NASKAH PSIKIATRI
F41.1 GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
Oleh :
Preseptor :
dr. Trisna Marni, M.Ked.KJ, Sp.KJ
BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
SMF PSIKIATRI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah swt atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah Case
Report Session (CRS) yang berjudul Gangguan Cemas Menyeluruh.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
b. Neurotransmitter
Tiga neurotransmitter utama yang terkait dengan kecemasan pada basis
studi hewan dan tanggapan terhadap terapi obat adalah norepinefrin (NE),
serotonin, dan Gamma-amminobutyric Acid (GABA).4, 7, 8, 13
- Norepinefrin
Teori umum tentang peran norepinefrin pada gangguan kecemasan
adalah bahwa pasien yang terkena mungkin memiliki sistem
noradrenergik buruk diatur dengan semburan sesekali aktivitas.4, 7, 8, 13
- Serotonin
Beberapa laporan menunjukkan bahwa meta-chlorophenylpiperazine
(MCPP), obat serotonergik dengan beberapa efek dan non-serotonergik,
dan fenfluramine (pondimin), yang menyebabkan pelepasan serotonin,
menimbulkan kecemasan yang meningkat pada pasien dengan gangguan
kecemasan. 4, 7, 8, 13
- GABA
Dari beberapa studi yang telah dilakukan menyebabkan peneliti untuk
berhipotesis bahwa beberapa pasien dengan gangguan kecemasan
memiliki fungsi abnormal reseptor GABA mereka, meskipun
sambungan ini belum terbukti secara langsung. 4, 7, 8, 13
c. Studi Pencitraan Otak
Berbagai studi pencitraan otak, hampir selalu dilakukan dengan gangguan
kecemasan tertentu, telah menghasilkan beberapa kemungkinan mengarah
pada pemahaman gangguan kecemasan. Dalamsatu studi MRI, cacat yang
terdapat di lobus temporal kanan tercatat pada pasien dengan gangguan
panik. 4, 7, 8, 13
d. Penelitian genetika
Penelitian genetik telah menghasilkan bukti kuat bahwa setidaknya
beberapa komponen genetik berkontribusi terhadap perkembangan
gangguan kecemasan. Keturunan telah diakui sebagai faktor predisposisi
dalam pengembangan gangguan kecemasan. Hampir setengah dari semua
pasien dengan gangguan panik memiliki setidaknya satu kerabat yang
terkena dampak. 4, 7, 8, 13
e. Pertimbangan neuroanatomi
Lokus seruleus dan proyek inti raphe terutama ke sistem limbik dan korteks
serebral. Dalam kombinasi dengan data dari studi radiologi otak,daerah ini
telah menjadi fokus dari banyak hipotesis tentang pembentukan substrat
neuroanatomi dari gangguan kecemasan. 4, 7, 8, 13
- Sistem limbik
Dua bidang sistem limbik telah menerima perhatian khusus dalam
literatur: peningkatan aktivitas dijalur septohippocampal, yang dapat
menyebabkan kecemasan.
- Korteks serebral
Korteks serebral frontal terhubung dengan wilayah parahippocampal,
cingulate gyrus, dan hipotalamus dan dengandemikian mungkin
terlibat dalam produksi gangguan kecemasan. Korteks temporal juga
telah terlibat sebagai situspatofisiologi pada gangguan kecemasan.
Terapi dengan menggunakan golongan benzodiazepin yaitu flumazenil dan β-
carboline dapat menginduksi kecemasan. Para peneliti menemukan bahwa
bagian lobus oksipital berpengaruh yang mana merupakan bagian otak dengan
konsentrasi reseptor benzodiazepin yag paling tinggi. Bagian otak lain yang
diduga berhubungan dengan gangguan cemas menyeluruh adalah ganglia basal,
sistem limbik, dan korteks frontal.
Penggunaan buspiron dalam terapi yang merupakan agonis dari reseptor
serotonin 5-HT1A diduga menyebabkan regulasi sistem serotonin pada gangguan
cemas menyeluruh menjadi abnormal. Neurotransmitter lainseperti norepinefrin,
glutamat, dan kolesistokinin dikatakan juga berpengaruh dalam gangguan cemas
menyeluruh. 4, 7, 8, 13
Pencitraan dengan menggunakan positron emission tomography (PET) scan
pada pasien gangguan cemas menyeluruh menunjukkan tingkat metabolik yang
lebih rendah pada basal ganglia dan white matter dibandingkan dengan kelompok
normal. Pemeriksaan EEG jugamenunjukkan adanya abnormalitas dalam irama
alfa dan evoked potentials.4, 7, 8, 13
2. Faktor Psikososial
a. Teori perilaku-kognitif
Teori ini menjelaskan bahwa seseorang dengan gangguan cemas
menyeluruh memberikan respons yang tidak benar dan tidak akurat terhadap
bahaya yang dirasakan ditandai dengan perhatian selektif terhadap hal-hal
negatif yang ada di lingkungan, distorsi dalam memproses informasi, dan
pandangan negatif tentang ketidakmampuannya untuk beradaptasi.
Seseorang yang memiliki predisposisi terhadap gangguan cemas
menyeluruh menggunakan rasa cemas tersebut sebagai positive
copingstrategy terhadap ancaman yang ada, di mana seseorang tersebut
tidak dapat merasa tenang sebelum bisa mengidentifikasi bahaya yang
mungkin terjadi dan cara menanganinya.4, 7, 8, 13
c. Teori eksistensial
Konsep utama teori eksistensial adalah bahwa orang-orang mengalami
perasaan hidup dialam semesta tanpa tujuan. Kecemasan merupakan respon
mereka terhadap kekosongan yang dirasakan dalam keberadaan dan makna.
3. Teori Genetik
Pada sebuah penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan genetik pasien
gangguan cemas menyeluruh dengan gangguan depresi mayor pada pasien
wanita. Sekitar 25% dari keluarga tingkat pertama penderita gangguan cemas
menyeluruh juga menderita gangguan yang sama. Pada penelitian yang
dilakukan pada pasangan kembar ditemukan angka 50% pada kembar
monozigot dan 15% pada kembar dizigotik.
Sepertiga dari risiko mengalami gangguan cemas menyeluruh adalah genetik,
dan faktor genetik ini tumpang tindih dengan risiko neurotisme dan dibagi
dengan gangguan kecemasan dan suasana hati lainnya, terutama gangguan
depresi mayor.4, 7, 8, 13
Faktor Risiko: 4 , 7 , 8 , 13
1. Genetik
2. Emosional
Penghambatan perilaku, afektivitas negatif (neurotisme), dan penghindaran
bahaya telah dikaitkan dengan gangguan cemas menyeluruh.
3. Lingkungan
Meskipun kesengsaraan masa kanak – kanak dan perlindungan berlebihanorang
tua telah dikaitkan dengan gangguan cemas menyeluruh, tidak ada faktor
lingkungan yang diidentifikasi spesifik untuk gangguan cemas menyeluruh atau
perlu atau cukup untuk membuat diagnosis.
4. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai kemungkinan lebih besar mengalami gangguan
cemasdibanding pria
5. Trauma masa kanak
Anak-anak yang menyaksikan maupun mengalami peristiwa traumatis
berisikolebihtinggi mengalami gangguan cemas
6. Kepribadian
Orang yang memiliki kepribadian gugup, yang kompetitif atau yang memiliki
harapantinggi terhadap dirinya sendiri, lebih rentan terhadap GAD. Selain itu,
beberapagangguan kepribadian juga mungkin terkait dengan GAD.
7. Penggunaan obat-obatan atau alkohol
Penyalahgunaan dan gejala putus obat anti-ansietas seperti golongan
benzodiazepinemenyebabkan atau memperburuk kecemasan.
2.4 Patofisiologi
Sistem saraf pusat menerima suatu persepsi ancaman. Persepsi in timbul akibat
adanya rangsangan dari luar dan dalam yang berupa pengalaman masa lalu dan
faktor genetik. Kemudian rangsangan dipersepsi ole panca indra, diteruskan dan
direspon ole sistem syaraf pusat melibatkan jalur cortex cerebri - limbic system -
reticular activating system - hypothalamus yang memberikan impuls kepada
kelenjar hipofise untuk mensekresi mediator hormonal terhadap target organ yaitu
kelenjar adrenal yang kemudian memicu syaraf otonom melalui mediator hormonal
yang lain.4,7,8,13
Neurotransmitter adalah faktor biologik yang berperan terhadap gangguan
kecemasan. Neurotransmitter memegang peran penting dalam patofisiologi
gangguan cemas menyeluruh atau generalized anxiety disorder (GAD). Pada sistem
saraf pusat, neurotransmitter seperti norepinefrin, serotonin, dopamine, dan GABA
memegang peran penting. Neurotransmitter dan peptida lain seperti
corticotropin-releasing factor, mungkin ikut terlibat dalam patofisiologi penyakit
ini walaupun belum jelas pengaruhnya.4, 7, 8, 13
Gambar daerah otak utama yang terlibat dalam pembentukan dan pengaturan
emosi dan deteksi ancaman. Mekanisme inflamasi pada gangguan cemas.
Pada gambar 3, terdapat daerah otak utama yang terlibat dalam pembentukan
dan pengaturan emosi dan deteksi ancaman. Dalam model ini, ketakutan dan
kecemasan yang didorong oleh amigdala diatur melalui koneksi dua arah ke korteks
prefrontal ventromedial (vmPFC) dan korteks cingulate anterior (ACC), bersama
dengan hippocampus. Model ini diterjemahkan lintas spesies dan cocok dengan
pengamatan pada pasien. Misalnya perbedaan derajat dan koordinasi aktivitas
amigdala, vmPFC, dan hippocampus berkorelasi dengan seberapa baik tikus, atau
manusia dapat menekan kecemasan, memadamkan rasa takut, dan menghindari
potensi ancaman. Khususnya, konsisten dengan kontribusi penting amigdala
terhadap pembentukan dan ekspresi memori ketakutan.18, 19, 20, 21, 22
Paparan trauma dan stresor akut pada individu dengan rasa takut dan cemas
dapat meningkatkan aktivitas imun baik di sistem saraf pusat maupun sistem saraf
perifer melalui efek stres dan trauma pada sistem neuroendokrin dan sistem saraf
simpatis. Peningkatan aktivitas saraf simpatis dan penurunan aktivitas parasimpatis
serta terjadinya peningkatan pelepasan sitokin proinflamasi. Menekan kemampuan
glukokortikoid untuk menghambat proses inflamasi pada keadaan stres kronis ini
juga berkontribusi pada keadaan proinflamasi yang dapat memengaruhi sistem
neurotransmitter, neurocircuitry, dan akhirnya, perilaku afektif. Sitokin dapat
berkontribusi pada pemeliharaan gejala berbasis ketakutan dan kecemasan dengan
memengaruhi aktivitas dan koneksi daerah otak yang terlibat dalam etiologi
gangguan ini, termasuk amigdala, hipokampus, insula, korteks prefrontal medial
(mPFC), dan ACC. 18, 19, 20, 21, 22
Pada kecemasan terjadi mekanisme sebagaimana terjadi pada stress. Terjadi
pengaktifan sistem saraf simpatis dan aktivasi hipotalamus- hipofisis- adrenal. Bila
sebagian besar daerah sistem saraf simpatis melepaskan impuls pada saat yang
bersamaan, maka dengan berbagai cara, keadaan ini akan meningkatkan
kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas otot yang besar, diantaranya dengan
cara :4, 11, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20
1. Peningkatan tekanan arteri
2. Peningkatan aliran darah untuk mengaktifkan otot-otot bersamaan dengan
penurunan aliran darah ke organ-organ, seperti traktus gastrointestinalis
dan ginjal, yang tidak diperlukan untuk aktivitas motorik cepat
3. Peningkatan kecepatan metabolisme sel di seluruh tubuh
4. Peningkatan konsentrasi glukosa darah
5. Peningkatan proses glikolisis di hati dan otot
6. Peningkatan kekuatan otot
7. Peningkatan aktivitas mental
8. Peningkatan kecepatan koagulasi darah
Seluruh efek diatas menyebabkan orang tersebut dapat melaksanakan
aktivitas fisik yang jauh lebih besar daripada bila tidak ada efek tersebut. Keadaan
ini sering disebut sebagai respons stress simpatis. Sistem simpatis terutama
teraktivasi dengan kuat pada berbagai keadaan emosi, termasuk didalamnya
kecemasan dan stres. Jika stress menyebabkan keseimbangan terganggu, maka
tubuh kita akan melalui serangkaian tindakan (respons stres) untuk membantu tubuh
mendapatkan kembali keseimbangan. Perjuangan untuk mempertahankan
keseimbangan ini disebut sebagai sindrom adaptasi umum. Ini adalah cara tubuh
bereaksi terhadap stres dan untuk membawa kembali sistem tubuh ke keadaan yang
seimbang. Tahapan salah satu responnya disebut fase alarm, yang dicirikan oleh
aktivasi langsung dari sistem saraf dan kelenjar adrenal. Berikutnya fase resistensi,
yang ditandai dengan aktivasi hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA) axis. HPA axis
adalah sistem terkoordinasi dari tiga jaringan endokrin yang mengelola respon kita
terhadap stres. 4, 11, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20
HPA adalah bagian utama dari sistem neuroendokrin yang mengendalikan
reaksi terhadap stres dan memiliki fungsi penting dalam mengatur berbagai proses
tubuh seperti pencernaan, sistem kekebalan tubuh dan penggunaan energi. Spesies
dari manusia ke organisme yang paling kuno berbagi komponen dari sumbu HPA.
Ini adalah mekanisme untuk satu set interaksi di antara kelenjar, hormon dan
bagian-bagian tengah otak yang menengahi sindrom adaptasi umum. Sedikit
kenaikan kortisol memiliki beberapa efek positif termasuk semburan energi untuk
alasan bertahan hidup, peningkatan fungsi memori, semburan lebih rendah
meningkatkan kekebalan dan kepekaan terhadap rasa sakit. Masalah terjadi ketika
kita meminta tubuh kita bereaksi terlalu sering atau dengan perlawanan yang
berlebihan - baik dari yang dapat mengakibatkan meningkatnya kadar kortisol.
Ketika stres diulangi, atau konstan, kadar kortisol meningkat dan tetap tinggi -
menyebabkan fase ketiga dari sindrom adaptasi umum yang tepat disebut sebagai
overload. 4, 11, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20
Pada tahap overload, sistem tubuh mulai memecah dan risiko penyakit
kronis meningkat secara signifikan. Diketahui bahwa orang-orang normal tingkat
kortisol dalam aliran darah puncaknya terjadi pada pagi hari dan berkurang seiring
berjalannya hari itu. Sekresi kortisol bervariasi antar individu. Satu orang dapat
mengeluarkan kortisol lebih tinggi daripada yang lain dalam situasi yang sama.
Penelitian juga menunjukkan bahwa orang- orang yang mengeluarkan tingkat
kortisol lebih tinggi sebagai respons terhadap stres juga cenderung makan lebih
banyak makanan, dan makanan yang lebih tinggi karbohidrat daripada orang yang
kurang mengeluarkan kortisol. 4, 11, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22
2.5 Gambaran Klinis
Pasien dengan gangguan cemas menyeluruh biasanya datang dengan keluhan
kecemasan yang terus menerus melebihi orang normal. Kecemasan tersebut
mengenai hal-hal biasa dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan penderitaan
atau penurunan fungsi sehari-hari contohnya dalam aspek keuangan, pekerjaan,
kesehatan, dan lain-lain. Gejala kecemasan biasanya diikuti dengan gejala fisiologis
seperti tegang otot, hiperaktivitas otonom, dan kewaspadaan kognitif. Gejala ini
harus terjadi dalam beberapa hari setidaknya selama 6 bulan.11, 13, 15, 17, 23
Orang dengan GAD adalah pencemas yang kronis, mungkin mereka
mencemaskan secara berlebihan keadaan hidup mereka, seperti keuangan,
kesejahteraan anak-anak, dan hubungan sosial mereka. Anak- anak dengan
gangguan ini mencemaskan prestasi akademik, atletik, dan aspek sosial lain dari
kehidupan sekolah. Ciri lain yang terkait adalah merasa tegang, waswas, atau
khawatir; mudah lelah; mempunyai kesulitan berkonsentrasi atau menemukan
bahwa pikirannya menjadi kosong; iritabilitas, ketegangan otot; dan adanya
gangguan tidur, seperti sulit untuk tidur, untuk terus tidur, atau tidur yang gelisah
dan tidak memuaskan (APA dalam Nevid, dkk, 2005). Meskipun GAD secara
tipikal kurang intens dalam respon fisiologisnya dibandingkan dengan gangguan
panik, distress emosional yang diasosiasikan dengan GAD cukup parah untuk
menganggu kehidupan orang sehari-hari. GAD sering ada bersama dengan
gangguan lain seperti depresi atau gangguan kecemasan lainnya seperti
agoraphobia dan obsesif-kompulsif.15, 17, 23
3.1 IDENTITIAS
Nama (inisial) : Tn.I
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir/ Umur : 18-03-1967/56 tahun
Status Pernikahan : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Warga Negara Indonesia
Suku Bangsa : Minangkabau
Negeri Asal : Padang
Agama : Islam
Pendidikan : D3 Manajemen
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat & Telepon : Limau Manis, Padang/075172468
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf yang
sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain
2. Sebab Utama
Pasien datang sendiri ke Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa HB Saanin Padang
untuk kontrol rutin dikarenakan cemas yang berlebihan hingga mengganggu
aktivitas harian.
3. Keluhan Utama (Chief Complaint)
Pasien datang sendiri ke Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa HB SaaninPadang
karena sering merasa cemas yang berlebihan sejak 41 tahun yang lalu.
4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien datang sendiri ke Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa HB Saanin Padang
pada tanggal 21 November 2023 dengan keluhan merasa cemas berlebihan yang
dirasakan hampir setiap hari sejak 41 tahun yang lalu. Keluhan cemas dirasakan
sejak pasien SMA (umur 15 tahun) diakibatkan setiap masalah yang dihadapi atau
yang kejadian yang tidak sesuai dengan pasien. Keluhan disertai dada berdebar, dan
berkeringat. badan terasa ringan, sakit kepala dan susah tidur pada malam harinya.
Keluhan cemas yang dirasakan tidak dapat diprediksi oleh pasien, dapat datang tiba-
tiba ketika ada kejadian yang membuat stres pasien bahkan seperti sendal putus
dapat mecetuskan cemas sehingga pasien kesulitan untuk mengontrol perasaan
cemasnya. Apabila cemas dirasakan, pasien akan berolahraga (berlari) di sore hari
sehingga kecemasan sedikit berkurang. Gangguan yang dialami pasien sering
merasa sedih, sulit tidur bahkan mengalami mimpi buruk seperti terjatuh dari
ketinggian dan dikejar-kejar.
Pasien mulai merasa cemas semakin parah setelah tamat SMA, keluhan
disertai dada berdebar, berkeringat, sakit kepala dan susah tidur pada malam
harinya. Keluhan cemas yang dirasakan tidak dapat diprediksi oleh pasien, dapat
datang tiba-tiba ketika ada kejadian yang membuat stres pasien bahkan seperti
sendal putus dapat mecetuskan cemas sehingga pasien kesulitan untuk mengontrol
perasaan cemasnya. Keluhan semakin memburuk ketika pasien mengerjakan
skripsi, sehingga pasien membutuhkan waktu 7 tahun untuk menyelesaikan kuliah,
teman-temannya sudah lama menyelesaikan kuliah dan sudah bekerja. Setelah lulus
kuliah, pasien sempat bekerja di sebuah perusahaan selama satu hari, namun pasien
mengundurkan diri pada hari tersebut dikarenakan pasien merasa cemas saat
mendapatkan suatu masalah atau tugas saat bekerja. Pasien cenderung menghindari
masalah apabila masalah itu datang.
Pasien sempat berobat ke psikiater setelah keluar dari pekerjaan, namun
setelah 1 tahun pasien menghentikan pengobatan sendiri dikarenakan pasien merasa
tidak ada kemajuan dalam pengobatannya. Pada tahun 2012 pasien mulai berobat
ke PoliklinikRumah Sakit Jiwa HB Saanin Padang karena merasa kecemasannya
tidak dapa berkurang dengan olahraga dan sangat mengganggu aktivitas, pekerjaan,
dan kehidupan sosial pasien dan kontrol rutin 1 bulan sekali.
6. Riwayat Keluarga
a) Identitas orang tua/ penganti
IDENTITAS Orang tua/ Pengganti Keterangan
Bapak Ibu
Kewarganegaraan WNI WNI
Suku bangsa Minang Minang
Agama Islam Islam
Pendidikan D3 SMA
Pekerjaan Pegawai Telkom Wiraswasta
Umur (alm.) 81 tahun
Alamat Padang Padang
Hubungan pasien Akrab Akrab
Biasa Biasa
Kurang Kurang
Tak peduli Tak peduli
Dan lain-lain - Riwayat
hipertensi
Ket : * coret yang tidak perlu
b) Sifat/ Perilaku Orang tua tua kandung/ penganti…… :
a. Bapak (Dijelaskan oleh pasien, dapat dipercaya/ diragukan)
Pemalas (-), Pendiam (-), Pemarah (-), Mudah tersinggung (-), Tak suka
Bergaul (-), Banyak teman (-), Pemalu (-), Perokok berat (-), Penjudi (-
), Peminum (-), Pencemas (-), Penyedih (-), Perfeksionis (-), Dramatisasi (-
), Pencuriga (-), Pencemburu (-), Egois (-), Penakut (-), Tak bertanggung
jawab (-).
c) Saudara :
Jumlah bersaudara 5 orang dan pasien anak ke-3.
d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien
sendiri lingkari nomornya.*
Ket:
untuk e) dan f) hanya diisi bila informan benar-benar mengetahuinya.
g) Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasan dan penyakit fisik (ada
kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga :
Anggota Penyakit jiwa Kebiasaan Penyakit fisik
keluarga
Bapak Tidak ada Tidak ada Tidak ada
i) Dan lain-lain
7. Gambaran seluruh faktor-faktor dan mental yang bersangkut paut dengan
perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit (premorbid) yang
meliputi:
a) Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan.
- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan atau
kondisi-kondisi mental yang diderita si ibu )
▪ Kesehatan Fisik : Baik
▪ Kesehatan Mental : Baik
- Keadaan melahirkan :
▪ Aterm (-), partus spontan (+), partus tindakan (-) sebutkan jenis
tindakannya……………………………………………………….
▪ Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan (ya/tidak)
▪ Jenis kelamin anak sesuai harapan (ya/tidak)
b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak
▪ Pertumbuhan Fisik : baik, biasa, kurang*
▪ Minum ASI : tidak ingat
▪ Usia mulai bicara : tidak ingat
▪ Usia mulai jalan : tidak ingat
▪ Sukar makan (-), anoreksia (-), bulimia (-), pika (-), gangguan hubungan
ibu-anak (-), pola tidur baik (+), cemas terhadap orang asing sesuai
umum (-), cemas perpisahan (+), dan lain-lain.....
c) Simtom-simtom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada
masa kanak-kanak, misalnya: mengisap jari (-), ngompol (+), BAB di tempat
tidur (-), night teror (-), temper tantrum (-), gagap (-), tik (-), masturbasi (-),
mutisme selektif (-), dan lain-lain.
d) Toilet training
Umur : tidak ingat
Sikap orang tua : (memaksa/ menghargai/ membiarkan/ ... )
Perasaan anak untuk toilet training ini : tidak ingat
e) Kesehatan fisik masa kanak-kanak : demam tinggi disertai menggigau (-),
kejang-kejang (-), demam berlangsung lama (-), trauma kapitis disertai
hilangnya kesadaran (-), dan lain-lain.
g) Masa Sekolah
Perihal SD SMP SMA PT
Umur 6 tahun 12 tahun 15 tahun 18 tahun
Prestasi* Baik Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang kurang Kurang
Aktifitas Baik Baik Baik Baik
Sekolah*
Sedang Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang Kurang
Sikap Terhadap Baik Baik Baik Baik
Teman*
Kurang Kurang Kurang Kurang
Sikap Terhadap Baik Baik Baik Baik
Guru
Kurang Kurang kurang Kurang
Kemampuan (-) (-) (-) (-)
Khusus (Bakat)
Tingkah Laku (Baik) (Baik) (Baik) (Baik)
h) Masa remaja: Fobia (-), masturbasi (-), ngompol (-), lari dari rumah (-),
kenakalan remaja (-), perokok berat (-), penggunaan obat terlarang (-),
peminum minuman keras (-), problem berat badan (-), anoreksia nervosa (-
), bulimia (-), perasaan depresi (-), rasa rendah diri (+), cemas (+),
gangguan tidur (-), sering sakit kepala (-), dan lain-lain.
i) Riwayat Pekerjaan
Usia mulai berkerja pertama kali usia 27 tahun, kepuasan kerja (-), pasien
mengundurkan diri setelah 1 hari bekerja, kemudian pasien membantu
mengurus kedai bersama ibunya, pindah-pindah kerja(-)
Konflik dalam pekerjaan : (-), konflik dengan atasan (-), konflik dengan
bawahan(-), konflik dengan kelompok (-).
Keadaan ekonomi*: Sedang (menurut pasien)
j) Percintaan, Perkawinan, Kehidupan Seksual dan Rumah Tangga
▪ Tempat tinggal : rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-),
apartemen (-), rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di
asrama (-) dan lain-lain
▪ Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain--lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain (-), sikap yang
amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus
menerus (-), tidak mampu mengalami rasa bersalah dan
menarik manfaat dari pengalaman (-), tidak peduli pada
norma-norma, peraturan dan kewajiban sosial (-), tidak
mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung
lama(+), iritabilitas (-), agresivitas (-), impulsif (-), sering
berbohong (-), sangat cendrung menyalahkan orang lain
atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal untuk
perilaku yang membuat pasien konflik dengan masyarakat
(-)
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak
stabil (-), kurangnya pengendaian terhadap kemarahan (-),
gangguan identitas (-), afek yang tidak mantap (-) tidak
tahan untuk berada sendirian(-), tindakan mencederai diri
sendiri (-), rasa bosan kronik (-), dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif (+), merasa
dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah
dari orang lain (+), kengganan untuk terlibat dengan
orang lainkecuali merasa yakin disukai (+), preokupasi
yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam
situasi sosial (+), menghindari aktivitas sosial atau
pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung
atau ditolak (+).
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan (-),
preokupasi pada hal-hal yang rinci (details), peraturan,
daftar, urutan, organisasi dan jadwal (-),perfeksionisme (-
), ketelitian yang berlebihan (-), kaku dan keras kepala (-),
pengabdian yang berlebihan terhadap pekerjaan sehingga
menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai hubungan
interpersonal (-), pemaksaan yang berlebihan agar orang
lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu (-),
keterpakuan yang berlebihan pada kebiasaan sosial (-) dan
lain-lain.
Dependen Mengalami kesuitan untuk membuat keputusan sehari-hari
tanpa nasehat dan masukan dari orang lain (-),
membutuhkan orang lain untuk mengambiltanggung jawab
pada banyak hal dalam hidupnya (-), perasaan tidak enak
atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan
yang dibesar-besarkantentang ketidakmampuan mengurus
diri sendiri (-),takut ditinggalkan oleh orang yang
dekat dengannya (-)
Tahun 1975-1985 Tahun 1985-1994 Tahun 1994 Tahun 1994-2012 Tahun 2012 Tahun 2012-2023
Usia tahun 8-18 tahun Usia 18-27 tahun Usia 27 tahun Usia 27-45 tahun Usia 45 tahun Usia 45-56 tahun
Pasien kontrol
Pasien mengalami rutin di RSJ HB
perundungan oleh teman- Pasien merasa tidak ada Saanin Padang dan
teman sekolahnya sejak Pasien merasa cemas kemajuan dalam merasa lebih baik
Pasien kembali
SD-SMA. Saat SMA, yang timbul kapan saja pengobatan sehingga setelah
berobat ke
pasien mulai merasa sering dan dimana saja disertai Pasien merasa kecemasan pasien memutuskan untuk mengonsumsi
menghentikan pengobatan poliklinik RSJ
cemas dan berdebar ketika gelisah, jantung yang diserati gejala penyerta obat-obatan dari
HB Saanin
masalah datang. berdebar-debar dan yang semakin memberat, setelah 1 tahun. Sejak saat dokter.
Padang karena
mulai bermimpi buruk Pasien mulai bekerja itu, pasien tetap merasa
merasa keluhan
sehingga sulit tidur namun mengundurkan diri cemas setiap harinya,
semakin
setelah sehari bekerja namun ia berusaha
memburuk dan
dikarenakan rasa cemas mengurangi rasa cemasnya
tidak bisa
merasa dirinya tidak dengan berolahraga.
dikurangi lagi
mampu mengalami tekanan dengan olahraga.
dan menyelesaikan
tanggung jawab dalam
pekerjaan. Pasien lalu
memulai pengobatan di
psikiater.
3.3 STATUS INTERNUS
1. Keadaan Umum : Sakit ringan
2. Kesadaran : Komposmentis
3. Tekanan Darah : 118/70 mmHg
4. Nadi : 70x/ menit
5. Nafas : 18x/ menit
6. Suhu : 36,8 C
o
2. Penampilan
• Sikap tubuh: biasa ( + ), diam ( - ), aneh ( - ), sikap tegang (-), kaku( -), gelisah
(- ), kelihatan seperti tua ( + ), kelihatan seperti muda (-), berpakaian sesuai
gender ( + )
• Cara berpakaian : rapi ( + ), biasa ( - ), tak menentu ( - ), sesuai dengan situasi
(+ ), kotor ( - ), kesan ( dapat/ tidakdapat mengurus diri)*
• Kesehatan fisik : sehat ( + ), pucat ( - ), lemas ( - ), apatis ( - ), telapak tangan
basah ( - ), dahi berkeringat ( - ), mata terbelalak (-).
3. Kontak psikis
Dapat dilakukan ( + ), tidak dapat dilakukan ( - ), wajar ( + ), sebentar( - ), lama
(+).
4. Sikap
Kooperatif ( + ), penuh perhatian ( + ), berterus terang ( + ), menggoda (-),
bermusuhan ( - ), suka main-main ( - ), berusaha supaya disayangi ( - ), selalu
menghindar ( - ), berhati-hati ( - ), dependen ( - ), infantil ( - ), curiga ( - ), pasif (-),
dan lain-lain.
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
• Cara berjalan : biasa ( + ), sempoyongan (-), kaku (-), dan lain-lain
• Ekhopraksia ( - ), katalepsi ( - ), luapan katatonik (-), stuporkatatonik ( - ),
rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea flexibilitas ( - ), negativisme
( - ), katapleksi ( - ), stereotipik ( -), mannerisme (-), otomatisme ( - ), otomatisme
perintah ( - ), mutisme ( -), agitasi psikomotor ( - ), hiperaktivitas/ hiperkinesis ( -
), tik (-), somnabulisme ( - ), akathisia ( - ),
kompulsif ( - ), ataksia, hipoaktivitas (-), mimikri ( - ), agresi (-), acting out (-),
abulia( - ), tremor ( - ), ataksia ( - ), chorea( - ), distonia (- ), bradikinesia( - ),
rigiditas otot ( - ), diskinesia ( - ), konvulsi ( - ), seizure ( - ), piromania (-),
vagabondage ( - ).
C. Emosi
Hidup emosi*: stabilitas (stabil/ tidak), pengendalian (adekuat/tidak adekuat), echt/unecht,
dalam/dangkal, skala differensiasi (sempit/luas),arus emosi (biasa/lambat/cepat).
1. Afek
Afek appropriate/ serasi ( + ), afek in-appropriate/ tidak serasi( - ), afek tumpul (
- ), afek yang terbatas ( - ), afek datar( - ), afek yang labil ( - ).
2. Mood
Mood eutimik (+), mood disforik ( - ),mood yang meluap- luap (expansive mood) (
- ), mood yang iritabel ( - ), mood yang labil (swing mood) ( - ), mood meninggi
(elevated mood/ hipertim) ( - ), euforia ( - ), ectasy ( - ), mood depresi (hipotim) (-
), anhedonia ( - ), dukacita ( - ), aleksitimia (-), elasi ( - ), hipomania ( - ), mania( - ),
melankolia( - ), La belle indifference ( -), tidak ada harapan(-).
3. Emosi lainnya
Ansietas ( + ), free floating-anxiety ( +), ketakutan ( - ), agitasi ( - ), tension
(ketegangan) (-), panik ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ), abreaksional (-), rasa malu
( - ), rasa berdosa/ bersalah( - ), kontrol impuls ( - ).
4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood
Anoreksia ( - ), hiperfagia ( - ), insomnia ( - ), hipersomnia ( - ), variasi diurnal ( - ),
penurunan libido ( - ), konstipasi ( - ), fatigue( - ), pica ( -), pseudocyesis ( - ), bulimia
( - ).
E. Persepsi
▪ Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ), Halusinasi
auditorik ( - ), halusinasi visual (-), halusinasi olfaktorik ( - ), halusinasi gustatorik (-),
halusinasi taktil ( - ), halusinasi somatik ( - ), halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan
dengan mood ( - ), halusinasiyang tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ),
sinestesia ( - ), halusinasi perintah (command halusination), trailing phenomenon ( - ).
▪ Ilusi ( - )
▪ Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
H. Dicriminative Insight*
▪ Derajat I (penyangkalan)
▪ Derajat II (ambigu)
▪ Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hallain):
▪ Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
▪ Derajat V (tilikan intelektual)
▪ Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)
Telah diperiksa Tn. I usia 56 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama islam, pendidikan
terakhir D3, pekerjaan wiraswasta, dan status perkawinan belum menikah. Pasien kontrol
rutin di Poliklinik Dewasa RSJ Prof HB Saanin dengan keluhan sering merasa cemas yang
berlebihan yang dirasakan hampir setiap hari sejak 11 tahun yang lalu. Kejadian ini diawali
akibat pasien sering mengalami perundungan sejak SD-SMA. Ketika SMA pasien sering
cemas tak menentu dan merasakan dada berdebar-debar. Pada saat memasuki
perkuliahan, kecemasan pasien meningkat hingga pasien sulit tidur dan bermimpi buruk
yang mengakibatkan pasien lama menyelesaikan tugas akhirnya. Setelah tamat kuliah,
kecemasan dan gejala penyerta semakin buruk. Pasien sempat bekerja sebagai pegawai
kantoran selama 1 hari lalu mengundurkan diri dikarenakan kecemasan bahwa dirinya
tidak mampu menyelesaikan tugas dan tanggung jawab pekerjaan. Sehari- hari pasien
bekerja sebagai pemilik dan penjaga kedai. Ketika keluhan cemas tidak dapat dikurangi
dengan berolahraga, pasien akhirnya berobat ke Poliklinik Jiwa RSJ HB Saanin Padang
dan rutin kontrol serta minum obat hingga sekarang.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan pasien penampilan rapi sesuai gender,
kesan dapat mengurus diri, sikap saat wawancara kooperatif, psikomotor normoaktif, arus
pembicaraan biasa, nada bicara, volume biasa, isi pembicaraan sesuai, penekanan pada
nada pembicaraan tidak ada dan spontanitas ada. Kontak psikis dapat dilakukan, lama dan
wajar, orientasi baik, afek sesuai dan mood hipotim. Proses pikir koheren, isi pikir tidak
ada waham, persepsi tidak ada halusinasi. Descriminative insight pasien derajat VI, dan
descriminative judgement tidak terganggu. Pada pemeriksaan internus dan neurologis
tidak ditemukan kelainan
Diagnosis Multiaxial
▪ Aksis I : F41.1 Gangguan Ansietas Menyeluruh
▪ Aksis II : Tidak ada gangguan
▪ Aksis III : Hipertensi
▪ Aksis IV : Tidak ada diagnosis
▪ Aksis V : GAF 80 - 71
Diagnosis Banding
Axis I F41.2 Gangguan Campuran Ansietas dan Depresi
3.10 DAFTAR MASALAH
▪ Organobiologik : Hipertensi
▪ Psikologis : Ansietas
▪ Lingkungan dan psikososial : Tidak ada
3.11 PENATALAKSANAAN
a. Psikoedukasi
b. Farmakologi
- Clozapine 1 x 12,5 mg
- Lorazepam 2 mg 1x1 (malam)
- Clobazam 10 mg 2x½ tab
- Fluoxetine 50 mg 1x1 (pagi)
- Amlodipin 1 x 10 mg
3.12 PROGNOSIS
Quo et vitam : bonam
Quo et fungsionam : dubia ad bonam
Quo et sanctionam : dubia ad bonam
BAB 4
DISKUSI
Pada aksis II tidak ada diagnosis dikarenakan pada pasien didapatkan riwayat
tumbuh kembang saat masa kanak – kanak dan remaja baik, serta pasien mampu
menyelesaikan pendidikan sampai tamat D3. Hal ini menyingkirkan diagnosis
retardasi mental (F.70). Jenis kepribadian pada pasien ini belum ditemukan adanya
kelainan kepribadian pada pasien berdasarkan wawancara psikiatri dan pemeriksa
hanya bertemu dengan pasien sebanyak satu kali.
Pada aksis III berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik ditemukan
riwayat hipertensi sejak satu tahun yang lalu. Oleh karena itu, aksis III terdapat
diagnosis hipertensi.
Pada aksis IV, pasien mengaku sering ditindas oleh teman-teman sekolahnya
saat SD-SMA. Sejak saat itu pasien sering merasa cemas dan sulit untuk
mempertahankan hubungan sosial dengan orang lain. Oleh karena itu aksis IV
terdapat diagnosis masalah psikososial dan lingkungan
Pada aksis V, penilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam
kehidupannya menggunakan skala Global Assessment of Functioning (GAF). Pada
saat dilakukan wawancara, skor GAF 80 - 71 (gejala sementara & dapat diatasi,
disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll.).
Pada pasien juga dilakukan psikoterapi. Psikoterapi yang terpilih untuk
gangguan ini adalah Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Terdapat beberapa
metode CBT, beberapa diantaranya yakni metode restrukturisasi, terapi relaksasi,
terapi bernapas, dan terapi interocepative. Inti dari terapi CBT adalah membantu
pasien dalam memahami cara kerja pemikiran otomatis dan keyakinan yang salah
dapat menimbulkan respon emosional yang berlebihan, seperti pada gangguan panik.
Terapi restrukturisasi, melalui terapi ini pasien dapat merestrukturisasi isi pikirannya
dengan cara mengganti semua pikiran-pikiran negatif yang dapat mengakibatkan
perasaan tidak menyenangkan yang dapat memicu serangan panikdengan pemikiran-
pemikiran positif. Terapi relaksasi dan bernapas dapat digunakan untuk membantu
pasien mengontrol kadar kecemasan dan mencegah hypocapnia ketika serangan
panik terjadi.
Pasien diberikan tatalaksana berupa psikoterapi suportif, psikoedukasi, dan
farmakoterapi. Pada pasien ini diberikan farmakologi dengan obat golongan
Benzodiazepine (Klobazam 10 mg 2x1/2). Jenis obat – obat golongan
Benzodiazepine ini adalah Diazepam, Klordiazepoksid, Lorazepam, Klobazam,
Bromazepam, Oksazolam, Klorazepat, Alprazolam dan Prazepam. Penggunaan obat
antiansietas haruslah melalui kontrol dari dokter secara ketat, penggunaan obat – obat
anti kecemasan dapat mengakibatkan beberapa efek samping. Pasien Denganriwayat
penyakit hati kronik, ginjal, dan paru haruslah diperhatikan pemakaian obat-obatan
ini. 5,7,13,24
Pada pasien ini diberikan Clozepine 1x12,5 mg. Clozepine adalah obat
antipsikotik atipikal yang termasuk dalam golongan obat antipsikotik. Obat ini
bekerja dengan mengubah aktivitas neurotransmitter di otak, khususnya dopamin dan
serotonin, yang berperan dalam mengatur suasana hati, pikiran, dan perilaku.
Clozepine digunakan untuk mengobati beberapa gangguan mental seperti
skizofrenia, bipolar, dan gangguan perilaku pada anak, serta dalam beberapa kasus,
dapat digunakan off-label untuk mengobati kondisi lain seperti gangguan cemas.
Pada pasien juga diberikan Fluoxetine 50 mg 1x1. Fluoxetin merupakan obat
antidepresan dari golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI). Obat ini
diberikan karena pasien didiagnosis dengan gangguan campuran ansietas dan
depresi. Serotonin diproduksi di dalam neuron presinaptik. Serotonin kemudian
masuk ke dalam vesikel, yang akan disimpan sampai diperlukan untuk
neurotransmisi. Setelah adanya stimulasi akson, serotonin dilepaskan menuju
intrasinaptik, serotonin berikatan dengan reseptor postsinap untuk memberikan efek
neurotransmisi. Mekanisme reuptake mengembalikan serotonin ke dalam sitoplasma
neuron presinaptik yang kemudian disimpan ke dalam vesikel. SSRI berfungsi untuk
mencegah serotonin terserap kembali ke dalam sitoplasma neuron presinaptik,
sehingga kadar serotonin di membran terminal saraf postsinaptik meningkat dan
gejala depresi berkurang.
Ada beberapa pertimbangan yang mempengaruhi prognosis pasien. Faktor-
faktor yang meringankan adalah adanya dukungan keluarga, motivasi yang kuat
(keinginan kuat yang ingin sembuh), dan tidak ada riwayat keluarga (keluarga pasien
tidak ada yang mengalami gangguan yang sama). Sedangkan faktor-faktor yang
memperberat adalah kambuh-kambuhan. Dari data tersebut dapat terlihat bahwa
daftar yang memperingan lebih banyak dibandingkan dengan yang memperberat
sehingga di prognosis dubia ad bonam, selain itu kasus ini tidak terdapat gangguan
psikosis yang dapat memperberat prognosis. 25-29
DAFTAR PUSTAKA
1
kepala saat sedang overaktivitas motorik
cemas. Saya juga merasa
gelisah dan berkeringat
setiap kali cemas.
Kapan saja gejala tersebut Sebelum berobat, gejala
dirasakan, pak? dirasakan setiap hari dok.
Namun berkurang
gejalanya setelah minum
obat.
Bagaimana perasaan bapak
Saat pertama masuk ruang
sekarang? tunggu sedikit merasa
cemas, namun sekarang
sudah tidak dok.
Kenapa bapak merasa cemas? Saya cemas karena
banyak orang.
2
minum obat, pak? perubahan yang
signifikan, dok, jadi
setahun setelah itu saya
berhenti ke psikiater,
dok.
Setelah kejadian itu bagaimana Saya berusaha
bapak menghadapi kecemasan mengurangi kecemasan
bapak? saya dengan berolahraga,
dok.
Setiap hari bapak merasa Iya, hampir setiap hari,
keluhan cemasnya pak? dok.
Biasanya gejala cemas bapak Tidak tau, muncul tiba- Gejala kecemasan dan
munculnya karena apa? tiba saja. Kadang karena sifat “free floating”
hal sepele misalnya
sendal putus, lalu tiba-
tiba saya merasa cemas
dan berdebar-debar.
Selain cemas, apakah bapak Saya tidak merasa Gejala kecemasan dan
sifat “free floating
merasakan kehilangan minat kehilangan minat dan
atau kehilangan semangat? semangat, dok. Namun
Apakah kecemasan bapak saya pernah bekerja di
mempengaruhi kinerja bapak? perusahaan selama satu
hari, lalu
mengundurkan diri
karena saya merasa
cemas tidak dapat
melakukan tanggung
jawab sebagai pegawai,
dok.
Apakah bapak mudah lelah Tidak ada
ketika bekerja sedikit atau
3
adakah rasa kehilangan
kegembiraan?
Apakah bapak ada Tidak ada kecuali obat
mengonsumsi obat-obatan lain? dari dokter jiwa dan
hipertensi saja
Apakah bapak ada penyakit lain Ada, tensi tinggi. Saya
? baru tahu sejak 1 tahun
lalu ketika kontrol disini,
dok
Bagaimana hubungan bapak Baik, tidak ada masalah
dengan ibu bapak?
Bagaimana hubungan bapak Tidak ada masalah
dengan keluarga yang lain?
Bagaimana hubungan bapak Baik, namun kurang
akrab.
dengan tetangga?
Apakah bapak mempunyai Punya dok, namun saya Gejala kecemasan dan
sifat “free floating”
keinginan untuk berkeluarga, merasa cemas dan sulit
pak? mempertahankan
hubungan karena
kecemasan saya, dok.
Baik mungkin segitu dulu ya
pak, terima kasih atas waktunya
pak. Jangan lupa rutin kontrol
dan minum obat ya pak. Terima
kasih pak.
4
Lampiran 3. Tulisan tangan pasien