Oleh:
AFIYAH PUTRI ZADA
1911901002
Pembimbing:
dr. Lasiah Susanti, MPH
Penulis juga menyadari bahwa dalam pembuatan referat ini masih memiliki
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk menyempurnakan laporan kasus ini. Penulis berharap agar
referat ini dapat memberi manfaat kepada semua orang demi perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
I. PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................2
2.1 Definisi Dengue Hemorrhagic Fever...................................................2
2.2 Epidemiologi Dengue Hemorrhagic Fever..........................................2
2.3 Etiologi Dengue Hemorrhagic Fever...................................................3
2.4 Patofisiologi Dengue Hemorrhagic Fever............................................3
2.5 Manifestasi Klinis Dengue Hemorrhagic Fever...................................6
2.6 Diagnosis Dengue Hemorrhagic Fever..............................................14
2.7 Diagnosis Banding Dengue HemorrhagicFever.................................17
2.8 Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever....................................17
2.9 Komplikasi Dengue Hemorrhagic Fever...........................................22
2.10 Prognosis Dengue Hemorrhagic Fever...........................................22
2.11 Pencegahan Dengue Hemorrhagic Fever.........................................22
2.12 Kriteria Pulang Rawat.....................................................................23
2.13 Prinsip Manajemen Program Pengendalian Penyakit…… ……….23
III. Kesimpulan....................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Klasifikasi Infeksi Dengue dan Tingkat Keparahan DBD menurut WHO
2011…………………………………………………………….....................7
Tabel 2. Hemodinamik Pada Anak...........................................................................11
Tabel 3. Penyulit Fase Klinis Demam Berdarah Dengue............................................13
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Patofisiologi Infeksi Virus Dengue.....................................................5
Gambar 2. Fase Perjalanan Penyakit Infeksi Virus Dengue..................................8
Gambar 3. Alur Diagnosa Infeksi Virus Dengue..................................................15
Gambar 4. Algoritma Tatalaksana DBD...............................................................18
Gambar 5. Tatalaksana Kasus DBD Derajat I Dan II Hematokrit........................19
Gambar 6. Tatalaksana Kasus DBD Derajat I Dengan Peningkatan Hct ≥ 20......20
Gambar 7. Algoritma Tatalaksana DBD derajat III dan IV..................................21
v
I PENDAHULUAN
1
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Dengue Hemorrhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus dengue, disebabkan oleh infeksi virus dengue (1,2,3,4)
ditularkan dari nyamuk Aedes Aegepti dan Aedes Albopticus, yang menggigit
orang sehat.2
2.2 Epidemiologi
2
3
2.3 Etiologi
Demam berdarah disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe berbeda
(DENV 1-4) dari virus RNA untai tunggal dari genus Flavivirus. Infeksi oleh
satu serotipe menghasilkan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe
tersebut tetapi tidak pada serotipe lain.6 Terdapat 4 serotipe virus dengue
yaitu DENV-1, 2, 3, dan 4. Merupakan virus RNA single stranded dari family
Flaviviridae, dan genus Flavivirus. Serotipe DENV-2 dan DENV-3
dilaporkan lebih virulen dari serotipe lain.2
Masa inkubasi virus dengue dalam manusia (inkubasi intrinsik) berkisar
antara
3 sampai 14 hari sebelum gejala muncul, gejala klinis rata-rata muncul pada
hari
keempat sampai hari ketujuh, sedangkan masa inkubasi ekstrinsik (di dalam
tubuh
nyamuk) berlangsung sekitar 8-10 hari.12
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi DHF yaitu berawal dari gigitan nyamuk aedes yang
membawa virus dengue. Kemudian virus beredar melalui aliran darah
(viremia). Viremia kemudian mengaktivasi sistem komplemen dan mediator
inflamasi, yang kemudian menyebabkan proses inflamasi. Proses inflamasi
mengaktivasi interleukin 1 di hipotalamus, kemudian menyebabkan
4
sehingga menimbulkan gangguan pada kedua sel tersebut serta dapat memacu
respon inflamasi. Sel endotel yang diaktivasi oleh antibodi terhadap protein
NS1 dengue ternyata dapat mengekspresikan sitokin, kemokin, dan molekul
adhesi.5
Tabel 1. Klasifikasi Infeksi Dengue dan Tingkat Keparahan DBD menurut WHO
20117
Pada DBD, terdapat 3 fase, yaitu fase demam, fase kritis, fase
penyembuhan (konvalesens) yang dapat dilihat dari gambar berikut:5
8
1. Fase Demam
Terjadi pada hari sakit pertama sampai ketiga. Umumnya pasien menolak
makan, minum, mengeluh mual, muntah, disertai demam tinggi, maka perlu
diawasi tanda dehidrasi. Terjadi manifestasi perdarahan dapat berupa uji
torniquite (+), ptekie spontan di ekstremitas, muka, palatum mole. Epistaksis
dan perdarah gusi dapat ditemukan.2
2. Fase kritis
Terjadi pada hari ke empat sampai hari ke tujuh, ditandai perembesan
plasma, yang klinis dapat dijumpai tanda syok, disertai efusi pleura dan pada
kasus berat dapat asites. Jika syok tidak segera ditangani, terjadi syok
berkepanjangan (prolonged shock), mengakibatkan anoksia, dan memicu
perdarahan masif gastrointestinal.Perdarahan gastrointestinal, hipoglikemia,
hipokalsemia, asidosis, mengakibatkan kematian pada DBD (ditandai 12-36
jam kemudian). 2
Fase ini terjadi pada saat demam turun (time of fever defervescence).
Dimana terjadi kebocoran plasma yang hebat sehingga pasien dapat
mengalami syok hipovolemi. Oleh karena itu penting untuk mengetahui tanda
dan gejala yang mendahului syok (warning sign). Warning sign dapat terjadi
antara sakit hari ke 3 hingga ke 7 berupa tanda sebagai berikut:5
9
Muntah terus menerus dan nyeri perut hebat (tanda awal pasien masuk ke
keadaan syok)
Pasien tampak lesu
Pusing atau hipotensi postural
perdarahan mukosa spontan
Hepatomegali
Nyeri perut
Penurunan jumlah trombosit yang cepat dan progresif menjadi <100.000
sel/mm3
Peningkatan hematokrit
Peningkatan hematrokit merupakan tanda awal pembesaran plasma
dan pada umumnya didahului oleh leukopenia (≤ 5.000 sel/mm3).
Peningkatan hematrokit dapat dijadikan tanda awal yang paling sensitif untuk
mendeteksi pembesaran plasma yang terjadi 24 hingga 48 jam. Peningkatan
hematrokit mendahului perubahan tekanan darah serta volume nadi, oleh
karena itu penting untuk pengukuran secara berkala. Apabila semakin
meningkat maka kebutuhan cairan akan semakin meningkat untuk mengatasi
syok. 5
Syok dibagi menjadi dua, yaitu syok terkompensasi dan syok
dekompensasi. Apabila terjadi syok maka tubuh akan mengkompensasi.
Namun jika tidak berhasil maka pasien akan jatuh pada kondisi syok
dekompensata yang dapat berupa syok hipotensi dan profound shock. Hal ini
dapat menyebabkan asidosis metabolik, gangguan organ progresif, dan
koagulasi intravaskular diseminata. Akhir fase ini dapat terjadi penurunan
hematrokit akibat perdarahan yang hebat. Jumlah leukosit yang awalnya
menurun, akan meningkat sebagai respons stres pada pasien. 5
Syok dengue yang dapat terkompensasi merupakan proses fisiologi,
karena mekanisme kompensasi melalui jalur neurohumoral agar tidak terjadi
hipoperfusi pada organ vital. Proses kompensasi yang terjadi apabila terjadi
syok yaitu: jantung akan mempertahankan sirkulasi melalui peningkatan isi
10
berat, kegagalan organ multipel serta perjalanan klinis yang sangat sulit
diatas. 5
Pasien DBD berat memiliki derajat kelainan koagulasi yang bervariasi,
tetapi hal ini pada uumnya tidak sampai menyebabkan perdarahan masif.
Terjadinya perdarahan masif hampir selalu berhubungan dengan profound
shock yang bersama-sama dengan trombositopenia, hipoksia serta asidosis
dapat menyebabkan kegagalan organ multipel dan koagulasi intravaskular
diseminata. Perdarahan masif tanpa profound shock dapat terjadi oleh karena
penggunaan asam asetil salisilat (aspirin), ibuprofen, atau kortikosteroid.
Oleh karena itu penting untuk menghindari obat-obatan tersebut. Gagal hati
akut dan gagal ginjal akut serta ensefalopati mungkin terjadi pada syok berat.
5
Kelebihan cairan yang terjadi pada fase kritis dan konvalesens merupakan
hal yang serius karena dapat menyebabkan edema paru atau gagal jantung yang
akan menyebabkan gagal nafas dan kematian. Untuk itu pemantauan pemberian
cairan secara ketat penting dilakukan. Kelebihan cairan dapat terjadi karena
beberapa penyebab yaitu sebagai berikut:5
- Pemberian cairan intravena teralu awal dengan volume yang besar
- Menggunakan cairan hipotonik dengan volume yang besar
- Tidak menurunkan jumlah volume cairan infus ataupun menghentikannya
walaupun sudah masuk ke fase konvalesens
- Tidak menggunakan cairan jenis koloid walau sudah ada indikasi
- Tidak segera memberikan transfusi darah walau sudah jelas ada indikasi
perdarahan terutama tersembunyi, tetapi tetap menggunakan cairan jenis
kristaloid
- Pasien dengan status nutrisi overweight/obesitas diberikan cairan infus yang
tidak sesuai dengan berat badan ideal
Tanda dan gejala Kelebihan pemberian cairan yaitu sebagai berikut:8
- Tampak sakit berat
- Distress pernafasan, dispnea dan takipnea
14
2.6 Diagnosis
15
Pemeriksaan Penunjang
2.8 Penatalaksanaan
Tatalaksana infeksi dengue dibagi jadi:2
Penderita infeksi dengue
Demam Berdarah Dengue
Sindrom Syok Dengue
Expanded Dengue syndrome
18
2.9 Komplikasi2
Dapat terjadi perdarahan saluran cerna hebat, diikuti gagal multi organ
seperti disfungsi hati dan ginjal, hipoksia, asidosis.Dapat terjadi kelebihan
cairan, pada fase penyembuhan (konvalesens), apabila beri cairan tidak
dimonitor, dimana dapat terjadi edema paru, gagal jantung, akhirnya gagal
napas, dan kematian. 2
2.10 Prognosis
Prognosis jika tanpa komplikasi umumnya cenderung baik (dubia ad
bonam).Hal ini tergantung dari derajat beratnya penyakit.2
2.11 Pencegahan
Adapun pencegahan dari DHF/DBD yaitu sebagai berikut: 11
d. Memantau semua wadah air yang dapat menjadi tempat nyamuk Aedes
aegypti berkembang biak.
e. Tidak menggantung baju, menghindari gigitan nyamuk, membubuhkan bubuk
abate dan memelihara ikan.
Demam Dengue adalah demam tinggi terus menerus yang diikuti oleh dua
atau lebih dari gejala berikut: nyeri kepala, nyeri retro-orbital, mialgia,
atralgia, dapat terjadi manifestasi perdarahan (tes torniquet positif, petekie,
purpura atau ekimosis, epistaksis, gusi berdarah, darah dalam muntah, darah.
Ditegakkan ditegakkan jika terdapat lebih 2 gejala, disertai trombositopenia
(<100.000/l), dan hemokonsentrasi >20%.
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan
virus dengue yang termasuk kelompok Arthropod Borne Virus (Arbovirus)
yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Virus ini
mengandung RNA untai tunggal sebagai genom.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia.Jumlah penderita dan
luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya
mobilitas dan kepadatan penduduk.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Halstead SB. Dengue Fever and Dengue Hemorrhagic Fever. In Behrman,
R.E; Kliegman R.M. and Jenson H.B. Nelson textbook of Pediatrics, 17 ed
Saunders, 17 ed, International ed., Philadelphia, Pennsylvania, 2004. p. 1092
– 1093
2. Hadinegoro SRS, Moedjito I, Hapsari MMDEAH, Alam A. Buku Ajar
Infeksi Dan Penyakit Tropis Edisi Keempat. Badan penerbit IDAI. Jakarta;
2018
3. Infodatin. Situasi Penyakit Demam Berdarah Di Indonesia Tahun 2017.
Kemenkes RI. 2018. http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/InfoDatin-Situasi-Demam-Berdarah-
Dengue.pdf
4. Smith, DS. Demam Dengue [Internet]. Medscape. 2019. (Diakses 28 Agustus
2021). Available from: https://emedicine.medscape.com/article/215840-
overview
5. Virus Dengue pada Anak UUK Infeksi dan Penyakit Tropis. Ikatan Dokter
Anak Indonesia. 2014
6. Schaefer TJ, Panda PK, Wolford RW. Dengue Fever. In: StatPearls [Internet].
2020. (Diakses 29 Agustus 2021). Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430732/
7. Hen World Health Organization. Comprehensive Guidelines For Prevention
And Control Of Dengue And Dengue Haemorrhagic Fever. SEARO
Technical Publication Series. 2011
8. World Health Organization. Pocket Book of Hospital Care for Children,
Guidelines for the Management of Common Illnesses with Limited Resources.
2005.
9. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson Ilmu
Kesehatan Anak Esensial Edisi Keenam. Saunders Elsevier. 2014.p.736-7437
26
27
10. Syarif A, Hamzah A, Rowi, Hendarto A, Lastri DN, Nugraha DB, Djatmiko.
et al. Panduan Praktik Klinis Bagi dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia; 2017. Jakarta
11. Gubler DJ. Dengue and dengue hemorrhagic fever. Clinical microbiology
reviews. 2004.p. 480–496. Diakses 18 Mei 2021. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC88892/
12. Kurane I. Dengue Hemorrhagic Fever with Spesial Emphasis on
Immunopathogenesis. Comparative Immunology, Microbiology & Infectious
Disease. 2007; Vol 30:329-40
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2014
Tentang Penanggulangan Penyakit Menular