Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN KECEMASAN DAN KEHILANGAN

Di susun oleh :
1. Dani (20220001)
2. Dita Rahmalia Putri (20220003)
3. Shindi Wulandari (20220016)

Dosen Pengampu : Serli Wulan Safitri, Ners, M.Kep


Mata Kuliah : Keperawatan Kesehatan Jiwa

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEBIDANAN DAN ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KADER BANGSA
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Konsep dan askep anak dengan gangguan
nutrisi”

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita.

Palembang, 22 Mei 2022

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ........................................................................................................2


DAFTAR ISI ....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................
A.LATAR BELAKANG......................................................................................4
B.RUMUSAN........................................................................................................5
C.TUJUAN............................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................
I.KECEMASAN………………………………………………………………………….6
A.DEFINISI ......................................................................................................................7
B.ETIOLOGI....................................................................................................................8
C.KLASIFIKASI..............................................................................................................9
D.MANIFESTASI KLINIS.............................................................................................10

E.PATOFISIOLOGI……………………………………………………………………11

F.PENATALAKSANAAN……….…………………………………………………….12

II.KEHILANGAN………………………………………………………………………13

A.DEFINISI……………………………………………………………………………..14

B.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI……………………………………………..15

C.TIPE…………………………………………………………………………………..15

D.JENIS-JENIS…………………………………………………………………………16

III.BERDUKA…………………………………………………………………………..16

A.DEFINISI……………………………………………………………………………..17

B.TIPE…………………………………………………………………………………..17

C.TAHAP-TAHAP………………………………………………………………………18

D.KEBUTUHAN…………………………………………………………………………

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ..........................................................................


A.PENGKAJIAN ................................................................................................19
3
B.ANALISA DATA ............................................................................................20
C.DIAGNOSA KEPERAWATAN ....................................................................22
D.INTERVENSI KEPERAWTAN ...................................................................24
E.IMPLEMENTASI DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN ..........................27
BAB IV PENUTUP ...........................................................................................................
A.KESIMPULAN ...............................................................................................31
B.SARAN .............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................33

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Globalisasi telah membuat perubahan diberbagai bidang ilmu pengetahuan dan


teknologi. Persaingan kelompok dan individu semakin ketat, dampak dari perubahan
tersebut merupakan salah satu stressor bagi individu, apabila seseorang tidak bisa
bertahan dengan perubahan yang terjadi. Hal tersebut akan dirasakan sebagai stressor
yang berkepanjangan, koping individu yang tidak efektif menjadikan seseorang
mengalami gangguan secara psikologis. Menurut Organisasi kesehatan dunia (WHO),
bahwa 10% dari populasi mengalami gangguan jiwa, hal ini didukung oleh laporan dari
hasil studi bank dunia dan hasil survei Badan Pusat Statistik yang melaporkan bahwa
penyakit yang merupakan akibat masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1% yang
merupakan angka tertinggi dibanding prosentase penyakit lain.
Data riset kesehatan dasar tahun 2007 menunjukkan bahwa gangguan mental
emosional (depresi dan kecemasan) di alami oleh sekitar 11,6% populasi usia di atas 15
tahun sedangkan sekitar 0,48% populasi mengalami gangguan jiwa berat atau psikosis
(Depkes, 2012). Gangguan ansietas lebih sering di alami oleh wanita individu berusia
kurang dari 45 tahun, bercerai atau berpisah, dan individu yang berasal dari status sosial –
ekonomi rendah (Videbeck. 2008)

B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari ansietas dan kehilangan?
b. Apa etiologi dari ansietas dan kehilangan?
c. Apa saja klasifikasi ansietas dan kehilangan?
d. Apa manifestasi klinis dari ansietas dan kehilangan?
e. Bagaimana patofisiologi ansietas dan kehilangan?
f. Bagaimana penatalaksanaan ansietas dan kehilangan?
g. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien ansietas dan kehilangan?

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui definisi dari ansietas dan kehilangan
b. Untuk mengetahui etiologi ansietas dan kehilangan

5
c. Untuk mengetahui klasifikasi dari ansietas dan kehilangan
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari ansietas dan kehilangan
e. Untuk mengetahui patofisiologi ansietas dan kehilangan
f. Untuk mengetahui penatalaksanaan dan kehilangan
g. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan ansietas dan kehilangan

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. KECEMASAN.
A. Definisi
Ansietas adalah suatu perasaan takut dengan gejala fisiologis, sedangkan pada
gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan
fungsi yang di sebabkan oleh kecemasan tersebut (Tomb. Dafit A 2003)
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek
yang spesifik. Ansietas di alami secara subjektif dan dikomunikasikan secaar
interpersonal. (Stuart & Laraia 2005).
Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian intelektual terhadap
bahaya. (Stuart & Laraia 2005).
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan yang tidak di dukung oles
situasi ( Videbeck. 2008)
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf
Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang
sering merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan satu masa
terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan
gejala penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Kecemasan memiliki nilai yang positif.
Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek positif dari individu berkembang
dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan pengalaman mengatasi
kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan
seseorang.

B. Etiologi
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan gangguan

7
ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi,
masalah dan tujuan hidup (Videbeck, 2008).
Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda, seseorang
dapat tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres berat pada orang
lain.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :
Faktor Predisposisi
1. Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadiani yaitu id, ego dan superego. Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati
nurani dan dikendalikan oleh norma budaya, sedangakan ego di gambarkan
sebagai mediator antara tuntunan dari id dan super ego
2. Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap ketidak setujuan dan penolakan interpersonal.
3. Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
di inginkan.
4. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang
biasa di temui dalam suatu keluarga.
5. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khusus untuk
benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam-
asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme
biologis yang berhubungan dengan ansietas.

Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stresor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang
meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu
tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

8
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat
kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik
juga dapat mengancam harga diri.
b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status
pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

C. Klasifikasi Ansietas
1. Tingkatan Ansietas :
a. Ansietas Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Menyebabkan
individu menjadi lebih waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat
memotivasi belajar dan menghasilakn pertumbuhan serta kreativitas.
b. Ansietas Sedang
Memungkinkan individu unutk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan hal yang lain. Mempersempit lapang persepsi individu. Sehingga
individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat lebih berfokus pasda area
jika diarahkan untuk melakukannya.
c. Ansietas Berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu, cenderung berfokus ada sesuatu yang
rinci dan spesifik sehingga tidak memikirkan hal yang lain. Semua perilaku ditujukkan
untuk mengurangi ketegangan. Individu memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada
hal lain.
d. Tingkat Panik dari Ansietas
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Individu yang mengalami
panik tidak mampu melakukan sesuatu meskipun dengan arahan, karena mengalami
kehilangan kendali.

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi dengan gejala setiap kategori yaitu, ansietas ringan, ansietas sedang,
ansietas berat, dan ansietas panik.
a. Ansietas Ringan
b. Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari.
c. Lapang persepsi meluas/melebar dan individu berhati-hati serta waspada.

9
d. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
-   Respon Ansietas Ringan
a. Fisiologis
Kadang nafas pendek, nadi dan TD naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan
bibir bergetar.
b. Kognitif
Lapang persepsi meluas/melebar, mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi
pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif.
c. Perilaku dan Emosi
Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang meninggi.
a. Ansietas Sedang
Pada tingkat ini lapang pandang terhadap linngkungan menurun, individu lebih
memfokuskan pada hal penting saat itu dn mengesampingkan hal lain.
Respon Ansietas Sedang
a. Fisiologis
Sering nafas pendek, nadi dan TD naik, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, gelisah
b. Kognitif
1) Lapang persepsi menyempit
2) Rangsang luar tidak mampu diterima
3) Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
4) Perilaku dan Emosi
5) Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
6) Bicara banyak & lebih cepat
7) Susah tidur
8) Perasaan tidak aman
3. Ansietas Berat
Pada tingkat ini lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu
berpikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/ tuntunan.
Respon Ansietas Berat:
a. Fisiologis
Nafas pendek, nadi dan TD naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur,
ketegangan.
b. Kognitif

10
 Lapang persepsi sangat sempit
 Tidak mampu menyelesaikan masalah
c. Perilaku dan Emosi
 Perasaan ancaman tinggi
 Verbalisasi cepat
 Blocking
4. Ansietas Panik
Terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak
dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/ tuntunan
Respon Ansietas Panik:
a. Fisiologis
Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi motorik
rendah.
b. Kognitif
 Lapang pandang persepsi sangat sempit
 Tidak dapat berpikir logis
c. Perilaku dan Emosi
 Agitasi mengamuk dan marah
 Ketakutan dan berteriak-teriak, blocking
 Kehilangan diri kendali/ kontrol diri
 Persepsi kacau

E. Patofisiologi
Berdasarkan proses perkembangannya:
a. Bayi/anak-anak
a. Berhubungan dengan perpisahan
b. Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
c. Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
b. Remaja
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Perkembangan seksual
b. Perubahan hubungan dengan teman sebaya
c. Dewasa
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:

11
a. Kehamilan
b. Menjadi orang tua
c. Perubahan karir
d. Efek penuaan
d. Lanjut usia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Penurunan sensori
b. Penurunan motorik
c. Masalah keuangan
d. Perubahan pada masa pension

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode
pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau
psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008) selengkapnya seperti pada uraian
berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a.Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c.Cukup olahraga.
d. Tidak merokok.
e.Tidak meminum minuman keras.
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-
obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar
saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai
adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam,
lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat
dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik)
itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :

12
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien
yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa
ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (rekonstruksi)
kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan
untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika
kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi
stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai faktor pendukung.
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan
dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor
psikososial.

I. KEHILANGAN.
i. Definisi
Kehilangan adalah suatu kondisi terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal
yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu yang
berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tak ada, baik terjadi
sebagian atau keseluruhan (lambert, 1985)
Kehilangan adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak
ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
 
ii. Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Kehilangan
Dalam menghadapi kehilangan, individu dipengaruhi oleh:
1. Perkembangan
Anak-anak
a. Belum mengerti seperti oranng dewasa, belum bisa merasakan.

13
b. Belum menghambat perkembangan.
c. Bisa mengalami regresi.
Orang dewasa
a. Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang hidup, tujuan hidup.
b. Menyiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang tidak bisa dihindari.
2. Keluarga
Keluargan mempengaruhi respon dan ekspresi kesedihan. Anak terbesar biasanya
menunjukkan sikap kuat, tidak menunjukkan sikap sedih secara terbuka.
3. Faktor sosial ekonomi
Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab ekonomi keluarga, berarti kehilangan
secara ekonomi. Dan hal ini bisa mengganggu kelangsungan hidup.
4. Pengaruh kultural
Kultur mempengaruhi manifestasi klinis dan emosi.
Kultur “barat” menganggap kesedihan adalah sesuatu yang sifatnya pribadi sehingga hanya
diutarakan pada keluarga, kesedihan tidak ditunjukkan pada orang lain. Kultur lain
menganggap bahwa mengekspresikan kesedihan harus dengan berteriak dan menangis keras-
keras.
5. Agama
Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman. Menyadarkan bahwa kematian
sudah ada dikonsep dasar agama. Tetapi ada juga yang menyalahkan Tuhan akan kematian.
6. Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba akan menyebabkan shock
dan tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang menanggap bahwa kematian akibat
kecelakaan diasosiasikan dengan kesialan.
iii. Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi menjadi 2 tipe, yaitu:
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasikan oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian orang
yang sangat berarti.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang
berhenti bekerja/PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya mendadi
menurun.
iv. Jenis-Jenis Kehilangan
Terdapat 5 kategori kehilangan, yaitu:

14
1. Kehilangan seseorang yang dicintai.
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat berarti adalah salah satu yang paling membuat
stress dan mengganggu dari tipe-tipe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh
seseorang.
2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapn tentang mental seseoranng.
Anggapa ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan diri sendiri, kemampuan fisik dan
mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya.
3. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan,
uang, atau pekerjaan.
4. Kehilangn lingkungan yang sangat dikenal.
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari
kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara
permanen.
5. Kehilangan kehidupan / meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan
orang disekitarnya. Sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon
berbeda tentanng kematian.

II. BERDUKA
A. Definisi.
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
Pengertian dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur,
dan lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.
B. Tipe Berduka.
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional.
1. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang meruppakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya
kehilanngan. Tipe in masih dalam batas normal.

15
2. Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadanng menjurus ke
tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
C. Tahap-Tahap Berduka
Tahap berduka menurut Teori Engels
Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk malas, atau
pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak
jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dak kelelahan.
Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseorang mulai merasakan kehilangan secara nyata dan mungkin mengalami putus asa.
Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong, karena
kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang bertujuan untuk mengalihkann
kehilangan seseorang.
Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap sesuatu yang
meninggalkannya. Bisa merasa bersalah dan kurang perhatiannya di masalalu terhadap
almarhum.
Fase V
Kehilangan yang tidak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini
diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.

D. Tahap berduka menurut PARKES (1986) dan PARKES ET AL (1991)


Mati rasa dan meningkari.
Orang yang baru saja mengalami kehilangan akan merasa tidak nyata, penghentian waktu,
segera setelah kematian orang yang penting dalam kehidupan mereka. Perasaan ini
digambarkan sebagai “mati rasa”. Ada kecenderungan untuk mengingkari kejadian dan
keyakinan bahwa semuanya hanyalah mimpi buruk. Hal ini berlangsung beberapa hari
sampai berminggu-minggu.
Kerinduan atau Pining

16
Fase ini ditandai dengan adanya kebutuhan untuk menghidupkan kembali orang yang sudah
meninggal. Hal ini dinyatakan dalam mimpi orang yang kehilangan, dan orang yang sering
kalil menyatakan meluhat orang yang sudah meninggal dalam keramaian.
Putus asa dan depresi
Jika orang yang kehilangan akhirnya menyadari kenyataan tentang kematian, ada perasaan
putus asa yang hebat dan kadang terjadi depresi. Periode ini adalah saat individu mengalami
disorganisasi dalam batas tertentu dan merasa bahwa mereka tidak mampu melakukan tugas
yang dimasa lalu dilakukan dengan sedikit kesulitan.
Penyembuhan dan reorganiosasi.
Pada titik tertentu kebanyakan individu yang kehilangan menyadari bahwa hidup mereka
harus berkanjut dan mereka harus mencari makna baru dari keberadaan mereka.
E. Tahap berduka menurut Kubler Ross (1969)
Fase pengingkaran (denial)
Perasaan tidak percaya, syok, biasanya ditandai dengan menangis, gelisah, lemah, letih, dan
pucat.
Fase marah (anger)
Perasaan marah dapat diproyeksikan pada orang atau benda yang ditandai dengan muka
merah, suara keras, tangan mengepal, nadi cepat, gelisah, dan perilaku agresif.
Fase tawar menawar
Individu mampu mengungkapkan rasa marah akan kehilangan, ia akan mengekspresikan rasa
bersalah, takut dan rasa berdosa.
Peran perawat:
- Diam
- Mendengarkan
- Memberikan sentuhan terapeutik
Fase depresi
Individu menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara, putus asa. Perilaku yang muncul
seperti menolak makan, susah tidur, dan dorongan libido menurun.
Peran perawat:
- Pasien jangan ditinggalkan sendiri
- Pintu kamar dibiarkan terbuka
Fase penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang berpusat pada objek
kehilangan mulai berkurang.

17
Peran perawat:
- Menemani pasien
- Bila mungkin, bicara dengan pasien
- Tanyakan apa yang dibutuhkan
- Apakah butuh pertolongan perawat
- Pintu kamar jangan ditutup
F. Tahap berduka menurut teori Rando
Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika pasien secara berulang-ulang
melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan paling akut.
Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedudukan akut dan mulai memasuki
kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana pasien belajar untuk menjalani
hidup dengan kehidupan mereka.
G. Kebutuhan keluarga yang berduka
d. Harapan
a. Perawatan yang terbaik sudah diberikan.
b. Keyakinan bahwa mati adalah akhir penderitaan dan kesakitan.
e. Berpartisipasi
a. Memberi perawatan
b. Sharing dengan staf.
f. Support
a. Dengan support pasien dapat melewati kemarahan, kesedihan, dan denial.
b. Support bisa digunakan sebagai koping dengan perubahan yang terjadi.
g. Kebutuhan spiritual
a. Berdoa sesuai kepercayaan
b. Mendapatkan kekuatan dari Tuhan

18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN MASALAH KECEMASAN DAN
KEHILANGAN PADA PENDERITA KEJANG DEMAM

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny. A
Alamat : Amal Luhur
Umur : 37 Tahun
Agama : Islam

2.Riwayat Kesehatan
a. Kondisi saat MRS:
Ibu pasien mengatakan pasien merasa lemas dan pasien memiliki riwayat
kejang dengan pengobatan rutin sejak 2 tahun yg lalu
b. Kondisi saat ini :
Ny. A mengatakan merasa cemas dan khawatir akan kondisi anaknya saat ini.
Ny. A juga mengatakan badan anaknya lemas dan mudah kelelahan

3. Faktior predisposisi dan presipitasi


Faktor Faktor preesipitasi Stressor
Predisposisi
Nature Number -
Timing
Biologis : -Badan Sejak terkena -kejang demam
1. Ny.A memiliki lemas,mudah kejang
anak dengan kelelahan
riwayat kejang -Penurunan
sejak 2 tahun yang jangkauan
lalu gerak,demam
2. Ny.A selalu
rutin membawa
anaknya check up
kepelayanan
kesehatan
3. Dalam keluarga
tidak ada yang
menderita penyakit
yang sama dengan

19
anak klien
Psikologis: - gelisah,jantung Sejak dilakukan - Ansietas
1. Ny.A merasa berdebar pengkajian - Ketidakberdayaan
gelisah dengan - kepikiran - Koping in efektif
kondisi penyakit dengan penyakit
anaknya dan anaknya karena
keadaan anaknya sering terjadi
yang lemah akibat berulang
kejang berulang - merasa tidak
2. Ny.A termasuk mampu
orang yang terbuka menangani
dan sering penyakit
menceritakan anaknya.
keluh kesahnya
kepada keluarga.
3. Ny.A merasa
mati rasa,oening
dan napas pendek
dan jantung terasa
berdebar-debar
saat anaknya
mengalami kejang.

Susiocultural :
1. Ny.A berumur
37 tahun dan sudah
menikah dan
memiliki 3 orang
anak
2. Ny.A
merupakan
seorang istri yang
hanya sebagai ibu
rumah tangga
3. Ny.A beragama
islam dan aktif
beribadah
4. Ny.A rutin
membawa anaknya
check uo.

4. Penilaian terhadap setressor


Tressor Kognitif Afektif Fsiologis Perilak Sosial Diagnosa
u Keperawatan

20
Cemas -Menurut -Ny.A -TD turun -Ny.A Klien - Ansietas
dengan Ny.A merasa -Banyak merasa memanfa
keadaan penyakit mulai berkeringa panic at kan
penyakit anaknya was was t -Ny.A fasilitas
anaknya diakibat dan -panik tampak yang ada
jika oleh pola cemas -kelelahan gelisah untuk
semakin hidup akan apa - dan pengobat
parah yang tidak yang penurunan khawati an
atau sehat akan jangkauan r penyakit
sering terjadi gerak anaknya
kambuh pada -
-klien ankanya pemeriksa
memikirk takut an ttv
an karena TD :100/8
bagaiman kondisi 0 mmHg
a jika penyakit N : 92x/m
penyakit anaknya P: 22x/m
anakanya semakin S : 37,3c
sewaktu buruh.
waktu
kambuh
Ketidak - Ny. A -Merasa -tampak - - - ketidak
mampuan memikirk khawatir lemas Perasaa Hubunga berdayaan
fisik an dan sedih -Tampak n tidak n Ny. A
untuk anaknya kepada lesu mampu dengan
melakuka yang anaknya -Tengkuk - suami
n berpenyak yang dan bahu Tampa baik
aktivitas it sudah terasa k -
saat membuat mengala tegang gelisah Hubunga
anaknya dia mi -Ny. A n Ny. A
mengala semakin kejang tampak dengan
mi lemah berulang mukosa anak -
kejang sehingga kali. bibir anaknya
tidak bisa kering baik
melakuka -Merasa -Nafas -Ny.A
n hal lain . bingung pendek tetap rutin
dan tidak -TD 100/ 8 meakuka
tau mau 0 mmhg n
berbuat -RR 2 2x/ i program
apa -HR 9 2x/ pengobat
dengan i an
keadaan anaknya.
Sekarang
.
Merasa Klien -Merasa -Tampak - - - koping tidak

21
tidak memikirk khawatir lemas Perasaa Hubunga efektif
mampu an dan sedih -Wajah n tidak n Ny. A
mengatas bagaiama terhadap tampak mampu dengan
i sakit n ia sakit lesu dan - suami
anaknya. merawat anaknya. nafas Tampa baik.
anaknya -Merasa pendek. k was -
bingung wa hubungan
dan tidak Ny. A
tau mau dengan
berbuat anak-
apa anaknya
dengan baik.
keadaan -Ny. A
sekarang tetap
melakuka
n
program
pengobat
an
anaknya.

5. Status mental
1. penampilan Rapi dan bersih
2.Pembicaraan Klien berbicara dengan jelas tetapi sekali menarik
napas Panjang
3.aktivitas motorik Klien tampak sedikit tenang tetapi jika
membicarakan penyakit anaknya lemas,cemas
4.interaksi selama wawancara Klien mau menjawab pertanyaan yang
diberikan,kontak mata tidak fokus
5.alam perasaan Menunjukan ekspresi khawatir dan cemas,tidak
mampu
6.afek Sesuai dengan stimulus yang diberikan
7.presepasi Tidak pernah mengalami halusinasi
8.isi piker Normal
9.proses piker Normal
10.tingkat kesadaran Normal
11.daya ingat Baik
12.kemampuan berhitung Baik

22
13.penilaian Klien mampu memberikan keputusan ketika
anaknya merasa sakit
14.daya titik diri Klien sedikit tidak mengerti dengan penyakit
anaknya

6. Analisa data
No Data Etiologi Problem
1. DS : - kebutuhan tidak D.0080
- Pasien tidak mampu terpenuhi
Ansietas
melakukan pekerjaan - ancaman terhadap
konsep diri
DO :
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak pucat
- Akral pasien dingin
- Nadi 90x/m
- TD : 145/100 mmHg
- RR : 25x/m
2. DS : - merasa depresi D. 0092
- Klien sangat kasihan Ketidakberdayaan
melihat anaknya
DO :
- Klien tampak sedih dan
murung saat
menceritakan anaknya
- Klien tampak sering
termerenung
- TD : 130/80 mmHg
- N : 90x/m
- RR : 25x/m
3. DS : - ketidak percayaan D.0096
- Klien menyemangati terhadap kemampuan diri Koping tidak
anaknya mengatasi masalah efektif
DO : - Ketidak adekuatan
- Klien tampak sedih sistem pendukung
- Kontak mata kurang
- TD : 120/70
- RR : 25x/m
- N : 90x/m

23
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.ansisetas berhubungan dengan kebutuhan tidak terpenuhi dibuktikan dengan pasien
tidak mampu melakukan pekerjaan
2. ketidakberdayaan berhubungan dengan merasa depresi dibuktikan dengan klien sangat
kasihan melihat anaknya
3. koping tidak efektif berhubungan dengan ketidak percayaan terhadap kemampuan diri
mengatasi masalah dibuktikan dengan klien menyemangaati anaknya.

24
C. INTERVENSI
No Tgl Diagnosa Tujuan & kriteria intervensi
keperawatan hasil
1. 08- 10- D.0080 L.09093 I.09314
2021 Tingkat Ansietas Reduksi Ansietaas
Ansietas
Setelah dilakukan Observasi :
tindakan keperawatan - Identifikasai saat
1x24 jam tingkat tingkat ansietas
ansietas menurun : berubah
- Verbalisasi - Monitor tanda-
kebingungan tanda ansietas
menurun (5)
Terapeutik :
- Verbalisasi
khawatir akibat - Ciptakan suasana
kondisi yang terapeutik untuk
dihadapi menumbuhkan
menurun (5) kepercayaan
- Perilaku gelisa - Temani pasien
menurun (5) untuk
- Pucat meurun mengurangi
(5) kecemasan
- Dengarkan
dengan penuh
perhatian
Edukasi :
- Jelaskan
prosedur,teramas
uk sensai yang
mungkin dialami
- Anjurkan
keluarga tetap
bersama pasien
- Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
- Latih teknik
relaksasi
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian obat
antiansisetas,jika

25
perlu
1.

2. 10 -10 D. 0092 L.09071 I.09307


2021 Ketidakberdayaan Keberdayaan Promosi Harapan
Setelah tindakan Obervasi :
keperawatan 1x24 jam - Identifikasi
keberdayaan haprapan pasien
meningkat: dan keluarga
- Pernyataan dalam pencapaian
mampu hidup
melaksanaan
Terapeutik :
aktivitas
meningkat (5) - Sadarkan bahwa
- Pernyataan kondisi yang
keyakinan dialami memiliki
tentang kinerja nilai penting
peran - Libatkan pasien
meningkat (5) secara aktif
dalam perawatan
Eduaksi :
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan
terhadaap kondisi
dengan realistis
- Latih cara
mengembangkan
spiritual diri
3. 12-10- D.0096 L.09086 I.09265
2021 Koping tidak Status koping Dukungan
efektif Setelah dilakukan pengambilan
tindakan keperawatan keputusan
1x24 jam ststus koping Observasi :
membaik : - Identifikasi
- Verbalasi persepsi
kemampuan mengenai
mengatasi masalah dan
masalah informasi yang
meningkat (5) memicu konflik
- Verbalasi
Terapeutik :
kelemahan diri
meningkat (5) - Motivasi
mengungkapkan

26
tujuan perawatan
yang diharapkan
- Hormati pasien
untuk menerima
atau menolak
informasi
Edukasi :
- Berikan
informasi yang
diminta pasien
Kolaborasi :
- Kolaborasi
dengan tenaga
kesehatan lain
dalam
menfasilitasi
pengambilan
keputusan

D. IMPLEMENTASI
No Diagnosa Implementasi
1. Ansietas Observasi :
- Mengidentifikasai saat tingkat ansietas
berubah
- Memonitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik :
- Menciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
- Menemani pasien untuk mengurangi
kecemasan
- Mendengarkan dengan penuh
perhatian
Edukasi :
- Menjelaskan prosedur,teramasuk
sensai yang mungkin dialami
- Menganjurkan keluarga tetap bersama
pasien
- melatih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Melatih teknik relaksasi

27
Kolaborasi :
- Kolaborasikan pemberian obat
antiansisetas,jika perlu

2. Ketidakberdayaan Obervasi :
- Mengidentifikasi haprapan pasien dan
keluarga dalam pencapaian hidup
Terapeutik :
- Menyadarkan bahwa kondisi yang
dialami memiliki nilai penting
- Melibatkan pasien secara aktif dalam
perawatan
Eduaksi :
- Menganjurkan mengungkapkan
perasaan terhadaap kondisi dengan
realistis
- Melatih cara mengembangkan
spiritual diri
3. Koping tidak efektif Observasi :
- Mengidentifikasi persepsi mengenai
masalah dan informasi yang memicu
konflik
Terapeutik :
- Memotivasi mengungkapkan tujuan
perawatan yang diharapkan
- Menghormati pasien untuk menerima
atau menolak informasi
Edukasi :
- Memberikan informasi yang diminta
pasien
Kolaborasi :
Kolaborasikan dengan tenaga kesehatan lain
dalam menfasilitasi pengambilan keputusan

E. EVALUASI
No Hari Diagnosa Evaluasi
1 Hari ke 1 Ansietas S:
- Pasien tidak mampu

28
melakukan pekerjaan
O:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak pucat
- Akral pasien dingin
- Nadi 90x/m
- TD : 145/100 mmHg
RR : 25x/m
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
2 Hari ke 2 Ketidakberdayaan S:
- Klien sangat kasihan melihat
anaknya
O:
- Klien tampak sedih dan
murung saat menceritakan
anaknya
- Klien tampak sering
termerenung
- TD : 130/80 mmHg
- N : 90x/m
RR : 25x/m
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
3 Hari ke 3 Koping tidak efektif S:
- Klien menyemangati anaknya
O:
- Klien tampak sedih
- Kontak mata kurang
- TD : 120/70
- RR : 25x/m
N : 90x/m
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
4 Hari ke 4 Ansietas S:
- Pasien mulai mampu
melakukan pekerjaannya
O:
- Klien gelisah berkurang
- Klien sedikit pucat
- Akral pasien mulai membaik

29
- Nadi 90x/m
- TD : 145/100 mmHg
RR : 25x/m
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
5 Hari ke 5 Ketidakberdayaan S:
- Klien mulai tidak kasihan
melihat anaknya karna
anaknya mulai membaik
O:
- Klien tampak berkurang
sedih dan murung saat
menceritakan anaknya
- Klien mulai tidak termerenung
- TD : 130/80 mmHg
- N : 90x/m
RR : 25x/m
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
6 Hari ke 6 Koping tidak efektif S:
- Klien menyemangati anaknya
O:
- Klien tampak sedihnya
berkurang
- Kontak mata kurang
- TD : 120/70
- RR : 25x/m
N : 90x/m
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
7 Hari ke 7 Ansietas S:
- Pasien mampu melakukan
pekerjaan
O:
- Klien tampak tidak gelisah
- Klien tampak tidak pucat
- Akral pasien membaik
- Nadi 90x/m
- TD : 145/100 mmHg
RR : 25x/m
A : Masalah teratasi
P : Intervensi diberhentikan

30
8 Hari ke 8 Ketidakberdayaan S:
- Klien tidak kasihan melihat
anaknya karna anaknya
sembuh
O:
- Klien tampak tidak sedih dan
murung saat menceritakan
anaknya
- Klien tampak tidak sering
termerenung
- TD : 130/80 mmHg
- N : 90x/m
RR : 25x/m
A : Masalah teratasi
P : Intervensi diberhentikan
9 Hari ke 9 Koping tidak efektif S:
- Klien senang anaknya sembuh
O:
- Klien tampak tidak sedih
- Kontak mata kurang
- TD : 120/70
- RR : 25x/m
N : 90x/m
A : Masalah teratasi
P : Intervensi diberhentikan

31
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN.

Ansietas adalah suatu perasaan takut dengan gejala fisiologis, sedangkan pada
gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang
di sebabkan oleh kecemasan tersebut (Tomb. Dafit A 2003)
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.
Ansietas di alami secara subjektif dan dikomunikasikan secaar interpersonal. (Stuart & Laraia
2005).
Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian intelektual terhadap bahaya.
(Stuart & Laraia 2005).
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan yang tidak di dukung oles situasi
( Videbeck. 2008)
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan
gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomic
(SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan
satu fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia
yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan
pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak
berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek positif
dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan
pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat
mengganggu kehidupan seseorang.

B. SARAN.

32
1. Kenali pemicu kecemasan dan rasa takut dengan cara menenangkan diri secara fisik
dan mental.
2. Bangun kepecayaan diri dan lawan rasa takut yang menghampiri.
3. Berpikir positif agar terhindar dari perasaan cemas.

33
DARTAR PUSTAKA

Tarwoto dan wartona. 2006, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses keperawatan, Jakarta:
Salemba Medika.

Maramis, W.F. 2005. Catatan ilmu kedokteran Jiwa. Airlangga University Press: Surabaya.

Marilynn E Doenges, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 8. ECG : Jakarta

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

34

Anda mungkin juga menyukai