Anda di halaman 1dari 12

KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASA DAN CARA

PENANGGULANGANNYA

DISUSUN OLEH :

1. DELLA RETNO WAHYUNINGTIAS 2110017


2. APRILIA HARDIANTI 2110021
3. RAHMAH SULISTYAWATI 2110037

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT. karena berkat rahmat dan hidayahnyalah,
saya telah mampu menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “ KEWASPADAAN DINI
KEJADIAN LUAR BIASA DAN CARA PENANGGULANGANNYA ”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “ KESEHATAN MATRA ”. Harapan
saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat
lebih baik. Makalah ini, bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hasil maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu,
saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi saya dan
pembaca.

Surabaya, 25 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................1
1.3 TUJUAN...........................................................................................................................2
1.4 MANFAAT......................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
DASAR TEORI.........................................................................................................................3
2.1 Definisi Epidemiologi Penyakit DBD dan Gejala Klinisnya..........................................3
2.2 Penyebab Keracuan Makanan dan Gejala Klinisnya........................................................4
2.3 Definisi Penyakit Campak................................................................................................5
2.4 Definisi penyaki malaria dan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian malaria di
kabupaten batu bara................................................................................................................5
BAB III.......................................................................................................................................7
PENUTUP..................................................................................................................................7
Kesimpulan.............................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Saat ini telah banyak bencana yang menimpa kehidupan, baik berupa bencana
penyakit, banjir maupun hal hal yang yang menimbulkan wabah sehingga suatu
daerah masuk dalam kategori Kejadian Luar Biasa (KLB). Meningkatnya kejadian
Kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu. Timbulnya suatu penyakit di suatu daerah adalah
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menyebar ke suatu daerah karena suatu
pencegahan yang tidak maksilmal. Menurut peraturan menteri bahwa penyakit
penyakit yang berpotensi KLB biasanya adalah penyakit menular seperti demam
berdarah dengue (DBD), campak, malaria, diare, dan berbagai macam penyakit yang
ditimbulkan oleh suatu virus atau bahkan seperti keracunan makanan. Walaupun jenis
penyakit tersebut sering menimbulkan KLB di Indonesia, ada beberapa penyakit yang
mengalami penurunan seperti diare, campak dan malaria. Namun, ada beberapa
penyakit yang kini justru semakin meningkat yaitu DBD, keracunan makanan dan
penyakit baru seperti SARS, HFMD, hepatitis E dan sejenisnya. Demikian juga
beberapa penyakit yang sudah tidak dianggap masalah namun kini malah timbul
kembali seperti differi, chikungunya, leptoperosis dan kolera.

Klasifikasikan ke dalam daerah yang terjadi KLB atau daerah yang tidak KLB
diperlukan agar dapat membantu penyelidikan terhadap terjadinya suatu daerah KLB.
Selain itu juga dapat digunakan sebagai penyelidikan awal sebelum dilakukan
pengambilan data surveilens kepada penduduk sehinga lebih mudah dalam melakukan
pencegahan terhadap daerah-daerah yang memang dekat dengan terjadinya KLB
tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud epidemiologi penyakit DBD dan bagaimana gejala klinisnya?

2. Apa penyebab keracuan makanan dan bagaimana gejala klinisnya?


3. Apa yang dimaksud dengan penyakit campak?

1
4. Apa yang disebut dengan penyaki malaria dan apa faktor yang berpengaruh
terhadap kejadian malaria di kabupaten batu bara?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud epidemiologi penyakit DBD dan


bagaimana gejala klinisnya?

2. Untuk mengetahui apa penyebab keracuan makanan dan bagaimana gejala


klinisnya?
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit campak ?
4. Untuk mengetahui apa yang disebut dengan penyaki malaria dan apa faktor yang
berpengaruh terhadap kejadian malaria di kabupaten batu bara?

1.4 MANFAAT

1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud epidemiologi penyakit DBD dan


bagaimana gejala klinisnya?

2. Dapat mengetahui apa penyebab keracuan makanan dan bagaimana gejala


klinisnya?
3. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit campak?
4. Dapat mengetahui apa yang disebut dengan penyaki malaria dan apa faktor yang
berpengaruh terhadap kejadian malaria di kabupaten batu bara?

2
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Definisi Epidemiologi Penyakit DBD dan Gejala Klinisnya

Epidemiologi merupakan studi tentang penyebaran penyakit serta faktor-faktor


yang memengaruhinya. Penyebaran penyakit dikaji melalui frekuensi penyakit yang
dihitung dalam angka prevalensi, insiden, CFR, dan lainnya. Kegunaan epidemiologi
adalah untuk menggambarkan penyakit yang terjadi di masyarakat secara keseluruhan
berdasarkan frekuensi, distribusi, dan determinan yang memengaruhinya. Terdapat
tiga hal yang memengaruhi terjadinya penyakit menular atau biasa disebut segitiga
epidemiologi penyakit menular, yaitu agent, host dan environment. Ketiganya saling
memengaruhi satu sama lain. Agen merupakan penyebab penyakit menular seperti
virus, bakteri, protozoa, jamur, cacing, riketsia, dan lainnya. Agen penyakit dapat
bertahan di tubuh manusia dan juga binatang (zoonosis). Host atau induk semang
dapat terinfeksi agen penyakit namun tergantung pada kekebalan tubuhnya.
Sedangkan environment merupakan media kontak antara agen dan induk semang,
yaitu berupa udara, sentuhan kulit, makanan yang telah terkontaminasi, plasenta ibu
hamil, dan lainnya.

Pada penyakit DBD, agen penyakit menular berupa virus dengue yang termasuk
dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari empat serotipe, yaitu Den-1,
Den-2, Den-3 dan Den-4. Virus ditularkan kepada manusia (host) melalui perantara
gigitan vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albocpictus yang terinfeksi virus
dengue. Pada mulanya nyamuk tersebut berasal dari negara Mesir yang kemudian
menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia melalui transportasi udara dan laut.
Nyamuk tersebut hidup dengan subur di belahan dunia yang mempunyai iklim tropis
dan subtropis seperti Benua Asia, Afrika, Australia dan Amerika.

● Gejala klinis penyakit DBD

1. Demam mendadak
2. Sakit kepala
3. Nyeri
4. Mual, dan

3
5. menifestasi perdarahan seperti mimisan atau gusi berdarah serta adanya
kemerahan di bagian permukaan tubuh pada penderita.

Pada umumnya penderita DBD akan mengalami fase demam selama 2-7 hari.
Fase pertama terjadi selama satu hingga tiga hari. Penderita akan merasakan
demam yang cukup tinggi, yaitu 40oC. Pada fase kedua, penderita mengalami
fase kritis pada hari keempat hingga kelima. Pada fase ini penderita akan
mengalami penurunan suhu tubuh hingga 37oC dan penderita akan merasa
dapat melakukan aktivitas kembali (merasa sembuh kembali). Pada fase ini
jika tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat, dapat terjadi keadaan fatal,
yaitu penurunan trombosit secara drastis akibat pemecahan pembuluh darah
(pendarahan). Selanjutnya fase ketiga akan terjadi pada hari kelima dan
keenam di mana penderita akan merasakan demam kembali. Fase ini
dinamakan fase pemulihan di mana trombosit akan perlahan naik dan normal
kembali.

2.2 Penyebab Keracuan Makanan dan Gejala Klinisnya

Keracunan makanan terjadi ketika bakteri atau patogen jenis tertentu yang
membawa penyakit mengontaminasi makanan, dapat menyebabkan penyakit yang
sering disebut dengan” keracunan makanan”. Penyebab keracunan makanan bisa
disebabkan agen pathogen yang berupa bakteri, jamur, bahan kimia dan logam berat
lainnya. Bakteri yang kerap dikaitkan dengan kejadian keracunan makanan meliputi:
Salmonella, Campylobacter, Listeria, Clostridium butolinum, dan Escherichia coli.
Kontaminasi bakteri ini dapat terjadi dalam penyediaan bahan mentah dan selama
proses pengolahan, penyajian dan pengiriman, penyajian dan makanan yang
kemungkinan terkontaminasi bakteri dan zat kimia.

● Gejala Klinis Keracunan Makanan

1. Mual
2. Demam
3. Sakit kepala
4. Muntah
5. Dehidrasi
6. Sakit perut

4
7. Lemas atau diare
8. Selain itu, tidak sedikit kasus keracunan makanan yang berujung pada kematian.

2.3 Definisi Penyakit Campak

Campak adalah penyakit yang menyerang manusia dan sangat menular yang
ditandai oleh beberapa gejala akut yaitu demam tinggi, konjungtivitis, coryza, batuk
dan ruam makulo papular. Campak juga dapat mengakibatkan penyakit serius
dengan komplikasi berat, termasuk pneumonia, ensefalitis dan kematian. Campak
merupakan infeksi sistemik yang dimulai infeksi pada bagian epitel saluran
pernafasan di nasopharing, virus campak dikeluarkan dari nasopharing mulai dari
masa prodromal sampai 3 - 4 hari setelah rash.

2.4 Definisi penyaki malaria dan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian malaria
di kabupaten batu bara

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia adalah Malaria. Kematian
karena malaria di dunia pada tahun 2011 dilaporkan sebanyak 655 ribu orang, 6% di
antaranya terjadi di Asia. World Malaria Report 2015 melaporkan terdapat 214 juta
kasus positif malaria dimana 88% berasal dari Afrika dengan 438.000 kematian.1
Malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas
kerja.2 Sekitar 65% kabupaten di Indonesia endemis malaria, dimana 45% penduduk
di kabupaten tersebut berisiko tertular malaria. Hasil Riskesdas tahun 2010 dan 2013
menunjukkan prevalensi malaria di Indonesia menurun dari 1,39 % menjadi 0,6%.
Di Propinsi Aceh sebagian besar kabupaten/kota sudah memiliki sertifikat eliminasi
malaria, namun kasus malaria masih terjadi di sebagian wilayah seperti di
Kabupaten Aceh Selatan.3 Berdasarkan data eliminasi malaria, tahun 2014 di
propinsi Sumatera Utara 15 dari 33 kabupaten/kota telah menerima sertifikat
eliminasi malaria. Tahun 2015 terdapat 18 kabupaten/kota masih dalam tahap
pemberantasan, yang tersebar dalam 189 desa endemis tinggi dan 269 endemis
sedang. Desa endemis tentunya berisiko tertular malaria.

5
● Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian malaria

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian malaria di Kabupaten Batu


Bara adalah letak geografis Kabupaten Batu Bara di pesisir pantai Selat Malaka
dengan kepadatan penduduk sebanyak 400.804 jiwa dengan luas wilayah 904,96
km2 , kepadatan penduduk 443 per km2 , dengan karakteristik wilayahnya di
sebagian wilayah berupa laguna dan rawa-rawa. Menurut catatan pada Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Medan data curah hujan di
Kabupaten Batu Bara pada tahun 2016 terdapat 110 hari hujan dengan volume curah
hujan sebanyak 1426 mm.

6
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
1. Epidemiologi merupakan studi tentang penyebaran penyakit serta faktor-faktor
yang memengaruhinya. Penyebaran penyakit dikaji melalui frekuensi penyakit
yang dihitung dalam angka prevalensi, insiden, CFR, dan lainnya. Terdapat
tiga hal yang memengaruhi terjadinya penyakit menular atau biasa disebut
segitiga epidemiologi penyakit menular, yaitu agent, host dan environment.
Pada penyakit DBD, agen penyakit menular berupa virus dengue yang
termasuk dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari empat
serotipe, yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4. Gejala klinis penyakit DBD :
Demam mendadak, Sakit kepala, Nyeri, Mual, dan menifestasi perdarahan
seperti mimisan atau gusi berdarah serta adanya kemerahan di bagian
permukaan tubuh pada penderita.
2. Keracunan makanan terjadi ketika bakteri atau patogen jenis tertentu yang
membawa penyakit mengontaminasi makanan. Penyebab keracunan makanan
bisa disebabkan agen pathogen yang berupa bakteri, jamur, bahan kimia dan
logam berat lainnya. Bakteri yang kerap dikaitkan dengan kejadian keracunan
makanan meliputi: Salmonella, Campylobacter, Listeria, Clostridium
butolinum, dan Escherichia coli. Gejala Klinis Keracunan Makanan : Mual,
Demam, Sakit kepala, Muntah, Dehidrasi, Sakit perut, Lemas atau diare,
Selain itu, tidak sedikit kasus keracunan makanan yang berujung pada
kematian.
3. Campak adalah penyakit yang menyerang manusia dan sangat menular yang
ditandai oleh beberapa gejala akut yaitu demam tinggi, konjungtivitis, coryza,
batuk dan ruam makulo papular. Campak juga dapat mengakibatkan penyakit
serius dengan komplikasi berat, termasuk pneumonia, ensefalitis dan
kematian.

7
4. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia adalah Malaria.
Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian malaria : letak geografis

DAFTAR PUSTAKA

https://drive.google.com/file/d/1A7_79BPX9dxsDc6aK7g2j8zHdE9KxBA-/view?
usp=sharing

https://drive.google.com/file/d/1d7BQU5JpyyF8QkFXzWHIJz19x5knd8u2/view?
usp=sharing

Centers for Diseases Control and Preventions (2020) Foodborne Outbreaks, CDC Website.
Available at: https://www.cdc.gov/foodsafety/outbreaks/index.html (Accessed: 25 June
2020).

Ditjen P2PL (2011) Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa
Penyakit Menular dan Keracunan Pangan (Pedoman Epidemiologi Penyakit). Revisi Tahun
2011. Jakarta.

Agustino, Leo. (2008). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Penerbit Alfabeta

Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. (2017). Profl Kesehatan Kabupaten Tangerang.


Banten: Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.

Dunn, William N. (2003). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Irianto, Koes. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular: Panduan Klinis.
Bandung: Alfabeta.

Kementerian Kesehatan. (2011). Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan:


Panduan bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Kementerian Kesehatan

8
Kementerian Kesehatan. (2016). Infodatin Situasi DBD di Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi, Kementerian Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai