NASKAH PSIKIATRI
F.32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
Oleh:
Preseptor:
dr. Eldi Sauma, Sp.KJ
DEPARTEMEN JIWA
Puji dan syukur diucapkan pada Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Case Report Session yang
berjudul “Gangguan Depresi Berat dengan Gejala Psikotik” yang menjadi salah satu
syarat untuk mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas periode Mei-Juni 2022.
Terima kasih penulis ucapkan dr. Eldi Sauma, Sp.KJ, selaku preseptor yang
telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah ini. Penulis
juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.
Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi akademisi, dunia pendidikan, instansi terkait, dan masyarakat luas.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
dunia bahwa gangguan depresi mayor, meningkatkan risiko terjadinya percobaan
bunuh diri. Orang yang mengalami gangguan depresi dengan percobaan bunuh diri,
adalah orang yang mengalami suatu keadaan stres didalam diri yang tidak mampu
menerima kondisi lingkungan eksterna mereka dan memiliki mekanisme pembelaan
5,6
ego yang tidak matang sehingga mereka melakukan hal tersebut.
Memahami faktor-faktor yang mendasari terjadinya depresi, perburukan
tingkat depresi dan risiko bunuh diri diperlukan untuk rasional keputusan pencegahan
morbiditas maupun mortalitas pada pasien yang mengalami depresi sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup dan mencegah mortalitas.
5
BAB II
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Depresi atau gangguan suasana hati yang menyebabkan terganggunya
aktifitas sehari-hari ini ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai
krisis global dan memprediksi pada tahun 2020 gangguan depresi ini merupakan
nomor dua penyumbanng penyebab ketidakmampuan seseorang dalam kehidupannya
setelah kardiovaskular. Lebih dari 350 juta jiwa penduduk dunia mengalami depresi
sehingga WHO menetapkan depresi sebagai salah satu prioritas untuk ditangani. Pada
tahun 2017, diperkirakan 264 juta orang di dunia pernah mengalami depresi. Rasio
perempuan dgn laki-laki 2:1 dgn prevalensi perempuan 10-25% dan laki-laki 5-
12%.8,9
Di Indonesia sendiri, pada tahun 2007 menurut ketua IDI (Ikatan Dokter
Indonesia), Fachmi Idris, 94% masyarakat Indonesia mengalami depresi dari tingkat
tertinggi sampai tingkat terendah. Bahkan menurut WHO, angka bunuh diri di
Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2010 angka bunuh diri di Indonesia adalah 1,8
jiwa per 100.000 penduduk atau 5.000 kasus per tahun. Pada tahun 2012 angka
6
tersebut meningkat menjadi 4,3 jiwa per 100.000 penduduk atau setara dengan 10.000
kasus pertahun.10
2.3 Etiologi
Etiologi penyakit depresi sangat kompleks dan belum diketahui secara pasti.
Beberapa faktor endogen dan eksogen diduga saling terkait dalam menimbulkan
keadaan depresi. Faktor-faktor endogen yang diduga berperan dalam kejadian depresi
adalah terjadinya perubahan kesetimbangan neurotransmitter di dalam tubuh,
genetika dan hormonal. Sedangkan faktor eksogen yang diduga berperan memicu
timbulnya depresi adalah keadaan lingkungan sosial.
1. Faktor Genetik
Data genetik dengan kuat menyatakan bahwa suatu faktor penting di dalam
perkembangan gangguan mood adalah genetika. Gen dominan yang diduga berperan
pada depresi terikat pada kromosom 11. Penelitian keluarga menemukan bahwa
sanak saudara derajat pertama dari penderita gangguan depresif berat
berkemungkinan 2 sampai 3 kali lebih besar daripada sanak saudara derajat
pertama.11
2. Faktor Biokimia
Adanya perubahan kesetimbangan neurotransmitter di otak diduga sangat berperan
dalam menimbulkan kejadian depresi. Neurotransmitter yang terutama berperan pada
kejadian depresi adalah neurotransmitter monoamin seperti norepinefrin, serotonin
dan dopamin. Hipotesis amin biogenik, menyatakan bahwa depresi dapat disebabkan
terjadinya penurunan kadar neurotransmitter norepinefrin (NE), serotonin (5-HT) dan
dopamin (DA) di otak. Disregulasi neurotransmitter dan perubahan sensitivitas post
sinaps juga berkaitan dengan terjadinya depresi.12,13
3. Faktor Hormonal
Aksishipotalamik-pituitari-adrenokortikal juga dapat berperan dalam depresi.
Bagian limbic pada otak sangat terkait dengan emosi dan juga memengaruhi
hipotalamus. Hipotalamus kemudian mengatur berbagai kelenjar endokrin dan
sekaligus kadar hormone yang dihasilkan berbagai kelenjar tersebut. Kadar kortisol
(suatu hormone adrenokortikal) yang tinggi pada para pasien depresi, kemungkinan
terjadi karena sekresi yang berlebihan pada hormone yang melepaskan thyrotropin
oleh hipotalamus.
7
Pada perempuan, faktor hormonal ikut mendorong terjadinya depresi. Hal ini
umumnya terjadi saat siklus haid, kehamilan atau pasca persalinan, dan menjelang
menopause. Estrogen meningkatkan mood dengan meningkatkan laju degradasi
MAO dan transpor 5-HT intraneuronal, menyebabkan peningkatan keseluruhan
ketersediaan 5-HT di sinaps. Selain neurotransmisi serotonergik, estrogen juga
diyakini memiliki efek modulasi pada neurogenesis hipokampus dan fungsi HPA
axis.14,17
4. Faktor Psikososial
Ada teori yang mengemukakan adanya stres sebelum episode pertama
menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama. Perubahan ini
menyebabkan perubahan berbagai neurotransmiter dan sistem sinyal intraneuron.
Termasuk hilangnya beberapa neuron dan penurunan kontak sinaps. Dampaknya,
seorang individu berisiko tinggi mengalami episode berulang gangguan mood,
sekalipun tanpa stressor dari luar. 7
Ada sejumlah faktor psikososial yang diprediksi sebagai penyebab gangguan
mental pada lanjut usia yang pada umumnya berhubungan dengan kehilangan. Faktor
psikososial tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian
teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi diri,
keterbatasan finansial, dan penurunan fungsi kognitif . 7
2.4 Klasifikasi
Menurut PPDGJ-III klasifikasi gangguan afektif berupa depresi dapat terbagi
menjadi:15
1. Episode Depresif (F32)
a. Episode depresif ringan (F32.0)
b. Episode depresif sedang (F32.1)
c. Episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2)
d. Episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3)
e. Episode depresif lainnya (F32.8)
f. Episode depresif YTT (F32.9)
2. Episode Depresif berulang (F33)
a. Gangguan Depresif Berulang, Episode kini Ringan (F33.0)
b. Gangguan Depresif Berulang, Episode kini Sedang (F33.1)
c. Gangguan Depresif Berulang, Episode kini Berat tanpa gejala Psikotik (F33.2)
8
d. Gangguan Depresif Berulang, Episode kini Berat dengan gejala Psikotik
(F33.3)
e. Gangguan Depresif Berulang, Kini dalam Remisi (F33.4)
f. Gangguan Depresif Berulang lainnya (F33.8)
g. Gangguan Depresif Berulang YTT (F33.9)
9
3. Menunda pekerjaan rumah.Penurunan aktivitas fisik dan latihan.
4. Penurunan perhatian terhadap diri sendiri.
5. Peningkatan konsumsi alcohol dan obat-obatan terlarang.
2.6 Diagnosis
Menurut PPDGJ III, kriteria diagnosis episode depresif (F32) adalah sebagai
berikut:
Gejala utama ( pada derajat ringan, sedang, dan berat) :
1. Afek depresif
2. Kehilangan minat dan kegembiraan
3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah ( rasa lelah
yang nyata sesudah kerja sedikit saja ) dan menurunnya aktivitas.
Gejala Lainnya :
1) Konsentrasi dan perhatian berkurang
2) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
4) Pandangan masa depan yang suram dan psimisti
5) Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri
6) Tidur terganggu
- Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih
pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
- Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1) dan berat (F32.2)
hanya digunakan untuk episode depresif tunggal (yang pertama).
- Episode depresif berikutnya harus diklasifikasikan dibawah salah satu diagnosis
gangguan depresif berulang (F33.-)
10
Tabel Derajat depresi
1 Ringan(Mild) Jika terdapat sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala utama
ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala tambahan yang
sudah berlangsung minimal 2 minggu. Tidak boleh ada gejala
yang berat
2 Sedang Jika terdapat sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala utama
(Moderate) ditambah sekurang-kurangnya 3 (sebaiknya 4) gejala
tambahan
3 Berat Jika terdapat 3 gejala utama ditambah sekurang-kurangnya 4
(Severe) gejala tambahan, beberapa diantaranya harus berintensitas
berat.
11
F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
Tabel . Episode depresi berat dengan gejala psikotik
12
2.8 Tatalaksana
Terapi Non-Farmakologis
Terapi Farmakologi
Obat-obat antidepressi mempengaruhi sistem cortical, limbic, hipotalamus dan
brainstem yang merupakan hal mendasar pada pengaturan kesadaran, mood dan
fungsi otonom. Keputusan menggunakan antidepressan didasarkan pada riwayat
pasien terhadap respon obat, riwayat keluarga terhadap respon obat, sub tipedepresi,
13
keadaan klinis pada saat tersebut, derajat keparahan, potensi terjadinya interaksi obat,
efek samping serta biaya obat.
Obat-obat antidepresi diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya yaitu
golongan selective serotonin reuptake inhibitor, tricyclic antidepresants, monoamine
oxidase inhibitors, serta golongan lainnya.
a. SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)
Mekanisme kerja SSRI adalah menghambat pengambilan kembali 5-HT (dengan
kemampuan tinggi) di pre sinaps sehingga meningkatkan jumlah 5-HT yang akan
berikatan dengan reseptor di pasca sinaps. Obat golongan ini memiliki efek
antikolinergik yang minimal, sehingga lebih disukai dan menjadi pilihan pertama
dalam terapi depresi untuk pasien-pasien tanpa adanya komplikasi atau kontra
indikasi terhadap obat tersebut.Contoh SSRI adalah fluoksetin, sertralin,
fluvoksamin, paroksetin, sitalopram dan escitalopram.
b. TCA (tricyclic Antidepresant)
Mekanisme kerja TCA adalah menghambat pengambilan kembali 5-HT
(dengan kemampuan rendah sampai tinggi) dan NE (dengan kemampuan rendah
sampai sedang). Potensi dan selektivitas sangat bervariasi, tergantung jenis obatnya.
TCA mempengaruhi sistem reseptor lain, yaitu : kolinergik (sebagai antikolinergik),
neurologik dan sistem kardiovaskular. Amin tersier bekerja pada sistem serotonergik.
Amin sekunder bekerja mengaktifkan sistem norepinefrin. Karena banyak
mempengaruhi sistem reseptor lain, obat-obat golongan ini perlu dipertimbangkan
pemberiannya terutama pada pasien- pasien manula dan keadaan klinis tertentu.
Contoh amin tersier adalah amitriptilin, klomipramin, doksepin, imipramin,
trimipramin. Amin sekunder contohnya adalah amoksapin, maprotilin, desipramin,
nortriptilin serta protriptilin.
c. MAOI (Monoamine Oxidase Inhibitors)
Mekanisme kerja MAOI adalah meningkatkan konsentrasi NE, 5-HT dan DA
dalam sinaps neuronal melalui inhibisi enzim MAO. Enzim MAO ini berfungsi
untuk memetabolisme neurotransmitter monoamin. Penggunaan kronik dapat
menyebabkan downregulation reseptor β-adrenergik, α- adrenergik dan serotonergik.
MAOI termasuk isocarboxazid, phenelzine, selegiline, dan tranylcypromine .
Terdapat inhibitor MAO A dan MAO B. Inhibitor MAO A lebih efektif dalam
menyembuhkan depresi mayor dibandingkan inhibitor MAO B. Selegiline sebagai
14
inhibitor MAO B digunakan untuk pengobatan penyakit parkinson. Selegiline juga
mempunyai efek anti depresi, khususnya pada dosis > 10 mg yang juga menghambat
MAO A Contoh obat golongan MAOI adalah fenelzin,tranilsipromin, moklobemid.
Penggunaan kronik dapat menyebabkan downregulation reseptor β-adrenergik,
α- adrenergik dan serotonergik. Karena risiko krisis hipertensi, pasien yang
menjalani pengobatan ini harus mengikuti diet rendah tyramine. Efek samping
lainnya dapat termasuk insomnia, kecemasan, ortostasis, penambahan berat badan,
dan disfungsi seksual.
d. Golongan Lain
Golongan lain adalah kelompok obat yang mekanisme kerjanya tidak termasuk
ke dalam golongan obat SSRI, TCA dan MAOI, melainkan memilikimekanisme
kerja tersendiri.
- Serotonin-Norepinefrin Reuptake Inhibitor, contohnya venlafaksin.
- Atypical Antidepressants, contohnya bupropion, nefazodon, dll.
- Dopamine Reuptake Inhibitor, contohnya amineptin.
- Selective Serotonin Reuptake Enhancer, contohnya tianeptin.
- Ekstrak St John’s wort (Hypericum perforatum)
15
e. Terapi Tambahan
Antipsikotik
Antipsikotik dibagi menjadi 2 jenis yaitu antipsikotik tipikal dan antipsikotik
atipikal. Yang termasuk dalam antipsikotik tipikal adalah
haloperidol,chorpromazine, dan Fluphenazine. Mekanisme kerja dari Antipsikotik
tipikal yaitu memblok dopamine D2 reseptor. Antipsikotik atipikal hanya digunakan
untuk terapi pada depresi mayor resisten. Contoh Obat antipsikotik attipikal adalah
clozapine, olanzapine, dan aripripazole.16
2.9 Prognosis
16
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. SH
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 30 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Batang Toman, Pasaman Barat
Hubungan dengan pasien : Suami
Keakraban dengan pasien : Akrab
Kesan pemeriksa/ dokter terhadap informasi yang diberikan : dapat dipercaya
17
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/hakim
2. Sebab Utama
Pasien dibawa oleh keluarga ke poliklinik jiwa RSJ Prof. HB. Saanin karena
sering menangis dan mengurung diri di kamar sejak satu bulan yang lalu.
3. Keluhan Utama (Chief Complaint)
Pasien merasa sedih dan tidak semangat beraktivitas sejak satu bulan yang lalu.
4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien dibawa ke poliklinik jiwa RSJ Prof. HB. Saanin karena sering
menangis dan mengurung diri di kamar sejak satu bulan ini. Pasien merasa sedih
dan tidak semangat beraktivitas sejak satu bulan ini. Pasien juga mengeluhkan
mudah lelah walaupun hanya melakukan aktivitas yang ringan. Dalam satu bulan
ini suami pasien mengatakan bahwa pasien tampak murung dan sering
mengurung diri di kamar seharian. keluhan ini pertama kali dirasakan setelah
pasien tau bahwa pasien hamil anak ke empat dengan usia kandungan saat ini
empat bulan, pasien merasa takut akan rasa sakit melahirkan karena sebulan
yang lalu pasien menjalani operasi tiroid dan rasa sakit pasca operasi tiroid
masih sering terasa sampai saat ini, selain itu anak ketiga pasien masih berusia
satu tahun sehingga pasien merasa stres memikirkan hal ini.
Dalam satu bulan ini nafsu makan pasien sangat menurun, bahkan pasien
pernah bebarapa kali tidak makan apapun selama seharian, pasien sudah
mencoba mamaksakan diri untuk makan karena pasien sedang hamil, tapi tidak
berhasil dan membuat pasien muntah. Pasien merasa tidak berguna dan merasa
bersalah kepada anak-anak pasien karena tidak bisa menjadi ibu yang baik dan
sering meminta maaf kepada anak-anak pasien dan diikuti oleh menangis. Pasien
sulit tidur sejak dua minggu ini, karena terlalu banyak hal yang pasien pikirkan
seperti masa depan pasien dan keluarga. Dalam dua minggu ini pasien selalu
tidur jam lima pagi selama satu jam. Pasien merasa bahwa masa depan pasien
tidak cerah dan dipenuhi kesedihan. Pasien juga sulit berkonsentrasi. Pasien
sering mendengar suara-suara yang mengatakan bahwa pasien akan segera mati
sejak tiga minggu ini. Pasien tidak ada pikiran untuk mengakhiri hidup.
18
5. Riwayat Penyakit Sebelumnya
a. Riwayat Gangguan Psikiatri
• Keluhan yang dirasakan sekarang baru pertama kali dirasakan.
• Pasien belum pernah berobat ke dokter/psikiater/psikolog sebelumnya.
• Penurunan kebutuhan tidur sebelum keluhan yang sekarang tidak ada.
• Kepercayaan diri yang membumbung tinggi sebelum keluhan yang
sekarang tidak ada.
6. Riwayat keluarga
a) Identitas orang tua/ penganti
Identitas Orang Tua Keterangan
Ayah Ibu
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia -
Suku bangsa Minang Minang -
Pendidikan SMA SMP -
Pekerjaan Pedagang IRT -
Usia 70 tahun 68 tahun -
Alamat -
Pasaman Barat Pasaman Barat
19
b) Sifat/ Perilaku Orang tua kandung/ pengganti............. :
Bapak (Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan)
Pemalas ( - ), Pendiam ( - ), Pemarah ( - ), Mudah tersinggung ( -), Tak
suka Bergaul ( - ), Banyak teman ( + ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( - ),
Penjudi (-), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis (-),
Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ), Penakut ( - ),
Tak bertanggung jawab (-).
Ibu ( Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan )
Pemalas ( - ), Pendiam ( - ), Pemarah ( - ) , Mudah tersinggung ( - ), Tak
suka bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( - ),
Penjudi ( - ), Peminum ( - ), Pencemas ( + ), Penyedih ( + ), Perfeksionis (
- ), Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ), Penakut (
- ), Tak bertanggung jawab ( - ).
c) Saudara
Jumlah bersaudara 4. Pasien merupakan anak ke 4 bersaudara.
20
1. Peduli Akrab
2. Biasa Biasa
3. Akrab Akrab
f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan
tingkah laku dan bagaimana pasien dengan mereka.
21
Skema Pedegree
Keterangan:
: perempuan
: laki-laki
: meninggal
: pasien
22
Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien:
No Rumah tempat Keadaan rumah
tinggal
Tenang Cocok Nyaman Tidak Nyaman
23
d) Toilet training
Umur : Tidak diketahui
Sikap orang tua : Tidak diketahui
Perasaan anak untuk toilet training ini : -
e) Kesehatan fisik masa kanak-kanak : demam tinggi disertai menggigau
( - ), kejang-kejang ( - ), demam berlangsung lama ( - ), trauma kapitis
disertai hilangnya kesadaran ( - ), dan lain- lain.
f) Temperamen sewaktu anak-anak : pemalu ( + ), gelisah ( - ) overaktif (
- ), menarik diri ( - ), kurang suka bergaul ( - ), suka berolahraga ( - ),
dan lain-lain.
g) Masa Sekolah
Perihal SD SMP SMA PT
Umur 6 tahun 12 tahun 15 tahun (tdk kuliah)
Prestasi* Baik Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang Kurang
Aktifitas Sekolah* Baik Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang Kurang
Sikap Terhadap Teman * Baik Baik Baik Baik
Kurang Kurang Kurang Kurang
Sikap Terhadap Guru Baik Baik Baik Baik
Kurang Kurang Kurang Kurang
Kemampuan Khusus (Bakat) (-) (-) (-) (-)
Tingkah Laku ( Baik ) ( Baik ) ( Baik ) (-)
Riwayat Pekerjaan
● Pasien seorang Ibu rumah tangga dan tidak bekerja
● Konflik dalam pekerjaan : (-)
● Keadaan ekonomi*: cukup (menurut pasien dan suami pasien)
24
j) Percintaan, Perkawinan, Kehidupan Seksual dan Rumah Tangga
● Hubungan seks sebelum menikah (-)
● Riwayat pelecehan seksual (-)
● Orientasi seksual (normal)
● Perkawinan didahului dengan pacaran (+), kawinterpaksa (-),
kawin paksa (-), perkawinan kurang disetujui orang tua (-), kawin
lari (-). Kepuasaan dalam hubungan suami istri (+), Kelainan
hubungan seksual (-)
● Kehidupan rumah tangga: rukun (+), masalah rumahtangga,
masalahekonomi (-)
● Keuangan : Kebutuhan sehari-hari terpenuhi (+), pengeluaran
danpendapatanseimbang (-), dapat menabung (-).
● Mendidik Anak : suami-istri bersama-sama (+)
k) Situasi sosial saat ini:
1. Tempat tinggal : rumah sendiri (+), rumah kontrak (-), rumah susun
(-), apartemen (-), rumah orang tua (-), serumah dengan mertua (-), di
asrama (-) dan lain-lain (-).
2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain-
lain.
l) Ciri Kepribadian sebelumnya/ Gangguan kepribadian(untuk axis II)
25
tentang prasangkanya ( - ), perhatian yang berlebihan
terhadap motif- motif yang tersembunyi ( - ),cemburu
patologik ( - ), hipersensifitas ( - ), keterbatasan kehidupan
afektif ( - ).
Skizotipal Pikiran gaib ( - ), ideas of reference (-), isolasi sosial ( - ),
ilusi berulang ( - ), pembicaraan yang ganjil ( - ), bila
bertatapmuka dengan orang lain tampak dingin atau tidak
acuh ( - ).
Siklotimik Ambisi berlebihan ( - ), optimis berlebihan ( - ), aktivitas
seksual yang berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang
merugikan ( - ), melibatkan dirinya secara berlebihan dalam
aktivitas yang menyenangkan tanpa menghiraukan
kemungkinan yang merugikan dirinya ( - ), melucu
berlebihan ( - ), kurangnya kebutuhan tidur ( - ), pesimis ( -
), putus asa ( - ), insomnia ( - ), hipersomnia ( - ), kurang
bersemangat ( - ), rasa rendah diri ( - ), penurunan aktivitas
( - ), mudah merasa sedih dan menangis (- ), dan lain-
lain.
Histrionik Dramatisasi ( - ), selalu berusaha menarik perhatian bagi
dirinya ( - ), mendambakan ransangan aktivitas yang
menggairahkan ( - ), bereaksi berlebihan terhadap hal-hal
sepele ( - ), egosentris ( - ), suka menuntut ( - ), dependen ( -
), dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya ( - ),
preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan
kecantikan ( - ), ekshibisionisme ( - ), membutuhkan
perhatian dan pujian yang terus menerus ( - ), hubungan
interpersonal yang eksploitatif ( - ), merasa marah, malu,
terhina dan rendah diri bila dikritik ( - ) dan lain- lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain( - ), sikap yang
amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus
menerus ( - ), tidak mampu mengalami rasa bersalah dan
menarik manfaatdari pengalaman ( - ), tidak peduli pada
26
norma-norma, peraturandan kewajiban sosial ( - ), tidak
mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama (
- ), iritabilitas ( - ), agresivitas ( - ), impulsif ( - ), sering
berbohong ( - ), sangat cendrung menyalahkan orang lain
atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, untuk
perilaku yang membuat pasien konflik dengan masyarakat (
-)
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil
( - ), kurangnya pengendalian terhadap kemarahan ( - ),
gangguan identitas ( - ), afek yang tidak mantap ( - ) tidak
tahan untuk berada sendirian ( - ), tindakan mencederai diri
sendiri ( - ), rasa bosan kronik ( - ), dan lain-lain.
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif ( - ), merasa
dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari
orang lain ( - ), kengganan untuk terlibat dengan orang lain
( - ), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan
penolkan dalam situasi social ( - ), menghindari aktivitas
sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau
ditolak ( - ).
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan ( - ),
preokupasi pada hal-hal yang rinci (details), peraturan,
daftar, urutan, organisasi dan jadwal ( - ), perfeksionisme ( -
), ketelitian yang berlebihan ( - ), kaku dan keras kepala ( -
), pengabdian yang berlebihan terhadap pekerjaan sehingga
menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai hubungan
interpersonal ( - ), pemaksaan yang berlebihan agar orang
lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu ( - ),
keterpakuanyang berlebihan pada kebiasaan sosial ( - ) dan
lain-lain.
Dependen Mengalami kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari
tanpa nasehat dan masukan dari orang lain (-),
membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab
27
pada banyak hal dalam hidupnya (-), perasaan tidak enak
atau tidak berdayaapabila sendirian, karena ketakutan yang
dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus diri
sendiri (-), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat
dengannya (-).
9. Pernah suicide ( -)
28
11. Riwayat agama
Pasien beragama Islam dan rajin beribadah.
29
● Sistem Respiratorik : Tidak ada kelainan
● Kelainan Khusus : Tidak ditemukan
30
), bermusuhan ( - ), suka main-main ( - ), berusahasupaya disayangi ( -),
selalu menghindar ( - ), berhati-hati ( - ), dependen ( - ), infantil ( - ),
curiga ( - ), pasif ( - ), dan lain-lain.
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
● Cara berjalan : biasa ( + ), sempoyongan ( - ), kaku ( - ), dan lain-
lain.
● Ekhopraksia ( - ), katalepsi ( - ), luapan katatonik ( - ), stupor
katatonik ( - ), rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea
flexibilitas ( - ), negativisme ( - ), katapleksi ( - ), stereotipik ( - ),
mannerisme ( - ), otomatisme ( - ), otomatisme perintah ( - ),
mutisme ( - ), agitasipsikomotor ( - ), hiperaktivitas/ hiperkinesis (-
), tik ( - ), somnabulisme ( - ), akathisia ( - ), kompulsi( - ), ataksia,
hipoaktivitas ( - ), mimikri ( - ),agresi ( - ), acting out ( - ), abulia (-),
tremor ( - ), ataksia ( - ), chorea ( - ), distonia ( - ), bradikinesia (- ),
rigiditas otot ( - ), diskinesia ( - ), convulsi ( - ), seizure ( - ),
piromania ( - ), vagabondage ( - ).
Ket : ( ) diisi (+) atau (-)
C. Emosi
● Hidup emosi* : stabilitas (stabil/tidak), pengendalian (adekuat/tidak
adekuat), echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi (sempit/luas),
arus emosi (biasa/lambat/cepat).
31
1. Afek
Afek appropriate/ serasi ( + ), afek inappropriate/ tidak serasi( - ), afek
tumpul ( - ), afek yang terbatas ( - ), afek datar ( - ),afek yang labil ( - ).
2. Mood
mood eutimik ( - ), mood disforik ( - ), mood yang meluap-luap
(expansive mood) ( - ), mood yang iritabel ( - ) , mood yang labil
(swing mood) ( - ), mood meninggi (elevated mood/ hipertim) ( - ),
euforia ( - ), ectasy ( - ), mood hipotim ( + ), anhedonia ( + ), duka cita (
- ), aleksitimia ( - ), elasi ( -), hipomania ( - ), mania ( - ),melankolia( - ),
La belle indifference ( - ), tidak ada harapan ( - ).
3. Emosi lainnya
Ansietas ( - ), free floating-anxiety ( - ), ketakutan ( - ), agitasi ( - ),
tension (ketegangan) ( - ), panik ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ),
abreaksional ( - ), rasa malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah ( +), kontrol
impuls ( - ).
4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood
Anoreksia ( - ), hiperfagia ( - ), insomnia ( - ) , hipersomnia ( - ),variasi
diurnal ( - ), penurunan libido ( - ), konstispasi ( - ), fatigue ( - ), pica ( - ),
pseudocyesis ( - ), bulimia ( - ).
Keterangan : *)Coret yang tidak perlu,( ) diisi (+) atau (-)
32
c) Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
● Kemiskinan isi pikiran ( - ), Gagasan yang berlebihan (- )
● Delusi/ waham
Waham bizarre ( - ), waham tersistematisasi ( - ), waham yang
sejalan dengan mood ( - ), waham yang tidak sejalan dengan
mood ( - ), waham nihilistik ( - ), waham kemiskinan ( - ),waham
somatik ( - ), waham persekutorik (-), wahamkebesaran ( - ),
waham referensi ( - ), thought of withdrawal ( - ), thought of
broadcasting ( - ), thought of insertion ( - ), thoughtof control (
- ), waham cemburu/ waham ketidaksetiaan ( - ),waham
menyalahkan diri sendiri ( - ), erotomania ( - ), pseudologia
fantastika ( - ), waham agama ( - ).
● Idea of reference
Preokupasi masalah kesal dengan keluarga ( - ), egomania ( - ),
hipokondria ( - ), obsesi ( - ), kompulsi ( - ), koprolalia ( - ),
hipokondria ( - ), obsesi ( - ), koprolalia ( - ), fobia ( - )
E. Persepsi
● Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),
Halusinasi auditorik (+), halusinasi visual (-), halusinasi olfaktorik ( - ),
halusinasi gustatorik (-), halusinasi taktil ( - ), halusinasi somatik( - ),
halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi
yang tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ),
halusinasi perintah (command halusination), trailing phenomenon ( - ).
● Ilusi ( - )
● Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
33
G. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual
1. Orientasi waktu (baik/ terganggu), orientasi tempat (baik/ terganggu),
orientasi personal (baik/ terganggu),orientasi situasi (baik/ terganggu).
2. Atensi (perhatian) ( + ), distractibilty ( - ), inatensi selektif ( - ),
hipervigilance ( - ), dan lain-lain.
3. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi ( baik/ terganggu )
4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote ( baik ),
gangguan memori jangka menengah/ recent past ( baik ), gangguan
memori jangka pendek/ baru saja/ recent ( baik ), gangguan memori
segera/ immediate ( baik ). Amnesia ( - ), konfabulasi ( - ), paramnesia (-).
5. Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu
6. Pikiran konkrit : baik/ terganggu
7. Pikiran abstrak : baik/ terganggu
8. Kemunduran intelek : (Ada/ tidak), retardasi mental ( - ), demensia ( - ),
pseudodemensia ( - ).
H. Discriminative insight
Derajat I (penyangkalan)
Derajat II (ambigu)
Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain)
S
Derajat IV (sadar, tidak mengetahui penyebab)
e
Derajat
m V (tilikan intelektual)
u
Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)
a
3
I. Discriminative judgement
Judgment
g tes : Tidak terganggu
e
Judgment sosial : Tidak terganggu
j
a
3.7 Pemeriksaanl laboratorium dan diagnosis khusus lainnya
a
Tidak dilakukan pemeriksaan
u
t
3.8 Pemeriksaanaoleh psikolog / petugas sosial lainnya
m
Tidak dilakukan
a
d
e
p 34
r
3.9 Ikhtisar Penemuan Bermakna
Pasien dibawa oleh keluarga ke poliklinik jiwa RSJ Prof. HB. Saanin untuk
pertama kali dengan keluhan merasa sedih dan tidak bersemangat untuk
melakukan apapun sejak 1 bulan ini. Pasien juga mengeluhkan mudah lelah
walaupun hanya melakukan aktivitas yang ringan. Dalam satu bulan ini suami
pasien mengatakan bahwa pasien tampak murung dan sering mengurung diri di
kamar seharian. keluhan ini pertama kali dirasakan setelah pasien tau bahwa
pasien hamil anak ke empat dan belum siap untuk kehamilannya. Dalam satu
bulan ini nafsu makan pasien sangat menurun,Pasien merasa tidak berguna dan
merasa bersalah kepada anak-anak pasien karena tidak bisa menjadi ibu yang
baik dan sering meminta maaf kepada anak-anak pasien dan diikuti oleh
menangis. Pasien sulit tidur sejak 2 minggu ini, merasa bahwa masa depan
pasien tidak cerah dan dipenuhi kesedihan. Pasien sulit berkonsentrasi sejak 3
minggu ini. Pasien sering mendengar suara suara yang mengatakan bahwa
pasien akan segera mati sejak 3 minggu ini.
35
F0, gangguan mental organik merupakan gangguan mental yang
disebabkan oleh penyakit primer di otak atau penyakit sekunder di luar otak
yang menyebabkan disfungsi otak. Dari autoanamnesis dan alloanamnesis,
pemeriksaan fisik tidak ada ditemukan adanya riwayat hipertensi, DM, trauma
kepala, kejang, atau penyakit berat lainnya yang mungkin mengakibatkan
disfungsi otak. Dengan demikian diagnosis F.0 dapat singkirkan.
Pada anamnesis didapatkan pasien tidak memiliki riwayat merokok.
Pasien tidak minum alkohol, kopi, atau teh yang berlebihan. Pada pasien ini
tidak ditemukan gejala intoksikasi akut seperti gangguan kesadaran, fungsi
kognitif, persepsi, afek, atau perilaki atau fungsi dan respon psikofisiologis
lainnya. Dengan demikian diagnosis gangguan zat psikoaktif (F.1) secara
klinis dapat kita singkirkan.
Untuk gangguan skizofrenia F.20, pada pasien hanya memiliki
halusinasi auditorik yang baru berlangsung 3 minggu, tidak terdapat waham,
tidak ada perilaku kacau, tidak ada bicara yang kacau. Dengan demikian
diagnosis skizofrenia secara klinis dapat kita singkirkan.
Pada pasien lebih menonjol sikap merasa sedih dan tidak bersemangat,
malas melakukan sesuatu, badan terasa mudah lelah, nafsu makan terasa
sangat menurun, tidur terganggu, dan masa depan tidak cerah dan selalu
dipenuhi kesedihan, serta sulit konsentrasi. Gejala tersebut sudah dirasakan
pasien selama satu bulan ini yang terasa semakin meningkat sejak 3 minggu
terakhir. Selain itu, pasien juga memiliki mood yang hipotimik dan anhedonia.
Pasien juga merasakan halusinasi auditorik sejak 3 minggu terakhir, sehingga
pasien didiagnosis gangguan mood yakni episode depresif berat dengan gejala
psikotik (F.32.3).
Diagnosis Axis III pada pasien ini yaitu post tiroidektomi satu bulan
yang lalu. Pada pasien ditemukan adanya stressor yaitu pasien merasa belum
siap untuk memiliki anak lagi karena ketiga anak pasien masih belia dan
pasien takut jika anaknya tidak mendapat kasih sayang yang maksimal. Pada
Axis V, menurut GAF (Global Assesment of Functional Scale) saat ini pasien
berada dinilai 60-51 dimana adanya gejala sedang (moderate), disabilitas
sedang.
3.14 Tatalaksana
a. Farmakoterapi
● Fluoxetine 20 mg 1x1 (malam)
● Lorazepam 0,5 mg 1x1 (malam)
● Haloperidol 2 mg 1x1 (malam)
● Trihexylphenidil (THP) 2 mg 2x1
● Vitamin B Kompleks 2x1 tablet
c. Non farmakoterapi
37
emosinya. Khusus untuk pasien :
● Sayangi diri sendiri
● Manusia tidak akan diuji diluar batas kemampuan nya.
Sehingga pasien dikaruniai anak ke empat menandakan
bahwa pasien mampu mengasuh empat orang anak
• Psikoedukasi
Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak mengenai
gangguan yang dideritanya, diharapkan pasien mempunyai
kemampuan yang semakin efektif untuk mengenali gejala,
mencegah munculnya gejala dan segera mendapatkan pertolongan.
Menjelaskan kepada pasien untuk menyadari bahwa obat
merupakan kebutuhan bagi dirinya agar sembuh.
Kepada keluarga:
• Psikoedukasi
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif,dan
edukatif tentang penyakit pasien (penyebab, gejala, hubungan
antara gejala dan perilaku, perjalanan penyakit, serta prognosis).
Pada akhirnya, diharapkan keluarga bisa mendukung proses
penyembuhan. Menjelaskan bahwa gangguan jiwa merupakan
penyakit yang membutuhkan pengobatan yang lama dan
berkelanjutan.
3.15 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
38
BAB IV
DISKUSI
Diagnosis aksis II pada pasien tidak ada karena tidak terdapat gangguan
kepribadian sebelum pasien sakit saat ini dan tidak ditemukan retardasi mental pada
pasien. Diagnosis aksis III pada pasien adalah post operasi tiroidektomi satu bulan
yang lalu. Diagnosis aksis IV yaitu masalah kesiapan pasien dalam mengasuh anak-
anaknya. Terdapat beberapa disabilitas dalam hubungan sosial dan komunikasi,
disabilitas sedang dalam beberapa fungsi pada aksis V berdasarkan penilaian GAF
(Global Assesment of Functional Scale) saat ini pasien berada pada nilai 60-51.19
Pasien diberikan Fluoxetine 20 mg 1x1, Lorazepam 0,5 mg 1x1,
Haloperidol 2 mg 1x1, THP 2 mg 2x1, dan Vitamin B Kompleks 2x1 tablet.
Fluoxetine adalah obat antidepressan golongan SSRI yang bekerja dengan cara
mencegah degradasi neurotransmitter serotonin di celah sinaps, sehingga menjaga
kadar nya tetap tinggi di celah sinaps, dan dapat mengurasi gejala depresi pada
pasien. Golongan SSRI lebih banyak digunakan karena lebih aman dan efek
samping yang minimal. Lorazepam adalah obat golongan benzodiazepin yang
terutama berfungsi sebagai anti ansietas. Namun, Lorazepam dapat diberikan pada
pasien dengan depresi karena memiliki efek anti depresan. Haloperidol diberikan
sebagai antipsikotik tipikal untuk mengurangi gejala positif (waham) pada pasien.
Antipsikotik tipikal bekerja dengan menginhibisi reseptor dopamine d2. Pemberian
inhibitor reseptor d2 dapat mengurangi gejala positif, tetapi dapat menyebabkan
extrapyramidal syndrome (EPS), oleh karena itu, pemberian haloperidol pada
pasien disertai dengan pemberian THP yang diminum jika terdapat gejala EPS.
Pemberian vitamin B Kompleks bertujuan untuk neuroprotektor pada pasien-pasien
yang mendapat terapi psikofarmaka karena memiliki efek buruk terhadap sel-sel
saraf.
.
40
DAFTAR PUSTAKA