Anda di halaman 1dari 16

Makalah Keperawatan Jiwa

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH


PSIKOSOSIAL KECEMASAN

Oleh :
Kelompok 7 Kelas IIB
 Abdul rahman I.Isa
 Cristiyani Manangkalangi
 Iqsalliandro Putra Gagowa
 Juang Wahyu Rinaldi Abas
 Meyling Abubakar
 Rindica Indriyastuti H. Rahmola
 Sindy Khairunnisa Humolungo
 Sella Aprianti Manasai
 Wahyudin Adam
 Yugita Achmad

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN GORONTALO
T.A 2020/2021

1
KATA PENGANTAR
            Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT,
shalawat dan salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
SAW. Serta sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam
menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari
alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah  Keperawatan Jiwa
pada Program Studi DIII-Keperawatan, dengan ini penulis mengangkat
judul “Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Psikososial Kecemasan”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.

Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran


yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, 1 Oktober 2020

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................2
Daftar Isi..............................................................................................................3

BAB I
PENDAHULUAN                                                                                                 
A.  Latar Belakang...............................................................................................4
B.  Rumusan Masalah..........................................................................................4
C.  Tujuan.............................................................................................................4

BAB II
PEMBAHASAN                                                                                                 
A. Definisi Kecemasan.........................................................................................6
B. Etiologi ...........................................................................................................7
C. Tanda Dan Gejala Kecemasan.........................................................................8
D. Rentang Respon Kecemasan...........................................................................9
E. Sumber Koping..............................................................................................10
F. Mekanisme Koping & Pertahanan Ego..........................................................11

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian..........................................................................................................13
Diagnosa.............................................................................................................13
Intervensi............................................................................................................13
Implementasi......................................................................................................14
Evaluasi .............................................................................................................14

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan.........................................................................................................15
Saran...................................................................................................................15

Daftar Pustaka....................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecemasan adalah hal yang normal di dalam kehidupan karena kecemasan sangat
dibutuhkan sebagai pertanda akan bahaya yang mengancam. Namun ketika kecemasan
terjadi terus-menerus, tidak rasional dan intensitasnya meningkat, maka kecemasan dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari dan disebut sebagai gangguan kecemasan (ADAA,
2010). Bahkan pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan kecemasan juga
merupakan suatu komorbiditas (Luana, et al., 2012). Gangguan kecemasan adalah salah
satu gangguan mental yang umum dengan prevalensi seumur hidup yaitu 16%-29%
(Katz, et al., 2013). Dilaporkan bahwa perkiraan gangguan kecemasan pada dewasa muda
di Amerika adalah sekitar 18,1% atau sekitar 42 juta orang hidup dengan gangguan
kecemasan, seperti gangguan panik, gangguan obsesiv-kompulsif, gangguan stres pasca
trauma, gangguan kecemasan umum dan fobia (Duckworth, 2013). Sedangkan gangguan
kecemasan terkait jenis kelamin dilaporkan bahwa prevalensi gangguan kecemasan
seumur hidup pada wanita sebesar 60% lebih tinggi dibandingkan pria (NIMH dalam
Donner & Lowry, 2013). Di Indonesia prevalensi terkait gangguan kecemasan menurut
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sebesar
6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta penduduk di Indonesia mengalami
gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala kecemasan dan
depresi (Depkes, 2014). Terkait dengan mahasiswa dilaporkan bahwa 25% mahasiswa
mengalami cemas ringan, 60% mengalami cemas sedang, dan 15% mengalami cemas
berat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa setiap orang dapat
mengalami kecemasan baik cemas ringan, sedang atau berat (Suyamto, et al., 2009).

B. Rumusan Masalah
1) Apa definisi dari kecemasan?
2) Apa itu faktor predisposisi?
3) Apa itu faktor presipitasi?
4) Bagaimana tanda & gejala gangguan kecemasan?
5) Bagaimana menilai tingkatan kecemasan?
6) Bagaimana sumber kopingnya?
7) Bagaimana cara untuk mekanisme koping & pertahanan ego
8) Bagaimana asuhan keperawatan pada kecemasan?

C. Tujuan
1) Untuk memahami definisi kecemasan
2) Untuk Memahami faktor predisposisi
3) Untuk Memahami faktor presipitasi
4) Untuk mengetahui tanda & gejala gangguan kecemasan
5) Untuk Mengetahui tingkatan kecemasan
6) Untuk Mengetahui sumber koping
7) Untuk Memahami mekanisme koping & pertahanan ego
8) Untuk Mengetahui asuhan keperawatan pada kecemasan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kecemasan
Menurut Lynn S. Bickley (2009) “ kecemasan merupakan reaksi yang sering
terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu sendiri,
bagi sebagian klien kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan reaksi
mereka, bagi sebagian lainnya kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang
dideritanya.”
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul
karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian
besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa
gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber
aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap
individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda secara
luas. Respon masing-masing individu memiliki kecemasan berbeda. Tepi emosional
yang memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreativitas atau kemampuan
pemecahan masalah, yang lainnya dapat menjadi bergerak ke tingkat patologis.
Perasaan umumnya dikategorikan menjadi empat tingkat untuk tujuan pengobatan :
ringan, sedang, berat, dan panik. Perawat dapat menemukan klien cemas di mana saja
di rumah sakit atau lingkup masyarakat.
Kecemasan dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala
fisik dan psikologik seperti gemetar,  rasa goyah, nyeri punggung dan kepala,
ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik
seperti wajah merah dan pucat,  berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering,
sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal
di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah
efek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang
menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja
sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.
Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah konsentrasi dan perhatian
berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang,gagasan tentang rasa bersalah
dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau
perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu, nafsu makan
berkurang.
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk
diagnosis dibutuhkan penentuan kriteria yang tepat antara berat ringannya gejala,
penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada
gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi
biasanya bersifat sementara dan lebih ringan gejalanya dibanding kecemasan,
gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas berkaitan erat dengan stres
kehidupan.

B. Etiologi
Menurut Sylvia D. Elvira ( 2008 : 11 ) Ada beberapa faktor yang menyebabkan
kecemasan. Antara lain faktor Organ Biologi dan Faktor Psikoedukatif. Faktor organ
biologi adalah ketidakseimbangan zat kimia pada otak yang disebut neurotransmitter yang
disebabkan karena kurangnya oksigen. Faktor psikoedukatif adalah factor-faktor psikologi
yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang, baik hal yang
menentramkan, menyenangkan dan menyedihkan.
1. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan
tersebut dapat berupa :
a. Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan
krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
b. Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan
yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola
mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons
individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter
gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang
bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

2. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik
yang meliputi :
 Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi
suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
 Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :
 Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
 Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status
pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

C. Tanda Dan Gejala Kecemasan


1. Respons fisik :
a. Kardiovaskular :
Palpitasi, Jantung Bedebar, Tekanan Darah Meninggi, Denyut Nadi Cepat
b. Pernafasan :
Napas Cepat, Napas Pendek, Tekanan Pada Dada , Napas Dangkal,
Pembengkakan Pada Tenggorokan, Terengah-Engah
c. Neuromuskular :
Refleks Meningkat, Insomnia, Tremor, Gelisah, Wajah Tegang, Kelemahan
Umum, Kaki Goyah, Gerakan Yang Janggal
d. Gastrointestinal :
Anoreksia, Diare/Konstipasi, Mual, Rasa Tidak Nyaman Pd Abdomen
e. Traktur Urinarius :
Sering Berkemih Dan Tidak Dapat Menahan Kencing
f. Kulit :
Wajah Kemerahan, Berkeringat, Gatal, Rasa Panas Pada Kulit

2. Respons Kognitif :
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar, berfokus
pada apa yang menjadi perhatiannya
3. Respons Perilaku :
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak aman
4. Respons Emosi :
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan,
ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran
meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed,
khawatir, prihatin

D. Rentang Respon Kecemasan

Rentang Respon Kecemasan (Stuart & Sundeen, 1990).


1. Tingkat kecemasan sebagai berikut:
a. Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya.Kecemasan dapat
memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
b. Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif
namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain, lapang
persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang
penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
c. Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal
lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
d. Tingkat Panik Dari Kecemasan
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.Panik melibatkan
disorganisasi kepribadian.Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional.Tingkat kecemasan ini tidak
sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat
terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian.Pada tingkat ini individu sudah tidak
dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah
diberi pengarahan.

E. Sumber Koping
Menurut Stuart & Sundeen (1998), sumber koping adalah suatu evaluasi
terhadap pilihan koping dan strategi remaja. Macam-macam sumber koping yang
dapat digunakan adalah kemampuan personal, dukungan sosial asset materi,
keyakinan positif.
Sedangkan menurut Susilo (2009) sumber koping adalah suatu evaluasi
terhadap pilihan koping dan stategi remaja. Individu dapat mengatasi stres dan
ansietas dengan menggunakan sumber koping dilingkungan. Sumber koping tersebut
sebagai modal untuk menyelesaikan masalah. Selain itu, dukungan sosial, keyakinan
dan budaya dapat membantu remaja mengintegrasikan pengalaman yang
menimbulkan stres dan mengadopsi stres koping yang berhasil.

F. Mekanisme Koping & Pertahanan Ego


Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan faktor
utama yang membuat pasien berperilaku patologis atau tidak. Mekanisme koping
untuk mengatasi kecemasan sedang, berat, dan panik membutuhkan banyak energi.
Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Task Oriented Reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang
ingin dicapai dengan melakukan koping ini dalah individu mencoba menghadapi
kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk
mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
1) Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan
2) Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk
memindahkan seseorang dari sumber stress
3) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan
personal seseorang.
b. Ego Oriented Reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu
sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk
melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya
mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk
menili penggunaan mekanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak
adaptif, perlu dievalusi hal-hal berikut:
1) Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan
pasien
2) Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri tersebut apa pengaruhnya
terhadap disorganisasi kepribadian
3) Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan
pasien
4) Alasan pasien menggunakan mekanisme pertahanan

c. Kompensasi yaitu proses dimana individu memperbaiki penurunan citra diri


berupaya menggantinya dengan menonjoilkan kelebihan lain yang dimiliki.
Contohmya: Nn. Wayan mahasiswa Stikes di Denpasar, prestasi lulus rata-rata
(pas-pasan) tapi sangat aktif dalam organisasi kemahasiswaan dan sosial.

d. Denial yaitu menghindari realita yang tidak menyebangkan dengan mengabaikan


atau menolak untuk mengakuinya. Contohnya: Ibu Made diberi tahu bahwa
anaknya meninggal, ia masuk ke kamar dan ketika melihat dan memeriksa
jenazah anaknya, ia menceritakan kepada tetangganya bahwa anaknya sedang
tidur.

e. Displacement yaitu memindahkan emosi atau perasaan kepada seseorang atau


obyek lain yang lebih netral atau kurang berbahaya. Contohnya: Putu mahasiswa
Stikes dimarahi oleh dosennya karena sering terlambat. Setelah dosennya pergi ia
membanting buku catatannya.

f. Identifikasi yaitu suatu proses dimana seseorang berusaha seperti orang yang


dikagumi dengan meniru cara berfikir dan perilakunya. Contohnya: putu,
mahasiswa Stikes di Denopasar menata rambutnya seperti dosennya yang ia
kagumi.  

g. Proyeksi yaitu menyatakan harapan pikiran, perasaan, motivasi sendiri sebagai


harapan, pikiran, perasaan atau motivasi orang lain. Contohnya: Nyoman
menyangkal bahwa ia mencintai teman sekerjanya. Ia mengatakan temannya itu
mencoba untuk merayunya.

h. Rasionalisasi yaitu memberikan alasan atau penjelasan yang masuk akal agar


perilaku, pikiran atau perasaan yang tidak dapat diterima atau dibenarkan oleh
orang lain. Contohnya: Putu mengalami kesukaran dalam mengikuti salah satu
mata ajaran ia mengatakan mata ajaran itu tidak jelas tujuannya dan
penyempaiannya menonton.

i. Reaction formation yaitu mengembangkan perilaku dan pola sikap tertentu yang


disadari, berlawanan dengan perasaan dan keinginannya. Contohnya: Ketut (35
tahun) mengalami kesukaran mencari jodoh karena ibu yang tinggal bersamanya
terlalu cerewet dan rewel. Ia harapkan ibunya cepat meninggal, tetapi ia sangat
telaten dan sabar dalam merawat ibunya.

j. Regresi yaitu menghadapi stress dengan perilaku, perasaan dan cara berfikir


mundur kembali ke ciri tahap perkembangan sebelumnya. Nyoman, anak lelaki 4
tahun sudah tidak BAB dab BAK dicelana serta artikulasi bicara sudah jelas,
ketika adiknya lahir ia kembali mengompol.  
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian di tuju pada fungsi fisiologi dan perubahan perilaku melalui gejala atau
mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan. Kaji faktor predisposisi,
faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang menyebabkan
timbulnya kecemasan seperti:
1. Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan dengan krisis yang
dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional
2. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak dapat terselesaikan dengan baik
3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
secara realita sehingga menimbulkan kecemasan
4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan
yang berdampak pada ego
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individual. Pola mekanisme
koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan mempengaruhi individu
dalam respon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping
individu banyak dipelajari dalam keluarga.
6. Riwayat gangguan cemas dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu
dalam respon terhadap konflik dan mengatasi kecemasan.

B. Diagnosa Keperawatan
 Ansietas berhubungan dengan krisis situasional dibuktikan dengan merasa
khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi dan tampak gelisah
 Ansietas berhubungan dengan kebutuhan tidak terpenuhi dibuktikan dengan sulit
berkonsentrasi, sulit tidur, anoreksia dan muka tampak pucat.
 Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakpercayaan terhadap kemampuan
diri mengatasi masalah dibuktikan dengan mengungkapkan tidak mampu
mengatasi masalah dan partisipasi sosial kurang

C. Intervensi
1. Bantu klien berfokus pada pernafasan lambat dan melatihnya pernapasan secara
ritmik
2. Bantu klien mempertahankan kebiasaan makan teratur dan seimbang
3. Identifikasi gejala awal dan ajarkan klien melakukan perilaku distraksi seperti :
berbicara kepada orang lain, dan melibatkannya dalam melakukan aktifitas fisik
4. Bantu klien melakukan bicara pada diri sendiri positif yang direncanakan
sebelumnya dan telah berlatih
5. Libatkan klien dalam mempelajari cara mengurangi stressor dan situasi yang
menimbulkan ansietas
D. Implementasi
1. Perawat mengajarkan dan membantu klien agar bisa melakukan pernafasan lambat
dan secara ritmik
2. Perawat selalu mengingatkan dan memberi makan klien secara teratur
3. Perawat mengajak klien saling berkomunikasi dan mengajarkan pasien berolahraga
agar lebih rileks
4. Perawat memberikan motivasi kepada klien
5. Perawat menjelaskan kepada klien cara mengurangi stressor dan situasi yang dapat
menyebabkan cemas.

E. Evaluasi
Evaluasi terhadap kecemasan dapat dilihat dari pasien yang selalu khawatir dengan
kematian. Kecemasan itu pula dapat diartikan sebagai reaksi yang timbul karena
ancaman yang tidak menentu. Pencegahan dari kecemaasan itu dapat dilakukan
dengan cara perawat memberikan dorongan kepada pasien untuk mengembangkan
kepercayaan diri, serta sering mendekatkan diri kepada Allah
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah kesehatan jiwa sangat mempengaruhi produktifitas dan kualitas
kesehatan perorangan maupun masyarakat. Mutu sumber daya manusia tidak dapat
diperbaiki hanya dengan pemberian makanan atau gizi seimbang, namun juga perlu
memperhatikan aspek-aspek dasar berupa aspek fisik/jasmani, mental-emosional/jiwa,
dan sosial-budaya/lingkungan. Gangguan mental berupa depresi, kecemasan, dan
keluhan somatik merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Sebagai contoh
Kecemasan atau Ansietas masih menjadi salah satu masalah kesehatan jiwa yang masih
banyak terjadi kasus baik di negara-negara maju  maupun di negara berkembang.
Kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi
umum terhadap stress kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun
kecemasan itu dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam rasa cemas
tersebut dalam situasi dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya
kesulitan yang berarti.

B. Saran
Ansietas merupakan gangguan kejiwaan berupa cemas yang tidak berobyek,
sehingga memerlukan pencegahan sedini mungkin pada tiap lapisan masyarakat.
Langkah-langkah pencegahan tersebut dapat berupa :
 Kurikulum pendidikan kesehatan jiwa pada tiap jenjang pendidikan
 Perbaikan pelayanan kesehatan jiwa pada di setiap lapisan institusi kesehatan
 Gaya hidup yang sehat :
 Makan makan yang bergizi dan seimbang.
 Tidur yang cukup.
 Cukup olahraga.
 Tidak merokok.
 Tidak meminum minuman keras.
DAFTAR PUSTAKA
Kususmawati, F. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai    Penerbit FKUI.

Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Penerbit
Aesculapius.

Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen, Proses
Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Yogyakarta : Penerbit MocoMedia

Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn E. (1999) Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai