Dosen Pengampu:
Dr. Misrawati, M.Kep., Sp.Mat
Disusun Oleh:
Kelompok 1 (A 2020 2)
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................6
A. Infeksi TORCH.............................................................................................................................6-17
A. Kesimpulan...................................................................................................................................48
B. Saran .............................................................................................................................................48
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi maternal adalah proses peradangan atau inflamasi yang terjadi selama kehamilan
yang disebabkan oleh banyak faktor, seperti immunosupresi, virus, bakteri, jamur, seks
bebas, gaya hidup, jarum suntik, dan lain sebagainya. Infeksi dalam kehamilan bertanggung
jawab untuk morbiditas dan mortalitas signifikan. Beberapa akibat infeksi maternal
berlangsung seumur hidup, seperti infertilitas dan sierilitas. Kondisi-kondisi lain, seperti
infeksi yang didapat secara kongenital, seringkali mempengaruhi lama dan kualitas hidup.
Kehamilan dianggap sebagai kondisi immunosupresi. Perubahan respon imun dalam
kehamilan dapat menurunkan kemampuan ibu melawan infeksi. Selain itu, perubahan
traktus pada genetalia juga dapat mempengaruhi kerentanan terhadap suatu infeksi. Infeksi
maternal disebabkan, karena berbagai virus dan bakteri yang menginvasi baik secara
endogen maupun secara eksogen. Berbagai penyakit bisa timbul karena infeksi maternal
tersebut. Klasifikasi dari macam-macam penyakit yang ditimbulkan, karena infeksi antara
lain Penyakit Menular Seksual (PMS), infeksi TORCH, Human papiloma, virus infeksi
traktus genetalia, dan infeksi pasca partum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah sebagai berikut:
1) Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit infeksi TORCH?
2) Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit infeksi traktus genetalis?
3) Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit infeksi pasca partum?
4) Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit radang panggul?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit infeksi TORCH.
2) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit infeksi traktus genetalis.
3) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit infeksi pasca partum.
4) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit radang panggul.
4
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan di atas, maka manfaat penulisan sebagai berikut:
1) Hasil dari penulisan ini dapat digunakan sebagai media informasi ilmiah dan menambah
wawasan di bidang ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang keperawatan maternitas.
2) Sebagai dasar acuan untuk selanjutnya dalam melakukan penulisan yang serupa di
wilayah lainnya, sehingga dapat menjadi sumber pembelajaran.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Infeksi TORCH
1. Pengertian Infeksi TORCH
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo
Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV1 dan HSV2, serta
kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (Misalnya
Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan virus
Coxsackie-B).
2. Etiologi Infeksi TORCH
a) Toxoplasma gondii (Toxo)
Toksoplasmosis adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma
gondii. T. gondii bisa ditemukan pada kotoran kucing yang terinfeksi, serta
daging binatang yang terinfeksi, karena parasit T. gondii hanya bisa berkembang
biak pada kucing liar dan peliharaan. Maka, beberapa jenis hewan tersebut
diduga menjadi inang utamanya.
b) Rubella
Penyebab rubella adalah virus. Virus rubella ini menyebar melalui
droplet bersin atau ingus orang yang terinfeksi oleh penyakit rubella atau
campak Jerman ini. Bagi kebanyakan orang penyakit rubella adalah penyakit
ringan tapi bagi wanita hamil, rubella adalah penyakit yang bisa menyebabkan
konsekuensi serius.
c) Cyto Megalo Virus
Infeksi oportunistik yang menyerang saat sistem kekebalan tubuh lemah.
Penularan virus CMV dapat terjadi melalui kontak langsung dengan cairan
tubuh, hubungan seks, transplantasi organ, atau donor darah. Virus CMV juga
bisa menular dari ibu ke bayi saat persalinan atau menyusui.
d) Herpes Simplex Virus
Penyebab herpes genital adalah virus Herpes simplex (HSV) yang sangat
menular dan dapat berpindah dari satu orang ke orang lainnya melalui kontak
6
langsung. Virus ini memiliki dua tipe, yakni: HSV tipe 1, tipe yang umumnya
menyebabkan luka atau lecet pada daerah sekitar mulut.
3. Patofisiologi Infeksi TORCH
a) Toxoplasmosis
Organisme tempat Toxoplasma gondii hidup adalah kucing. Kucing
tersebut terinfeksi, karena memakan hewan pengerat dan burung pemakan
daging yang terinfeksi. Satu minggu setelah terinfeksi, kucing mengeluarkan
oocyst yang terdapat pada fesesnya. Pengeluaran oocyst terus menerus sampai
sekitar 2 minggu sebelum kucing itu sembuh atau pulih kembali. Feses kucing
sudah sangat infeksius. Oocyst dalam feses menyebar melalui udara dan ketika
dihirup akan dapat menyebabkan infeksi. Sporulasi organisme ini terjadi setelah
1-5 hari dalam kotoran. Jika oocyst terkandung dalam tanah sisa-sisa partikel
berada di atasnya dan akan terbawa arus air hujan. Sisa oocyst dapat bertahan
hidup sampai lebih dari 1 tahun tetapi tidak aktif.
b) Rubella
Virus sesudah masuk melalui saluran pernapasan akan menyebabkan
peradangan pada mukosa, kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Dari saluran
pernapasan inilah virus akan menyebrang ke sekelilingnya. Pada infeksi rubella
yang diperoleh post natal virus rubella akan dieksresikan dari faring selama.
Pada rubella yang kongenal saluran pernafasan dan urin akan tetap
mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. Hal ini perlu diperhatikan dalam
perawatan bayi di rumah sakit dan di rumah untuk mencegah terjadinya
penularan. Sesudah sembuh tubuh akan membentuk kekebalan baik, berupa
antibodi maupun kekebalan seluler yang akan mencegah terjadinya infeksi
ulangan.
c) Cyto Megalo Virus
Cyto Megalo Virus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus
kongenital di Amerika Utara. CMV ditularkan dari orang ke orang melalui
kontak langsung dengan cairan atau jaringan tubuh, termasuk urin, darah, liur,
sekret servikal, semen, dan ASI. Masa inkubasi tidak diketahui, berikut ini
adalah perkiraan masa inkubasi: setelah lahir 3-12 minggu, setelah tranfusi 3-12
minggu, dan setelah transplantasi 4 minggu-4 bulan. Urin sering mengandung
CMV dari beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi. Virus tersebut
7
dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang, tetapi masih dapat diaktifkan
kembali. Hingga kini belum ada imunisasi untuk mencegah penyakit ini.
d) Herpes Simplex Virus
Pada saat virus masuk kedalam tubuh belum memiliki antibodi, maka
infeksinya bisa bersifat luas dengan gejala-gejala konstitusionil berat disebut
infeksi primer. Virus kemudian akan menjalar melalui serabut saraf sensoris ke
ganglion saraf regional (ganglion sakralis) dan berdiam disana secara laten. Pada
saat virus masuk pertama kali tidak terjadi gejala-gejala primer, maka tubuh
akan membuat antibodi sehingga pada serangan berikutnya gejala tidaklah
seberat infeksi primer. Bila sewaktu-waktu ada faktor pencetus, virus akan
mengalami aktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadi infeksi reklien.
Pada saat ini tubuh sudah mempunyai antibodi, maka gejalanya tidak seberat
infeksi primer. Faktor-faktor pencetus, virus akan mengalami aktivasi dan
multiplikasi kembali sehingga terjadi infeksi neklien. Dampak pada kehamilan
dan persalinan, sebagai berikut:
a. Penularan pada janin dapat terjadi hematogen melalui plasenta.
b. Penularan pada janin dapat terjadi akibat perjalanan dari vagina ke janin
apabila ketuban pecah.
c. Penularan pada bayi dapat terjadi melalui kontak langsung pada waktu bayi
lahir.
8
Pathway Virus TORCH
9
Pathway Infeksi TORCH
11
NO TUJUAN & INTERVENSI
RASIONAL
Dx. KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
Kolaborasi:
5. Kolaborasi
pemberian
analgesik.
12
2 Setelah dilakukan Observasi:
1. Menentukan intervensi
tindakan keperawatan 1. Observasi dan
selanjutnya.
selama 2x24 jam catat hasil
diharapkan suhu tubuh pemeriksaan suhu
2. Kompres dapat menurun
pasien dapat normal tubuh px.
suhu tubuh yang non
kembali dengan kriteria
farmakologis.
hasil:
Mandiri:
Suhu normal :
2. Berikan
36,5-37,5 C.
o
3. Hidrasi yang adekuat
kompres hangat.
Kulit pasien dapat menurunkan suhu
tidak tampah tubuh dan mencegah
Health Education:
kemerahan dan kekurangan cairan dan
3. Berikan
tidak panas elektrolit.
penjelasan kepada
ketika disentuh.
px dan keluarga
Tubuh px tidak
untuk banyak 4. Kulit yang kotor dapat
menggigil.
minum minimal 1,5 menghalangi penguapan
liter/hari. tubuh terhadap panas.
penjelasan kepada
px dan keluarga
untuk
mempertahankan
kebersihan kulit.
Kolaborasi:
5. Kolaborasi
pemberian
antipiretik.
3 Setelah dilakukan Observasi:
tindakan keperawatan 1. Observasi 1. Perubahan tanda vital yang
selama 2x24 jam tanda-tanda vital. signifikan.
13
14
diharapkan volume cairan menandakan adanya kegawatan.
pasien dapat terpenuhi
dengan kriteria hasil: 2. Observasi 2. Menentukan intervensi
Px dapat tanda-tanda selanjutnya.
mempertahankan dehidrasi.
volume sirkulasi 3. Hipovolemia akan
adekuat. memperkuat tanda-tanda
3. Pantau membran
Tanda-tanda vital dehidrasi.
mukosa kering,
dalam batas
turgor kulit yang
normal: 4. Untuk mengetahui
kurang baik, dan
S = 36,5-37,50C. adanya perubahan warna
rasa haus.
RR = 16-24 dan untuk mengetahui
x/menit. input/output.
Mandiri:
TD = 120/80
4. Ukur dan catat
mmHg. 5. Mempertahankan intake
urine setiap kali
N = 60-100 cairan per oral.
berkemih.
x/menit.
Nadi perifer px
6. Mempertahankan volume
teraba. Health Education: sirkulasi, meningkatkan fungsi
Haluaran urine 5. Berikan ginjal.
adekuat. penjelasan kepada
Membrane pasien untuk
mukosa px banyak minum
lembab. minimal 1,5
Turgor kulit liter/hari.
elastis.
Kolaborasi:
6. Berikan cairan
IV.
15
4 Setelah dilakukan Observasi:
1. Memberi informasi pada
tindakan keperawatan 1. Kaji ulang
tingkat pemahaman
selama 2x24 jam, proses
pasien/orang terdekat akan
diharapkan px dan penyakit,
menurunkan ansietas dan
keluarga dapat memiliki ulangi
kesalahan konsep tentang
pengetahuan terkait penjelasan
apa yang dialami pasien.
masalah kesehatan yang sesuai
dialaminya dengan kriteria kebutuhan.
2. Faktor ini secara langsung
hasil:
Mandiri: mempengaruhi kemampuan
Pasien dan
2. Perhatikan untuk
keluarga mengerti
tingkat ansietas berpartisipasi/mengakses
tentang
dan perubahan dan menggunakan
penyakitnya.
proses pikir. pengetahuan.
Pasien dan
keluarga
3. Meningkatkan proses
mengetahui 3. Dorong dan
belajar, meningkatkan
penanganan berikan
pengambilan keputusan,
penyakitnya. kesempatan
dan menurunkan ansietas
untuk bertanya.
sehubung dengan
ketidaktahuan.
4. Mengetahui pemahaman
keluarga dan pasien.
5. Terapi yang
berkelanjutan dapat
memulihkan keadaan pasien.
16
Health Education:
4. Berikan
penjelasan kepada
pasien dan keluarga
tentang
penyakitnya.
5. Berikan
penjelasan kepada
pasien untuk
berobat secara rutin.
d) Implementasi keperawatan
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.
e) Evaluasi keperawatan
No. EVALUASI
Dx KEPERAWATAN
1. Px dapat melaporkan nyeri berkurang dan dapat terkontrol.
1
2. Px tampak rileks.
3. Px dapat tidur dan istirahat tanpa harus terganggu oleh rasa nyerinya.
1. Suhu normal : 36,5-37,5oC.
2 2. Kulit pasien tidak tampah kemerahan dan tidak panas ketika disentuh.
3. Tubuh px tidak menggigil.
1. Px dapat mempertahankan volume sirkulasi adekuat.
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal:
a. S = 36,5-37,50C.
b. RR = 16-24 x/menit.
c. TD = 120/80 mmHg.
3
d. N = 60-100 x/menit.
3. Nadi perifer px teraba.
4. Haluaran urine adekuat.
5. Membrane mukosa px lembab.
6. Turgor kulit elastis.
17
1. Pasien dan keluarga mengerti tentang penyakitnya.
4
2. Pasien dan keluarga mengetahui penanganan penyakitnya.
18
b. Faktor predisposisi infeksi post partum
1) Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti
perdarahan dan kurang gizi atau malnutrisi.
2) Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama.
3) Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
4) Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan udara.
5) Anemia, higiene, dan kelelahan.
6) Partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatic, kurang
baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, serta
dapat berlanjut ke infeksi dalam masa nifas.
3. Patofisiologi Traktus Genetalis
Proses inflamasi atau peradangan merupakan bagian dari respon imun
untuk melawan agen penyebab infeksi atau zat berbahaya yang masuk ke
dalam tubuh. Proses ini melibatkan sel leukosit dan produk darah lain, seperti
protein plasma. Migrasi sel leukosit ke tempat inflamasi diikuti dengan
vasodilatasi pembuluh darah, serta peningkatan aliran darah. Aktivasi
proses inflamasi dimulai ketika reseptor yang berada di sel imun
mendeteksi molekul patogen yang diikuti dengan produksi mediator
inflamasi, seperti sitokin Interferon (IFN)-tipe I. Setelah respon imun
alamiah muncul, tubuh akan membentuk respon imun adaptif yang lebih
spesifik dengan melibatkan sel limfosit T dan sel limfosit B. Berdasarkan
jenis antigennya, limfosit T yang naif akan berubah menjadi sel limfosit
T helper (Th)-1, 2, dan 17 atau sel limfosit T sitotoksik, sedangkan sel
limfosit B akan membentuk antibodi yang dapat melawan patogen atau
zat berbahaya tersebut. Proses inflamasi akan mereda setelah patogen atau
zat berbahaya hilang. Namun, bila stimulus menetap, proses inflamasi akan
terjadi terus-menerus, dan bersifat kronis.
19
Pathway Infeksi Traktus Genetalis
Riwayat penyakit :
1) Riwayat penyakit yang pernah dialami:
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya
DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinaria, penyakit
endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
2) Riwayat kesehatan keluarga:
20
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut
dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular
yang terdapat dalam keluarga.
Kaji keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat
ini dan keadaan kesehatan anaknya.
5) Riwayat seksual:
d. Pemeriksaan fisik
1) Head to Toe
1. Kepala
21
rambut.
2. Wajah
3. Mata
24
Normal: suara peristaltik terdengar setiap 5-20x/detik,
terdengar denyutan arteri renalis, serta arteri iliaka dan
aorta.
Perkusi semua kuadran: mulai dari kuadran kanan atas
bergerak searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa
nyeri dan kualitas bunyinya.
Perkusi hepar: batas.
Perkusi Limfa: ukuran dan batas.
Perkusi ginjal: nyeri.
Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup
dan apabila banyak cairan = hipertimpani.
Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, serta ginjal kiri dan
kanan): massa, karakteristik organ, adanya asistes, nyeri
irregular, lokasi, dan nyeri. Dengan cara perawat
menghangatkan tangan terlebih dahulu.
Normal: tidak teraba penonjolan, tidak ada nyeri tekan,
serta tidak ada massa dan penumpukan cairan.
10. Ekstremitas
Inspeksi struktur muskuloskeletal atas: simetris dan
pergerakan, integritas ROM, serta kekuatan dan tonus otot.
Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, dan
kekuatan otot penuh.
Palpasi: denyutan arteri brachialis dan arteri radialis.
Normal: teraba jelas
Tes reflex :tendon trisep, bisep, dan brachioradialis.
Normal: reflek bisep dan trisep positif.
Inspeksi struktur muskuloskeletal bawah: simetris dan
pergerakan, integritas kulit, posisi dan letak, ROM, serta
kekuatan dan tonus otot.
Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, dan
kekuatan otot penuh
Palpasi : arteri femoralis, arteri poplitea, dan arteri dorsalis
25
pedis denyutan.
Normal: teraba jelas.
Tes reflex: tendon patella dan archilles.
Normal: reflex patella dan archilles positif.
e. Diagnosa keperawatan
1. Dx: Hipertermia berhubungan dengan penyakit ditandai oleh kulit
kemerahan.
Tujuan: Suhu tubuh normal.
Kriteria: a. Tidak ada tanda-tanda peningkatan suhu tubuh.
1) TTV dalam batas normal, intervensi :
a. Monitor suhu sesering mungkin.
b. Monitor warna dan suhu kulit.
c. Monitor TTV.
d. Monitor penurunan tingkat kesadaran.
e. Monitor intake dan output.
f. Kompres hangat.
g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik dan
antibiotik.
h. Tingkatkan sirkulasi udara.
i. Anjurkan untuk banyak minum air putih.
Kriteria:
1. Mampu mengontrol nyeri.
2. Mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri.
3. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
26
Intervensi:
a. Kaji lokasi dan sifat ketidaknyamanan/nyeri.
b. Berikan instruksi mengenal nyeri (skala, intensitas, frekuensi)
c. Instruksikan klien dalam melakukan teknik relaksasi,
memberikan aktivitas pengalihan, seperti radio, televisi, dan
membaca.
d. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
e. Kolaborasi:
1) Berikan analgetik/antipiretik.
2) Berikan kompres panas lokal.
3) Jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil.
4) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
5) Tingkatkan istirahat.
f. Monitor penerimaan pasien tetang manajemen nyeri.
Intervensi:
a. Gunakan pendekatan yang menyenangkan.
b. Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan.
c. Kaji respon fisiologis klien (takikardia, takipnea, dan gemetar).
d. Perlakukan pasien secara lembut, empati, dan sikap mendukung.
e. Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan.
f. Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya.
g. Kaji mekanisme koping yang digunakan klien.
h. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
takut.
i. Dorong keluarga untuk menemani anak.
j. Dengarkan dengan penuh perhatian.
k. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
l. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi.
m. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi.
n. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat untuk
mengurangi kecemasan.
C. Infeksi Pasca Partum
28
1. Pengertian Infeksi Pasca Partum
Infeksi pasca partum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan)
ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28
hari setelah abortus atau persalinan (Bobak, 2004). Infeksi ini
terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat
berlangsungnya proses persalinan.
2. Etiologi Infeksi Pasca Partum
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat
berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum
maupun saat persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan masuknya
kuman dalam tubuh lewat rahim. Jalan masuk lainnya adalah dari penolong
persalinan sendiri, seperti alat-alat yang tidak steril digunakan pada saat
proses persalinan. Infeksi bisa timbul akibat bakteri yang sering kali
ditemukan didalam vagina (endogenus) atau akibat pemaparan pada agen
pathogen dari luar vagina (eksogenus) (Bobak, 2004).
Namun biasanya infeksi ini tidak menimbulkan penyakit pada persalinan,
kelahiran, atau pascapersalinan. Hampir 30 bakteri telah diidentifikasi ada
disaluran genital bawah (vulva, vagina dan sevik) setiap saat (Faro 1990).
Sementara beberapa dari padanya, termasuk beberapa fungi, dianggap
nonpatogenik dibawah kebanyakan lingkungan, dan sekurang-kurangnya 20,
termasuk e.coli, s. aureus, proteus mirabilis dan clebsiela pneumonia, adalah
patogenik (Tietjen, L; Bossemeyer, D, & McIntosh, N, 2004). Bermacam-
macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen (kuman
datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan
endogen (dari jalan lahir sendiri).
Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah Streptococcus
anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah:
1) Streptococcus haemoliticus anaerobi
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi
ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak
suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2) Staphylococcus aureus
29
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan
sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-
orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi
terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
3) Escherichia Coli
Berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi
terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini disebabkan
oleh infeksi traktus urinarius.
4) Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan
partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
3. Patofisiologi Infeksi Pasca Partum
Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi
umum. Pada infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan saraf dan metabolik
pada saat itu terjadi reaksi ringan limporetikularis di seluruh tubuh, berupa
proliferasi sel fagosit dan sel pembuat antibodi (limfosit B). Kemudian reaksi
lokal yang disebut inflamasi akut, reaksi ini terus berlangsung selama menjadi
proses perusakan jaringan oleh trauma. Bila penyebab perusakan jaringan bisa
diberantas, maka sisa jaringan yang rusak disebut debris akan difagositosis
dan dibuang oleh tubuh sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma
berlebihan, reksi sel fagosit kadang berlebihan sehingga debris yang
berlebihan terkumpul dalam suatu rongga membentuk abses atau bekumpul di
jaringan tubuh yang lain membentuk flegman (peradangan yang luas di
jaringan ikat) (Sjamsuhidajat, R, 1997).
30
Pathway Infeksi Pasca Partum
31
Riwayat keluhan utama pada ibu dengan masa nifas adalah nyeri akut dan
ketidaknyamanan nyeri dikaji menggunakan P, Q, R, S, T dengan
menggunakan skala 0-10, terdiri dari 0 : nyeri tidak dirasakan, 1-3 : nyeri
ringan, 4-5 nyeri sedang, 6-8, nyeri berat, 9-10 nyeri tidak tertahankan.
P (Paliaty) : Penyebab nyeri.
Hasil skala nyeri diantaranya agak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang dapat
dialihkan, nyeri sedang tidak dapat dialihkan, nyeri sedang tidak dapat
dialihkan tanpa menggunakan analgetik, nyeri sedang, nyeri berat, nyeri
berat dapat dialihkan, nyeri berat tidak dapat dialihkan, dan nyeri hebat.
b. Nadi
33
kemudian setiap 30 menit untuk setiap jam berikutnya. Tekanan darah ibu
mungkin sedikit meningkat karena upaya persalinan dan keletihan, hal ini
akan normal kembali setelah satu jam.
e. Kandung kemih
Kandung kemih ibu cepat terisi karena diuresis post partum dan
cairan intravena.
f. Fundus uteri
Periksa setiap 15 menit selama satu jam pertama kemudian setiap
30 menit, fundus harus berada dalam midline, keras, dan 2 cm di bawah atau
pada umbilikus. Bila uterus lunak, lakukan masase hingga keras dan pijatan
hingga berkontraksi ke pertengahan.
g. Sistem gastrointestinal
Pada minggu pertama post partum fungsi usus besar kembali
normal.
Pada masa post partum ibu biasanya akan kehilangan berat badan
lebih kurang 5-6 kg yang disebabkan oleh keluarnya plasenta dengan berat
lebih kurang 750 gram, darah dan cairan amnion lebih kurang 1000 gram,
serta sisanya berat badan bayi.
i. Lochea
Periksa setiap 15 menit, alirannya harus sedang. Bila darah
mengalir dengan cepat, curigai terjadinya robekan serviks.
j. Perineum
Perhatikan luka episiotomi jika ada dan perineum harus bersih,
tidak berwarna, tidak ada edema, dan jahitan harus utuh.
k. Sistem musculoskeletal
Selama kehamilan otot-otot abdomen secara bertahap melebar dan
terjadi penurunan tonus otot. Pada periode pasca partum penurunan tonus
otot jelas terlihat. Abdomen menjadi lunak, lembut dan lemah, serta
muskulus rektus abdominis memisah.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai
34
respons pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa
keperawatan merupakan bagian vital dalam menentukan asuhan
keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien mencapai kesehatan
yang optimal. Tujuan diagnosa keperawatan adalah untuk mengidentifikasi
respons pasien individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2016). Diagnosa keperawatan yang
ditegakkan dalam penelitian ini adalah ketidaknyamanan pasca partum.
Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
35
Rencana keperawatan adalah segala tindakan yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Pengklasifikasian rencana
keperawatan dilakukan berdasarkan analisis kesehatan (similiarity
analysis) dan penilaian klinis (clinical judgement). Rencana keperawatan
yang bersifat multikategori atau dapat diklasifikasikan ke dalam lebih dari
satu kategori, maka diklasifikasikan berdasarkan kecenderungan yang
paling dominan pada salah satu kategori/subkategori (PPNI, 2018).
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) perencanaan untuk
masalah keperawatan ketidaknyamanan pasca partum yang dialami oleh
ibu post partum normal.
36
Ketidaknyama 1. Status Kenyamanan 1. Manajemen Nyeri
nan Pasca Pasca Partum a. Identifikasi nyeri secara
Partum Meningkat komprehensif termasuk lokasi,
berhubungan 2. Status Pasca Partum karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan trauma Membaik kualitas dan faktor presipitasi.
perineum Dengan kriteria hasil : b. Observasi respons nonverbal
selama a. Keluhan tidak dari ketidaknyamanan.
persalinan dan nyaman menurun c. Kontrol lingkungan yang dapat
kelahiran b. Meringis menurun memperberat rasa nyeri seperti
c. Berkeringat menurun suhu ruangan, pencahayaan dan
d. Merintih menurun kebisingan.
e. Payudara bengkak d. Ajarkan teknik
menurun nonfarmakologis yaitu teknik
f. Gelisah menurun relaksasi napas dalam.
g. Pemulihan perineum e. Kolaborasi pemberian analgesik
meningkat 2. Perawatan Pasca Partum
a. Monitor tanda-tanda vital
37
(1) (2) (3)
h. Jumlah lochea c. Monitor keadaan lokia (mis.
membaik warna, jumlah)
i. Warna lochea d. Periksa perineum atau robekan
membaik (kemerahan, edema, ekimosis,
j. Tekanan darah pengeluaran, penyatuan
membaik jahitan)
k. Frekuensi nadi e. Identifikasi kemampuan ibu
membaik merawat bayi
l. Suhu tubuh membaik f. Identifikasi adanya masalah
adaptasi psikologis ibu Post
Partum
g. Dukung ibu untuk melakukan
ambulasi dini
h. Berikan kenyamanan pada ibu
i. Fasilitasi tali kasih ibu dan
bayi secara optimal
j. Diskusikan kebutuhan aktivitas
dan istirahat selama masa Post
Partum
k. Diskusikan tentang perubahan
fisik dan psikologis ibu Post
Partum
l. Diskusikan penggunaan alat
kontrasepsi
m. Jelaskan tanda bahaya nifas
pada ibu dan keluarga
n. Jelaskan pemeriksaan pada ibu
dan bayi secara rutin
o. Ajarkan cara perawatan
perineum yang tepat
(Sumber : PPNI, Standar Rencana Keperawatan Indonesia; Standar Luaran Keperawatan
Indonesia, 2018)
38
4. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan komponen
dari proses keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan (Potter and Perry, 2006). Pengertian tersebut menekankan
bahwa implementasi adalah melakukan atau menyelesaikan suatu tindakan
yang sudah direncanakan pada tahap perencanaan atau intervensi. Terdapat
beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi
ketidaknyamanan akibat dari rasa nyeri yang dialami oleh ibu post partum.
Implementasi lebih ditujukan pada upaya manajemen nyeri dan perawatan
pasca persalinan (PPNI, 2018).
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses
keperawatan untuk mengukur respons pasien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan (Potter and
Perry, 2006). Evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan masalah
ketidaknyamanan pasca partum yaitu dilakukan dengan menilai
kemampuan pasien dalam merespon rangsangan nyeri (Andrmoyo, 2013).
Evaluasi Keperawatan
39
(1) (2) (3)
selama persalinan dan pasien secara non verbal atau melalui pengamatan
kelahiran. perawat seperti meringis, berkeringat, merintih, gelisah
menurun, payudara bengkak menurun, pemulihan
perineum meningkat, jumlah lochea, warna lochea,
tekanan darah, frekuensi nadi, dan suhu tubuh membaik.
A (Assessment): Tindak lanjut dan penentuan apakah
tindakan akan dilanjutkan atau sudah terlaksana dengan
baik.
P (Planning): Rencana selanjutnya.
41
yang berfungsi sebagai vektor dan terbawa sampai tuba fallopi dan menimbulkan peradangan
ditempat tersebut. Sepermatozoa juga terbukti berperan sebagai vector untuk kuman-kuman
N.gonore, Ureaplasma ureoltik, C.trakomatis, dan banyak kuman-kuman aerobik dan
anaerobik lainnya.
c) Aktivitas seksual.
Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi kontraksi uterus yang dapat
menarik spermatozoa dan kuman-kuman memasuki kanilis servikalis.
d) Peristiwa haid.
Radang panggul akibat N. gonore mempunyai hubungan dengan siklus haid. Peristiwa
haid yang siklik, berperan penting dalam terjadinya radang panggul gonore. Periode yang
paling rawan terjadinya radang panggul adalah pada minggu pertama setelah haid. Cairan haid
dan jaringan nekrotik merupakan media yang sangat baik untuk tumbuhannya kuman-kuman
N. gonore. Pada saat itu penderita akan mengalami gejala-gejala salpingitis akut disertai panas
badan. Oleh karena itu, gejala ini disebut febrile menses.
42
Pathway Penyakit Radang Panggul
1) Nama :-
3) Agama :-
4) Jenis kelamin :-
43
5) Status :-
6) Pendidikan :-
7) Pekerjaan : PSK
8) Suku bangsa :-
9) Alamat :-
1. Abortus
septikus.
2. Endometriosis.
4. Abortus.
5. Pernah kuret.
44
1. Kaji penyakit-penyakit yang pernah diderita ibu, suami, dan keluarga baik dari ibu
maupun suami, seperti penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC, dan asma.
2. Kaji, apakah ibu pernah kontak dengan penderita HIV/AIDS, TBC, hepatitis?
e) Riwayat menstruasi
1. Perdarahan menstruasi yang tidak teratur, dismenore, dan fluor albus.
2. Kaji menarche, siklus haid, jumlah darah yang keluar, dismenorea, dan HPHT.
f) Riwayat ginekologi
1. Kaji keluhan yang pernah dirasakan berkaitan dengan organ reproduksi.
2. Berapa lama keluhan ibu rasakan?
3. Ada tidaknya upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan itu.
4. Seperti menanyakan, apakah ibu pernah mengalami keputihan yang berbau dan gatal?
5. Operasi yang dialami.
1. Keadaan umum
1) Tingkat kesadaran : -
2) Tanda-tanda vital
a. TD : 120/190 mmHg (normal: 120/80 mmHg).
b. N : 60 x/m (normal: 60-100 x/menit).
c. RR : 20x/ m (normal: 16-24 x/menit).
d. Suhu : 39oC ( normal : 36,5-37,5 oC ).
3) Suhu tinggi disertai takikardia.
4) Nyeri suprasimfasis terasa lebih menonjol dari pada nyeri di kuadran atas abdomen. Rasa nyeri
biasanya bilateral. Bila terasa nyeri hanya uniteral, diagnosis radang panggul akan sulit
ditegakkan.
5) Bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan terjadi reburn tenderness, nyeri tekan, dan
kekakuan otot sebelah bawah.
6) Tergantung dari berat dan lamanya peradangan, radang panggul dapat pula disertai gejala ileus
paralitik.
7) Dapat disetai manoragia dan metroragia.
8) Nyeri tekan dan nyeri goyang genitalia eksterna (unilateral dan bilateral).
9) Daerah adneksa teraba kaku.
10) Teraba massa dengan fluktuasi.
2. Keadaan fisik
45
1) Kepala : -
2) Mata : -
3) Leher: Periksa apakah ada pembesaran kelenjar pada leher seperti kelenjar limfe, tiroid atau
pelebaran pembuluh vena.
4) Dada
a. Paru: -
b. Jantung: -
5) Payudara dan ketiak
a. Inspeksi: lihat berntuk payudara (simetris/ asimetris)
b. Warna (kemerahan atau normal)
c. Putting susu (menonjol, datar, masuk)
d. Retraksi.
6) Abdomen: Kaji adaya masa atau benjolan dan nyeri tekan pada abdomen, jaringan parut, dan
bekas luka operasi
7) Anogenital:
a. Kaji pengeluaran pervagina, seperti jumlah, warna, konsistensi, dan bau.
b. Kaji adanya tanda-tanda infeksi pada daerah genital.
c. Perhatikan ada tidaknya varises dan oedema pada genetalia, inspikulo, dinding vagina
(rugae vagina less), karsinoma, dan portio.
d. Lakukan pemeriksaan adneksa dengan menekan daerah shympisis.
e. Apakah terasa nyeri atau tidak?
8) Genetalia:
a. Ada cairan flour albus yang berbau, dan berwarna kehijauan.
b. Nyeri pada serviks, uterus, dan kedua adnexa saat pemeriksaan bimanual.
c. Terdapat masa inflamatoris daerah pelvis.
9) Integumen: -
10) Ekstermitas:-
11) Neurologis:
a. Status mental danemosi: -
b. Pengkajiansarafkranial: -
c. Pemeriksaan reflex: -
46
1. Periksa darah lengkap: Hb, Ht, dan Untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit
sejenisnya, LED: darah yang merupakan indikator dari infeksi.
Leukosit normal: 5000-15000/mm3 serta dapat
mengetahui kadar Hb, Ht, dan sejenisnya.
Diagnosa keperawatan:
1) Risiko perdarahan.
2) Nyeri akut.
3) Risiko infeksi.
4) Hipertermia.
5) Gangguan rasa nyaman.
Intervensi keperawatan:
47
1. Hipertermia Tujuan : Setelah Observasi: 1. Penting dalam
(D.0130) dilakukan tindakan 1. Monitor TTV memberikan
Kategori : keperawatan selama penanganan
Lingkungan 2x24 jam Mandiri: hipertermia
Subkategori : diharapkan 2. Sesuaikan dan pantau 2. Suhu kamar
keamanan dan hipertermi pada klien faktor lingkungan seperti disesuaikan
proteksi dapat teratasi. suhu kamar dan seprei dengan suhu
Definisi : suhu 1. Termoregulasi yang ditunjukkan normal untuk
tubuh meningkat secara konsisten mengatur suhu
diatas rentang menunjukkan tubuh pasien
normal baik 3. Hilangkan kelebihan 3. Mengurangi
Penyebab : proses 2. Tanda-tanda vital pakaian dan selimut kehangatan dan
penyakit (mis. secara konsisten meningkatkan
Infeksi) menunjukkan pendinginan
Gejala dan tanda baik evaporatif
mayor : . 3. Hidrasi secara 4. Dorong asupan cairan 4. Mencegah
Objektif : suhu konsisten secukupnya kehilangan
tubuh diata nilai menunjukkan cairan karena
normal baik kehilangan
Gejala dan tanda cairan
minor : berkonstribusi
Objektif : Health Education: terhadap demam
takikardi, kulit 5. Mengajarkan pasien dan 5. Memberikan
terasa hangat anggota keluarga tentang edukasi untuk
Kondisi klinis tanda dan gejala mengatasi
terkait : proses hipertermi dan membantu kondisi penyakit
infeksi dalam mengidentifikasi dan dapat
faktor-faktor terkait membantu
terjadinya demam; mencegah
diskusikan pentingnya komplikasi lebih
asupan cairan yang lanjut dari
meningkat untuk hipertermia
mneghindari dehidrasi.
Kolaborasi:
6. Berikan obat antipiretik 6. Mengurangi
sesuai yang ditentukan suhu tubuh dan
menghalangi
sintesis
prostaglandin
yang bekerja di
hipotalamus
48
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi maternal adalah proses peradangan atau inflamasi yang terjadi selama kehamilan
yang disebabkan oleh banyak faktor, seperti immunosupresi, virus, bakteri, jamur, seks
bebas, gaya hidup, jarum suntik, dan lain sebagainya. Infeksi dalam kehamilan bertanggung
jawab untuk morbiditas dan mortalitas signifikan. Berbagai penyakit bisa timbul karena
infeksi maternal tersebut. Klasifikasi dari macam-macam penyakit yang ditimbulkan, karena
infeksi antara lain Penyakit Menular Seksual (PMS), infeksi TORCH, Human papiloma,
virus infeksi traktus genetalia, dan infeksi pasca partum.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
untuk kedepannya penulis akan belajar lebih fokus lagi dan mendetail dalam menjelaskan
mengenai “Asuhan Keperawatan Infeksi Maternal” dengan mencari sumber-sumber yang
lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Penulis menyampaikan
permohonan maaf dan mohon dimaklumi jika pada tulisan ini masih ditemukan kekeliruan
baik dalam bahasa maupun pemahaman. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pihak yang membaca tulisan ini untuk memperbaiki atau menyempurnakan tulisan
ini. Semoga tulisan ini dapat membantu para pembaca untuk lebih memahami tentang
“sAsuhan Keperawatan Infeksi Maternal”.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Hardi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC.
Yogyakarta: Mediaction.
Bagus, Ida dkk. 2013. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Infeksi TORCH.
Makalah.
Green C.J. 2012. Maternal Newborn Nursing Care Plans.Second edition. Malloy.Inc.
Kumala dewi, Rosita. 2007. Asuhan Keperawatan Klien dengan Pasca Partum Episioytomi pada
Ny. T di Irna B3-RSUP Dr. KARYADI SEMARANG.
Lowdermilk, D.L. & Perry, S.E. 2013. Maternity Nursing, (7th.ed ). St. Louis: Mosby, Inc.
Lowdermilk, Perry & Cashion. 2013. Keperawatan Maternitas (2-vol set). Edisi Bahasa
Indonesia 8. St. Louis: Mosby, Inc.
Mansjoe. 2014. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: YEM.
Maryunani, A., Puspita E. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Trans Info Media.
Pandu. 2010. Pemeriksaan dan Pengobatan Toxoplasma Gondii. Jakarta: Rineka Cipta.
Rohmawati Ika & Arif Wibowo. 2013. Hubungan Kejadian Abortus Dengan Toxoplasmosis.
Surabaya: FK UNAIR.
Soedarto. 2012. Toxoplasmosis Mencegah dan Mengatasi Penyakit, Melindungi Ibu dan Anak.
Jakarta: IKAPI.
50
Sunaryono. 2008. Infeksi Toxoplasma Dalam Kehamilan. Jakarta: Rineka Cipta.
Wong, Perry & Hockenberry. 2014. Maternal Child Nursing Care. St. Louis: Mosby, Inc.
51