Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI MATERNAL

Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Maternitas II

Dosen Pengampu:
Dr. Misrawati, M.Kep., Sp.Mat

Disusun Oleh:
Kelompok 1 (A 2020 2)

Abel Aprilia Putri (2011110484) Diva Adesyahpuri (2011126068)

Aliya Triliani (2011126851) Diva Febrina Wilya (2011113511)

Angeli Silvia Wati (2011135227) Ega Minalita (2011126765)

Angelina Victoria S. (2011114356) Ella Biisnilla (2011114359)

Archel Olivia (2011113203) Fadila Agita O. (2011135225)

Avira Berlianna S. (2011136837) Fadillah Andi Putri (2011135938)

Bunga Aprilia (2011113561) Fajriyatul Kamal (2011135238)

Calvin Khan Nolip S. (2011113469) Fathur Rahman (2011111504)

Dinda Wulandari (2011110911) Febby Putri Ananda (2011113530)


KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan rahmat-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan Maternitas II dengan judul
“Asuhan Keperawatan Infeksi Maternal”. Hanya kepada-Nya penulis memohon pertolongan
dan kemudahan dalam segala urusan. Salawat dan salam penulis ucapkan kepada Nabi
Muhammad saw. Yang telah membimbing pada jalan yang diridhai oleh Allah Swt. Adapun
tujuan penulis dalam membuat makalah ini adalah untuk melengkapi nilai pada mata kuliah
kuliah Keperawatan Maternitas II program A 2020.2. Harapan dari penulis semoga makalah
ini bermanfaat bagi pembaca, terutama dalam meningkatkan pemahaman tentang Asuhan
Keperawatan Infeksi Maternal. Adapun penyusunan makalah ini masih ada kekurangan.
Untuk itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Penulis
berharap kepada pembaca makalah dapat memberikan kritik dan saran.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Pekanbaru, 25 Februari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................................................4

D. Manfaat Penulisan ........................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................6

A. Infeksi TORCH.............................................................................................................................6-17

B. Infeksi Traktus Genetalis..............................................................................................................17-27

C. Infeksi Pasca Partum.....................................................................................................................28-39

D. Penyakit Radang Panggul ............................................................................................................39-47

BAB III PENUTUP..........................................................................................................................48

A. Kesimpulan...................................................................................................................................48

B. Saran .............................................................................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................49-50

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi maternal adalah proses peradangan atau inflamasi yang terjadi selama kehamilan
yang disebabkan oleh banyak faktor, seperti immunosupresi, virus, bakteri, jamur, seks
bebas, gaya hidup, jarum suntik, dan lain sebagainya. Infeksi dalam kehamilan bertanggung
jawab untuk morbiditas dan mortalitas signifikan. Beberapa akibat infeksi maternal
berlangsung seumur hidup, seperti infertilitas dan sierilitas. Kondisi-kondisi lain, seperti
infeksi yang didapat secara kongenital, seringkali mempengaruhi lama dan kualitas hidup.
Kehamilan dianggap sebagai kondisi immunosupresi. Perubahan respon imun dalam
kehamilan dapat menurunkan kemampuan ibu melawan infeksi. Selain itu, perubahan
traktus pada genetalia juga dapat mempengaruhi kerentanan terhadap suatu infeksi. Infeksi
maternal disebabkan, karena berbagai virus dan bakteri yang menginvasi baik secara
endogen maupun secara eksogen. Berbagai penyakit bisa timbul karena infeksi maternal
tersebut. Klasifikasi dari macam-macam penyakit yang ditimbulkan, karena infeksi antara
lain Penyakit Menular Seksual (PMS), infeksi TORCH, Human papiloma, virus infeksi
traktus genetalia, dan infeksi pasca partum.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah sebagai berikut:
1) Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit infeksi TORCH?
2) Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit infeksi traktus genetalis?
3) Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit infeksi pasca partum?
4) Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit radang panggul?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit infeksi TORCH.
2) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit infeksi traktus genetalis.
3) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit infeksi pasca partum.
4) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit radang panggul.

4
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan di atas, maka manfaat penulisan sebagai berikut:
1) Hasil dari penulisan ini dapat digunakan sebagai media informasi ilmiah dan menambah
wawasan di bidang ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang keperawatan maternitas.
2) Sebagai dasar acuan untuk selanjutnya dalam melakukan penulisan yang serupa di
wilayah lainnya, sehingga dapat menjadi sumber pembelajaran.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Infeksi TORCH
1. Pengertian Infeksi TORCH
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo
Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV1 dan HSV2, serta
kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (Misalnya
Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan virus
Coxsackie-B).
2. Etiologi Infeksi TORCH
a) Toxoplasma gondii (Toxo)
Toksoplasmosis adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma
gondii. T. gondii bisa ditemukan pada kotoran kucing yang terinfeksi, serta
daging binatang yang terinfeksi, karena parasit T. gondii hanya bisa berkembang
biak pada kucing liar dan peliharaan. Maka, beberapa jenis hewan tersebut
diduga menjadi inang utamanya.
b) Rubella
Penyebab rubella adalah virus. Virus rubella ini menyebar melalui
droplet bersin atau ingus orang yang terinfeksi oleh penyakit rubella atau
campak Jerman ini. Bagi kebanyakan orang penyakit rubella adalah penyakit
ringan tapi bagi wanita hamil, rubella adalah penyakit yang bisa menyebabkan
konsekuensi serius.
c) Cyto Megalo Virus
Infeksi oportunistik yang menyerang saat sistem kekebalan tubuh lemah.
Penularan virus CMV dapat terjadi melalui kontak langsung dengan cairan
tubuh, hubungan seks, transplantasi organ, atau donor darah. Virus CMV juga
bisa menular dari ibu ke bayi saat persalinan atau menyusui.
d) Herpes Simplex Virus
Penyebab herpes genital adalah virus Herpes simplex (HSV) yang sangat
menular dan dapat berpindah dari satu orang ke orang lainnya melalui kontak

6
langsung. Virus ini memiliki dua tipe, yakni: HSV tipe 1, tipe yang umumnya
menyebabkan luka atau lecet pada daerah sekitar mulut.
3. Patofisiologi Infeksi TORCH
a) Toxoplasmosis
Organisme tempat Toxoplasma gondii hidup adalah kucing. Kucing
tersebut terinfeksi, karena memakan hewan pengerat dan burung pemakan
daging yang terinfeksi. Satu minggu setelah terinfeksi, kucing mengeluarkan
oocyst yang terdapat pada fesesnya. Pengeluaran oocyst terus menerus sampai
sekitar 2 minggu sebelum kucing itu sembuh atau pulih kembali. Feses kucing
sudah sangat infeksius. Oocyst dalam feses menyebar melalui udara dan ketika
dihirup akan dapat menyebabkan infeksi. Sporulasi organisme ini terjadi setelah
1-5 hari dalam kotoran. Jika oocyst terkandung dalam tanah sisa-sisa partikel
berada di atasnya dan akan terbawa arus air hujan. Sisa oocyst dapat bertahan
hidup sampai lebih dari 1 tahun tetapi tidak aktif.
b) Rubella
Virus sesudah masuk melalui saluran pernapasan akan menyebabkan
peradangan pada mukosa, kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Dari saluran
pernapasan inilah virus akan menyebrang ke sekelilingnya. Pada infeksi rubella
yang diperoleh post natal virus rubella akan dieksresikan dari faring selama.
Pada rubella yang kongenal saluran pernafasan dan urin akan tetap
mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. Hal ini perlu diperhatikan dalam
perawatan bayi di rumah sakit dan di rumah untuk mencegah terjadinya
penularan. Sesudah sembuh tubuh akan membentuk kekebalan baik, berupa
antibodi maupun kekebalan seluler yang akan mencegah terjadinya infeksi
ulangan.
c) Cyto Megalo Virus
Cyto Megalo Virus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus
kongenital di Amerika Utara. CMV ditularkan dari orang ke orang melalui
kontak langsung dengan cairan atau jaringan tubuh, termasuk urin, darah, liur,
sekret servikal, semen, dan ASI. Masa inkubasi tidak diketahui, berikut ini
adalah perkiraan masa inkubasi: setelah lahir 3-12 minggu, setelah tranfusi 3-12
minggu, dan setelah transplantasi 4 minggu-4 bulan. Urin sering mengandung
CMV dari beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi. Virus tersebut

7
dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang, tetapi masih dapat diaktifkan
kembali. Hingga kini belum ada imunisasi untuk mencegah penyakit ini.
d) Herpes Simplex Virus
Pada saat virus masuk kedalam tubuh belum memiliki antibodi, maka
infeksinya bisa bersifat luas dengan gejala-gejala konstitusionil berat disebut
infeksi primer. Virus kemudian akan menjalar melalui serabut saraf sensoris ke
ganglion saraf regional (ganglion sakralis) dan berdiam disana secara laten. Pada
saat virus masuk pertama kali tidak terjadi gejala-gejala primer, maka tubuh
akan membuat antibodi sehingga pada serangan berikutnya gejala tidaklah
seberat infeksi primer. Bila sewaktu-waktu ada faktor pencetus, virus akan
mengalami aktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadi infeksi reklien.
Pada saat ini tubuh sudah mempunyai antibodi, maka gejalanya tidak seberat
infeksi primer. Faktor-faktor pencetus, virus akan mengalami aktivasi dan
multiplikasi kembali sehingga terjadi infeksi neklien. Dampak pada kehamilan
dan persalinan, sebagai berikut:
a. Penularan pada janin dapat terjadi hematogen melalui plasenta.
b. Penularan pada janin dapat terjadi akibat perjalanan dari vagina ke janin
apabila ketuban pecah.
c. Penularan pada bayi dapat terjadi melalui kontak langsung pada waktu bayi
lahir.

8
Pathway Virus TORCH

9
Pathway Infeksi TORCH

4. Asuhan Keperawatan Infeksi TORCH


a) Pengkajian keperawatan
Identitas pasien terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
pendidikan, dan pekerjaan.
a. Keluhan utama: Demam.
b. Riwayat kesehatan:
1) Suhu tubuh meningkat.
2) Malaise.
3) Sakit tenggorokan.
4) Mual dan muntah.
10
5) Nyeri otot.
c. Riwayat kesehatan dahulu:
1) Klien sering berkontak langsung dengan binatang.
2) Klien sering mengkonsumsi daging setengah matang.
3) Klien pernah mendapatkan tranfusi darah.
d. Data psikologis.
e. Data spiritual.
f. Data sosial dan ekonomi.
g. Pemeriksaan fisik
1) Mata:
 Nyeri.
2) Perut:
 Diare.
 Mual dan muntah.
3) Integumen:
 Suka berkeringat malam.
 Suhu tubuh meningkat.
 Timbulnya rash pada kulit.
4) Muskuloskeletal:
 Nyeri.
 Kelemahan.
5) Hepar:
 Hepatomegali.
 Ikterus.
b) Diagnosa keperawatan
a. Nyeri b.d adanya proses infeksi/inflamasi.
b. Hipertemia b.d peningkatan tingkat metabolisme penyakit.
c. Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan makanan dan
cairan.
d. Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d terbatasnya informasi.
c) Intervensi keperawatan

11
NO TUJUAN & INTERVENSI
RASIONAL
Dx. KRITERIA HASIL KEPERAWATAN

1 Setelah dilakukan Observasi:


1. Memudahkan tindakan
tindakan keperawatan 1. Observasi
keperawatan.
selama 2x24 jam adanya nyeri dan
diharapkan nyeri dapat tingkat nyeri.
2. Meningkatkan persepsi
berkurang dengan kriteria
Mandiri: klien terhadap nyeri yang
hasil:
2. Ajarkan dan dialaminya.
 Px dapat
catat tipe nyeri
melaporkan nyeri
serta tindakah 3. Meningkatkan
berkurang dan
untuk mengatasi kenyamanan klien.
dapat terkontrol.
nyeri.
 Px tampak rileks.
3. Ajarkan teknik
 Px dapat tidur 4. Membantu mengurangi
relaksasi.
dan istirahat nyeri dan meningkatkan
tanpa harus Health Education: kenyamanan klien.
terganggu oleh 4. Berikan
rasa nyerinya. penjelasan kepada
5. Mengurangi nyeri.
px dan keluarga
untuk menggunakan
kompres hangat
dalam mengurangi
nyeri.

Kolaborasi:
5. Kolaborasi
pemberian
analgesik.

12
2 Setelah dilakukan Observasi:
1. Menentukan intervensi
tindakan keperawatan 1. Observasi dan
selanjutnya.
selama 2x24 jam catat hasil
diharapkan suhu tubuh pemeriksaan suhu
2. Kompres dapat menurun
pasien dapat normal tubuh px.
suhu tubuh yang non
kembali dengan kriteria
farmakologis.
hasil:
Mandiri:
 Suhu normal :
2. Berikan
36,5-37,5 C.
o
3. Hidrasi yang adekuat
kompres hangat.
 Kulit pasien dapat menurunkan suhu
tidak tampah tubuh dan mencegah
Health Education:
kemerahan dan kekurangan cairan dan
3. Berikan
tidak panas elektrolit.
penjelasan kepada
ketika disentuh.
px dan keluarga
 Tubuh px tidak
untuk banyak 4. Kulit yang kotor dapat
menggigil.
minum minimal 1,5 menghalangi penguapan
liter/hari. tubuh terhadap panas.

4. Berikan 5. Dapat menurunkan panas.

penjelasan kepada
px dan keluarga
untuk
mempertahankan
kebersihan kulit.

Kolaborasi:
5. Kolaborasi
pemberian
antipiretik.
3 Setelah dilakukan Observasi:
tindakan keperawatan 1. Observasi 1. Perubahan tanda vital yang
selama 2x24 jam tanda-tanda vital. signifikan.

13
14
diharapkan volume cairan menandakan adanya kegawatan.
pasien dapat terpenuhi
dengan kriteria hasil: 2. Observasi 2. Menentukan intervensi
 Px dapat tanda-tanda selanjutnya.
mempertahankan dehidrasi.
volume sirkulasi 3. Hipovolemia akan
adekuat. memperkuat tanda-tanda
3. Pantau membran
 Tanda-tanda vital dehidrasi.
mukosa kering,
dalam batas
turgor kulit yang
normal: 4. Untuk mengetahui
kurang baik, dan
S = 36,5-37,50C. adanya perubahan warna
rasa haus.
RR = 16-24 dan untuk mengetahui
x/menit. input/output.
Mandiri:
TD = 120/80
4. Ukur dan catat
mmHg. 5. Mempertahankan intake
urine setiap kali
N = 60-100 cairan per oral.
berkemih.
x/menit.
 Nadi perifer px
6. Mempertahankan volume
teraba. Health Education: sirkulasi, meningkatkan fungsi
 Haluaran urine 5. Berikan ginjal.
adekuat. penjelasan kepada
 Membrane pasien untuk
mukosa px banyak minum
lembab. minimal 1,5
 Turgor kulit liter/hari.
elastis.
Kolaborasi:
6. Berikan cairan
IV.

15
4 Setelah dilakukan Observasi:
1. Memberi informasi pada
tindakan keperawatan 1. Kaji ulang
tingkat pemahaman
selama 2x24 jam, proses
pasien/orang terdekat akan
diharapkan px dan penyakit,
menurunkan ansietas dan
keluarga dapat memiliki ulangi
kesalahan konsep tentang
pengetahuan terkait penjelasan
apa yang dialami pasien.
masalah kesehatan yang sesuai
dialaminya dengan kriteria kebutuhan.
2. Faktor ini secara langsung
hasil:
Mandiri: mempengaruhi kemampuan
 Pasien dan
2. Perhatikan untuk
keluarga mengerti
tingkat ansietas berpartisipasi/mengakses
tentang
dan perubahan dan menggunakan
penyakitnya.
proses pikir. pengetahuan.
 Pasien dan
keluarga
3. Meningkatkan proses
mengetahui 3. Dorong dan
belajar, meningkatkan
penanganan berikan
pengambilan keputusan,
penyakitnya. kesempatan
dan menurunkan ansietas
untuk bertanya.
sehubung dengan
ketidaktahuan.

4. Mengetahui pemahaman
keluarga dan pasien.

5. Terapi yang
berkelanjutan dapat
memulihkan keadaan pasien.

16
Health Education:
4. Berikan
penjelasan kepada
pasien dan keluarga
tentang
penyakitnya.

5. Berikan
penjelasan kepada
pasien untuk
berobat secara rutin.
d) Implementasi keperawatan
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.
e) Evaluasi keperawatan

No. EVALUASI
Dx KEPERAWATAN
1. Px dapat melaporkan nyeri berkurang dan dapat terkontrol.
1
2. Px tampak rileks.
3. Px dapat tidur dan istirahat tanpa harus terganggu oleh rasa nyerinya.
1. Suhu normal : 36,5-37,5oC.
2 2. Kulit pasien tidak tampah kemerahan dan tidak panas ketika disentuh.
3. Tubuh px tidak menggigil.
1. Px dapat mempertahankan volume sirkulasi adekuat.
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal:

a. S = 36,5-37,50C.
b. RR = 16-24 x/menit.
c. TD = 120/80 mmHg.
3
d. N = 60-100 x/menit.
3. Nadi perifer px teraba.
4. Haluaran urine adekuat.
5. Membrane mukosa px lembab.
6. Turgor kulit elastis.

17
1. Pasien dan keluarga mengerti tentang penyakitnya.
4
2. Pasien dan keluarga mengetahui penanganan penyakitnya.

B. Infeksi Traktus Genetalis


1. Pengertian Infeksi Traktus Genetalis
Infeksi post partum atau disebut infeksi traktus genetalis adalah
peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman kuman ke dalam alat-alat
genetalia pada waktu persalinan dan nifas (Sarwono Prawirohardjo,
2005:689). Infeksi ini adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat
alat genetalia dalam masa nifas (Mochtar Rustam, 1998:413).
2. Etiologi Infeksi Traktus Genetalis
a. Faktor presipitasi infeksi post partum
Penyebab dari infeksi post partum ini melibatkan mikroorganisme
anaerob dan aerob pathogen yang berasal dari flora normal serviks dan
jalan lahir atau mungkin juga dari luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih
dari 50% adalah streptococcus dan anaerob yang sebenarnya tidak
pathogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang
menyebabkan infeksi post partum antara lain:
1) Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang
ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak steril, tangan
penolong, dan sebagainya.
2) Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, dan banyak ditemukan
sebagai penyebab infeksi di rumah sakit.
3) Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum, menyebabkan
infeksi terbatas.
4) Clostridium welchii
Kuman anaerobic yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada
abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah
sakit.

18
b. Faktor predisposisi infeksi post partum
1) Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti
perdarahan dan kurang gizi atau malnutrisi.
2) Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama.
3) Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
4) Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan udara.
5) Anemia, higiene, dan kelelahan.
6) Partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatic, kurang
baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, serta
dapat berlanjut ke infeksi dalam masa nifas.
3. Patofisiologi Traktus Genetalis
Proses inflamasi atau peradangan merupakan bagian dari respon imun
untuk melawan agen penyebab infeksi atau zat berbahaya yang masuk ke
dalam tubuh. Proses ini melibatkan sel leukosit dan produk darah lain, seperti
protein plasma. Migrasi sel leukosit ke tempat inflamasi diikuti dengan
vasodilatasi pembuluh darah, serta peningkatan aliran darah. Aktivasi
proses inflamasi dimulai ketika reseptor yang berada di sel imun
mendeteksi molekul patogen yang diikuti dengan produksi mediator
inflamasi, seperti sitokin Interferon (IFN)-tipe I. Setelah respon imun
alamiah muncul, tubuh akan membentuk respon imun adaptif yang lebih
spesifik dengan melibatkan sel limfosit T dan sel limfosit B. Berdasarkan
jenis antigennya, limfosit T yang naif akan berubah menjadi sel limfosit
T helper (Th)-1, 2, dan 17 atau sel limfosit T sitotoksik, sedangkan sel
limfosit B akan membentuk antibodi yang dapat melawan patogen atau
zat berbahaya tersebut. Proses inflamasi akan mereda setelah patogen atau
zat berbahaya hilang. Namun, bila stimulus menetap, proses inflamasi akan
terjadi terus-menerus, dan bersifat kronis.

19
Pathway Infeksi Traktus Genetalis

4. Asuhan Keperawatan Infeksi Traktus Genetalis


a. Pengkajian keperawatan
Identitas pasien, terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, alamat,
agama, pendidikan, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama: Nyeri, luka, dan perubahan fungsi seksual.
c. Riwayat penyakit
1) Sekarang : Keluhan klien menderita infeksi alat kelamin.
2) Dahulu : Riwayat keluarga mempunyai penyakit serupa,
gangguan reproduksi.

Riwayat penyakit :
1) Riwayat penyakit yang pernah dialami:
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya
DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinaria, penyakit
endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
2) Riwayat kesehatan keluarga:

20
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut
dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular
yang terdapat dalam keluarga.

3) Riwayat kesehatan reproduksi:

Kaji tentang amenorrhea, siklus menstruasi, lamanya,


banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorrhea, kaji
waktu menopause terjadi, gejala, serta keluhan yang menyertainya.

4) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas:

Kaji keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat
ini dan keadaan kesehatan anaknya.

5) Riwayat seksual:

Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang


digunakan serta keluhan yang menyertainya.

6) Riwayat pemakaian obat:

Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat


digitalis, dan jenis obat lainnya.

7) Pola aktivitas sehari-hari:

Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan


BAK), istirahat tidur, hygiene, serta ketergantungan baik sebelum dan
saat sakit.

d. Pemeriksaan fisik

1) Head to Toe

1. Kepala

 Inspeksi: ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan,


adanya lesi atau tidak, kebersihan rambut dan kulit
kepala, warna, rambut, jumlah, dan distribusi rambut.

Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak


menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi (rambut
jagung dan kering).

 Palpasi: adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur

21
rambut.

Normal: tidak ada penonjolan/pembengkakan, rambut


lebat dan kuat/tidak rapuh.

2. Wajah

 Inspeksi: warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan


kesimetrisan.

Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak


pucat/ikterik, simetris.

 Palpasi: nyeri tekan dahi, edema, pipi, dan rahang

Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.

3. Mata

 Inspeksi: bentuk, kesimetrisan, alis mata, bulu mata,


kelopak mata, kesimetrisan, bola mata, warna
konjungtiva dan sclera (anemis/ikterik), penggunaan
kacamata/lensa kontak, dan respon terhadap cahaya.

Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika,


warna konjungtiva pink, dan sclera berwarna putih.
4. Telinga
 Inspeksi: bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan,
integritas, posisi telinga, warna, liang telinga
(cerumen/tanda-tanda infeksi), serta alat bantu dengar.
Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit
bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda
infeksi, dan alat bantu dengar.
Palpasi: nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
 Normal: tidak ada nyeri tekan.
5. Hidung
 Inspeksi: hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna,
kesimetrisan), rongga, hidung ( lesi, sekret, sumbatan,
pendarahan), serta hidung internal (kemerahan, lesi, tanda-
tanda infeksi).
22
Normal: simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain,
tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan, dan tanda-
tanda infeksi.
 Palpasi: frontalis dan maksilaris (bengkak, nyeri, dan
septum deviasi).
 Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan.
6. Mulut
 Inspeksi dan palpasi struktur luar: warna mukosa mulut dan
bibir, tekstur, lesi, dan stomatitis.
Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, serta
tidak ada lesi dan stomatitis.

 Inspeksi dan palpasi strukur dalam: gigi


lengkap/penggunaan gigi palsu, perdarahan/radang gusi,
kesimetrisan, warna, serta posisi lidah dan keadaan
langit-langit.

Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi


berlobang atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau
radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit-langit
utuh, dan tidak ada tanda infeksi.
7. Leher
 Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris.
Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik,
bentuk simetris, dan tidak ada pembesaran kelenjer gondok.
 Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus,
pembesaran, batas, konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan
pada kulit), kelenjar limfe (letak, konsistensi, nyeri,
pembesaran), serta kelenjer parotis (letak, terlihat/teraba).
Normal: tidak teraba pembesaran kelenjar gondok, tidak
ada nyeri, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, dan tidak
ada nyeri.
8. Thorax
 Inspeksi: kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas
23
(frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
pernapasan/penggunaan otot-otot bantu pernapasan), warna
kulit, lesi, edema, pembengkakan/penonjolan.
Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada
tanda-tanda distress pernapasan, warna kulit sama dengan
warna kulit lain, tidak ikterik/sianosis, tidak ada
pembengkakan/penonjolan/edema
 Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri,
serta tractile fremitus.
Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri
tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris,
serta tractile fremitus cenderung sebelah kanan lebih teraba
jelas.

 Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan


bandingkan satu sisi dengan satu sisi lain pada tinggi
yang sama dengan pola berjenjang sisi ke sisi)

 Auskultasi: suara napas, trachea, bronchus, dan paru.


(dengarkan dengan menggunakan stetoskop di lapang
paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas manubrium dan di atas
trachea)

Normal: bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler,


brochial, dan tracheal.
9. Abdomen
 Inspeksi: kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi,
scar, ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan
umbilicus, dan gerakan dinding perut.
Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak
ikterik, tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran
vena, dan kelainan umbilicus.
 Auskultasi: suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran
(bagian diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh
darah.

24
Normal: suara peristaltik terdengar setiap 5-20x/detik,
terdengar denyutan arteri renalis, serta arteri iliaka dan
aorta.
 Perkusi semua kuadran: mulai dari kuadran kanan atas
bergerak searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa
nyeri dan kualitas bunyinya.
Perkusi hepar: batas.
Perkusi Limfa: ukuran dan batas.
Perkusi ginjal: nyeri.
Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup
dan apabila banyak cairan = hipertimpani.
 Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, serta ginjal kiri dan
kanan): massa, karakteristik organ, adanya asistes, nyeri
irregular, lokasi, dan nyeri. Dengan cara perawat
menghangatkan tangan terlebih dahulu.
Normal: tidak teraba penonjolan, tidak ada nyeri tekan,
serta tidak ada massa dan penumpukan cairan.
10. Ekstremitas
 Inspeksi struktur muskuloskeletal atas: simetris dan
pergerakan, integritas ROM, serta kekuatan dan tonus otot.
Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, dan
kekuatan otot penuh.
 Palpasi: denyutan arteri brachialis dan arteri radialis.
Normal: teraba jelas
 Tes reflex :tendon trisep, bisep, dan brachioradialis.
Normal: reflek bisep dan trisep positif.
 Inspeksi struktur muskuloskeletal bawah: simetris dan
pergerakan, integritas kulit, posisi dan letak, ROM, serta
kekuatan dan tonus otot.
Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, dan
kekuatan otot penuh
 Palpasi : arteri femoralis, arteri poplitea, dan arteri dorsalis

25
pedis denyutan.
Normal: teraba jelas.
 Tes reflex: tendon patella dan archilles.
Normal: reflex patella dan archilles positif.
e. Diagnosa keperawatan
1. Dx: Hipertermia berhubungan dengan penyakit ditandai oleh kulit
kemerahan.
Tujuan: Suhu tubuh normal.
Kriteria: a. Tidak ada tanda-tanda peningkatan suhu tubuh.
1) TTV dalam batas normal, intervensi :
a. Monitor suhu sesering mungkin.
b. Monitor warna dan suhu kulit.
c. Monitor TTV.
d. Monitor penurunan tingkat kesadaran.
e. Monitor intake dan output.
f. Kompres hangat.
g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik dan
antibiotik.
h. Tingkatkan sirkulasi udara.
i. Anjurkan untuk banyak minum air putih.

2. Dx: Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (mis:


infeksi, iskemia, dan neoplasma) yang ditandai oleh
mengekspresikan perilaku (mis: gelisah, merengek, menangis, dan
waspada), keluhan tentang intensitas menggunakan skala nyeri
(mis: skala Wong-baker FACES, skala analog visual, dan skala
penilaian numerik).

Tujuan: Rasa nyaman nyeri dapat teratasi.

Kriteria:
1. Mampu mengontrol nyeri.
2. Mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri.
3. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
26
Intervensi:
a. Kaji lokasi dan sifat ketidaknyamanan/nyeri.
b. Berikan instruksi mengenal nyeri (skala, intensitas, frekuensi)
c. Instruksikan klien dalam melakukan teknik relaksasi,
memberikan aktivitas pengalihan, seperti radio, televisi, dan
membaca.
d. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
e. Kolaborasi:
1) Berikan analgetik/antipiretik.
2) Berikan kompres panas lokal.
3) Jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil.
4) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
5) Tingkatkan istirahat.
f. Monitor penerimaan pasien tetang manajemen nyeri.

3. Dx: Risiko infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan


untuk menghindari pemajanan patogen.

Tujuan: Klien akan mengambil tindakan untuk


mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi.
Kriteria:
a. Suhu tubuh dalam batas normal.
b. Leukosit dalam batas normal.
c. Pengetahuan meningkat mengenai resiko infeksi dan
pencegahannya.
Intervensi:
a. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi.
b. Awasi suhu sesuai indikasi.
c. Pertahankan kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk staf,
klien, dan pengunjung.
d. Anjurkan/demonstrasikan pembersihan perineum yang benar
setelah berkemih, defekasi, dan sering ganti balutan.
e. Demonstrasikan masase fundus yang tepat.
f. Monitor TTV.
27
g. Observasi tanda infeksi lain.
h. Kolaborasi: pantau pemeriksaan laboratorium.

4. Dx: Ansietas berhubungan dengan penularan interpersonal


ditandai oleh gelisah, nyeri abdomen, dan dorongan sering
berkemih.
Tujuan: Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa
cemasnya dan mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang
Kriteria:
a. Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan teknik
untuk mengontrol cemas.
b. Vital sign normal.
c. Postur tubuh, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh menunjukkan
berkurangnya kecemasan.

Intervensi:
a. Gunakan pendekatan yang menyenangkan.
b. Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan.
c. Kaji respon fisiologis klien (takikardia, takipnea, dan gemetar).
d. Perlakukan pasien secara lembut, empati, dan sikap mendukung.
e. Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan.
f. Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya.
g. Kaji mekanisme koping yang digunakan klien.
h. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
takut.
i. Dorong keluarga untuk menemani anak.
j. Dengarkan dengan penuh perhatian.
k. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
l. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi.
m. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi.
n. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat untuk
mengurangi kecemasan.
C. Infeksi Pasca Partum
28
1. Pengertian Infeksi Pasca Partum
Infeksi pasca partum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan)
ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28
hari setelah abortus atau persalinan (Bobak, 2004). Infeksi ini
terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat
berlangsungnya proses persalinan.
2. Etiologi Infeksi Pasca Partum
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat
berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum
maupun saat persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan masuknya
kuman dalam tubuh lewat rahim. Jalan masuk lainnya adalah dari penolong
persalinan sendiri, seperti alat-alat yang tidak steril digunakan pada saat
proses persalinan. Infeksi bisa timbul akibat bakteri yang sering kali
ditemukan didalam vagina (endogenus) atau akibat pemaparan pada agen
pathogen dari luar vagina (eksogenus) (Bobak, 2004).
Namun biasanya infeksi ini tidak menimbulkan penyakit pada persalinan,
kelahiran, atau pascapersalinan. Hampir 30 bakteri telah diidentifikasi ada
disaluran genital bawah (vulva, vagina dan sevik) setiap saat (Faro 1990).
Sementara beberapa dari padanya, termasuk beberapa fungi, dianggap
nonpatogenik dibawah kebanyakan lingkungan, dan sekurang-kurangnya 20,
termasuk e.coli, s. aureus, proteus mirabilis dan clebsiela pneumonia, adalah
patogenik (Tietjen, L; Bossemeyer, D, & McIntosh, N, 2004). Bermacam-
macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen (kuman
datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan
endogen (dari jalan lahir sendiri).
Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah Streptococcus
anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah:
1) Streptococcus haemoliticus anaerobi
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi
ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak
suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2) Staphylococcus aureus
29
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan
sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-
orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi
terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
3) Escherichia Coli
Berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi
terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini disebabkan
oleh infeksi traktus urinarius.
4) Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan
partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
3. Patofisiologi Infeksi Pasca Partum
Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi
umum. Pada infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan saraf dan metabolik
pada saat itu terjadi reaksi ringan limporetikularis di seluruh tubuh, berupa
proliferasi sel fagosit dan sel pembuat antibodi (limfosit B). Kemudian reaksi
lokal yang disebut inflamasi akut, reaksi ini terus berlangsung selama menjadi
proses perusakan jaringan oleh trauma. Bila penyebab perusakan jaringan bisa
diberantas, maka sisa jaringan yang rusak disebut debris akan difagositosis
dan dibuang oleh tubuh sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma
berlebihan, reksi sel fagosit kadang berlebihan sehingga debris yang
berlebihan terkumpul dalam suatu rongga membentuk abses atau bekumpul di
jaringan tubuh yang lain membentuk flegman (peradangan yang luas di
jaringan ikat) (Sjamsuhidajat, R, 1997).

30
Pathway Infeksi Pasca Partum

4. Asuhan Keperawatan Infeksi Pasca Partum


1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian ibu post partum menurut Doenges (2012), sebagai
berikut:
a.Data umum
1) Identitas pasien meliputi : nama, umur, alamat, agama, pekerjaan,
suku/bangsa, dan status pernikahan.
2) Identitas penanggung jawab: nama, umur, alamat, pekerjaan,
hubungan dengan ibu, dan suku/bangsa.
b. Riwayat keluhan utama
1) Keluhan utama
Ibu dengan persalinan normal di temukan nyeri abdomen, nyeri vagina,
nyeri perineum.
2) Riwayat keluhan utama

31
Riwayat keluhan utama pada ibu dengan masa nifas adalah nyeri akut dan
ketidaknyamanan nyeri dikaji menggunakan P, Q, R, S, T dengan
menggunakan skala 0-10, terdiri dari 0 : nyeri tidak dirasakan, 1-3 : nyeri
ringan, 4-5 nyeri sedang, 6-8, nyeri berat, 9-10 nyeri tidak tertahankan.
P (Paliaty) : Penyebab nyeri.

Q (Quality) : Nyeri seperti ditusuk, dipotong.

R (Regional) : Dimana rasa nyeri dirasakan.

S (Severty) : Skala nyeri.

T (Time) : Berapa lama nyeri berlangsung.

Hasil skala nyeri diantaranya agak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang dapat
dialihkan, nyeri sedang tidak dapat dialihkan, nyeri sedang tidak dapat
dialihkan tanpa menggunakan analgetik, nyeri sedang, nyeri berat, nyeri
berat dapat dialihkan, nyeri berat tidak dapat dialihkan, dan nyeri hebat.

3) Riwayat kesehatan sekarang


Hal yang ibu rasakan saat ini setelah melahirkan. Penampilan tidak
rapi jika dari ujung rambut sampai ujung kaki ada yang tidak rapi,
misalnya: rambut acak- acakan, kancing baju tidak tepat, resleting tidak
dikunci, baju terbalik, dan baju tidak diganti-ganti.
4) Riwayat KB
Apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi, misalnya KB?
5) Rencana KB
Apakah setelah persalinan ibu akan menggunakan KB atau tidak?
6) Riwayat psikososial dan spiritual
Bagaimana hubungan ibu dengan suaminya, keluarga, lingkungan,
dan perawat?
c.Pemeriksaan head to toe
a) Kepala: Biasanya pasien mengeluh pusing, sakit kepala.

b) Wajah: Hiperpigmentasi, edema.


c) Mulut: Mukosa mulut (warna, kelembapan, lesi).
d) Mata: Konjungtiva, sklera (pupil, ukuran, kesamaan reaksi terhadap
32
cahaya penglihatan).
e) Leher: Pembesaran kelenjar getah bening, disertai vena jugularis.
f) Jantung dan paru: Suara napas normal.
g) Payudara: Penampilan, pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit,
keadaan aerola dan integritas putting, posisi bayi pada payudara,
adanya kolostrum, adanya ASI, adanya pembengkakan, benjolan,
nyeri dan adanya sumbatan duktus, serta tanda-tanda mastitis
potensial.
h) Abdomen: Tinggi fundus uteri (dalam cm), lokasi kontraksi uterus atau
nyeri.
i) Genitalia: Pengkajian perineum terhadap memar, edema, hematoma,
penyembuhan setiap jahitan, inflamsi, pemeriksaan tipe, kuantitas dan
bau lochea, serta pemeriksaan anus terhadap hemoroid.
j) Eksteremitas bawah: Adanya tanda edema, nyeri tekan atau panas
pada betis, serta varises.
Pengkajian pada ibu post partum hal yang dilakukan perawat akan
menerapkan pengetahuan dan pengalaman untuk mengumpulkan data tentang
pasien dimulai dari pemeriksaan dan observasi. Pengkajian menurut Mitayani
(2013) asuhan keperawatan pada ibu post partum, antara lain:
a. Temperatur
Periksa satu kali pada satu jam pertama sesuai dengan peraturan
rumah sakit, suhu tubuh akan meningkat apabila terjadi dehidrasi atau
keletihan.

b. Nadi

Periksa setiap 15 menit selama satu jam pertama atau sampai


stabil, kemudian setiap 30 menit pada jam-jam berikutnya. Nadi kembali
normal pada satu jam berikutnya, mungkin sedikit terjadi bradikardi.
c. Pernapasan
Periksa setiap 15 menit dan biasanya akan kembali normal setelah
satu jam post partum.
d. Tekanan darah
Periksa setiap 15 menit selama satu jam atau sampai stabil,

33
kemudian setiap 30 menit untuk setiap jam berikutnya. Tekanan darah ibu
mungkin sedikit meningkat karena upaya persalinan dan keletihan, hal ini
akan normal kembali setelah satu jam.
e. Kandung kemih
Kandung kemih ibu cepat terisi karena diuresis post partum dan
cairan intravena.
f. Fundus uteri
Periksa setiap 15 menit selama satu jam pertama kemudian setiap
30 menit, fundus harus berada dalam midline, keras, dan 2 cm di bawah atau
pada umbilikus. Bila uterus lunak, lakukan masase hingga keras dan pijatan
hingga berkontraksi ke pertengahan.
g. Sistem gastrointestinal
Pada minggu pertama post partum fungsi usus besar kembali
normal.

h. Kehilangan berat badan

Pada masa post partum ibu biasanya akan kehilangan berat badan
lebih kurang 5-6 kg yang disebabkan oleh keluarnya plasenta dengan berat
lebih kurang 750 gram, darah dan cairan amnion lebih kurang 1000 gram,
serta sisanya berat badan bayi.
i. Lochea
Periksa setiap 15 menit, alirannya harus sedang. Bila darah
mengalir dengan cepat, curigai terjadinya robekan serviks.
j. Perineum
Perhatikan luka episiotomi jika ada dan perineum harus bersih,
tidak berwarna, tidak ada edema, dan jahitan harus utuh.
k. Sistem musculoskeletal
Selama kehamilan otot-otot abdomen secara bertahap melebar dan
terjadi penurunan tonus otot. Pada periode pasca partum penurunan tonus
otot jelas terlihat. Abdomen menjadi lunak, lembut dan lemah, serta
muskulus rektus abdominis memisah.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai

34
respons pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa
keperawatan merupakan bagian vital dalam menentukan asuhan
keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien mencapai kesehatan
yang optimal. Tujuan diagnosa keperawatan adalah untuk mengidentifikasi
respons pasien individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2016). Diagnosa keperawatan yang
ditegakkan dalam penelitian ini adalah ketidaknyamanan pasca partum.

Diagnosa Keperawatan

Ketidaknyamanan pasca partum


Kategori : Psikologis.
Subkategori : Nyeri dan kenyamanan.
Definisi : Perasaan tidak nyaman yang berhubungan
dengan kondisi setelah melahirkan.
Penyebab : Trauma perineum selama persalinan dan
kelahiran
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
a. Mengeluh tidak nyaman a. Tampak meringis.
b. Terdapat kontraksi uterus.
c. Luka episiotomy.
d. Payudara bengkak.
Gejala dan tanda minor
Subjektif Objektif
a. Tidak tersedia a. Tekanan darah meningkat.
b. Frekuensi nadi meningkat.
c. Berkeringat berlebihan.
d. Menangis/merintih.
e. Haemorroid (wasir).
(Sumber : PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, 2016)

3. Rencana Keperawatan
35
Rencana keperawatan adalah segala tindakan yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Pengklasifikasian rencana
keperawatan dilakukan berdasarkan analisis kesehatan (similiarity
analysis) dan penilaian klinis (clinical judgement). Rencana keperawatan
yang bersifat multikategori atau dapat diklasifikasikan ke dalam lebih dari
satu kategori, maka diklasifikasikan berdasarkan kecenderungan yang
paling dominan pada salah satu kategori/subkategori (PPNI, 2018).
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) perencanaan untuk
masalah keperawatan ketidaknyamanan pasca partum yang dialami oleh
ibu post partum normal.

Rencana Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Normal dengan


Ketidaknyamanan Pasca Partum

Standar Luaran Standar Intervensi


Diagnosa
Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(1) (2) (3)

36
Ketidaknyama 1. Status Kenyamanan 1. Manajemen Nyeri
nan Pasca Pasca Partum a. Identifikasi nyeri secara
Partum Meningkat komprehensif termasuk lokasi,
berhubungan 2. Status Pasca Partum karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan trauma Membaik kualitas dan faktor presipitasi.
perineum Dengan kriteria hasil : b. Observasi respons nonverbal
selama a. Keluhan tidak dari ketidaknyamanan.
persalinan dan nyaman menurun c. Kontrol lingkungan yang dapat
kelahiran b. Meringis menurun memperberat rasa nyeri seperti
c. Berkeringat menurun suhu ruangan, pencahayaan dan
d. Merintih menurun kebisingan.
e. Payudara bengkak d. Ajarkan teknik
menurun nonfarmakologis yaitu teknik
f. Gelisah menurun relaksasi napas dalam.
g. Pemulihan perineum e. Kolaborasi pemberian analgesik
meningkat 2. Perawatan Pasca Partum
a. Monitor tanda-tanda vital

37
(1) (2) (3)
h. Jumlah lochea c. Monitor keadaan lokia (mis.
membaik warna, jumlah)
i. Warna lochea d. Periksa perineum atau robekan
membaik (kemerahan, edema, ekimosis,
j. Tekanan darah pengeluaran, penyatuan
membaik jahitan)
k. Frekuensi nadi e. Identifikasi kemampuan ibu
membaik merawat bayi
l. Suhu tubuh membaik f. Identifikasi adanya masalah
adaptasi psikologis ibu Post
Partum
g. Dukung ibu untuk melakukan
ambulasi dini
h. Berikan kenyamanan pada ibu
i. Fasilitasi tali kasih ibu dan
bayi secara optimal
j. Diskusikan kebutuhan aktivitas
dan istirahat selama masa Post
Partum
k. Diskusikan tentang perubahan
fisik dan psikologis ibu Post
Partum
l. Diskusikan penggunaan alat
kontrasepsi
m. Jelaskan tanda bahaya nifas
pada ibu dan keluarga
n. Jelaskan pemeriksaan pada ibu
dan bayi secara rutin
o. Ajarkan cara perawatan
perineum yang tepat
(Sumber : PPNI, Standar Rencana Keperawatan Indonesia; Standar Luaran Keperawatan
Indonesia, 2018)
38
4. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan komponen
dari proses keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan (Potter and Perry, 2006). Pengertian tersebut menekankan
bahwa implementasi adalah melakukan atau menyelesaikan suatu tindakan
yang sudah direncanakan pada tahap perencanaan atau intervensi. Terdapat
beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi
ketidaknyamanan akibat dari rasa nyeri yang dialami oleh ibu post partum.
Implementasi lebih ditujukan pada upaya manajemen nyeri dan perawatan
pasca persalinan (PPNI, 2018).

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses
keperawatan untuk mengukur respons pasien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan (Potter and
Perry, 2006). Evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan masalah
ketidaknyamanan pasca partum yaitu dilakukan dengan menilai
kemampuan pasien dalam merespon rangsangan nyeri (Andrmoyo, 2013).

Evaluasi Keperawatan

(Sumber: Asmadi, Konsep Dasar Keperawatan, 2008)

No Diagnosa keperawatan Evaluasi


(1) (2) (3)
Ketidaknyamanan pasca S (Subjektif): Data yang diperoleh dari
1. partum berhubungan keluhan tidak nyaman pasien menurun.
dengan trauma perineum O (Objektif): Data yang diperoleh dari respon.

39
(1) (2) (3)
selama persalinan dan pasien secara non verbal atau melalui pengamatan
kelahiran. perawat seperti meringis, berkeringat, merintih, gelisah
menurun, payudara bengkak menurun, pemulihan
perineum meningkat, jumlah lochea, warna lochea,
tekanan darah, frekuensi nadi, dan suhu tubuh membaik.
A (Assessment): Tindak lanjut dan penentuan apakah
tindakan akan dilanjutkan atau sudah terlaksana dengan
baik.
P (Planning): Rencana selanjutnya.

D. Penyakit Radang Panggul


1. Pengertian Penyakit Radang Panggul
Pelvic Inflammatory Disease (PID) adalah suatu kumpulan radang pada saluran
genital bagian atas oleh berbagai organisme, yang dapat menyerang endometrium, tuba fallopi,
ovarium maupun miometrium secara perkontinuitatum maupun secara hematogen ataupun
sebagai akibat hubungan seksual (Widyastuti, Rahmawati & Purnamaningrum, 2009). Infeksi
pelvis merupakan suatu istilah umum yang biasanya digunakan untuk menggambarkan keadaan
atau kondisi organ-organ pelvis (uters, tuba fallopi atau ovarium) diserang oleh mikroorganisme
pathogen. Organisme-organisme ini biasanya bakteri,mereka melakukan multiplikasi dan
menghasilkan suatu reaksi peradangan. (Ben-zion Taber, 1994). Penyakit radang panggul adalah
infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium
(selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrum (otot rahim), parametrium dan
rngga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular
Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami penyakit radang panggul yang
merupakan infeksi serius pada wanita berusia 16-25 tahun.Penyakit radang pelvis adalah suatu
istilah umum bagi infeksi genital yang telah menyebar kedalam bagian-bagian yang lebih dalam
dari alat reproduksi wanita, seperti rahim, tuba fallopi, dan ovarium.
2. Etiologi Penyakit Radang Panggul
Mekanisme infeksi menjalar saat, menstruasi, persalinan dan abortus, serta operasi
ginekologi, disebabkan oleh bakteri, sebagai berikut:
a) GO (Gonorrhoe).
b) Kuman-kuman lain, seperti Streptococcus, aerob, maupun yang anaerob Stapylococus.
c) Chlamydia, mycoplasma, ureaplasma, virus, jamur, dan parasit (Widyastuti, Rahmawati &
Purnamaningrum, 2009).
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah, yang
menyebar keatas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk
seorang wania menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah Neisseria
gonorhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan.
Sehingga, menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah
tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan
terjadinya infeksi, karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya
pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah
menstruasi) (Widyastuti, Rahmawati & Purnamaningrum, 2009).
3. Patofisiologi Penyakit Radang Panggul
Terjadinya radang panggul dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:
a) Terganggunya barier fisiologik
Secara fisiologik penyebaran kuman ke atas ke dalam genetalia interna, akan
mengalami hambatan sebagai berikut:
1) Di ostium uteri eksternum.
2) Di kornu tuba.
3) Pada waktu haid, akibat adanya deskuamasi endometrium maka kuman-kuman pada
endometrium turut terbuang. Pada ostium uteri eksternum, penyebaran asenden kuman-
kuman dihambat secara mekanik, biokemik, dan imunologik. Pada keadaan tertentu barier
fisiologik ini dapat terganggu, misalnya pada saat persalinan, abortus, dan instrumentasi
pada kanalis servikalis dan insersi alat kontrasepsi dalam.
b) Adanya organisme yang berperan sebagai vektor
Trikomonas vaginalis dapat menembus barier fisiologik dan bergerak sampai tuba
fallopi. Kuman-kuman sebagai penyebab infeksi dapat melekat pada trikomonas vaginalis

41
yang berfungsi sebagai vektor dan terbawa sampai tuba fallopi dan menimbulkan peradangan
ditempat tersebut. Sepermatozoa juga terbukti berperan sebagai vector untuk kuman-kuman
N.gonore, Ureaplasma ureoltik, C.trakomatis, dan banyak kuman-kuman aerobik dan
anaerobik lainnya.
c) Aktivitas seksual.
Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi kontraksi uterus yang dapat
menarik spermatozoa dan kuman-kuman memasuki kanilis servikalis.
d) Peristiwa haid.
Radang panggul akibat N. gonore mempunyai hubungan dengan siklus haid. Peristiwa
haid yang siklik, berperan penting dalam terjadinya radang panggul gonore. Periode yang
paling rawan terjadinya radang panggul adalah pada minggu pertama setelah haid. Cairan haid
dan jaringan nekrotik merupakan media yang sangat baik untuk tumbuhannya kuman-kuman
N. gonore. Pada saat itu penderita akan mengalami gejala-gejala salpingitis akut disertai panas
badan. Oleh karena itu, gejala ini disebut febrile menses.

42
Pathway Penyakit Radang Panggul

4. Asuhan Keperawatan Penyakit Radang Panggul


Pemeriksaan subjektif pada pasien penyakit radang panggul, sebagai berikut:
a) Data demografi

1) Nama :-

2) Umur : biasanya terjadi pada usia di bawah 16 tahun.

3) Agama :-

4) Jenis kelamin :-
43
5) Status :-

6) Pendidikan :-

7) Pekerjaan : PSK

8) Suku bangsa :-

9) Alamat :-

10) Tanggal masuk :-

11) Tanggal pengkajian :-

12) No. register :-

13) Diagnosa medis : infeksi radang panggul.

b) Riwayat kesehatan sekarang

1) Alasan masuk rumah sakit: metroragia, menoragia, menderita penyakit kelamin,


keputihan, dan menggunakan alat kontrasepsi spiral.
2) Keluhan utama: demam, mual, muntah, perdarahan menstruasi yang tidak teratur,
kram karena menstruasi, nyeri BAK, nyeri saat hubungan, sakit pada perut
bagian bawah, lelah, nyeri punggung bagian bawah, dan nafsu makan berkurang.
c) Riwayat penyakit dahulu

1. Abortus
septikus.

2. Endometriosis.

3. Pernah menderita penyakit kelamin.

4. Abortus.

5. Pernah kuret.

6. Aktivitas seksual pada masa remaja.

7. Berganti-ganti pasangan seksual.

8. Pernah mengunakan AKDR.

9. Obstetric dan KB.


d) Riwayat penyakit keluarga

44
1. Kaji penyakit-penyakit yang pernah diderita ibu, suami, dan keluarga baik dari ibu
maupun suami, seperti penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC, dan asma.
2. Kaji, apakah ibu pernah kontak dengan penderita HIV/AIDS, TBC, hepatitis?
e) Riwayat menstruasi
1. Perdarahan menstruasi yang tidak teratur, dismenore, dan fluor albus.
2. Kaji menarche, siklus haid, jumlah darah yang keluar, dismenorea, dan HPHT.
f) Riwayat ginekologi
1. Kaji keluhan yang pernah dirasakan berkaitan dengan organ reproduksi.
2. Berapa lama keluhan ibu rasakan?
3. Ada tidaknya upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan itu.
4. Seperti menanyakan, apakah ibu pernah mengalami keputihan yang berbau dan gatal?
5. Operasi yang dialami.

Pemeriksaan objektif pada pasien penyakit radang panggul, sebagai berikut:

1. Keadaan umum
1) Tingkat kesadaran : -
2) Tanda-tanda vital
a. TD : 120/190 mmHg (normal: 120/80 mmHg).
b. N : 60 x/m (normal: 60-100 x/menit).
c. RR : 20x/ m (normal: 16-24 x/menit).
d. Suhu : 39oC ( normal : 36,5-37,5 oC ).
3) Suhu tinggi disertai takikardia.
4) Nyeri suprasimfasis terasa lebih menonjol dari pada nyeri di kuadran atas abdomen. Rasa nyeri
biasanya bilateral. Bila terasa nyeri hanya uniteral, diagnosis radang panggul akan sulit
ditegakkan.
5) Bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan terjadi reburn tenderness, nyeri tekan, dan
kekakuan otot sebelah bawah.
6) Tergantung dari berat dan lamanya peradangan, radang panggul dapat pula disertai gejala ileus
paralitik.
7) Dapat disetai manoragia dan metroragia.
8) Nyeri tekan dan nyeri goyang genitalia eksterna (unilateral dan bilateral).
9) Daerah adneksa teraba kaku.
10) Teraba massa dengan fluktuasi.
2. Keadaan fisik

45
1) Kepala : -
2) Mata : -
3) Leher: Periksa apakah ada pembesaran kelenjar pada leher seperti kelenjar limfe, tiroid atau
pelebaran pembuluh vena.
4) Dada
a. Paru: -
b. Jantung: -
5) Payudara dan ketiak
a. Inspeksi: lihat berntuk payudara (simetris/ asimetris)
b. Warna (kemerahan atau normal)
c. Putting susu (menonjol, datar, masuk)
d. Retraksi.
6) Abdomen: Kaji adaya masa atau benjolan dan nyeri tekan pada abdomen, jaringan parut, dan
bekas luka operasi
7) Anogenital:
a. Kaji pengeluaran pervagina, seperti jumlah, warna, konsistensi, dan bau.
b. Kaji adanya tanda-tanda infeksi pada daerah genital.
c. Perhatikan ada tidaknya varises dan oedema pada genetalia, inspikulo, dinding vagina
(rugae vagina less), karsinoma, dan portio.
d. Lakukan pemeriksaan adneksa dengan menekan daerah shympisis.
e. Apakah terasa nyeri atau tidak?

8) Genetalia:
a. Ada cairan flour albus yang berbau, dan berwarna kehijauan.
b. Nyeri pada serviks, uterus, dan kedua adnexa saat pemeriksaan bimanual.
c. Terdapat masa inflamatoris daerah pelvis.
9) Integumen: -
10) Ekstermitas:-
11) Neurologis:
a. Status mental danemosi: -
b. Pengkajiansarafkranial: -
c. Pemeriksaan reflex: -

Pemeriksaan penunjang pada pasien penyakit radang panggul, sebagai berikut:

46
1. Periksa darah lengkap: Hb, Ht, dan Untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit
sejenisnya, LED: darah yang merupakan indikator dari infeksi.
Leukosit normal: 5000-15000/mm3 serta dapat
mengetahui kadar Hb, Ht, dan sejenisnya.

2. Urinalisis: Memeriksa kandung kemih dan ginjal

3. USG panggul : Merupakan tindakan non invasif. Guna


mengetahui keadaan didalam panggul meliputi
keadaan rahim, adanya pembesaran dan abses
pada saluran tuba fallopi.

4. Laparaskopi: Prosedur pemasukan alat dengan lampu dan


kamera melalui insisi (potongan) kecil di perut
untuk melihat secara langsung organ di dalam
panggul apabila terdapat kelainan.

Diagnosa keperawatan:

1) Risiko perdarahan.
2) Nyeri akut.
3) Risiko infeksi.
4) Hipertermia.
5) Gangguan rasa nyaman.

Intervensi keperawatan:

No. Diagnosa Tujuan Dan


. Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional

47
1. Hipertermia Tujuan : Setelah Observasi: 1. Penting dalam
(D.0130) dilakukan tindakan 1. Monitor TTV memberikan
Kategori : keperawatan selama penanganan
Lingkungan 2x24 jam Mandiri: hipertermia
Subkategori : diharapkan 2. Sesuaikan dan pantau 2. Suhu kamar
keamanan dan hipertermi pada klien faktor lingkungan seperti disesuaikan
proteksi dapat teratasi. suhu kamar dan seprei dengan suhu
Definisi : suhu 1. Termoregulasi yang ditunjukkan normal untuk
tubuh meningkat secara konsisten mengatur suhu
diatas rentang menunjukkan tubuh pasien
normal baik 3. Hilangkan kelebihan 3. Mengurangi
Penyebab : proses 2. Tanda-tanda vital pakaian dan selimut kehangatan dan
penyakit (mis. secara konsisten meningkatkan
Infeksi) menunjukkan pendinginan
Gejala dan tanda baik evaporatif
mayor : . 3. Hidrasi secara 4. Dorong asupan cairan 4. Mencegah
Objektif : suhu konsisten secukupnya kehilangan
tubuh diata nilai menunjukkan cairan karena
normal baik kehilangan
Gejala dan tanda cairan
minor : berkonstribusi
Objektif : Health Education: terhadap demam
takikardi, kulit 5. Mengajarkan pasien dan 5. Memberikan
terasa hangat anggota keluarga tentang edukasi untuk
Kondisi klinis tanda dan gejala mengatasi
terkait : proses hipertermi dan membantu kondisi penyakit
infeksi dalam mengidentifikasi dan dapat
faktor-faktor terkait membantu
terjadinya demam; mencegah
diskusikan pentingnya komplikasi lebih
asupan cairan yang lanjut dari
meningkat untuk hipertermia
mneghindari dehidrasi.

Kolaborasi:
6. Berikan obat antipiretik 6. Mengurangi
sesuai yang ditentukan suhu tubuh dan
menghalangi
sintesis
prostaglandin
yang bekerja di
hipotalamus

48
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi maternal adalah proses peradangan atau inflamasi yang terjadi selama kehamilan
yang disebabkan oleh banyak faktor, seperti immunosupresi, virus, bakteri, jamur, seks
bebas, gaya hidup, jarum suntik, dan lain sebagainya. Infeksi dalam kehamilan bertanggung
jawab untuk morbiditas dan mortalitas signifikan. Berbagai penyakit bisa timbul karena
infeksi maternal tersebut. Klasifikasi dari macam-macam penyakit yang ditimbulkan, karena
infeksi antara lain Penyakit Menular Seksual (PMS), infeksi TORCH, Human papiloma,
virus infeksi traktus genetalia, dan infeksi pasca partum.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
untuk kedepannya penulis akan belajar lebih fokus lagi dan mendetail dalam menjelaskan
mengenai “Asuhan Keperawatan Infeksi Maternal” dengan mencari sumber-sumber yang
lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Penulis menyampaikan
permohonan maaf dan mohon dimaklumi jika pada tulisan ini masih ditemukan kekeliruan
baik dalam bahasa maupun pemahaman. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pihak yang membaca tulisan ini untuk memperbaiki atau menyempurnakan tulisan
ini. Semoga tulisan ini dapat membantu para pembaca untuk lebih memahami tentang
“sAsuhan Keperawatan Infeksi Maternal”.
DAFTAR PUSTAKA

Abbuhl S. 2005. Pelvic Inflammatory Disease. http://www.emedicine.com/emerg/topic410.htm.


(3 Desember 2005).

Abidin A. 2014. Menghindari dan Mengatasi TORCH. Jakarta: PT. Gramedia.

Amin, Hardi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC.
Yogyakarta: Mediaction.

Bagus, Ida dkk. 2013. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Infeksi TORCH.
Makalah.

Green C.J. 2012. Maternal Newborn Nursing Care Plans.Second edition. Malloy.Inc.

Klossner, J. 2006. Introductory Maternity Nursing, Lippincott Williams & Wilkins.

Kumala dewi, Rosita. 2007. Asuhan Keperawatan Klien dengan Pasca Partum Episioytomi pada
Ny. T di Irna B3-RSUP Dr. KARYADI SEMARANG.

Lowdermilk, D.L. & Perry, S.E. 2013. Maternity Nursing, (7th.ed ). St. Louis: Mosby, Inc.

Lowdermilk, Perry & Cashion. 2013. Keperawatan Maternitas (2-vol set). Edisi Bahasa
Indonesia 8. St. Louis: Mosby, Inc.

Mansjoe. 2014. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: YEM.

Maryunani, A., Puspita E. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Trans Info Media.

Nur Alfian, Dhea. 2020. Infeksi Traktus Genetalius. Makalah.

Pandu. 2010. Pemeriksaan dan Pengobatan Toxoplasma Gondii. Jakarta: Rineka Cipta.

Rohmawati Ika & Arif Wibowo. 2013. Hubungan Kejadian Abortus Dengan Toxoplasmosis.
Surabaya: FK UNAIR.

Soedarto. 2012. Toxoplasmosis Mencegah dan Mengatasi Penyakit, Melindungi Ibu dan Anak.
Jakarta: IKAPI.

50
Sunaryono. 2008. Infeksi Toxoplasma Dalam Kehamilan. Jakarta: Rineka Cipta.

Wong, Perry & Hockenberry. 2014. Maternal Child Nursing Care. St. Louis: Mosby, Inc.

51

Anda mungkin juga menyukai