Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

GANGGUAN KECEMASAN DALAM KESEHATAN MENTAL


Disusun guna memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Kesehatan Mental

Dosen Pengampu: Dra. Maryatul Kibtiyah

Disusun Oleh :

Destria Syifa Nur izza (2001016037)

Ahmad Faozi (2003036010)

BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... i
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
1.1.Latar belakang ....................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
1.3.Tujuan.................................................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 3
2.1. Pengertian Kecemasan ......................................................................................................... 3
2.2. Konsep gangguan kecemasan............................................................................................... 4
2.3. Penyebab Gangguan kecemasan .......................................................................................... 5
2.4. Jenis-jenis gangguan kecemasan .......................................................................................... 7
2.5. Cara mengatasai gangguan kecemasan mental .................................................................. 11
BAB III......................................................................................................................................... 13
PENUTUP .................................................................................................................................... 13
3.1. Kesimpulan......................................................................................................................... 13
3.2. Kritik dan Saran ................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 14

i
ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Setiap hari manusia dihadapkan pada berbagai situasi atau kejadian yangdapat memicu
munculnya kecemasan. Misalnya ujian mendadak, presentasi tugas,terlambat masuk kelas,
Deadline pekerjaan, dan sebagainya. Sebenarnya kecemasan adalah reaksi yang wajar yang dapat dialami oleh
siapapun, sebagai respon terhadap situasi yang dianggap mengancam atau membahayakan. Namun jika
kecemasan tersebut berlebihan dan serta tidak sesuai dengan proporsi ancamannya, maka dapat
mengarah ke gangguan yang akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya.

Menurut data National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikatterdapat 40


juta orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampa ipada usia lanjut.
Gangguan kecemasan diperkirakan diderita oleh 1 dari 10 manusia.Kecemasan pada individu
dapat muncul pada situasi yang biasanya dianggap sebagai moment yang berarti dalam hidupnya,
seperti mahasiswa baru yangmengalami kecemasan pada hari pertama kuliahnya, pada saat akan
berbicara didepan umum seperti presentasi atau diskusi besar, apabila akan melaksanakan
ujianatau bahkan orang dewasa yang cemas menanti hari pernikahannya, dan lain-lain.

Gangguan kecemasan akan muncul apabila rasa cemas tersebut terus berulang lama,dan
akan terjadi perubahan perilaku atau perubahan metabolisme tubuh. Berdasarkan pemaparan
tersebut di atas, maka makalah ini memberikan informasi penting untuk memahami batasan-
batasan yang jelas kapan kecemasanyang dialami dikatakan sebagai sebuah gangguan, apa saja
simptom atau gejalayang dimunculkan, apa saja jenisnya, bagaimana perspektif teoritis
menjelaskan mengenai terjadinya gangguan tersebut, serta upaya penanganan apa yang dapat diberikan untuk
mengatasi gangguan kecemasan. Kemudian yang diharapkan akan dapat membantu dalam
memahami ciri-ciri maupun penyebab dari gangguan kecemasan tersebut

1
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana definisi dari gangguan kecemasan ?
1.2.2. Bagaimana konsep dari gangguan kecemasan ?
1.2.3. Apa penyebab adanya gangguan kecemasan ?
1.2.4. Apa jenis-jenis gangguan kecemasan ?
1.2.5. Bagaimana cara mengatasi gangguan kecemasan dalam islam ?

1.3.Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui bagaimana definisi dari gangguan kecemasan
1.3.2. Untuk mengetahui bagaimana konsep dari gangguan kecemasan
1.3.3. Untuk mengetahui apa penyebab adanya gangguan kecemasan
1.3.4. Untuk mengetahui apa jenis-jenis gangguan kecemasan
1.3.5. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi gangguan kecemasan secara islam

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika
merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan
ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. 1

Gangguan kecemasan adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran penting


tentang kecemasan yang berlebihan, disertai respons perilaku, emosional, dan fisiologis. Individu
yang mengalami gangguan kecemasan dapat memperlihatkan perilaku yang tidak lazim seperti
panik tanpa alasan, takut yang tidak beralasan terhadap objek atau kondisi kehidupan, melakukan
tindakan berulang-ulang tanpa dapat dikendalikan, mengalami kembali peristiwa yang traumatik,
atau rasa khawatir yang tidak dapat dijelaskan atau berlebihan. Pada kesempatan yang jarang
terjadi, banyak orang memperlihatkan salah satu dari perilaku yang tidak lazim tersebut sebagai
respons normal terhadap kecemasan. Perbedaan antara respons kecemasan yang tidak lazim ini
dengan gangguan kecemasan ialah bahwa respons kecemasan cukup berat sehingga bisa
mengganggu kinerja individu, kehidupan keluarga, dan gangguan sosial2

Gangguan kecemasan diklasifikasikan sebagai neurosis hampir sepanjang abad ke-19.


Istilah neurosis diambil dari akar kata yang berarti „suatu kondisi abnormal atau sakit dari sistem
saraf‟ dan ditemukan oleh Cullen (Nevid, dkk, 2005) pada abad ke-18. Neurosis dilihat sebagai
suatu penyakit pada sistem saraf. Kemudian berganti dengan pengertian dari Freud pada abad ke-
20. Freud mengatakan bahwa tingkah laku neurotik terjadi karena adanya ancaman bahwa ide-
ide pembangkit kecemasan yang tidak dapat diterima akan muncul ke dalam alam sadar. Semua
gangguan ini mencerminkan usaha ego untuk mempertahankan dirinya sendiri melawan
kecemasan. Saat ini beberapa klini mengelompokkan masalah tingkah laku yang lebih ringan di

1
Amir N., Buku Ajar Psikiatri (jakarta: FKUI, 2013).
2
Grebb JA. Kaplan HI, Sadock BJ, Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, 7 jilid 1 (jakarta:
Binarupa Aksara, 2010).

3
mana orang-orang yang dikelompokkan di neurosis relatif masih mempunyai kontak yang baik
dengan realitas sedangkan psikosis mempunyai ciri kehilangan kontak dengan realitas.

Gangguan kecemasan dapat dialami oleh siapa saja, tetapi paling sering terjadi pada
orang dewasa usia lebih dari 30 tahun. Saat kondisi ini terjadi, penderita umumnya tidak bisa
menjelaskan mengapa ia merasa cemas atau khawatir secara berlebihan.Jika terus dibiarkan,
gangguan kecemasan umum dapat menyebabkan penderitanya selalu merasa cemas dan
khawatir. Akibatnya, penderita berisiko mengalami gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-
hari, serta menarik diri dari kehidupan sosial.

2.2. Konsep gangguan kecemasan


Gejala Gangguan Kecemasan Rasa cemas atau anxiety adalah hal yang wajar, terutama
jika dalam tekanan atau kondisi tertentu. Namun, jika rasa cemas dan khawatir menjadi tidak
terkendali, berlebihan, bahkan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, maka hal ini bisa
menjadi tanda gangguan kecemasan umum.

Ada beberapa gejala gangguan kecemasan yang bisa dikenali, antara lain:

a) Merasa cemas dan khawatir secara berlebihan terhadap berbagai kondisi


b) Berpikir secara berlebihan tentang rencana dan solusi untuk setiap kemungkinan terburuk
yang belum tentu muncul
c) Mudah merasa tersinggung, gelisah, gugup, dan tersudut
d) Merasa ragu-ragu, takut, dan sulit untuk mengambil suatu keputusan
e) Sulit untuk berkonsentrasi

Selain itu, gangguan kecemasan juga dapat menimbulkan beberapa gejala fisik, seperti:

a) Keringat berlebihan
b) Sesak napas
c) Sakit kepala
d) Gemetar
e) Nyeri otot
f) Mulut kering
g) Gangguan tidur

4
h) Jantung berdebar
i) Selalu merasa lelah
j) Buang air kecil lebih sering
k) Sakit perut, mual, atau diare yang berulang

Penyebab dari gangguan kecemasan belum diketahui secara pasti. Meski demikian, kondisi ini
diduga terkait dengan sejumlah faktor, seperti:

a) Riwayat gangguan kecemasan umum pada keluarga


b) Riwayat trauma atau peristiwa yang menyebabkan stres, seperti bullying atau
perundungan
c) Riwayat penyalahgunaan narkoba, kecanduan alkohol, atau gangguan pada sistem saraf
d) Penyakit yang membutuhkan pengobatan jangka panjang, seperti radang sendi (arthritis)
e) Kondisi tertentu, seperti sering latah

2.3. Penyebab Gangguan kecemasan


Menurut Freud, penyebab kecemasan yang paling umum adalah frustasi seksual, yang
dimulai pada masa bayi, ketika ibunya tidak ada, atau ketika si anak melihat wajah yang asing.
Sumber kecemasan tertentu melekat pada masing-masing tahap perkembangan.3 Menurut May,
kecemasan muncul ketika manusia dihadapkan dengan masalah pemenuhan potensi mereka.
Ketika manusia menyangkal potensinya, gagal memahami secara akurat kebutuhan sesamanya,
atau masih bersikukuh dengan ketergantungan mereka kepada dunia alamiah, maka akan muncul
rasa bersalah. 4

Ada beberapa teori yang menyatakan penyebab gangguan kecemasan :

a. Perspektif Psikodinamika
Menurut perspektif psikodinamika, kecemasan adalah suatu sinyal bahaya bahwa impuls-
impuls yang mengancam yang sifatnya seksual atau agresif (membunuh) mendekat ke
taraf kesadaran. Untuk menghalaunya, ego mencoba untuk menghalangi atau

3
Freud Hall, Calvin S., Terj. Dudi Missky Dengan Judul Freud: Seks, Obsesi, Trauma Dan Katarsis (Jakarta:
Delapratasa, 1995).
4
Jess dan Gregory J. Feist Feist, Theories of Personality, Terj. Yudi Santoso, S. Fil. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008).hal 305-306

5
mengalihkannya dengan memobilisasi mekanisme pertahanan. Misalnya, pada fobia
difungsikan mekanisme proyeksi dan displacement
b. Perspektif Behavioris
Menurut perspektif belajar, kecemasan diperoleh melalui proses belajar, terutama melalui
conditioning dan belajar observasional. Objek atau situasi yang tadinya netral
memperoleh kapasitas untuk menimbulkan takut karena dipasangkan dengan stimuli yang
aversif atau yang tidak menyenangkan. Dari perspektif belajar, tingkah laku kompulsif
adalah respon-respon operant yang mendapat penguatan negatif karena kelegaan dari
kecemasan yang ditimbulkan oleh pikiran-pikiran obsesif.
c. Faktor Kognitif
1. Prediksi berlebihan terhadap rasa takut
2. Keyakinan yang self-defeating atau irasional. Pikiran-pikiran self-defeating dapat
meningkatkan dan mengekalkan gangguan-gangguan kecemasan dan fobia.
3. Sensitivitas berlebihan terhadap ancaman
4. Sensitivitas kecemasan didefinisikan sebagai ketakutan terhadap kecemasan dan
simtom-simtom yang terkait dengan kecemasan. Sensitivitas terhadap kecemasan
merupakan faktor risiko yang penting bagi gangguan panik.
5. Salah mengatribusikan sinyal-sinyal tubuh
6. Self-efficacy yang rendah Orang dengan self-efficacy yang rendah (kurang
keyakinan pada kemampuannya untuk melaksanakan tugas-tugas dengan sukses
d. Faktor Biologis
1. Faktor genetis Separuh dari trait neurotisisme, suatu trait kepribadian yang
mungkin mendasari kemudahan untuk berkembangnya gangguangangguan
kecemasan, berasal dari faktor-faktor genetis
2. Neurotransmiter. Sejumlah neurotransmiter berpengaruh pada reaksi kecemasan
termasuk gamma aminobutyric acid (GABA). Bila reaksi GABA tidak adekuat
dapat meningkatkan keadaan kecemasan. Orang dengan gangguan panik
menunjukkan taraf GABA yang lebih rendah di beberapa bagian otak
3. Aspek biokimia Serangan-serangan panik mempunyai dasar biologis,
kemungkinan melibatkan sistem alarm yang disfungsional di otak. Kerusakan
dalam sistem alarm respitatori otak menyebabkan indivudu-individu yang mudah

6
panik cenderung untuk menunjukkan reaksi tubuh yang berlebihan terhadap
sinyal-sinyal kekurangan udara (suffocation).

2.4. Jenis-jenis gangguan kecemasan


Dalam DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders)- IV, yang
merupakan dasar untuk pengklasifikasian gangguan psikis, gangguan kecemasan dibagi menjadi
tipe-tipe spesifik di bawah ini :

a. Gangguan kecemasan Panik


Gangguan panik mencakup munculnya serangan panik yang berulang dan tidak
terduga. Serangan panik melibatkan reaksi kecemasan yang intens disertai dengan
simtom-simtom fisik seperti jantung berdebardebar; nafas cepat, nafas tersengal, atau
kesulitan bernafas; berkeringat banyak; dan rasa lemas serta pusing tujuh keliling.
Serangan panik disertai dengan perasaan teror yang luar biasa dan perasaan akan
adanya bahaya yang segera menyerang atau malapetaka yang segera menimpa serta
disertai dengan suatu dorongan untuk melarikan diri dari situasi ini.
Suatu diagnosis gangguan panik didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
1. Mengalami serangan panik secara berulang dan tidak terduga (sedikitnya
dua kali.
2. Sedikitnya satu dari serangan tersebut diikuti oleh setidaknya satu bulan
rasa takut yang persisten dengan adanya serangan berikutnya atau merasa
cemas akan implikasi atau konsekuensi dari serangan (misalnya, takut
kehilangan akal „menjadi gila‟ atau serangan jantung) atau perubahan
tingkah laku yang signifikan Gangguan panik biasanya dimulai pada akhir
masa remaja sampai pertengahan usia 30-an tahun. Perempuan
mempunyai kemungkinan dua kali lebih besar untuk mengembangkan
gangguan panik5

Penanganan gangguan kecemasan panik

1) Penanganan Biologis diberikan obat-obat antipanik. Beberapa obatan


tersebut menunjukkan keberhasilan sebagai penanganan biologi bagi

5
Greene B Nevid, J.S, Rathus, S.A., Psikologi Abnormal (Jakarta: erlangga, 2005).

7
penderita gangguan panic. Obat-obatan tersebut mencakup antidpresan
Pemakaian benzodiazepine memberikan efek kecanduan dan
menghasilkan samping kognitif dan motorik, seperti berkurangnya ingatan
dan sulit dalam mengemudi
2) Penanganan psikologis Barlow dan rekan-rekannya mengembangkan
terapi pengendalian kepanikan (PCT-Panic Control Therapy) yang
memiliki tiga komponen, yaitu: a) Training relaksasi. b) Kombinasi
intervensi behavioral kognitif dari Ellis dan Beck. c) Pemaparan dengan
tanda-tanda internal yang memicu kepanikan.
b. Gangguan Cemas Menyeluruh
Suatu gangguan kecemasan yang ditandai dengan perasaan cemas yang umum
dan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi dan keadaan peningkatan keterangsangan
tubuh. Gangguan kecemasan menyeluruh (Generalized anxiety disorder/GAD)
ditandai oleh perasaan cemas yang persisten yang tidak dipicu oleh suatu objek,
situasi atau aktivitas yang spesifik. Ciri utama GAD adalah rasa cemas. Orang dengan
GAD adalah pencemas yang kronis. Ciri lain yang terkait adalah merasa tegang,
waswas atau khawatir; mudah lelah; mempunyai kesulitan berkonsentrasi atau
pikirannya menjadi kosong; iritabilitas, ketegangan otot; dan adanya gangguan tidur.
6
Gangguan ini muncul dua kali lebih banyak pada perempuan dibandingkan pada
laki-laki.

Penanganan ganguan cemas menyeluruh Meliputi :

1) Penanganan dari Psikoanalisis yaitu Pendekatan Psikoanalisis memandang


bahwa gangguan kecemasan menyeluruh berakar dari konflik-konflik yang di
tekan, sehingga penting untuk membantu pasien menghadapi sumber-sumber
konflik yang sebenarnya
2) Pendekatan behavioral seperti training relaksasi intensif, dengan harapan
bahwa belajar untuk rileks ketika merasa tegang seiring mereka menjalani
hidup akan mencegah kecemasan berkembang tanpa kendali

6
Spencer A. Rathus dan Beverly Greene Jeffrey S Nevid, Abnormal Psychology in a Changing World, Terj. Tim
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Dengan Judul: Psikologi Abnormal (jakarta: Erlangga, 2005).hal 167

8
3) Pendekatan kognitif menumbuhkan perasaan kompoten, keterampilan
termasuk asertivitas, dapat diajarkan melalui instruksi verbal, modeling, atau
pembentukan operant dan sangat mungkin kombinasi secara hatihati dan
ketiganya
4) Pendekatan Biologis memberikan obat Anxiolytic, jenis obat yang
disebutkan untuk menangani fobia dan gangguan panik.
c. Gangguan kecemasan Obsesif dan Kompulsif
Obsesif adalah pikiran, ide, atau dorongan yang intrusive dan berulang yang
berada di luar kemampuan seseorang untuk mengendalikannya. Kompulsif adalah
suatu tingkah laku yang repetitif yang dirasakan oleh seseorang sebagai suatu
keharusan atau dorongan yang harus dilakukan. Kompulsif terjadi sebagai jawaban
terhadap pikiran obsesif dan muncul dengan cukup sering serta kuat sehingga
menganggu kehidupan sehari-hari atau menyebabkan distress yang signifikan.
Gangguan obsesif kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan depresif pada
saat gejala obsesif kompulsif tersebut timbul.
Penanganan gangguan kecemasan obsesif dan kompulsif:
1) Terapi psikoanalisis untuk obsesi dan kompulsi mirip dengan untuk fobia dan
kecemasan menyeluruh, yaitu mengangkat represi dan memberi jalan pada
pasien untuk menghadapi hal yang benar-benar ditakutkannya
2) Terapi Behavioral pemaparan dan pencegahan ritual untuk menggarisbawahi
keyakinan magis yang dimiliki para penderita OCD bahwa perilaku kompulsif
mereka akan mencegah terjadinya hal-hal yang menakutkan
3) Terapi perilaku Rasional Emotif membantu pasien menghapuskan keyakinan
bahwa segala sesuatu mutlak harus berjalan seperti yang mereka inginkan atau
bahwa segala tindakan yang mereka lakukan harus mutlak memberikan hasil
sempurna
4) Penanganan biologis yaitu memberikan Obat-obatan yang meningkatkan level
serotonin seperti SSRI beberapa tricyclic
d. Gangguan kecemasan Fobia
Rasa takut yang persisten terhadap objek atau situasi yang tidak sebanding dengan
ancamannya. Orang dengan gangguan phobia tidak kehilangan kontak dengan

9
realitas, mereka biasanya tahu bahwa ketakutan mereka itu berlebihan dan tidak pada
tempatnya. Ada 3 kecemasan fobia yaitu 1).Fobia spesifik adalah ketakutan yang
beralasan dan disebabkan oleh kehadiran atau antisipasi suatu objek atau situasi
spesifik 2). ketakutan menetap dan tidak rasional yang umumnya berkaitan dengan
keberadaan orang lain. 3). Agoraphobia berarti takut kepada pasar, yang sugestif
untuk ketakutan berada ditempat-tempat terbuka dan ramai
Penanganan gangguan kecemasan fobia:
1) terapi psikoanalisis yaitu penanganan psikoanalisis pada fobia berupaya
mengungkap konflik-konflik yang ditekan yang diasumsikan mendasari
ketakutan ekstrem dan karasteristik penghindaran dalam gangguan ini
2) Pendekatan Behavioral pada fobia yaitu ada 2 teknik pertama Flooding
adalah teknik terapeutik dimana klien dipaparkan dengan sumber fobia
dalam intensitas penuh. Kedua Modelling merupakan teknik lain yang
menggunakan pemaparan terhadap berbagai situasi yang ditakuti
3) Pendekatan Kognitif Secara kontras berkaitan dengan fobia sosial, metode
kognitif semacam itu kadangkala dikombinasikan dengan pelatihan
keterampilan sosial lebih menjanjikan
4) Pendekatan biologis yaitu dengan cara memberikan obat antidepresan
untuk mengurangi kecemasan disebut sebagai sedatif, tranqilizer atau
anxiolytic
e. Gangguan stres Akut dan Gangguan Stres Pasca Trauma
Gangguan stress akut (acute stress disorder/ASD) adalah suatu reaksi maladaptif
yang terjadi pada bulan pertama sesudah pengalaman traumatis. Gangguan stres pasca
trauma(post traumatic stress disorder/PTSD) adalah reaksi maladaptive yang
berkelanjutan terhadap suatu pengalaman traumatis. Ciri mengalami kembali
peristiwa traumatis; menghindari petunjuk atau stimuli yang diasosiasikan dengan
peristiwa tersebut; mati rasa dalam responsivitas secara umum atau dalam segi
emosional; mudah sekali terangsang; gangguan fungsi atau distres emosional yang
penting.
Penanganan Gangguan stress akut dan gangguan stress pasca trauma

10
1) Debriefing Stress Insiden Kritikal yaitu Perilaku mengintervensi dalam
masa ketika orang-orang berada dalam fase akut periode pasca trauma
2) Pendekatan Kognitif dan Behavioral dengan cara mengombinasikan
gerakan mata dengan pikiran kejadian yang ditakuti menyebabkan
pendekondisian atau pemrosesan ulang stimulus yang menakutkan secara
cepat. Di sisi lain studi menunjukkan bahwa gerakan mata tidak memberi
tambahan apapun pada hasil pemaparan itu sendiri
3) banyak kesamaan dengan penanganan yang telah disebutkan sebelumnya,
karena mendorong pasien untuk membahasa trauma dan memaparkan diri
mereka pada kejadian
4) Pendekatan Biologis yaitu menggunakan obat antidepresan dan
tranquilizer (rangkuman obta-obatan yang digunakan untuk menangani
seluruh gangguan anxieta7

2.5. Cara mengatasai gangguan kecemasan mental


a) Terapi Murattal Al-Qur’an

Dalam terapi ini peranan agama dalam konseling bertujuan untuk memberikan peneguhan
keimanan dan ketakwaan kepada konseli yang mengalami kecemasan. Peneguhan ini dapat
dilakukan melalui pemahaman estetika di dalam bentuk-bentuk kesenian islami. Pemberian
layanan konseling lewat terapi murattal Alquran dapat memberikan kenyamanan kepada
konseli, mengingat murattal Alquran merupakan salah satu terapi musik religius yang bisa
memberikan efek terapeutik bagi yang mendengarkannya. Terapi dengan suara lembut atau
musik dapat membawa dampak relaksasi dan ketenangan bagi konseli.

Alquran yang dibaca dengan suara merdu dan indah adalah terapi musikal yang mampu
memperbaiki, memelihara, mengembangkan fisik, mental, kesehatan emosi, dan
menghilangkan kecemasan. Musik memiliki efek terapeutik bagi pikiran dan tubuh manusia.
Perangsangan auditori melalui murattal Alquran mempunyai efek distraksi yang
meningkatkan pertumbuhan hormon endorphin dalam sistem kontrol desenden. Efek suara
dapat mempengaruhi keseluruhan fisiologis tubuh pada basis aktivasi korteks sensori dengan
aktivitas sekunder lebih dalam pada neokorteks dan beruntun ke dalam sistem limbik,

7
Kring A.M. Davison, G.C., Neale J.M., Psikologi Abnormal, 9th ed. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004).

11
hipotalamus, dan sistem saraf otonom. Membaca atau mendengarkan Alquran akan
memberikan efek relaksasi sehingga pembuluh darah nadi dan denyut jantung mengalami
penurunan kecemasan yang dialami konseli mengalami penurunan.8

b) Dzikir

Islam sebagai agama rahmatan lil alamin menawarkan suatu konsep dikembangkannya
nilai-nilai ilahiah dalam batin seseorang. Shalat misalnya yang didalamnya terdapat penuh
doa dan dzikir, dapat di pandang sebagai malja disinilah misi Islam untuk menyejukkan hati
manusia. Dzikir fungsional, akan mendatangkan manfaat, antara lain mendatangkan
kebahagiaan, menentramkan jiwa, obat penyakit hati dan sebagainya.

Dzikir yang di maksudkan ialah ucapan yang dilakukan dengan lidah atau mengingat
tuhan dengan hati, dengan ucapan atau ingatan yang mempersucikan tuhan dan
membersihkannya dari pada sifat-sifat yang tidak layak untuknya, selanjutnya memuji
dengan puji-pujian dan sanjungan-sanjungan dengan sifat-sifat yang sempurna, sifat-sifat
yang menunjukan kebesaran dan kemurnian.

Dzikir membantu individu membentuk persepsi yang lain selain ketakutan, yaitu
keyakinan bahwa semua konflik akan dapat dihadapi dengan baik dengan bantuan Alloh
SWT. Saat seorang membiasakan berzikir, ia akan merasa dirinya dekat dengan Alloh SWT,
berada dalam lindungan-Nya yang kemudian akan membangkitkan percaya diri, kekuatan,
perasaan aman, tentram dan bahagia. Secara biopsikologi, zikir akan membuat seseorang
merasa tenang sehingga menekan kerja sistem syaraf simpatetis dan mengaktifkan kerja
syaraf parasimpatetis. 9

8
Syafrianto Tambunan, “Seni Islam Terapi Murattal Alquran Sebagai Pendekatan Konseling Untuk Mengatasi
Kecemasan,” Jurnal Ilmu Dakwah Dan Komunikasi, 14, no. 1 (2018), https://doi.org/https://doi.org/10.24239/al-
mishbah.vol14.iss1.111.
9
Citra Y Perwitaningrum, “TERAPI RELAKSASI ZIKIR,” Jurnal Intervensi Psikologi 8 2 (2016).

12
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Gangguan kecemasan adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran penting
tentang kecemasan yang berlebihan, disertai respons perilaku, emosional, dan fisiologis. Individu
yang mengalami gangguan kecemasan dapat memperlihatkan perilaku yang tidak lazim seperti
panik tanpa alasan, takut yang tidak beralasan terhadap objek atau kondisi kehidupan, melakukan
tindakan berulang-ulang tanpa dapat dikendalikan, mengalami kembali peristiwa yang traumatik,
atau rasa khawatir yang tidak dapat dijelaskan atau berlebihan. Gejala Gangguan Kecemasan Rasa
cemas atau anxiety adalah hal yang wajar, terutama jika dalam tekanan atau kondisi tertentu.
Namun, jika rasa cemas dan khawatir menjadi tidak terkendali,

Jenis jenis gangguan kecemasan meliputi: Gangguan kecemasan Panik, Gangguan Cemas
Menyeluruh, Gangguan kecemasan Obsesif dan Kompulsif, Gangguan kecemasan Fobia dan
Gangguan stres Akut dan Gangguan Stres Pasca Trauma. Ada berbagai macam

Cara mengatasai gangguan kecemasan mental dalam islam diantara nya yaitu terapi
murotal alquran dalam terapi ini bertujuan untuk memberikan peneguhan keimanan dan
ketakwaan kepada konseli yang mengalami kecemasan. Kedua melaui dzikir membantu individu
membentuk persepsi yang lain selain ketakutan, yaitu keyakinan bahwa semua konflik akan
dapat dihadapi dengan baik dengan bantuan Alloh SWT. Saat seorang membiasakan berzikir, ia
akan merasa dirinya dekat dengan Alloh SWT, berada dalam lindungan-Nya

3.2. Kritik dan Saran


Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak kesalahan dalam penulisan dan kekurangan
yang sangat jauh dari kata sempurna. Tentunya penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang didapat. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran tentang pembahasan makalah di atas.

13
DAFTAR PUSTAKA
Davison, G.C., Neale J.M., Kring A.M. Psikologi Abnormal. 9th ed. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004.

Feist, Jess dan Gregory J. Feist. Theories of Personality, Terj. Yudi Santoso, S. Fil. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008.

Hall, Calvin S., Freud. Terj. Dudi Missky Dengan Judul Freud: Seks, Obsesi, Trauma Dan
Katarsis. Jakarta: Delapratasa, 1995.

Jeffrey S Nevid, Spencer A. Rathus dan Beverly Greene. Abnormal Psychology in a Changing
World, Terj. Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Dengan Judul: Psikologi
Abnormal. jakarta: Erlangga, 2005.

Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis. 7 jilid 1. jakarta: Binarupa Aksara, 2010.

N., Amir. Buku Ajar Psikiatri. jakarta: FKUI, 2013.

Nevid, J.S, Rathus, S.A., Greene B. Psikologi Abnormal. Jakarta: erlangga, 2005.

Perwitaningrum, Citra Y. “TERAPI RELAKSASI ZIKIR.” Jurnal Intervensi Psikologi 8 2


(2016).

Syafrianto Tambunan. “Seni Islam Terapi Murattal Alquran Sebagai Pendekatan Konseling
Untuk Mengatasi Kecemasan.” Jurnal Ilmu Dakwah Dan Komunikasi, 14, no. 1 (2018).
https://doi.org/https://doi.org/10.24239/al-mishbah.vol14.iss1.111.

14
15

Anda mungkin juga menyukai