan tirah baring, 3. Menurunkan gerakan yang
tidur/istirahat
bantulah kebutuhan dapat meningkatkan nyeri.
dengan tepat.
perawatan diri yang
penting.
4. Kolaborasi dengan tim 4. Untuk menghilangkan rasa
medis lainnya dalam nyeri yang berat.
pemberian analgesic seperti
asetamenofen.
2 Hipertemia b.d peningkatan Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda vital : 1. Sebagai indikator untuk
tingkat metabolisme penyakit tindakan keperawatan Suhu tubuh mengetahui status
ditandai dengan suhu 39, 5°C, diharapkan dapat hipertermi
tubuh menggigil mendemonstrasikan suhu 2. Ajarkan klien pentingnya 2. Dalam kondisi demam
dalam batas normal mempertahankan cairan terjadi peningkatan
Kriteria Hasil : yang adekuat sedikitnya evaporasi yang memicu
2000ml/ hari untuk timbulnya dehidrasi.
1. Terjadi peningkatan
mencegah dehidrasi.
suhu
3. Berikan kompres dengan 3. Menghambat pusat
2. Kulit kemerahan dan
air biasa pada lipatan ketiak simpatis di hipotalamus
hangat waktu disentuh
dan femur. sehingga terjadi
3. Peningkatan tingkat
vasodilatasi kulit dengan
pernapasan
merangsang kelenjar
keringat untuk mengurangi
panas tubuh melalui
penguapan.
4. Anjurkan klien untuk 4. Kondisi kulit yang
memakai pakaian yang mengalami lembab
menyerap keringat memicu timbulnya
pertumbuhan jamur, juga
akan mengurangi
kenyamanan klien,
mencegah timbulnya ruam
kulit.
3 Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan 1. Awasi pemasukan 1. Makan banyak sulit untuk
b.d tidak adekuatnya masukan tindakan keperawatan diet/jumlah kalori. Berikan mengatur bila pasien
makanan dan cairan ditandai diharapkan dapat makan sedikit dalam anoreksia. Anoreksia juga
dengan, diare memenuhi kebutuhan frekwensi sering dan paling buruk selama siang
cairan tubuh dengan tawarkan makan pagi hari, membuat maskan
Kriteria Hasil : paling besar. makanan yang sulit pada
sore hari.
1. Mempertahankan
2. Berikan perawatan mulut 2. Menghilangkan rasa tak
volume sirkulasi
sebelum makan. enak dapat meningkatkan
adekuat
napsu makan.
2. Tanda – tanda vital
3. Anjurkan makan pada 3. Menurunkan rasa penuh
dalam batas normal
posisi duduk tegak. pada abdomen dan dapat
3. Nadi ferifer teraba
meningkatkan pemasukan.
4. Haluaran urine adekuat
4. Konsul pada ahli diet, 4. Berguna dalam program
5. Membrane mukosa dukungan tim nutrisi untuk diet untuk memenuhi
lembab memberikan diet sesuai kebutuhan nutrisi individu
6. Turgor kulit baik. kebutuhan pasien, dengan
masukan lemak dan protein
sesuai toleransi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:
EGC
Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Somantri, Irman. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Imunologi.
Jakarta: Salemba.
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.
Edisi 4. Jakarta : EGC.
Rab, Tabrani. 2000. Agenda Gawat Darurat (Critical Care) jilid 2. Bandung: PT. Alumni.
Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol II. Edisi 8. Jakarta : EGC.