Anda di halaman 1dari 21

Referat

PATOGENESIS, DIAGNOSIS, DAN PENATALAKSANAAN PENURUNAN


KESADARAN PADA ANAK

Oleh:
Arimbi Erikha Putri
NIM: 1911901010

Pembimbing:
dr. H. Wilson, Sp.A, M.Biomed

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUD TENGKU RAFI’AN SIAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas rahmat Allah SWT Yang Maha Esa, karena atas
KehendakNya penulis dapat menyelesaikan makalah referat dengan judul
Patogenesis, Diagnosis, dan Penatalaksanaan Penurunan Kesadaran Pada Anak.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan Ilmu
Kesehatan Anak. Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis serta waktu yang
tersedia untuk menyusun makalah ini sangat terbatas, penulis sadar masih banyak
kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasa maupun sistematika penulisannya.
Untuk itu kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada dr. H. Wilson, Sp.A, M.Biomed selaku pembimbing Kepaniteraan Ilmu
Kesehatan Anak di Rumah Sakit Umum Tengku Rafi’an Siak, yang telah
memberikan masukan yang berguna dalam proses penyusunan makalah ini. Tidak
lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang juga turut
membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini.
Akhir kata penulis berharap kiranya makalah ini dapat menjadi masukan yang
berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain yang terkait
dengan masalah kesehatan pada umumnya.
Siak, 29 Juni 2020

Penulis

DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 2
2.1 Definisi ................................................................................................... 2
2.2 Tingkat Kesadaran ................................................................................. 2
2.3 Etiologi .................................................................................................. 4
2.4 Patofisiologi ........................................................................................... 5
2.5 Diagnosis................................................................................................. 6
2.6 Tatalaksanaan ......................................................................................... 12
BAB III KESIMPULAN................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 16

DAFTAR GAMBAR

ii
Gambar 1. Algoritma Tatalaksana Awal Pasien dengan Penurunan Kesadaran.... 14

DAFTAR TABEL

iii
Tabel 1. Skala Koma Glasgow Pada Anak......................................................... 3
Tabel 2. Etiologi Penurunan Kesadaran.............................................................. 4

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Penurunan kesadaran atau anak tidak sadar adalah gangguan neurologis yang
sering dijumpai saat pasien datang ke ruang gawat darurat atau saat kita merawat
pasien di ruang perawatan. Pasien dapat datang dengan tidak sadar atau kesadaran
menurun dalam ruang perawatan.1 Etiologi penurunan kesadaran pada anak cukup
beragam, terdiri dari penyebab trauma dan non-trauma. Penyebab non-trauma
penurunan kesadaran yang paling utama adalah infeksi intrakranial (65%) diikuti
dengan kelainan metabolik (33%).2
Penurunan kesadaran pada anak merupakan kegawatdaruratan yang dapat
mengancam jiwa sehingga membutuhkan diagnosis dan tatalaksana secara cepat dan
tepat. Untuk memberikan tatalaksana yang adekuat dibutuhkan pengetahuan yang
baik mengenai manifestasi klinis, pemeriksaan fisik neurologis, dan kemungkinan
penyebab. Pemeriksaan penunjang membantu menegakkan diagnosis pasti penyebab
penurunan kesadaran sehingga dapat dilakukan tatalaksana spesifik berdasarkan
etiologi. Tujuan utama tatalaksana penurunan kesadaran adalah mencegah kerusakan
otak lebih lanjut.3,4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kesadaran terdiri dari dua komponen awereness (tanggap) dan arousal
(bangun). Arousal/wakefullness adalah tingkat kesadaran (secara klinis ditentukan
oleh kemampuan membuka mata), sedangkan awareness merupakan kesadaran

1
itu sendiri (secara klinis ditentukan oleh kemampuan berespon terhadap perintah
atau perilaku non-refleks seperti kemampuan melihat obyek atau melokalisasi
rangsangan nyeri).5
Ketidaksadaran adalah keadaan tidak sadar terhadap diri sendiri dan
lingkungan dan dapat bersifat fisiologis (tidur) ataupun patologis (koma atau
keadaan vegetatif). Gangguan pada kesadaran biasanya dimulai dengan
ketidaktanggapan terhadap diri sendiri, diikuti ketidaktanggapan terhadap
lingkungan, dan akhirnya ketidakmampuan untuk bangun.5

2.2 Tingkat Kesadaran


Tingkat kesadaran dapat dinilai secara kualitatif maupun kuantitatif. Tingkat
kesadaran secara kualitatif dibagi atas sadar, obstudansi, letargi, stupor, dan
koma. Sedangkan tingkat kesadaran kuantitatif dinilai dengan menggunakan
Glasgow Coma Scale (GCS) dengan nilai 3 sampai 15 berdasarkan penilaian:
kemampuan membuka mata (E), respon motorik (M), respon verbal (V).4,5
Sadar (komposmentis) adalah keadaan tetap tanggap dan peduli terhadap diri
sendiri maupun sekitarnya. Obstudansi (apatis) adalah penurunan kesadaran
ringan yang ditandai dengan berkurangnya perhatian terhadap lingkungan sekitar
dan reaksi yang lambat terhadap ransangan. Letargi merupakan penurunan
kesadaran berupa tidur yang dalam dimana pasien masih bisa dibangunkan tetapi
kemudian tidur kembali. Stupor adalah keadaan penurunan kesadaran yang
menyerupai tidur yang dalam dan hanya dapat dibangunkan bila mendapat
rangsang yang kuat dan berulang, dan tertidur kembali kalau tidak ada rangsang.
Koma adalah gangguan kesadaran yang berat, keadaan tidur yang dalam tanpa
dapat dibangunkan dan tidak bereaksi terhadap berbagai rangsang. Koma
merupakan gangguan kesadaran yang paling berat dan tidak dapat bereaksi
terhadap sekitarnya dan dibangunkan dengan ransangan nyeri yang kuat.5,6
Secara kuantitatif, kesadaran dapat dinilai dengan menggunakan Glasgow
Coma Scale (GCS) yang meliputi pemeriksaan untuk Penglihatan/ Mata (E),
2
Pemeriksaan Motorik (M) dan Verbal (V). Pemeriksaan ini mempunyai nilai
terendah 3 dan nilai tertinggi 15.
Tabel 1. Skala Koma Glasgow pada Anak5
Tanda Skala koma Glasgow-modifikasi anak Nilai
Buka mata Spontan 4
(Eye = E) Terhadap suara 3
Terhadap rangsang nyeri 2
Tidak ada 1

Respon Terorientasi, tersenyum, ikuti objek 5


Verbal (V) Menangis tapi dapat dibujuk 4
Rewel, tidak kooperatif, tanggap lingkungan 3
Tangis tak terbujuk, tidak tanggap lingkungan, 2
gelisah, agitasi
Tidak ada respon 1

Respon Mengikuti perintah, gerakan spontan 6


Motorik (M) Melokalisasi nyeri 5
Menghindari nyeri 4
Fleksi abnormal terhadap nyeri 3
Ekstensi abnormal terhadap nyeri 2
Tidak ada 1

Total 15
Keterangan :
Nilai berkisar 3-15
• Nilai 12-14 : gangguan kesadaran ringan
• Nilai 9-11 : gangguan kesadaran sedang
• Nilai <8: Koma

3
2.3 Etiologi
Secara garis besar penyebab penurunan kesadaran dapat dibagi atas:1
a. Infeksi atau inflamasi
b. Kelainan struktur otak
c. Metabolik, nutrisi atau toksik.
Tabel 2. Etiologi Gangguan Kesadaran
Infeksi atau inflamasi Kelainan struktur otak Metabolik, nutrisi atau
toksik
A. Infeksi A. Trauma A. Hipoksik–iskemik
Meningitis bakterialis Kontusio Syok
Ensefalitis Perdarahan intracranial Gagal jantung atau paru
Riketsia, protozoa B. Neoplasma Tenggelam
Infestasi cacing C. Penyakit vaskular Keracunan CO, sianida
B. Infamasi Infark otak Strangulasi
Ensefalopati sepsis Perdarahan otak B. Kelainan metabolik
Vaskulitis Kelainan kongenital Sarkoidosis, hipoglikemia
Demielitis Trauma tulang belakang Gangguan cairan +
Acute demyelinating D. Infeksi fokal elektrolit
encephalomyelitis Abses Kelainan endokrin
Multiple sclerosis Serebritis Asidosis
E. Hidrosefalus Ketoasidosis diabetika
F. Kejang Aminoasidemia
Organik asidemia
Hiperamonia
Hepatik, uremia
Sindrom Reye dll
Uremia, porfiria,
Penyakit mitokondria

4
C. Nutrisi
Defisiensi tiamin,
piridoksin, asam folat
D. Toksin Eksogen
Obat-obatan
Logam berat

2.4 Patofisiologi
Keadaan sadar ditentukan oleh neuron ARAS (ascending reticular
activating systema) di batang otak dan pons serta hemisfer otak. Jalur neuron dari
tempat tersebut disebarkan ke korteks yang menimbulkan respon sadar. Bila
terdapat neuron yang tidak berfungsi dengan baik atau kedua hemisfer otak tidak
efisien akibat suatu penyakit maka akan terjadi penurunan tingkat kesadaran.7
Kesadaran memerlukan fungsi normal kedua hemisfer otak dan ARAS mulai dari
midpons sampai hipotalamus anterior.1,4
Apabila ditemukan penurunan kesadaran, ditemukan 3 kemungkinan :5
1. Adanya defek pada bulbus (terjadi disfungsi hemisfer secara difus)
2. Adanya defek pada ARAS
3. Terpadat defek pada bulbus maupun ARAS
Lokasi ARAS terletak pada beberapa pusat refleks batang otak, yaitu
refleks cahaya pada N.II & III, refleks gerakan bola mata pada N.III, IV, VI serta
fasukulus longitudinal medial. Bila refleks cahaya dan gerakan bola mata baik,
ARAS berfungsi dengan baik. Jadi bila terjadi penurunan kesadaran kelainanya
terdapat pada hemisfer otak.8
Gangguan fungsi otak difus biasanya disebabkan oleh faktor medis
misalnya karena toksik, metabolik atau infeksi. Sedangkan kompresi pada ARAS
biasanya karena kelainan struktural. Tanda-tanda neurologik fokal biasanya
karena gangguan struktural. Beberapa kondisi dengan gangguan struktural yang
tidak menimbulkan tanda-tanda neurologis fokal seperti hidrosefalus akut,

5
hematom subdural bilateral. Ensefalopati medis dengan tanda-tanda neurologis
fokal misalnya pada hipo/hiperglikemia, hipo/hiperkalsemia, ensefalopati hepatik,
uremia dan keadaan prostictal. Untuk membedakan penyebab struktural dengan
medis perlu dilakukan pemeriksaan imaging misalnya CT Scan atau MRI. Pada
anak 90% penyebab koma non traumatik biasanya karena medis.7

2.5 Diagnosis
Pada saat kedatangan pasien, pemeriksaan awal dan penanganan kedaruratan
yang meliputi jalan napas (airway), pernapasan (breathing) dan sirkulasi darah
(circulation) (the ABCs of emergency management). dilakukan dengan cermat.1
Diagnosis kesadaran menurun didasarkan atas:
1. Anamnesis
Setelah pasien stabil, dapat ditanyakan riwayat klinis pasien secara singkat
dan cepat dengan perhatian pada waktunya, pajanan, dan gejala penyertanya.
Anak sering tampak tidur dapat disebabkan kelainan metabolik, anak tiba-tiba
tidak sadar karena pecahnya pembuluh darah, anak jatuh mungkin karena
perdarahan intrakranial atau anak tidak sadar setelah kejang lama. Sakit
kepala dengan kekakuan di leher dapat disebabkan meningitis. Pasien dengan
muntah-muntah kemudian tak sadar dapat disebabkan sindrom Reye. Riwayat
sakit kepala menandakan peningkatan tekanan intrakranial. Demam
merupakan tanda penting infeksi susunan saraf pusat sebagai penyebab
penurunan kesadaran.1,5
2. Pemeriksaan Fisik Umum
Pemeriksaan meliputi tanda vital (laju nadi, laju napas, suhu, tekanan
darah) dan respons terhadap nyeri.
a. Suhu
Demam biasanya mengindikasikan infeksi, jarang disebabkan oleh
gangguan termoregulasi di otak. Demam dengan penurunan kesadaran
mengindikasikan sepsis, pneumonia, meningitis, ensefalitis, abses
6
intrakranial, atau empiema. Demam sangat tinggi dan kulit kering
menandakan heat stroke. Hipotermia sering terdapat pada intoksikasi
obat.
b. Laju nadi
Takikardia menandakan syok hipovolemik, efek sekunder demam dan
gagal jantung. Bradikardi yang abnormal menandakan gangguan
miokardium, efek lambat hipoksemia dan peningkatan tekanan
intrakranial.
c. Laju napas
Laju napas yang cepat menandakan oksigenasi yang terganggu seperti
pada pneumonia, asma atau emboli paru, asidosis pada ketoasidosis
diabetik dan uremia. Lesi di batang otak dapat menyebabkan
hiperventilasi sentral. Pola napas yang periodik, lambat, ireguler
menandakan ingesti toksin atau peningkatan tekanan intraknial.
d. Tekanan darah
Hipotensi terdapat pada syok, sepsis, ingesti otot tertentu, kerusakan
miokardium atau gagal jantung dan insufisiensi adrenal. Hipertensi dapat
merupakan penyebab penurunan kesadaran seperti pada ensefalopati
hipertensi, tetapi dapat juga merupakan mekanisme kompensasi untuk
mempertahankan perfusi ke jaringan otak pada keadaan peningkatan
tekanan intrakranial atau stroke.

Pemeriksaan dan perabaan kepala, kulit kepala dapat sangat membantu.


Sianosis menandakan oksigenasi yang buruk, kuning menandakan penyakit
hati. Pucat menandakan anemia atau syok, cherry-red spot menandakan
keracunan karbon monoksida. Ditemukannya sefalhematoma, memar,
benjolan atau pembengkakan di kepala menandakan trauma kepala. Cairan
bening yang keluar dari hidung dan telinga menandakan fraktur basis kranii.5

7
Jejas atau luka bakar yang multipel, berbagai bentuk dan terdapat di
beberapa lokasi mencurigakan adanya child abuse. Ruam kemerahan disertai
penurunan kesadaran mengindikasikan kearah infeksi riketsia atau
meningokokus. Lesi neurokutaneus seperti tuberoskerosis dengan penurunan
kesadaran menandakan adanya masa intrakranial. Hiperpigmentasi umum
terdapat pada penyakit Addison atau adrenokeukodistrofi.5
Bau napas dapat spesifik pada intoksikasi alkohol, ketoasidosis
diabetik (aroma buah), uremia (aroma urin), dan koma hepatik
(musty/lembab). Pemeriksaan kardiovaskular sangat penting pada kasus
kecurigaan penyakit jantung bawaan atau endokarditis yang dapat
menyebabkan abses intrakranial. Perubahan warna kulit abdomen atau akut
abdomen menandakan perdarahan intabdomen sebagai penyebab syok.5
3. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan yang penting selain Glaslow Coma Scale adalah
pemeriksaan saraf kranial, gerakan spontan, respons motor terhadap stimulus
serta postur. Pemeriksaan neurologi ini selain bermanfaat untuk diagnosis
juga dipergunakan untuk mengevaluasi kondisi pasien dengan penurunan
kesadaran selama perawatan.5
a. Pemeriksaan saraf kranial
Pemeriksaan Pupil
Pemeriksaan pupil sangat penting dalam menentukan lokasi proses
yang menyebabkan koma. Harus dilakukan observasi pada besar, bentuk,
isokator/ anisokator dan reaksi pupil terhadap cahaya. Reaksi cahaya
merupakan manifestasi yang penting dalam membedakan penyebab struktural
dan metabolik, karena jaras pupil tidak sensitif terhadap kelainan metabolik.5
 Lesi bilateral midbrain : pupil terfiksir, dilatasi dengan respon (-)
 Lesi di daerah pons : pupil pinpoint

8
 Perluasan ke arah temporal : dapat terjadi herniasi uncal dan penekanan
N.III (pupil terfiksasi dan dilatasi unilateral pada sisi lesi)
 Pada penurunan kesadaran karena gangguan metabolik maka reflek pupil
tidak terpengaruh walau ukuran pupil menjadi lebih kecil.
Gerakan bola mata
Disfungsi gerakan bola mata berhubungan dengan kelainan struktur
otak :5
1. Refleks okulosefalik : untuk menilai fungsi otak bagian bawah
 Sebelum dilakukan pemeriksaan ini harus diyakinkan anak tidak
cedera tulang servikal
 Caranya : kepala digerakkan pada satu sisi; pada anak normal akan
terjadi gerakan bola mata berlawanan dengan arah gerakan kepala. Bila
terdapat lesi pada batang otak bagian bawah maka mata akan tetap
terfiksir
2. Refleks okulovestibular : teteskan 10-50 ml air dingin kedalam lubang
telinga luar, akan terjadi gerakan bola mata konjugasi horizontal ke arah
telinga yang ditetesi dan akan terjadi nistagmus secara cepat ke sisi
berlawanan. Bila hasilnya negatif menunjukkan disfungsi batang otak yang
berat.
b. Respon motorik
Perhatikan posisi ekstrimitas, gerakan spontan, reaksi terhadap nyeri
dan refleks (fisiologis dan patologis) unutk menilai letaknya lesi di otak.
Pada pasien koma fungsi motor dapat ditimbulkan dengan ransangan
nyeri dengan penekanan orbita, jaringan di bawah kuku jari tangan atau
sternum. Adanya kelumpuhan dapat dinilai dari tonus otot atau perbedaan
refleks.5
1. Sikap dekortisasi adalah keadaan fleksi pada satu atau kedua lengan
dengan atau tanpa ekstensi kedua tungkai. Keadaan ini disebabkan

9
oleh gangguan kortikal atau subkortikal dengan keadaan batang otak
yang masih baik.
2. Sikap deserebrasi adalah keadaan ekstensi pada leher dan semua
ekstrimitas disertai aduksi-pronansi kedua lengan dan plantar fleksi
kaki. Keadaan ini terdapat pada penyakit yang mengenai kedua
belahan korteks otak tanpa adanya disfungsi batang otak sampai
setinggi pons bagian atas. Penyebab lain adalah peningkatan tekanan
intracranial yang berasal dari fosa posterior atau kelainan metabolik
(anoksia, iskemia, hipoglikemia, dan gangguan fungsi hati pada
sindrom Reye).
3. Flaksiditas adalah keadaan motor yang non-responsif dan kehilangan
tonus otot yang dapat terjadi pada ensefalopati metabolik (intoksikasi
sedative) dan lesi yang menghambat semua fungsi kortikal dan batang
otak sampai setinggi pontomedularis).
c. Pola nafas7
1. Pernafasan cheyne-stokes : yaitu hiperpnu selang seling dengan apnu.
Pasien bernafas makin lama makin cepat dan makin dalam, kemudian
penurunan frekuensi secara bertahap dan diikuti periode apnu.
Kelainan terdapat pada hemisfer bilateral
2. Hiperventilasi neurogenik sentral : nafas cepat dan menetap,
menyebabkan alkalosis respiratorik. Sering bersamaan dengan
peningkatan tekanan intrakranial. Dijumpai pada kelainan midbrain.
3. Pernafasan apneustik : pola pernafasan dengan inspirasi yang panjang
diikuti ekspirasi yang pendek dan henti nafas selama 2-3 detik.
Kelainan terjadi pada daerah pons.
4. Pernafasan cluster : nafas yang berkelompok diselingi waktu istirahat
yang tidak teratur. Kelainan terjadi pada daerah pons.

10
5. Pernafasan ataksik : pernafasan cepat, dangkal, tidak teratur. Sering
terlihat pada anak yang mendekati kematian. Kelainan terdapat pada
pontomedullary junction.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
darah rutin, kimia darah, analisis gas darah. Kimia darah terdiri dari glukosa,
kalium, natrium, kalsium, magnesium, ammonia dan blood urea nitrogen. Jika
curiga infeksi dapat ditambahkan kultur darah dan urin.5
Fungsi lumbal harus dilakukan jika dipikirkan infeksi SSP sebagai
penyebab. Semua pasien penurunan kesadaran yang tidak atau belum dapat
ditentukan penyebabnya perlu menjalani pemeriksaan CT-scan kepala
sesegera mungkin. Pasien dengan trauma kepala tertutup perlu menjalani
pemeriksaan CT-scan atau MRI kepala.5
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) perlu dilakukan untuk
mengetahui adakah kejang yang tidak terlihat (non kolvulsif). Gambaran EEG
periodic Lateralizing epileptiform discharges (PLEDs) mengarah kepada
ensefalitis herpes simpleks. Pemeriksaan EEG juga diperlukan untuk evaluasi
serial pasien dengan status epileptikus, koma yang menetap, pasien dengan
sedasi dan obat-obat pelumpuh otot.5

2.6 Tatalaksana
Tatalaksana awal ditujukan pada kondisi emergensi sambil dilakukan
pemeriksaan penunjang untuk mencari etiologi dan terapi untuk mengobati
etiologi. Tatalaksana etiologi secara spesifik tergantung penyebabnya.
Tatalaksana secara umum :1,5
1. Pertahankan jalan napas, oksigenisasi, dan ventilasi
Tindakan pertama yang penting pada pasien dengan penurunan kesadaran,
mempertahankan jalan napas, oksigenisasi, dan ventilasi. Pemberian oksigen
dan monitor saturasi oksigen.
11
2. Pertahankan sirkulasi
Mempertahankan fungsi kardiovaskular dengan mempersiapkan akses
intravaskular dengan baik.
3. Pemberian glukosa
Anak dengan penyebab koma yang belum jelas penyebabnya, dilakukan
pemeriksaan gula darah dextrostick atau diberikan langsung dekstrosa 25%
sebanyak 1 – 4 ml/ kgBB sambil memperhatikan responnya. Bila didapatkan
perbaikan dramatis, selanjutnya diberikan infus glukosa 10%. Kesadaran
yang tidak pulih setelah pemberian infus dekstrosa, menyingkirkan adanya
hipoglikemia.
4. Koreksi imbalans asam-basa dan elektrolit
Gangguan keseimbangan elektrolit sering diakibatkan gangguan sekresi
hormon antidiuretik. Pemberian cairan yang tidak tepat pada keadaan ini
dapat memperburuk keadaan. Imbalans elektrolit tersering adalah
hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia atau hipomagnesemia yang
menyertai penyakit sistemik, jauh lebih sering menyebabkan penurunan
kesadaran.
5. Pertimbangkan antidotum spesifik
Nalokson diberikan bila dicurigai adanya overdosis narkotika, atau apabila
telah selesai kita curiga adanya hipoglikemia.
6. Penurunan peningkatan tekanan intracranial
Peningkatan tekanan intrakranial dapat terjadi akibat adanya gangguan
struktur, infeksi, metabolik atau toksisitas. CT scan kepala harus dilakukan
pada setiap anak dengan penurunan kesadaran akibat trauma kepala tertutup,
atau penyebab yang tidak dapat ditentukan dengan pasti. Peningkatan tekanan
intrakranial harus diturunkan dengan pemberian manitol 20% per drip
intravena dengan dosis 0,5 – 1,0 gram /kg selama 30 menit setiap 6 – 8 jam.
7. Penghentian kejang

12
Status epileptikus dan kejang lain harus dihentikan. Perlu dipertimbangkan
adanya kejang walaupun tidak bermanifestasi secara klinis (status epileptikus
nonkonvulsif subklinis); sehingga tersedianya EEG sangat esensial. Bila
dicurigai adanya infeksi susunan saraf pusat dilakukan pungsi lumbal dan
diobati dengan antibiotik atau antivirus yang sesuai.
8. Tatalaksana infeksi
Proses infeksi diberikan tatalaksana yang adekuat. Jika terdapat peningkatan
tekanan intrakranial yang bersifat fokal, dapat dipertimbangkan pemberian
antibiotik jika dicurigai meningitis dan anti virus jika dicurigai ensefalitis
sebelum dilakukan pungsi lumbal.
9. Pengaturan suhu tubuh
Suhu tubuh normal baik untuk pemulihan dan pencegahan asidosis.
Antipiretik yang sesuai harus diberikan untuk menurunkan demam.

10. Tatalaksana agitasi


Agitasi dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan menyulitkan bantuan
ventilasi mekanik sehingga dapat dipertimbangkan pemberian sedatif
walaupun mungkin akan menyulitkan evaluasi neurologik berkala.

13
Gambar 1. Algoritma tata laksana awal pasien dengan kesadaran menurun1

14
BAB III
KESIMPULAN

Penurunan kesadaran pada anak merupakan kegawatdaruratan yang dapat


mengancam jiwa sehingga membutuhkan diagnosis dan tatalaksana secara cepat dan
tepat. Secara garis besar penurunan kesadaran dapat disebabkan oleh Infeksi atau
inflamasi, Kelainan struktur otak, Metabolik, nutrisi atau toksik. Prinsip pendekatan
diagnostik penurunan kesadaran pada anak dimulai dengan evaluasi diagnosis tingkat
gangguan kesadaran berdasarkan: respon motorik, besar dan reaksi pupil, gerak bola
mata dan pola pernapasan. Tata laksana awal pada penurunan kesadaran adalah
menjaga oksigenisasi jaringan otak. Evaluasi riwayat penyakit, pemeriksaan fisis,
pemeriksaan penunjang khusus merupakan langkah selanjutnya dalam menentukan
tata laksana khusus berdasarkan etiologinya.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Mangunatmadja I. Penurunan kesadaran pada anak: Evaluasi diagnosis dan


tata laksana. Dalam: Kegawatan pada bayi dan anak. FKUI. Jakarta. 2012.
2. Gowda VKN, Bannigidad NB, Kumar P, Srikanteswara PK, Shivananda,
Govindraj, et al. Predictors of non-traumatic coma in a pediatric cohort from a
South Indian tertiary care center: Results of a multivariate analysis. J Pediatric
Neurology. 2014;12(1):35–43.
3. Pudjiadi, Antonius H, dkk. Evaluasi Diagnosis dan Tata Laksana Penurunan
Kesadaran pada Anak. Dalam: Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat. IDAI.
Jakarta: IDAI. 2011.
4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Departemen Ilmu Kesehatan
Anak. Kegawatan pada bayi dan anak. Departemen Ilmu Kesehatan Anak
FKUI-RSCM. 2012
5. Handryastuti S. Penurunan Kesadaran: Penyebab dan Tatalaksananya. Dalam:
Dewi R, Prayitni A, Harijadi, Wigati R, editors. Pediatric Practice for
Millenial Generation Parent. Jakarta: IDAI. 2018. 50-66 p.
6. Soetomenggolo, Taslim, dkk. Neurologi anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia. 1999.
7. Pelatihan Prakonika XV ukk pgd idai. Kedaruratan pada Anak. Manado ; Ukk
Pediatri Gawat Darurat idai. 2011.
8. Pudjiadi, antonius H, dkk. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Indonesia
jilid 2. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia. 2010.

16

Anda mungkin juga menyukai