Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEPERAWATAN MATERNITAS

GANGGUAN NIFAS PADA IBU

Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Adelia meilanda
2. Ahmad Mabruri
3. Ayu Lestari
4. Aldi Syahputra
5. Desti Lara Melania
6. Ivana Mardila
7. Lela Meilani
8. Maria Trinita Doe Bei
9. Nurfajri Ramdhoni
10. Wulandari

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat,taufik
dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok dalam
membuat makalah .Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi kelompok kami.

Makalah ini disususun berdasarkan hasil diskusi kelompok kerja kami dan pengumpulan data
dari beberapa buku panduan yang ada, serta dengan bantuan dari dunia maya yaitu melalui situs
internet, dan yang lainnya. Kami menyadari bahwa makalah ini dapat terselesaikan dengan baik
dan tepat waktu dengan adanya bantuan dari semua pihak yang terkait.

Dalam penyusunan makalah ini kami sudah berusaha menyajikan semaksimal mungkin,
namun kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, maka kami
mengharapkan masukan ataupun saran dari Dosen pembimbing serta teman-teman lainnya dalam
menyempurnakan penulisan makalah kami agar dapat bermamfaat bagi seluruh pembaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 1

1.2 Rujuan ............................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Ibfeksi Nifas ........................................................................................................ 2

2.2 Etiologi Infeksi Nifas ........................................................................................................ 2

2.3 Patofisiologi Infeksi Nifas ................................................................................................ 3

2.4 Cara Terjadinya Infeksi .................................................................................................... 3

2.5 Faktor Predisposisi Infeksi Nifas...................................................................................... 3

2.6 Tanda dan Gejala Infeksi Nifas ............................................................................4

2.7 Klasifikasi Infeksi Nifas ......................................................................................4


2.8 Klasifikasi Infeksi Nifas ......................................................................................7
2.9 Pengobatan Infeksi Nifas .....................................................................................8
2.10 Pengobatan Kemoterapi dan Antibiotika Infeksi Nifas .....................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .........................................................................................................9
3.2 Saran ....................................................................................................................9
Daftra Pustaka ............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di negara maju maupun negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi
terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan
yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena risiko kesakitan dan
kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pasca persalinan. Keadaan
ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, di samping ketidak tersediaan
pelayanan atau rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan
pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan
kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan
deteksi dini serta penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit
yang timbul pada masa pascapersalinan. Oleh karena itu, pelayanan
pascapersalianan harus terselenggara pada masa nifas atau puerperium untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini
pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta pelayanan
pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.

1.2.Tujuan
1. Mengetahui pengertian infeksi nifas
2. Mengetahui etiologi infeksi nifas
3. Mengetahui patofisiologi infeksi nifas
4. Mengetahui cara terjadinya infeksi
5. Mengetahui Faktor Predisposisi Infeksi Nifas
6. Mengetahui Tanda dan Gejala Infeksi Nifas
7. Mengetahui Klasifikasi Infeksi Nifas
8. Mengetahui Pencegahan Infeksi Nifas
9. Mengetahui Pengobatan Infeksi Nifas
10. Mengetahui Pengobatan Kemoterapi dan Antibiotika Infeksi Nifas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Infeksi Nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang
masuk ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas.
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi
setelahmelahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38 derajat Celsius atau
lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan
24 jam pertama (Joint Committee on Maternal Welfare, AS).
2.2. Etiologi
Infeksi nifas disebabka oleh masuknya kuman ke dalam
organkandungan maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan infeksi.
Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi:

1. Ektogen (kuman datang dari luar)


2. Autogen (kuman dari tempat lain)
3. Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)

Selain itu, infeksi nifas dapat disebabkan oleh:

1. Streptococcus Haemolyticus Aerobic


2. Staphylococcus Aerus
3. Escheria Coli
4. Clostridium Welchii

Streptococcus Haemolyticus Aerobic


Streptococcus Haemolyticus Aerobic merupakan penyebab infeksi yang paling
berat. Infeksi ini bersifat eksogen (misal dari penderita lain, alat yang tidak steril,
tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).

· Staphylococcus Aerus

Cara masuk Staphylococcus Aerus secara eksogen, merupakan


penyebabinfeksi sedang. Sering ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan
orang-orang yang nampak sehat.

Escheria Coli

Escheria Coli berasal dari kandung kemih atau rektum. Escheria Coli dapat
menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan endometrium. Kuman ini
merupakan penyebab dari infeksi traktus urinarius.

· Clostridium Welchii

Clostridium Welchii bersifat anaerob dan jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis
danpersalinan ditolong dukun.

2.3. Patofisiologi Infeksi Nifas


Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhnya kuman adalah di daerah bekas
insersio (pelekatan) plasenta. Insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan
diameter 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknyavena yang
ditutupi oleh trombus. Selain itu, kuman dapat masuk
melalui servik,vulva, vagina dan perineum.
2.4.Cara Terjadi Infeksi
Infeksi nifas dapat terjadi karena:
1. Manipulasi penolong yang tidak steril atau pemeriksaan dalam berulang-
ulang.
2. Alat-alat tidak steril/ suci hama.
3. Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat yang terkontaminasi.
4. Infeksi nosokomial rumah sakit.
5. Infeksi intrapartum.
6. Hubungan seksual akhir kehamilan yang menyebabkan ketuban pecah dini.

2.5.Faktor Predisposisi Infeksi Nifas


Faktor predisposisi infeksi nifas antara lain:

1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh,


sepertiperdarahan banyak, pre eklampsia, malnutrisi, anemia, infeksi lain
(pneumonia, penyakit jantung, dsb).
2. Persalinan dengan masalah seperti partus/persalinan lama
dengan ketubanpecah dini,
korioamnionitis, persalinan traumatik, proses pencegahan infeksiyang
kurang baik dan manipulasi yang berlebihan.
3. Tindakan obstetrik operatif baik per vaginam maupun per abdominal.
4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam
rongga rahim.
5. Episiotomi atau laserasi jalan lahir.

2.6.Tanda dan Gejala Infeksi Nifas


Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi nifas antara lain demam, sakit di
daerahinfeksi, warna kemerahan, fungsi organ terganggu. Gambaran
klinis infeksi nifasadalah sebagai berikut:
1. Infeksi lokal
2. Infeksi umum

Infeksi lokal
Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokia bercampurnanah,
mobilitas terbatas, suhu badan meningkat.
Infeksi umum
Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan
darah menurun, nadimeningkat, pernafasan meningkat dan sesak, kesadaran
gelisah sampai menurun bahkan koma, gangguan involusi uteri, lokia berbau,
bernanah dan kotor.

2.7.Klasifikasi Infeksi Nifas


Penyebaran infeksi nifas terbagi menjadi 2 golongan yaitu:

1. Infeksi terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium.


2. Infeksi yang penyebarannya melalui vena-vena (pembuluh darah).
3. Infeksi yang penyebarannya melalui limfe.
4. Infeksi yang penyebarannya melalui permukaan endometrium.

1. Infeksi pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium


Penyebaran infeksi nifas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometriumm
eliputi:

1. Vulvitis
2. Vaginitis
3. Servisitis
4. Endometritis
 Vulvitis
Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca
melahirkan terjadi di bekas sayatan episiotomi atau luka perineum. Tepi
luka berwarna merah danbengkak, jahitan mudah lepas, luka yang terbuka
menjadi ulkus dan mengeluarkannanah.
 Vaginitis
Vaginitis merupakan infeksi padadaerah vagina. Vaginitis pada
ibu pasca melahirkan terjadi secara langsung pada luka vagina atau
luka perineum. Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus
dan getah mengandungnanah dari daerah ulkus.
 Servisitis
Infeksi yang sering terjadi pada daerah servik, tapi tidak menimbulkan
banyakgejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar
ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke
parametrium.
 Endometritis
Endometritis paling sering terjadi. Biasanya demam mulai 48
jam postpartumdan bersifat naik turun. Kuman–
kuman memasuki endometrium (biasanya pada luka insersio plasenta)
dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruhendometrium.
Pada infeksi setempat, radang terbatas pada endometrium.
Jaringandesidua bersama bekuan darah menjadi nekrosis dan
mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas keping-keping nekrotis
dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat
dilampaui dan terjadilah penjalaran.
2. Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah
Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh
darah adalah Septikemia ,Piemia dan Tromboflebitis pelvica. Infeksi ini
merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman patogen
Streptococcus Hemolitikus Golongan A. Infeksiini sangat berbahaya dan
merupakan 50% dari semua kematian karena infeksinifas.
 Septikemia
Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toksinnya
langsung masuk ke dalam peredaran darah dan menyebabkan infeksi.
Gejala klinik septikemia lebih akut antara lain: kelihatan
sudah sakit dan lemah sejak awal; keadaan umum jelek,
menggigil, nadi cepat 140 – 160 x per menit atau lebih; suhu meningkat
antara 39-40 derajat Celcius; tekanan darah turun, keadaan umum
memburuk; sesak nafas, kesadaran turun, gelisah.
 Piemia
Piemia dimulai dengan tromflebitis vena-vena pada daerah perlukaan
lalu lepas menjadi embolus-embolus kecil yang dibawa ke
peredaran darah, kemudian terjadi infeksi dan abses pada organ-organ yang
diserangnya.
Gejala klinik piemia antara lain: rasa sakit pada daerah tromboflebitis,
setelah ada penyebaran trombus terjadi gejala umum diatas; hasil
laboratorium menunjukkan leukositosis; lokia berbau,
bernanah, involusi jelek.

 Tromboflebitis
Radang pada vena terdiri dari tromboflebitis pelvis dan
tromboflebitisfemoralis. Tromboflebitis pelvis yang sering meradang
adalah pada vena ovarika, terjadi karena mengalirkan darah dan luka
bekas plasenta di daerah fundus uteri. Sedangkan tromboflebitis
femoralis dapat menjadi tromboflebitis vena safena magna atau
peradangan vena femorali sendiri , penjalaran tromboflebitis venauterin
,dan akibat parametritis. Tromboflebitis vena femoralis disebabkan
aliran darah lambat pada lipat paha karena tertekan ligamentum
inguinale dan kadarfibrinogen meningkat pada masa nifas.
3. Infeksi nifas yang penyebaran melalui jalan limfe
Infeksi nifas yang penyebarannya melalui jalan limfe antara lain
peritonitis dan parametritis (Sellulitis Pelvika).
 Peritonitis
Peritonitis menyerang pada daerah pelvis (pelvio peritonitis). Gejala
klinikantara lain: demam, nyeri perut bawah, keadaan umum baik.
Sedangkan peritonitis umum gejalanya: suhu meningkat, nadi cepat dan
kecil, perut kembung dan nyeri, terdapat abses pada cavum
douglas, defense musculair, fasies hypocratica.Peritonitis umum dapat
menyebabkan kematian 33% dari seluruh kamatian karenainfeksi.
 Parametritis (sellulitis pelvika)
Gejala klinik parametritis adalah: nyeri saaat dilakukan periksa
dalam, demam tinggi menetap, nadi cepat, perut nyeri, sebelah/kedua
belah bagian bawah terjadi pembentukkan infiltrat yang dapat teraba
selama periksa dalam. Infiltrat terkadang menjadi abses.
4. Infeksi nifas yang penyebaran melalui permukaan endometrium
Infeksi nifas yang penyebaran melalui permukaan endometrium
adalah salfingitis dan ooforitis. Gejala salfingitis dan ooforitis hampir
sama dengan pelvio peritonitis.
2.8.Pencegahan Infeksi Nifas
Infeksi nifas dapat timbul selama kehamilan, persalinan dan
masa nifas, sehingga pencegahannya berbeda.
a. Selama kehamilan
Pencegahan infeksi selama kehamilan, antara lain:

1. Perbaikan gizi.
2. Hubungan seksual pada umur kehamilan tua sebaiknya tidak
dilakukan.

b. Selama persalinan
Pencegahan infeksi selama persalinan adalah sebagai berikut:

1. Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalan lahir.


2. Membatasi perlukaan jalan lahir.
3. Mencegah perdarahan banyak.
4. Menghindari persalinan lama.
5. Menjaga sterilitas ruang bersalin dan alat yang digunakan.

c. Selama nifas
Pencegahan infeksi selama nifas antara lain:

1. Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.


2. Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci
hama.
3. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus,
tidak bercampur dengan ibu nifas yang sehat.
4. Membatasi tamu yang berkunjung.
5. Mobilisasi dini.
2.9.Pengobatan Infeksi Nifas
Pengobatan infeksi pada masa nifas antara lain:

1. Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik, luka
operasi dan darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang
tepat.
2. Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.
3. Memberi antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil laboratorium.
4. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus,
transfusi darah,makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh,
serta perawatan lainnya sesuai komplikasi yang dijumpai.

2.10. Pengobatan Kemoterapi dan Antibiotika Infeksi Nifas


Infeksi nifas dapat diobati dengan cara sebagai berikut:

1. Pemberian Sulfonamid – Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin 185


gr, sulfamerazin 130 gr, dan sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti 1 gr 4-6
jam kemudian peroral.
2. Pemberian Penisilin – Penisilin-prokain 1,2 sampai 2,4 juta satuan IM,
penisilin G 500.000 satuan setiap 6 jam atau metsilin 1 gr setiap 6 jam IM
ditambah ampisilin kapsul 4×250 gr peroral.
3. Tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol.
4. Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan.
5. Lakukan evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Luka-luka pascapersalinan harus dirawat dengan baik. Menjaga kebersihan


pada bekas luka mutlak dilakukan. Alat-alat, pakaian, dan kain yang dikenakan ibu
harus benar-benar dijaga kebersihannya. Hal lain yang juga harus diwaspadai
selama masa nifas selain infeksi adalah terjadinya anemia. Bila ibu mengalami
perdarahan yang sangat banyak, atau sudah terjadi anemia selama masa kehamilan,
hal ini dikhawatirkan akan memengaruhi proses kontraksi pada rahim untuk
kembali seperti semula. Ini terjadi karena darah tak cukup memberikan oksigen ke
rahim. Bila anemia hanya ringan, maka untuk mengatasinya cukup dengan
mengonsumsi makanan kaya zat besi. Namun bila kondisinya sangat parah, dokter
akan melakukan transfusi darah.

3.2. Saran
Supaya tidak terjadi infeksi pada masa nifas, saat hamil cegah jangan sampai
terjadi anemia, malnutrisi, serta munculnya penyakit-penyakit yang diderita ibu.
Sebaiknya juga tidak melakukan, mengurangi, atau melakukan dengan hati-hati
hubungan seksual saat hamil tua karena bisa menyebabkan pecahnya ketuban dan
menjadi jalan masuk kuman penyebab infeksi ke dalam jalan lahir.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,E.2008. Asuhan Kebidanan Nifas.Yogyakarta:\MitraCendekia.Khaidir,
M.2009. AsuhanKeperawatanDengan Infeksi Nifas.khaidirmuhaj.blogspot.com/20
09/03/askep-klien-dengan-infeksi-nifas.html diunduh 4 Oktober 2011. 01:04 AM.

Anda mungkin juga menyukai