Anda di halaman 1dari 15

INFEKSI PASCA PARTUM

DISUSUN OLEH :
APRILIA HARDIANTI
2110021

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2023 – 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha esa, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini dengan judul ”infeksi pasca partum”
Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman. Amin...

Surabaya, 17 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG................................................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................1
1.3. TUJUAN...................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
2.1. DEFINISI...................................................................................................................................3
2.2. ETIOLOGI.................................................................................................................................3
2.3. CARA TERJADINYA INFEKSI................................................................................................4
2.4. KLASIFIKASI............................................................................................................................5
2.5. MANIFESTASI KLINIS............................................................................................................6
2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................................................7
2.7. PENCEGAHAN.........................................................................................................................7
2.8. PENANGANAN........................................................................................................................8
2.9. PENGOBATAN..........................................................................................................................9
2.10. WOC.........................................................................................................................................9
BAB III...............................................................................................................................................10
PENUTUP..........................................................................................................................................10
A. KESIMPULAN.......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dinegara maju, kebanyakan perempuan hamil dalam keadaan sehat dan bergizi baik.
Mereka melahirkan bayinya dirumah sakit atau rumah sakit bersalin dan sedikit yang
menjadi subjek dari berbagai prosedur diagnostic yang infasif seperti dialami oleh
kebanyakan pasien rumah sakit. Bahkan untuk mereka yang memerlukan secsio sesarea,
pembedahannya berlangsung singkat (kurang dari satu jam), biasanya tidak ada
komplikasi, kateterisasi urin, kalau perlu sebentar (1-2 hari), dan jarang sekali
memerlukan bantuan ventilasi pasca bedah. Disamping itu, kebanyakan perempuan hamil
tidak menggunakan antibiotic sistemik dan tidak memerlukan perawatan lama sebelum
persalinan (Tietjen, L, Bossemeyer, D & McIntosh, N, 2004).
Infeksi pascapartum terjadi pada sekitar 6 % kelahiran di Amerika serikat dan
kemungkinan besar merupakan penyabab utama morbiditas dan mortalitas maternal
diseluruh dunia. Organisme yang paling sering menginfeksi ialah organisme
streptococcus dan bakteri anaerobic. Infeksi staphylococcus aureus, gonococcus,
koliformis, dan klosrtidia lebih jarang terjadi, tetapi merupakan organisme pathogen
serius yang menyebabkan infeksi pascapartum.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa defenisi infeksi postpartum?
2. Apa penyebab infeksi postpartum?
3. Bagaimana terjadinya infeksi postpartum?
4. Apa klafisikasi infeksi postpartum?
5. Apa manifestasi klinis infeksi postpartum?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang infeksi post partum?
7. Bagaimana pencegahan infeksi postpartum?
8. Bagaimana penanganan infeksi postpartum?
9. Bagaimana pengobatan infeksi pasca partum ?
10. Bagaimana WOC infeksi pasca partum ?
1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui defenisi infeksi pasca partum
2. Untuk mengetahui penyebab dari infeksi pasca partum
3. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya infeksi pasca partum
4. Untuk mengetahui klasifikasi infeksi pasca partum
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis infeksi pasca partum
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang infeksi pasca partum
7. Untuk mengetahui pencegahan infeksi pasca partum
8. Untuk mengetahui penanganan infeksi pasca partum

1
9. Untuk mengetahui pengobatan infeksi pasca partum
10. Untuk mengetahui WOC infeksi pasca partum

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI
Infeksi nifas merupakan peradangan yang terjadi pada organ reproduksi yang
disebabkan oleh masuknya mikroorganisme atau virus kedalam organ reproduksi
tersebut selama proses persalinan dan masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi.
Infeksi pasca partum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah
infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau
persalinan (Bobak, 2004).
Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi
sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih
selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam
pertama.

2.2. ETIOLOGI
1. Faktor presipitasi infeksi post partum
Penyebab dari infeksi post partum ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan
aerob pathogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin
juga dari luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus
anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
1. Kuman yang sering menyebabkan infeksi post partum antara lain :
a. Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi
ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang
tidak suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
b. Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan
sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-
orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan
infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi
umum.
c. Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan
infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini
merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius.

3
d. Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi
sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
2. Faktor predisposisi infeksi post partum
a. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti
perdarahan, dan kurang gizi atau malnutrisi
b. Partus lama, partus terlantar, dan ketuban pecah lama.
c. Tindakan obstetri operatif baik pervaginam maupun perabdominal.
d. Tertinggalnya sisa-sisa uri, selaput ketuban, dan bekuan darah
dalam rongga rahim.
e. Keadaan-keadaan yang menurunkan daya tahan seperti perdarahan,
kelelahan, malnutrisi, pre-eklamsi, eklamsi dan penyakit ibu
lainnya (penyakit jantung, tuberkulosis paru, pneumonia, dll).
f. Anemia, hygiene, kelelahan

2.3. CARA TERJADINYA INFEKSI


1. Tangan penderita atau penolong yang tetutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam
atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus.
Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke
dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
2. Droplet infeksion. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang
berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau pembantu-pembantunya. Oleh
karena itu, hidung dan mulut petugas harus ditutup dengan masker.
3. Infeksi rumah sakit (hospital infection) Dalam rumah sakit banyak sekali kuman-
kuman patogen berasal dari penderita-penderita di seluruh rumah sakit. Kuman-
kuman ini terbawa oleh air, udara, alat-alat dan benda-benda rumah sakit yang sering
dipakai para penderita (handuk, kain-kain lainnya).
4. Koitus pada akhir kehamilan sebenarnya tidak begitu berbahaya, kecuali bila ketuban
sudah pecah.
5. Infeksi intrapartum, sering dijumpai pada kasus lama, partus terlantar, ketuban pecah
lama, terlalu sering periksa dalam. Gejalanya adalah demam, dehidrasi, lekositosis,
takikardi, denyut jantung janin naik, dan air ketuban berbau serta berwarna keruh

4
kehijauan. Dapat terjadi amnionitis, korionitis dan bila berlanjut dapat terjadi infeksi
janin dan infeksi umum.

2.4. KLASIFIKASI
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium.
a. Vulvitis
Merupakan infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca persalinan
terjadi dibekas sayatan episiotomy atau luka perineum. Tepi luka
berwarna merah dan bengkak, jahitan sudah lepas, luka yang terbuka
menjadi ulkus dan mengeluarkan nanah.
b. Vaginitis
Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vagina. Vaginitis pada ibu
pasca melahirkan terjadi secara langsung pada luka vagina atau luka
perineum. Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus
dan getah mengandung nanah dari daerah ulkus.
c. Servisitis
Infeksi yang sering terjadi pada daerah servik,tapi tidak
menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan
langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang
menjalar ke parametrium.
d. Endometritis
Endometritis paling sering terjadi. Biasanya demam mulai 48 jam
postpartum dan bersifat naik turun. Kuman-kuman memasuki
endometrium (biasanya pada luka insersio plasenta) dalam waktu
singkat dan menyebar ke seluruh endometrium. Pada infeksi setempat,
radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama bekuan
darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri
atas keping-keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat
batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
2. Mastitis
Infeksi pada payudara. Infeksi terjadi karena adanya luka pada putting
susu dan bendungan ASI (Mansjoer Arif, 2002).
3. Infeksi yang penyebarannya melalui pembuluh darah
a. Septikemia

5
Kuman-kuman yang ada di uterus, langsung masuk ke peredaran
darah dan menyebabkan infeksi umum. Adanya septikemia dapat
dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah.
b. Piemia
Infeksi dan abses pada organ-organ yang diserang yang didahului
oleh terjadinya tromboflebitis. Dari tempat-tempat thrombus itu
embolus kecil yang mengandung kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali
dilepaskan , embolus masuk ke peredaran darah umum dan dibawa
oleh aliran darah ketempat –tempat lain, antaranya ke paru-paru, ginjal,
otak, jantung, dan sebagainya mengakibatkan terjadinya abses-abses di
tempat-tempat tersebut.
c. Tromboflebitis
Perluasan invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran
darah vena disepanjang vena dan cabang-cabangnya.
(MA Themone, 2014).
4. Infeksi yang penyebarannya melalui pembuluh limfe
a. Parametritis
Parametritis atau sellulitis pelvika adalah radang yang terjadi
pada parametrium yang disebabkan oleh invasi kuman. Penjalaran
kuman sampai ke parametrium terjadi pada infeksi yang lebih berat.
Infeksi sampai ke parametrium lewat pembuluh limfe atau melalui
jaringan di antara kedua lembar ligamentum latum. parametrium dapat
juga terjadi melalui salfingo-ooforitis.
b. Peritonitis
Inflamasi pada peritoneum yang merupakan lapisan membran
serosa rongga abdomen.
5. Infeksi yang penyebarannya melalui permukaan endometrium
a. Salpingitis : reaksi imflamasi dan infeksi pada saluran tuba.
b. Ooforitis : infeksi pada ovarium.

2.5. MANIFESTASI KLINIS


Manifestasi klinis adanya infeksi yaitu adanya Rubor (kemerahan), kalor
(demam setempat) akibat vasodilatasi dan tumor (bengkak) karena eksudasi. Ujung
syaraf merasa akan terangsang oleh peradangan sehingga terdapat rasa nyeri (dolor).

6
Nyeri dan pembengkan akan mengakibatkan gangguan  faal, dan reaksi umum antara
lain berupa sakit kepala, demam dan peningkatan denyut jantung (Sjamsuhidajat, R.
1997).
1. Manifestasi klinis yang lain :
a. peningkatan suhu
b. takikardie
c. nyeri pada pelvis
d. demam tinggi
e. nyeri tekan pada uterus
f. lokhea berbau busuk/menyengat
g. penurunan uterus yang lambat
h. nyeri dan bengkak pada luka episiotomy

2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. pemeriksaan laboratorium
a. darah : hemoglobin dan hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g
% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, trombosit.
b. Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.
c. Pemeriksaan mikroskopis urine : guna pemeriksaan mikroskopis urine
adalah untuk melihat kelainan ginjal dan salurannya (stadium, berat
ringannya penyakit.
d. Pemeriksaan protein urine : Ditemukan protein dalam urine tetapi kelainan
yang terjadi tidak menandakan adanya indikasi penyakit. Normalnya tidak
boleh sampai + 1.
e. Pemeriksaan glukosa urin : pada keadaan normal tidak ditemukan glukosa
didalam urine. Karena molekul glukosa besar dan ginjal akan menyerap
kembali hasil filtrasi dan glumerulus (Normal 1-25 mg/dL).

2.7. PENCEGAHAN
1. Masa persalinan
a) Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia,
malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit ibu.
b) Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang
perlu

7
c) Koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan
dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban.
Kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir. Hindari
partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya persalinan
tidak berlarut-larut.
d) Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
e) Melakukan perawatan luka post partum dengan teknik aseptic.
f) Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang
harus segera diganti dengan tranfusi darah.
g) Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus bersih.
h) Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi
dengan sterilisasi yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
2. Masa nifas
a) Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula
alat-alat dan pakaian serta kain-kain harus steril.
b) Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan
khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.
c) Tamu yang berkunjung harus dibatasi.

2.8. PENANGANAN
Penanganan umum
a) Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses
persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam masa
nifas.
b) Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami
infeksi nifas.
c) Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi
yang dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan.
d) Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
e) Beri cacatan atau intruksi tertulis untuk asuhan mandiri dirumah dan
gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan
dengan segera.
Penanganan postpartum
a) Suhu diukur empat kali sehari.

8
b) Perhatikan diet ibu; diet tinggi kalori tinggi protrin (TKTP).
c) Lakukan tranfusi darah bila perlu.
d) Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk kedalam rongga
peritoneum.

2.9. PENGOBATAN
Pengobatan secara umum
a) Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina, luka
operasi dan darah serat uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang
tepat dalam pengobatan.
b) Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.
c) Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika
spectrum luas (broad spectrum) menunggu hasil laboratorium.
d) Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infuse atau tranfusi
darah diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang
dijumpai.

2.10. WOC
Post partum/masa nifas/puerperium

Aspek fisiologis Aspek Psikososial

Tanda vital Sist.kardiovaskuler Sist.endokrin Sist.urinaria Kelahiran bayi

Sist.pencernaan Sist.muskuloskletal Reproduksi Perubahan dalam


keluarga

Adaptasi Tidak beradaptasi

Suhu meningkat Sensasi eks.bawah

Breast engorgement Tromboplebitis

Edema Resiko ggn.proses


parenting

Nyeri Ggn. Pemenuhan ADL Diuresis

9
Resiko gangguan proses laktasi Urgensi

Resiko infeksi puerperalis Urinary frekuency

Nafsu makan ↑ Prod. Hormon turun

Penurunan tonus abdomen Prolaktin ↑ Ggn. Eleminasi BAK

Prod. ASI

Resiko konstipasi Resiko ggn. Proses parenting

Bradikardia Involusi uteri

Takikardia involusi daerah impalntasi plasenta

Cerviks

Instability vasomotor Perubahan pd. vagina

Kencang pd clitoris dan labia

Diaporesis/menggigil Luka perineum

Pengeluaran kolostrum.

Gangguan rasa nyaman

Resiko infeksi puerperalis

Ggn.rasa nyaman(nyeri)

Resiko ggn proses laktasi

10
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Infeksi nifas merupakan peradangan yang terjadi pada organ reproduksi yang
disebabkan oleh masuknya mikroorganisme atau virus kedalam organ reproduksi tersebut
selama proses persalinan dan masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi.
Infeksi pasca partum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah
infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau
persalinan (Bobak, 2004).
Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah
melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari
dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arlina Satyawati1 , 2016, studi kualitatif persepsi ibu nifas tentang infeksi masa nifas di
ruang eva rumah sakit mardi rahayu kudus. Di ambil dari

akbidmr.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/4-draf-untuk-jurnal

https:// www.academia.edu/36947940/INFEKSI-POST-PARTUM

https:// www.scribd.com/doc/378481227

http://elearning.fkkumj.ac.id/pluginfile.php?file=%2f8638%2Fcourse%2Foverviewfiles
%2FAsuhan%20kebidanan%20nifas.pdf&amp;forcedownload=1

12

Anda mungkin juga menyukai