Oleh :
Kelompok 7 Kelas IIB
Abdul rahman I.Isa
Cristiyani Manangkalangi
Iqsalliandro Putra Gagowa
Juang Wahyu Rinaldi Abas
Meyling Abubakar
Rindica Indriyastuti H. Rahmola
Sindy Khairunnisa Humolungo
Sella Aprianti Manasai
Wahyudin Adam
Yugita Achmad
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN GORONTALO
T.A 2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT,
shalawat dan salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
SAW. Serta sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam
menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari
alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Keperawatan Jiwa
pada Program Studi DIII-Keperawatan, dengan ini penulis mengangkat
judul “Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Psikososial Kecemasan”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................2
Daftar Isi..............................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kecemasan.........................................................................................6
B. Etiologi ...........................................................................................................7
C. Tanda Dan Gejala Kecemasan.........................................................................8
D. Rentang Respon Kecemasan...........................................................................9
E. Sumber Koping..............................................................................................10
F. Mekanisme Koping & Pertahanan Ego..........................................................11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian..........................................................................................................13
Diagnosa.............................................................................................................13
Intervensi............................................................................................................13
Implementasi......................................................................................................14
Evaluasi .............................................................................................................14
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan.........................................................................................................15
Saran...................................................................................................................15
Daftar Pustaka....................................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecemasan adalah hal yang normal di dalam kehidupan karena kecemasan sangat
dibutuhkan sebagai pertanda akan bahaya yang mengancam. Namun ketika kecemasan
terjadi terus-menerus, tidak rasional dan intensitasnya meningkat, maka kecemasan dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari dan disebut sebagai gangguan kecemasan (ADAA,
2010). Bahkan pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan kecemasan juga
merupakan suatu komorbiditas (Luana, et al., 2012). Gangguan kecemasan adalah salah
satu gangguan mental yang umum dengan prevalensi seumur hidup yaitu 16%-29%
(Katz, et al., 2013). Dilaporkan bahwa perkiraan gangguan kecemasan pada dewasa muda
di Amerika adalah sekitar 18,1% atau sekitar 42 juta orang hidup dengan gangguan
kecemasan, seperti gangguan panik, gangguan obsesiv-kompulsif, gangguan stres pasca
trauma, gangguan kecemasan umum dan fobia (Duckworth, 2013). Sedangkan gangguan
kecemasan terkait jenis kelamin dilaporkan bahwa prevalensi gangguan kecemasan
seumur hidup pada wanita sebesar 60% lebih tinggi dibandingkan pria (NIMH dalam
Donner & Lowry, 2013). Di Indonesia prevalensi terkait gangguan kecemasan menurut
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sebesar
6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta penduduk di Indonesia mengalami
gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala kecemasan dan
depresi (Depkes, 2014). Terkait dengan mahasiswa dilaporkan bahwa 25% mahasiswa
mengalami cemas ringan, 60% mengalami cemas sedang, dan 15% mengalami cemas
berat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa setiap orang dapat
mengalami kecemasan baik cemas ringan, sedang atau berat (Suyamto, et al., 2009).
B. Rumusan Masalah
1) Apa definisi dari kecemasan?
2) Apa itu faktor predisposisi?
3) Apa itu faktor presipitasi?
4) Bagaimana tanda & gejala gangguan kecemasan?
5) Bagaimana menilai tingkatan kecemasan?
6) Bagaimana sumber kopingnya?
7) Bagaimana cara untuk mekanisme koping & pertahanan ego
8) Bagaimana asuhan keperawatan pada kecemasan?
C. Tujuan
1) Untuk memahami definisi kecemasan
2) Untuk Memahami faktor predisposisi
3) Untuk Memahami faktor presipitasi
4) Untuk mengetahui tanda & gejala gangguan kecemasan
5) Untuk Mengetahui tingkatan kecemasan
6) Untuk Mengetahui sumber koping
7) Untuk Memahami mekanisme koping & pertahanan ego
8) Untuk Mengetahui asuhan keperawatan pada kecemasan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kecemasan
Menurut Lynn S. Bickley (2009) “ kecemasan merupakan reaksi yang sering
terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu sendiri,
bagi sebagian klien kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan reaksi
mereka, bagi sebagian lainnya kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang
dideritanya.”
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul
karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian
besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa
gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber
aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap
individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda secara
luas. Respon masing-masing individu memiliki kecemasan berbeda. Tepi emosional
yang memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreativitas atau kemampuan
pemecahan masalah, yang lainnya dapat menjadi bergerak ke tingkat patologis.
Perasaan umumnya dikategorikan menjadi empat tingkat untuk tujuan pengobatan :
ringan, sedang, berat, dan panik. Perawat dapat menemukan klien cemas di mana saja
di rumah sakit atau lingkup masyarakat.
Kecemasan dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala
fisik dan psikologik seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung dan kepala,
ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik
seperti wajah merah dan pucat, berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering,
sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal
di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah
efek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang
menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja
sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.
Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah konsentrasi dan perhatian
berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang,gagasan tentang rasa bersalah
dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau
perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu, nafsu makan
berkurang.
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk
diagnosis dibutuhkan penentuan kriteria yang tepat antara berat ringannya gejala,
penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada
gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi
biasanya bersifat sementara dan lebih ringan gejalanya dibanding kecemasan,
gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas berkaitan erat dengan stres
kehidupan.
B. Etiologi
Menurut Sylvia D. Elvira ( 2008 : 11 ) Ada beberapa faktor yang menyebabkan
kecemasan. Antara lain faktor Organ Biologi dan Faktor Psikoedukatif. Faktor organ
biologi adalah ketidakseimbangan zat kimia pada otak yang disebut neurotransmitter yang
disebabkan karena kurangnya oksigen. Faktor psikoedukatif adalah factor-faktor psikologi
yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang, baik hal yang
menentramkan, menyenangkan dan menyedihkan.
1. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan
tersebut dapat berupa :
a. Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan
krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
b. Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan
yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola
mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons
individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter
gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang
bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
2. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik
yang meliputi :
Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi
suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :
Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status
pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
2. Respons Kognitif :
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar, berfokus
pada apa yang menjadi perhatiannya
3. Respons Perilaku :
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak aman
4. Respons Emosi :
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan,
ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran
meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed,
khawatir, prihatin
E. Sumber Koping
Menurut Stuart & Sundeen (1998), sumber koping adalah suatu evaluasi
terhadap pilihan koping dan strategi remaja. Macam-macam sumber koping yang
dapat digunakan adalah kemampuan personal, dukungan sosial asset materi,
keyakinan positif.
Sedangkan menurut Susilo (2009) sumber koping adalah suatu evaluasi
terhadap pilihan koping dan stategi remaja. Individu dapat mengatasi stres dan
ansietas dengan menggunakan sumber koping dilingkungan. Sumber koping tersebut
sebagai modal untuk menyelesaikan masalah. Selain itu, dukungan sosial, keyakinan
dan budaya dapat membantu remaja mengintegrasikan pengalaman yang
menimbulkan stres dan mengadopsi stres koping yang berhasil.
B. Diagnosa Keperawatan
Ansietas berhubungan dengan krisis situasional dibuktikan dengan merasa
khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi dan tampak gelisah
Ansietas berhubungan dengan kebutuhan tidak terpenuhi dibuktikan dengan sulit
berkonsentrasi, sulit tidur, anoreksia dan muka tampak pucat.
Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakpercayaan terhadap kemampuan
diri mengatasi masalah dibuktikan dengan mengungkapkan tidak mampu
mengatasi masalah dan partisipasi sosial kurang
C. Intervensi
1. Bantu klien berfokus pada pernafasan lambat dan melatihnya pernapasan secara
ritmik
2. Bantu klien mempertahankan kebiasaan makan teratur dan seimbang
3. Identifikasi gejala awal dan ajarkan klien melakukan perilaku distraksi seperti :
berbicara kepada orang lain, dan melibatkannya dalam melakukan aktifitas fisik
4. Bantu klien melakukan bicara pada diri sendiri positif yang direncanakan
sebelumnya dan telah berlatih
5. Libatkan klien dalam mempelajari cara mengurangi stressor dan situasi yang
menimbulkan ansietas
D. Implementasi
1. Perawat mengajarkan dan membantu klien agar bisa melakukan pernafasan lambat
dan secara ritmik
2. Perawat selalu mengingatkan dan memberi makan klien secara teratur
3. Perawat mengajak klien saling berkomunikasi dan mengajarkan pasien berolahraga
agar lebih rileks
4. Perawat memberikan motivasi kepada klien
5. Perawat menjelaskan kepada klien cara mengurangi stressor dan situasi yang dapat
menyebabkan cemas.
E. Evaluasi
Evaluasi terhadap kecemasan dapat dilihat dari pasien yang selalu khawatir dengan
kematian. Kecemasan itu pula dapat diartikan sebagai reaksi yang timbul karena
ancaman yang tidak menentu. Pencegahan dari kecemaasan itu dapat dilakukan
dengan cara perawat memberikan dorongan kepada pasien untuk mengembangkan
kepercayaan diri, serta sering mendekatkan diri kepada Allah
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah kesehatan jiwa sangat mempengaruhi produktifitas dan kualitas
kesehatan perorangan maupun masyarakat. Mutu sumber daya manusia tidak dapat
diperbaiki hanya dengan pemberian makanan atau gizi seimbang, namun juga perlu
memperhatikan aspek-aspek dasar berupa aspek fisik/jasmani, mental-emosional/jiwa,
dan sosial-budaya/lingkungan. Gangguan mental berupa depresi, kecemasan, dan
keluhan somatik merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Sebagai contoh
Kecemasan atau Ansietas masih menjadi salah satu masalah kesehatan jiwa yang masih
banyak terjadi kasus baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang.
Kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi
umum terhadap stress kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun
kecemasan itu dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam rasa cemas
tersebut dalam situasi dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya
kesulitan yang berarti.
B. Saran
Ansietas merupakan gangguan kejiwaan berupa cemas yang tidak berobyek,
sehingga memerlukan pencegahan sedini mungkin pada tiap lapisan masyarakat.
Langkah-langkah pencegahan tersebut dapat berupa :
Kurikulum pendidikan kesehatan jiwa pada tiap jenjang pendidikan
Perbaikan pelayanan kesehatan jiwa pada di setiap lapisan institusi kesehatan
Gaya hidup yang sehat :
Makan makan yang bergizi dan seimbang.
Tidur yang cukup.
Cukup olahraga.
Tidak merokok.
Tidak meminum minuman keras.
DAFTAR PUSTAKA
Kususmawati, F. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Penerbit
Aesculapius.
Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen, Proses
Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Yogyakarta : Penerbit MocoMedia
Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta : EGC.