(GANGGUAN ANSIETAS)
Disusu Oleh :
PURWOKERTO
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena dengan rahmat dan nikmat-Nya makalah
ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
manajemen farmasi Rumah Sakit. Di dalam makalah ini berisi tentang “Gangguan
Ansietas”. Penulis menyadari bahwa apa yang tertuang di dalam makalah ini
masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penulisan, segi redaksional maupun
segi pengkajian dan pemilihan bahan literatur.
Penyusunan makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Penulis ucapkan terima kasih bagi mereka yang telah memberikan bantuan
dan pengarahan dalam penyelesaian makalah ini. Dan penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Tegur sapa serta kritik membangun
penulis terima dengan senang hati demi perbaikan di masa depan.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
diperoleh dari Survei Kesehatan Daerah tentang gangguan jiwa mental dan
emosional oleh Kementerian Kesehatan (Kompas, 2011).
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
menjadi cemas terutama akibat proses imitasi dan identifikasi dirinya terhadap
orang tuanya, dari pada pengaruh keturunan (genetika).
c. Cemas berat : cemas ini sangat mengurangi lahan persepsi individu cenderung
untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir
pada hal yang lain. Semua prilaku ditunjukkan untuk mengurangi tegangan
individu memerlukan banyak pengesahan untuk dapat memusatkan pada suatu
area lain.
d. Panik : Tingkat panik dari suatu ansietas berhubungan dengan ketakutan dan
terror, karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang mengalami panik tidak
mampu melakukan suatu walaupun dengan pengarahan, panik mengakibatkan
disorganisasi kepribadian, dengan panik terjadi peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak
sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama
dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian (Stuart & Sundent, 2000).
Pada tingkat ansietas ringan dan sedang, individu dapat memproses informasi
belajar dan menyelesaikan masalah. Keterampilan kognitif mendominasi tingkat
ansietas ini. Ketika individu mengalami ansietas berat dan panik, keterampilan
6
bertahan yang lebih sederhana mengambil alih, respon defensive terjadi, dan
keterampilan kognitif menurun signifikan. Individu yang mengalami ansietas
berat sulit berfikir dan melakukan pertimbangan, otot-ototnya menjadi tegang,
tanda-tanda vital meningkat, mondar-mandir, memperlihatkan kegelisahan,
iriabilitas dan kemarahan atau menggunakan cara psikomotor emosional.
Lonjakan adrenalin menyebabkan tandatanda vital meningkat, pupil membesar,
untuk memungkinkan lebih banyak cahaya yang masuk, dan satu-satu nya proses
kognifikan berfokus pada ketahanan individu tersebut. Sisi negatif ansietas
(kecemasan) atau sisi yang membahayakan ialah rasa khawatir yang berlebihan
tentang masalah yang nyata atau potensial. Hal ini menghabiskan tenaga,
menimbulkan rasa takut dan individu melakukan fungsinya dengan adekuat dalam
situasi interpersonal, situasi kerja, dan situasi sosial. Diagnosis gangguan ansietas
ditegakkan ketika ansietas tidak lagi berfungsi sebagai tanda bahaya, melainkan
menjadi kronis dan mempengaruhi sebagian besar kehidupan individu sehingga
mengakibat kan perilaku maladatif dan distabilitas emosional.
7
8
2.3 Tata Laksana Terapi Cemas
a). Diazepam
9
adalah obat penenang di kelas benzodiazepin dan diperkenalkan pada
tahun 1963. Diazepam termasuk dalam golongan psikotropika, nama dagangnya
antara lain Valium. Indikasinya sebagai obat anti-ansietas, sedatif-hipnotic, dan
obat anti-kejang. Efek sampingnya antara lain : menimbulkan rasa kantuk,
berkurangnya daya konsentrasi dan waktu reaksi. Diazepam mempunyai waktu
paruh yang panjang (24 s/d 200 jam).
b). Alprazolam
c). Propanolol
10
metabolik (bisa memproduksi hiper atau hipoglikemia, perubahan dalam serum
kolesterol & trigliserid.
d) Amitriptilin
1. PERENCANAAN
1. Pemilihan
a. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari kesamaan
jenis.
11
di rumah sakit dapat berdasarkan dari data pemakaian oleh pemakai, standar ISO,
daftar harga alat, daftar harga alat kesehatan yang dikeluarkan oleh Ditjen Binfar
dan Alkes, serta spesifikasi yang ditetapkan oleh rumah sakit.
12
3) Perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi
b. Metode Morbiditas/Epidemiologi
1) Analisa ABC
13
Dengan analisis ABC jenis-jenis perbekalan farmasi dapat diidentifikasi, untuk 12
Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit kemudian dilakukan
evaluasi lebih lanjut. Evaluasi ini misalnya dengan mengoreksi kembali apakah
penggunaannya memang banyak atau apakah ada alternatif sediaan lain yang lebih
efisiensi biaya (mis merek dagang ain, bentuk sediaan lain, dsb). Evaluasi
terhadap jenis-jenis perbekalan farmasi yang menyerap biaya terbanyak juga lebih
efektif dibandingkan evaluasi terhadap perbekalan farmasi yang relatif
memerlukan anggaran sedikit. ABC bukan singkatan melainkan suatu penamaan
yang menunjukkan peringkat/rangking dimana urutan dimulai dengan yang
terbaik/terbanyak. Prosedur: Prinsip utama adalah dengan menempatkan jenis-
jenis perbekalan farmasi ke dalam suatu urutan, dimulai dengan jenis yang
memakan anggaran/rupiah terbanyak.
c. Urutkan kembali jenis- jenis perbekalan farmasi diatas, mulai dengan jenis yang
memakan prosentase biaya terbanyak.
e. Identifikasi jenis perbekalan farmasi apa yang menyerap ±70% anggaran total
(biasanya didominasi oleh beberapa jenis perbekalan farmasi saja). - Perbekalan
Farmasi kategori A menyerap anggaran 70% - Perbekalan Farmasi kategori B
menyerap anggaran 20% - Perbekalan Farmasi kategori C menyerap anggaran
10%.
14
2). Analisa VEN
2. PENGADAAN
1. pembelian
15
3. sumbangan/droping/hibah. Pembelian dengan penawaran yang kompetitif
(tender) merupakan suatu metode penting untuk mencapai keseimbangan yang
tepat antara mutu dan harga, apabila ada dua atau lebih pemasok, apoteker harus
mendasarkan pada kritera berikut: mutu produk, reputasi produsen, harga,
berbagai syarat, ketepatan waktu pengiriman, mutu pelayanan pemasok, dapat
dipercaya, kebijakan tentang barang yang dikembalikan, dan pengemasan.
3. PENERIMAAN
4. PENYIMPANAN
16
Tujuan penyimpanan adalah
5. PENDISTRIBUSIAN
Jenis Sistem Distribusi Ada beberapa metode yang dapat digunakan oleh
IFRS dalam mendistribusikan perbekalan farmasi di lingkungannya. Adapun
metode yang dimaksud antara lain:
1. RESEP PERORANGAN
Resep perorangan adalah order/resep yang ditulis dokter untuk tiap pasien.
Dalam sistem ini perbekalan farmasi disiapkan dan didistribusikan oleh IFRS
sesuai yang tertulis pada resep. Keuntangan resep perorangan, yaitu:
17
c. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat.
18
Penambahan modal investasi, untuk menyediakan fasilitas penyimpanan
perbekalan farmasi yang sesuai di setiap ruangan perawatan pasien.
Diperlukan waktu tambahan lagi bagi perawat untuk menangani
perbekalan farmasi.
Meningkatnya kerugian dan bahaya karena kerusakan perbekalan
farmasi. Sistem distribusi persediaan lengkap ini hanya digunakan untuk
kebutuhan gawat darurat dan bahan dasar habis pakai.
Kerugian/kelemahan sistem distribusi perbekalan farmasi persediaan
lengkap di ruang sangat banyak. Oleh karena itu, sistem ini hendaknya
tidak digunakan lagi. Dalam sistem ini, tanggung jawab besar dibebankan
kepada perawat, yaitu menginterpretasi order dan menyiapkan perbekalan
farmasi, yang sebetulnya adalah tanggung jawab apoteker. Dewasa ini
telah diperkenalkan sistem distribusi perbekalan farmasi desentralisasi
yang melaksanakan sistem persediaan lengkap di ruang, tetapi di bawah
pimpinan seorang apoteker. Jika sistem desentralisasi ini dilakukan,
kekurangan dari sistem distribusi perbekalan farmasi persediaan lengkap
di ruang akan dapat diatasi.
19
perencana perlu ditetapkan untuk mengembangkan pendekatan penggunaan suatu
sistem distribusi dosis unit. Kepemimpinan dari panitia ini seharusnya datang dari
apoteker IFRS yang menjelaskan kepada anggota lain tentang konsep distribusi
perbekalan farmasi dosis unit. Sistem distribusi perbekalan farmasi dosis unit
adalah metode dispensing dan pengendalian perbekalan farmasi yang
dikoordinasikan IFRS dalam rumah sakit. Sistem dosis unit dapat berbeda dalam
bentuk, tergantung pada kebutuhan khusus rumah sakit. Akan tetapi, unsur khusus
berikut adalah dasar dari semua sistem dosis unit, yaitu: Perbekalan farmasi
dikandung dalam kemasan unit tunggal; di-dispensing dalam bentuk siap
konsumsi; dan untuk kebanyakan perbekalan farmasi tidak lebih dari 24 jam
persediaan dosis, diantarkan ke atau tersedia pada ruang perawatan pasien setiap
saat. Sistem distribusi dosis unit dapat dioperasikan dengan salah satu daru 3
metode di bawah ini, yang pilihannya tergantung pada kebijakan dan kondisi
rumah sakit.
a. Sistem distribusi dosis unit sentralisasi. Sentralisasi dilakukan oleh IFRS sentral
ke semua unit rawat inap di rumah sakit secara keseluruhan. Artinya, di rumah
sakit itu mungkin hanya satu IFRS tanpa adanya depo/satelit IFRS di beberapa
unit pelayanan.
20
1. Pasien hanya membayar perbekalan farmasi yang dikonsumsinya saja.
2. Semua dosis yang diperlukan pada unit perawatan telah disiapkan oleh IFRS.
21
farmasi berupa resep atau perbekalan farmasi bebas. Keuntungan sistem distribusi
kombinasi yaitu:
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
pembaca dan apabila dalam makalah ini masih banyak kekurangan maka dari itu
23
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N., Hariyadi, P., 2007. Pasta Pati Jagung Putih Waxy dan Non-Waxy yang
Dimodifikasi Secara Oksidasi dan Asetilasi-Oksidasi. Jurnal Ilmu
Pertanian Indonesia hlm. 108 – 115
Hawari, Dadang. 2001. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Kaplan, HI, Saddock, BJ & Grabb, JA., 2012. Kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri
Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis. Tangerang : Bina Rupa Aksara
pp.1-8.
Stuart and sundeen, 2002. Buku saku keperawatan jiwa ( terjemahan ). Edisi 9
EGC. Jakarta.
Videbeck, Sheila L,. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
24