NASKAH PSIKIATRI
F.32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
Oleh:
Preseptor:
dr. Taufik Ashal, Sp.KJ
Puji dan syukur diucapkan pada Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Case Report Session yang
berjudul “Gangguan Depresi Berat dengan Gejala Psikotik” yang menjadi salah satu
syarat untuk mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian Psikiatri FakultasKedokteran
Universitas Andalas periode November – Desember 2022.
Terima kasih penulis ucapkan dr. Taufik Ashal, Sp.KJ , selaku preseptor di
yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah ini.
Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.
Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi akademisi, dunia pendidikan, instansi terkait, dan masyarakat luas.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
dunia bahwa gangguan depresi mayor, meningkatkan risiko terjadinya percobaan
bunuh diri. Orang yang mengalami gangguan depresi dengan percobaan bunuh diri,
adalah orang yang mengalami suatu keadaan stres didalam diri yang tidak mampu
menerima kondisi lingkungan eksterna mereka dan memiliki mekanisme pembelaan
ego yang tidak matang sehingga mereka melakukan hal tersebut. 5,6
Memahami faktor-faktor yang mendasari terjadinya depresi, perburukan
tingkat depresi dan risiko bunuh diri diperlukan untuk rasional keputusan pencegahan
morbiditas maupun mortalitas pada pasien yang mengalami depresi sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup dan mencegah mortalitas.
5
BAB II
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Depresi atau gangguan suasana hati yang menyebabkan terganggunya
aktifitas sehari-hari ini ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai
krisis global dan memprediksi pada tahun 2020 gangguan depresi ini merupakan
nomor dua penyumbanng penyebab ketidakmampuan seseorang dalam kehidupannya
setelah kardiovaskular. Lebih dari 350 juta jiwa penduduk dunia mengalami depresi
sehingga WHO menetapkan depresi sebagai salah satu prioritas untuk ditangani. Pada
tahun 2017, diperkirakan 264 juta orang di dunia pernah mengalami depresi. Rasio
perempuan dgn laki-laki 2:1 dgn prevalensi perempuan 10-25% dan laki-laki 5-
12%.8,9
Di Indonesia sendiri, pada tahun 2007 menurut ketua IDI (Ikatan Dokter
Indonesia), Fachmi Idris, 94% masyarakat Indonesia mengalami depresi dari tingkat
tertinggi sampai tingkat terendah. Bahkan menurut WHO, angka bunuh diri di
Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2010 angka bunuh diri di Indonesia adalah 1,8
jiwa per 100.000 penduduk atau 5.000 kasus per tahun. Pada tahun 2012 angka
6
tersebut meningkat menjadi 4,3 jiwa per 100.000 penduduk atau setara dengan 10.000
kasus pertahun.10
2.3 Etiologi
Etiologi penyakit depresi sangat kompleks dan belum diketahui secara pasti.
Beberapa faktor endogen dan eksogen diduga saling terkait dalam menimbulkan
keadaan depresi. Faktor-faktor endogen yang diduga berperan dalam kejadian depresi
adalah terjadinya perubahan kesetimbangan neurotransmitter di dalam tubuh,
genetika dan hormonal. Sedangkan faktor eksogen yang diduga berperan memicu
timbulnya depresi adalah keadaan lingkungan sosial.
1. Faktor Genetik
Data genetik dengan kuat menyatakan bahwa suatu faktor penting di dalam
perkembangan gangguan mood adalah genetika. Gen dominan yang diduga berperan
pada depresi terikat pada kromosom 11. Penelitian keluarga menemukan bahwa
sanak saudara derajat pertama dari penderita gangguan depresif berat
berkemungkinan 2 sampai 3 kali lebih besar daripada sanak saudara derajat
pertama.11
2. Faktor Biokimia
Adanya perubahan kesetimbangan neurotransmitter di otak diduga sangat berperan
dalam menimbulkan kejadian depresi. Neurotransmitter yang terutama berperan pada
kejadian depresi adalah neurotransmitter monoamin seperti norepinefrin, serotonin
dan dopamin. Hipotesis amin biogenik, menyatakan bahwa depresi dapat disebabkan
terjadinya penurunan kadar neurotransmitter norepinefrin (NE), serotonin (5-HT) dan
dopamin (DA) di otak. Disregulasi neurotransmitter dan perubahan sensitivitas post
sinaps juga berkaitan dengan terjadinya depresi.12,13
3. Faktor Hormonal
Aksishipotalamik-pituitari-adrenokortikal juga dapat berperan dalam depresi.
Bagian limbic pada otak sangat terkait dengan emosi dan juga memengaruhi
hipotalamus. Hipotalamus kemudian mengatur berbagai kelenjar endokrin dan
sekaligus kadar hormone yang dihasilkan berbagai kelenjar tersebut. Kadar kortisol
(suatu hormone adrenokortikal) yang tinggi pada para pasien depresi, kemungkinan
terjadi karena sekresi yang berlebihan pada hormone yang melepaskan thyrotropin
oleh hipotalamus.
7
Pada perempuan, faktor hormonal ikut mendorong terjadinya depresi. Hal ini
umumnya terjadi saat siklus haid, kehamilan atau pasca persalinan, dan menjelang
menopause. Estrogen meningkatkan mood dengan meningkatkan laju degradasi
MAO dan transpor 5-HT intraneuronal, menyebabkan peningkatan keseluruhan
ketersediaan 5-HT di sinaps. Selain neurotransmisi serotonergik, estrogen juga
diyakini memiliki efek modulasi pada neurogenesis hipokampus dan fungsi HPA
axis.14,17
4. Faktor Psikososial
Ada teori yang mengemukakan adanya stres sebelum episode pertama
menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama. Perubahan ini
menyebabkan perubahan berbagai neurotransmiter dan sistem sinyal intraneuron.
Termasuk hilangnya beberapa neuron dan penurunan kontak sinaps. Dampaknya,
seorang individu berisiko tinggi mengalami episode berulang gangguan mood,
sekalipun tanpa stressor dari luar. 7
Ada sejumlah faktor psikososial yang diprediksi sebagai penyebab gangguan
mental pada lanjut usia yang pada umumnya berhubungan dengan kehilangan. Faktor
psikososial tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian
teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi diri,
keterbatasan finansial, dan penurunan fungsi kognitif .7
2.4 Klasifikasi
Menurut PPDGJ-III klasifikasi gangguan afektif berupa depresi dapat terbagi
menjadi:15
1. Episode Depresif (F32)
a. Episode depresif ringan (F32.0)
b. Episode depresif sedang (F32.1)
c. Episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2)
d. Episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3)
e. Episode depresif lainnya (F32.8)
f. Episode depresif YTT (F32.9)
2. Episode Depresif berulang (F33)
a. Gangguan Depresif Berulang, Episode kini Ringan (F33.0)
b. Gangguan Depresif Berulang, Episode kini Sedang (F33.1)
c. Gangguan Depresif Berulang, Episode kini Berat tanpa gejala Psikotik (F33.2)
8
d. Gangguan Depresif Berulang, Episode kini Berat dengan gejala Psikotik
(F33.3)
e. Gangguan Depresif Berulang, Kini dalam Remisi (F33.4)
f. Gangguan Depresif Berulang lainnya (F33.8)
g. Gangguan Depresif Berulang YTT (F33.9)
9
3. Menunda pekerjaan rumah.Penurunan aktivitas fisik dan latihan.
4. Penurunan perhatian terhadap diri sendiri.
5. Peningkatan konsumsi alcohol dan obat-obatan terlarang.
2.6 Diagnosis
Menurut PPDGJ III, kriteria diagnosis episode depresif (F32) adalah sebagai
berikut:
Gejala utama ( pada derajat ringan, sedang, dan berat) :
1. Afek depresif
2. Kehilangan minat dan kegembiraan
3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah ( rasa lelah
yang nyata sesudah kerja sedikit saja ) dan menurunnya aktivitas.
Gejala Lainnya :
1) Konsentrasi dan perhatian berkurang
2) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
4) Pandangan masa depan yang suram dan psimisti
5) Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri
6) Tidur terganggu
- Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih
pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
- Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1) dan berat (F32.2)
hanya digunakan untuk episode depresif tunggal (yang pertama).
- Episode depresif berikutnya harus diklasifikasikan dibawah salah satu diagnosis
gangguan depresif berulang (F33.-)
10
1 Ringan(Mild) Jika terdapat sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala utama
ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala tambahan yang
sudah berlangsung minimal 2 minggu. Tidak boleh ada gejala
yang berat
2 Sedang Jika terdapat sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala utama
(Moderate) ditambah sekurang-kurangnya 3 (sebaiknya 4) gejala
tambahan
3 Berat Jika terdapat 3 gejala utama ditambah sekurang-kurangnya 4
(Severe) gejala tambahan, beberapa diantaranya harus berintensitas
berat.
11
F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
Tabel . Episode depresi berat dengan gejala psikotik
12
2.8 Tatalaksana
Terapi Non-Farmakologis
Terapi Farmakologi
Obat-obat antidepressi mempengaruhi sistem cortical, limbic, hipotalamus dan
brainstem yang merupakan hal mendasar pada pengaturan kesadaran, mood dan
fungsi otonom. Keputusan menggunakan antidepressan didasarkan pada riwayat
pasien terhadap respon obat, riwayat keluarga terhadap respon obat, sub tipedepresi,
13
keadaan klinis pada saat tersebut, derajat keparahan, potensi terjadinya interaksi obat,
efek samping serta biaya obat.
Obat-obat antidepresi diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya yaitu
golongan selective serotonin reuptake inhibitor, tricyclic antidepresants, monoamine
oxidase inhibitors, serta golongan lainnya.
a. SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)
Mekanisme kerja SSRI adalah menghambat pengambilan kembali 5-HT (dengan
kemampuan tinggi) di pre sinaps sehingga meningkatkan jumlah 5-HT yang akan
berikatan dengan reseptor di pasca sinaps. Obat golongan ini memiliki efek
antikolinergik yang minimal, sehingga lebih disukai dan menjadi pilihan pertama
dalam terapi depresi untuk pasien-pasien tanpa adanya komplikasi atau kontra
indikasi terhadap obat tersebut.Contoh SSRI adalah fluoksetin, sertralin,
fluvoksamin, paroksetin, sitalopram dan escitalopram.
b. TCA (tricyclic Antidepresant)
Mekanisme kerja TCA adalah menghambat pengambilan kembali 5-HT
(dengan kemampuan rendah sampai tinggi) dan NE (dengan kemampuan rendah
sampai sedang). Potensi dan selektivitas sangat bervariasi, tergantung jenis obatnya.
TCA mempengaruhi sistem reseptor lain, yaitu : kolinergik (sebagai antikolinergik),
neurologik dan sistem kardiovaskular. Amin tersier bekerja pada sistem serotonergik.
Amin sekunder bekerja mengaktifkan sistem norepinefrin. Karena banyak
mempengaruhi sistem reseptor lain, obat-obat golongan ini perlu dipertimbangkan
pemberiannya terutama pada pasien- pasien manula dan keadaan klinis tertentu.
Contoh amin tersier adalah amitriptilin, klomipramin, doksepin, imipramin,
trimipramin. Amin sekunder contohnya adalah amoksapin, maprotilin, desipramin,
nortriptilin serta protriptilin.
c. MAOI (Monoamine Oxidase Inhibitors)
Mekanisme kerja MAOI adalah meningkatkan konsentrasi NE, 5-HT dan DA
dalam sinaps neuronal melalui inhibisi enzim MAO. Enzim MAO ini berfungsi
untuk memetabolisme neurotransmitter monoamin. Penggunaan kronik dapat
menyebabkan downregulation reseptor β-adrenergik, α- adrenergik dan serotonergik.
MAOI termasuk isocarboxazid, phenelzine, selegiline, dan tranylcypromine .
Terdapat inhibitor MAO A dan MAO B. Inhibitor MAO A lebih efektif dalam
menyembuhkan depresi mayor dibandingkan inhibitor MAO B. Selegiline sebagai
14
inhibitor MAO B digunakan untuk pengobatan penyakit parkinson. Selegiline juga
mempunyai efek anti depresi, khususnya pada dosis > 10 mg yang juga menghambat
MAO A Contoh obat golongan MAOI adalah fenelzin,tranilsipromin, moklobemid.
Penggunaan kronik dapat menyebabkan downregulation reseptor β-adrenergik,
α- adrenergik dan serotonergik. Karena risiko krisis hipertensi, pasien yang
menjalani pengobatan ini harus mengikuti diet rendah tyramine. Efek samping
lainnya dapat termasuk insomnia, kecemasan, ortostasis, penambahan berat badan,
dan disfungsi seksual.
d. Golongan Lain
Golongan lain adalah kelompok obat yang mekanisme kerjanya tidak termasuk
ke dalam golongan obat SSRI, TCA dan MAOI, melainkan memiliki mekanisme
kerja tersendiri.
- Serotonin-Norepinefrin Reuptake Inhibitor, contohnya venlafaksin.
- Atypical Antidepressants, contohnya bupropion, nefazodon, dll.
- Dopamine Reuptake Inhibitor, contohnya amineptin.
- Selective Serotonin Reuptake Enhancer, contohnya tianeptin.
- Ekstrak St John’s wort (Hypericum perforatum)
15
e. Terapi Tambahan
Antipsikotik
Antipsikotik dibagi menjadi 2 jenis yaitu antipsikotik tipikal dan antipsikotik
atipikal. Yang termasuk dalam antipsikotik tipikal adalah
haloperidol,chorpromazine, dan Fluphenazine. Mekanisme kerja dari Antipsikotik
tipikal yaitu memblok dopamine D2 reseptor. Antipsikotik atipikal hanya digunakan
untuk terapi pada depresi mayor resisten. Contoh Obat antipsikotik attipikal adalah
clozapine, olanzapine, dan aripripazole.16
2.9 Prognosis
16
BAB III
LAPORAN KASUS
17
poliklinik jiwa RSJ Prof. HB. Saanin, Padang
2. Sebab Utama
Pasien dibawa oleh keluarga ke poliklinik jiwa RSJ Prof. HB. Saanin karena
tampak murung sejak 4 hari yang lalu.
18
marah dan menerima uang tanpa bekerja, sedangkan pasien yang sudah
bekerja tidak mendapatkan bagian. Sejak saat itu, pasien merasa bersalah
walaupun sudah meminta maaf kepada Pak Mulyadi.
• Dua minggu ini, pasien sering menyalahkan diri sendiri karena pernah
berpacaran dengan teman sekampusnya 2 tahun yang lalu, dan menganggap
dirinya sudah melakukan dosa besar terhadap Allah SWT. Pasien
menyangkal sudah melakukan tindakan asusila dan bersentuhan fisik.
• Pasien sulit berkonsentrasi, sudah dirasakan sejak 2 minggu yang lalu.
• Pasien merasa semua orang membicarakannya, dan merasa bahwa orang-
orang mencarinya untuk meminta pertanggungjawaban atas kesalahannya.
Pasien merasa dirinya tidak pantas untuk dimaafkan atas dosa-dosa yang
telah dilakukannya.
• Pasien kehilangan semangat untuk melakukan aktivitas yang ia sukai
(berorganisasi), tetapi pasien masih memaksakan diri karena telah
diamanahkan sebagai ketua di organisasi tersebut.
• Pasien merasa mudah lelah sejak 2 minggu yang lalu.
• Pasien sulit tidur dan merasa nafsu makannya berkurang sejak 2 minggu
yang lalu.
• Selama satu minggu ini, pasien selalu tidur jam 5 pagi, dan tidur hanya satu
jam dalam sehari karena harus mengurus acara PKM di kampusnya.
• Pasien sering merasa sedih, kadang sampai menangis sendiri tanpa sebab
sejak 4 hari yang lalu.
• Pasien ada merasa cemas sesekali.
• Pikiran untuk mengakhiri hidup tidak ada.
• Mendengar suara-suara di telinga tidak ada.
• Tidak ada keluhan ekonomi di keluarga.
• Pasien tidak pernah berobat ke dokter/psikolog/psikiater.
• Keluhan ini baru pertama kali dirasakan pasien.
19
• Kepercayaan diri yang membumbung tinggi sebelum keluhan yang
sekarang tidak ada.
6. Riwayat keluarga
a) Identitas orang tua/ penganti
Identitas Orang Tua Keterangan
Ayah Ibu
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia -
Suku bangsa Melayu Melayu -
Pendidikan SD SD -
Pekerjaan Petani Petani -
Usia 42 tahun 40 tahun -
Alamat Serolangun, Serolangun, -
Jambi Jambi
HubunganPasien Pasien tidak Pasien tidak -
tinggal dengan tinggal dengan
orang tua sejak orang tua sejak
SMP (sudah 8 SMP (sudah 8
tahun), hubungan tahun), hubungan
akrab dengan akrab dengan
pasien pasien
20
Penjudi (-), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis (-),
Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ), Penakut ( - ),
Tak bertanggung jawab (-).
Ibu ( Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan )
Pemalas ( - ), Pendiam ( - ), Pemarah ( - ) , Mudah tersinggung ( - ), Tak
suka bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( - ),
Penjudi ( - ), Peminum ( - ), Pencemas ( + ), Penyedih ( + ), Perfeksionis (
- ), Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ), Penakut (
- ), Tak bertanggung jawab ( - ).
c) Saudara
Jumlah bersaudara dua. Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara.
f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan
tingkah laku dan bagaimana pasien dengan mereka.
Pasien tinggal sendiri.
Ket:
untuk e) dan f) hanya diisi bila informan benar-benar mengetahuinya.
21
g) Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit
fisik(yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga
o.s :
Anggota Penyakit jiwa Kebiasaan- Penyakit fisik
Keluarga kebiasaan
Bapak Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Ibu Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Adik Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Skema Pedegree
Keterangan:
: perempuan
: laki-laki
: meninggal
: meninggal
: pasien
22
Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien:
No Rumah tempat Keadaan rumah
tinggal
Tenang Cocok Nyaman Tidak Nyaman
23
lain.
d) Toilet training
Umur : Tidak diketahui
Sikap orang tua : Tidak diketahui
Perasaan anak untuk toilet training ini : -
e) Kesehatan fisik masa kanak-kanak : demam tinggi disertai menggigau
( - ), kejang-kejang ( - ), demam berlangsung lama ( - ), trauma kapitis
disertai hilangnya kesadaran ( - ), dan lain- lain.
f) Temperamen sewaktu anak-anak : pemalu ( - ), gelisah ( - ) overaktif (
- ), menarik diri ( - ), kurang suka bergaul ( - ), suka berolahraga ( + ),
dan lain-lain.
g) Masa Sekolah
h) Perihal SD SMP SMA PT
Umur
Prestasi* Baik Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang Kurang
Aktifitas Sekolah* Baik Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang Kurang
Sikap Terhadap Teman * Baik Baik Baik Baik
Kurang Kurang Kurang Kurang
Sikap Terhadap Guru Baik Baik Baik Baik
Kurang Kurang Kurang Kurang
Kemampuan Khusus (Bakat) ( ) ( ) ( ) ( )
Tingkah Laku ( Baik ) ( Baik ) ( Baik ) ( Baik )
Riwayat Pekerjaan
● Pasien seorang mahasiswa
● Konflik dalam pekerjaan : (-)
● Keadaan ekonomi*: cukup (menurut pasien dan abang sepupu
pasien)
24
j) Percintaan, Perkawinan, Kehidupan Seksual dan Rumah Tangga
● Hubungan seks sebelum menikah (-)
● Riwayat pelecehan seksual (-)
● Orientasi seksual (normal)
● Perkawinan didahului dengan pacaran (-), kawin terpaksa (-), kawin
paksa (-), perkawinan kurang disetujui orang tua (-), kawin lari (-).
Kepuasaan dalam hubungan suami istri (-), Kelainan hubungan
seksual (-)
● Kehidupan rumah tangga: rukun (-), masalah rumahtangga, masalah
ekonomi (-)
● Keuangan : Kebutuhan sehari-hari terpenuhi (-), pengeluaran dan
pendapatanseimbang (-), dapat menabung (-).
● Mendidik Anak : suami-istri bersama-sama (-)
k) Situasi sosial saat ini:
1. Tempat tinggal : rumah sendiri (-), rumah kontrak (+), rumah susun
(-), apartemen (-), rumah orang tua (-), serumah dengan mertua (-), di
asrama (-) dan lain-lain (-).
2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain-
lain.
l) Ciri Kepribadian sebelumnya/ Gangguan kepribadian (untuk axis
II) Keterangan : ( ) beri tanda (+) atau (-)
25
tentang prasangkanya ( - ), perhatian yang berlebihan
terhadap motif- motif yang tersembunyi ( - ),cemburu
patologik ( - ), hipersensifitas ( - ), keterbatasan kehidupan
afektif ( - ).
Skizotipal Pikiran gaib ( - ), ideas of reference (-), isolasi sosial ( - ),
ilusi berulang ( - ), pembicaraan yang ganjil ( - ), bila
bertatapmuka dengan orang lain tampak dingin atau tidak
acuh ( - ).
Siklotimik Ambisi berlebihan ( - ), optimis berlebihan ( - ), aktivitas
seksual yang berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang
merugikan ( - ), melibatkan dirinya secara berlebihan dalam
aktivitas yang menyenangkan tanpa menghiraukan
kemungkinan yang merugikan dirinya ( - ), melucu
berlebihan ( - ), kurangnya kebutuhan tidur ( - ), pesimis ( -
), putus asa ( - ), insomnia ( - ), hipersomnia ( - ), kurang
bersemangat ( - ), rasa rendah diri ( - ), penurunan aktivitas
( - ), mudah merasa sedih dan menangis (+), dan lain-
lain.
Histrionik Dramatisasi ( - ), selalu berusaha menarik perhatian bagi
dirinya ( - ), mendambakan ransangan aktivitas yang
menggairahkan ( - ), bereaksi berlebihan terhadap hal-hal
sepele ( - ), egosentris ( - ), suka menuntut ( - ), dependen ( -
), dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya ( - ),
preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan
kecantikan ( - ), ekshibisionisme ( - ), membutuhkan
perhatian dan pujian yang terus menerus ( - ), hubungan
interpersonal yang eksploitatif ( - ), merasa marah, malu,
terhina dan rendah diri bila dikritik ( - ) dan lain- lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain( - ), sikap yang
amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus
menerus ( - ), tidak mampu mengalami rasa bersalah dan
menarik manfaatdari pengalaman ( - ), tidak peduli pada
26
norma-norma, peraturandan kewajiban sosial ( - ), tidak
mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama (
- ), iritabilitas ( - ), agresivitas ( - ), impulsif ( - ), sering
berbohong ( - ), sangat cendrung menyalahkan orang lain
atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, untuk
perilaku yang membuat pasien konflik dengan masyarakat (
-)
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil
( - ), kurangnya pengendalian terhadap kemarahan ( - ),
gangguan identitas ( - ), afek yang tidak mantap ( - ) tidak
tahan untuk berada sendirian ( - ), tindakan mencederai diri
sendiri ( - ), rasa bosan kronik ( - ), dan lain-lain.
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif ( - ), merasa
dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari
orang lain ( - ), kengganan untuk terlibat dengan orang lain
( - ), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan
penolkan dalam situasi social ( - ), menghindari aktivitas
sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau
ditolak ( - ).
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan ( - ),
preokupasi pada hal-hal yang rinci (details), peraturan,
daftar, urutan, organisasi dan jadwal ( - ), perfeksionisme ( -
), ketelitian yang berlebihan ( - ), kaku dan keras kepala ( -
), pengabdian yang berlebihan terhadap pekerjaan sehingga
menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai hubungan
interpersonal ( - ), pemaksaan yang berlebihan agar orang
lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu ( - ),
keterpakuanyang berlebihan pada kebiasaan sosial ( - ) dan
lain-lain.
Dependen Mengalami kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari
tanpa nasehat dan masukan dari orang lain (-),
membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab
27
pada banyak hal dalam hidupnya (-), perasaan tidak enak
atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan yang
dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus diri
sendiri (-), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat
dengannya (-).
28
cukup terpandang di kampungnya.
12. Persepsi Dan Harapan Keluarga
Keluarga pasien berharap agar pasien dapat sembuh, tidak murung terus, dan
kembali konsentrasi dalam menjalankan aktivitasnya.
13. Persepsi Dan Harapan Pasien
Pasien menyatakan ingin bisa kembali menjalani hidup seperti biasa.
29
3.5 STATUS NEUROLOGIKUS
GCS : E4M6V5
Tanda ransangan Meningeal : tidak diperiksa
Tanda-tanda efek samping piramidal :
● Tremor tangan : tidak ada
● Akatisia : tidak ada
● Bradikinesia : tidak ada
● Cara berjalan : tidak ada kelainan
● Keseimbangan : seimbang
● Rigiditas : tidak ada
● Kekuatan motorik : tidak diperiksa
● Sensorik : tidak diperiksa
Refleks : tidak diperiksa
30
), bermusuhan ( - ), suka main-main ( - ), berusaha supaya disayangi ( -),
selalu menghindar ( - ), berhati-hati ( - ), dependen ( - ), infantil ( - ),
curiga ( - ), pasif ( - ), dan lain-lain.
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
● Cara berjalan : biasa ( + ), sempoyongan ( - ), kaku ( - ), dan lain-
lain.
● Ekhopraksia ( - ), katalepsi ( - ), luapan katatonik ( - ), stupor
katatonik ( - ), rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea
flexibilitas ( - ), negativisme ( - ), katapleksi ( - ), stereotipik ( - ),
mannerisme ( - ), otomatisme ( - ), otomatisme perintah ( - ),
mutisme ( - ), agitasi psikomotor ( - ), hiperaktivitas/ hiperkinesis (-
), tik ( - ), somnabulisme ( - ), akathisia ( - ), kompulsi( - ), ataksia,
hipoaktivitas ( - ), mimikri ( - ),agresi ( - ), acting out ( - ), abulia (-),
tremor ( - ), ataksia ( - ), chorea ( - ), distonia ( - ), bradikinesia (- ),
rigiditas otot ( - ), diskinesia ( - ), convulsi ( - ), seizure ( - ),
piromania ( - ), vagabondage ( - ).
Ket : ( ) diisi (+) atau (-)
C. Emosi
● Hidup emosi* : stabilitas (stabil/tidak), pengendalian (adekuat/tidak
adekuat), echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi (sempit/luas),
arus emosi (biasa/lambat/cepat).
31
1. Afek
Afek appropriate/ serasi ( + ), afek inappropriate/ tidak serasi( - ), afek
tumpul ( - ), afek yang terbatas ( - ), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).
2. Mood
mood eutimik ( - ), mood disforik ( - ), mood yang meluap-luap
(expansive mood) ( - ), mood yang iritabel ( - ) , mood yang labil
(swing mood) ( - ), mood meninggi (elevated mood/ hipertim) ( - ),
euforia ( - ), ectasy ( - ), mood hipotim ( + ), anhedonia ( + ), duka cita (
- ), aleksitimia ( - ), elasi ( -), hipomania ( - ), mania ( - ), melankolia( - ),
La belle indifference ( - ), tidak ada harapan ( - ).
3. Emosi lainnya
Ansietas ( - ), free floating-anxiety ( - ), ketakutan ( - ), agitasi ( - ),
tension (ketegangan) ( - ), panik ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ),
abreaksional ( - ), rasa malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah ( +), kontrol
impuls ( - ).
4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood
Anoreksia ( - ), hiperfagia ( - ), insomnia ( - ) , hipersomnia ( - ), variasi
diurnal ( - ), penurunan libido ( - ), konstispasi ( - ), fatigue ( - ), pica ( - ),
pseudocyesis ( - ), bulimia ( - ).
Keterangan : *)Coret yang tidak perlu,( ) diisi (+) atau (-)
32
c) Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
● Kemiskinan isi pikiran ( - ), Gagasan yang berlebihan (- )
● Delusi/ waham
Waham bizarre ( - ), waham tersistematisasi ( - ), waham yang
sejalan dengan mood ( + ), waham yang tidak sejalan dengan
mood ( - ), waham nihilistik ( - ), waham kemiskinan ( - ), waham
somatik ( - ), waham persekutorik ( + ), waham kebesaran ( - ),
waham referensi ( - ), thought of withdrawal ( - ), thought of
broadcasting ( - ), thought of insertion ( - ), thought of control (
- ), waham cemburu/ waham ketidaksetiaan ( - ),waham
menyalahkan diri sendiri ( - ), erotomania ( - ), pseudologia
fantastika ( - ), waham agama ( - ).
● Idea of reference
Preokupasi masalah kesal dengan keluarga ( - ), egomania ( - ),
hipokondria ( - ), obsesi ( - ), kompulsi ( - ), koprolalia ( - ),
hipokondria ( - ), obsesi ( - ), koprolalia ( - ), fobia ( - )
E. Persepsi
● Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),
Halusinasi auditorik (-), halusinasi visual (-), halusinasi olfaktorik ( - ),
halusinasi gustatorik (-), halusinasi taktil ( - ), halusinasi somatik ( - ),
halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi
yang tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ),
halusinasi perintah (command halusination), trailing phenomenon ( - ).
● Ilusi ( - )
● Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
33
G. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual
1. Orientasi waktu (baik/ terganggu), orientasi tempat (baik/ terganggu),
orientasi personal (baik/ terganggu),orientasi situasi (baik/ terganggu).
2. Atensi (perhatian) ( + ), distractibilty ( - ), inatensi selektif ( - ),
hipervigilance ( - ), dan lain-lain.
3. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi ( baik/ terganggu )
4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote ( baik ),
gangguan memori jangka menengah/ recent past ( baik ), gangguan
memori jangka pendek/ baru saja/ recent ( baik ), gangguan memori
segera/ immediate ( baik ). Amnesia ( - ), konfabulasi ( - ), paramnesia (-).
5. Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu
6. Pikiran konkrit : baik/ terganggu
7. Pikiran abstrak : baik/ terganggu
8. Kemunduran intelek : (Ada/ tidak), retardasi mental ( - ), demensia ( - ),
pseudodemensia ( - ).
H. Discriminative insight
• Derajat I (penyangkalan)
• Derajat II (ambigu)
• Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain)
• Derajat IV (sadar, tidak mengetahui penyebab)
• Derajat V (tilikan intelektual)
• Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)
I. Discriminative judgement
• Judgment tes : Tidak terganggu
• Judgment sosial : Tidak terganggu
34
3.9 Ikhtisar Penemuan Bermakna
● Pasien dibawa oleh keluarga ke poliklinik jiwa RSJ Prof. HB. Saanin untuk
pertama kali dengan keluhan tampak murung dan konsentrasi berkurang,
dirasakan sejak 4 hari yang lalu, namun meningkat sejak 1 hari yang lalu. Pasien
sempat memiliki masalah dengan keluarganya di kampung, lalu dengan imam
masjid sekaligus kepala TPQ di kampusnya. Pasien sering merasa menyalahkan
diri sendiri, merasa berdosa kepada Allah SWT, merasa sedih hingga menangis
tanpa sebab.. Pasien merasa semua orang membicarakannya, dan mencarinya
untuk meminta pertanggungjawaban atas kesalahannya. Pasien kehilangan
semangat untuk melakukan aktivitas yang disenangi, merasa mudah Lelah, sulit
tidur, dan nafsu makan berkurang sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan ini baru
pertama kali dirasakan pasien, dan pasien tidak pernah berobat ke
dokter/psikolog/psikiater sebelumnya.
● Dari pemeriksaan status mental, didapatkan pasien seorang laki-laki,
komposmentis dengan penampilan rapi dapat mengutus diri, kontak psikis dapat
dilakukan, wajar dan lama, sikap kooperatif, psikomotor biasa, verbal spontan,
nada pembicaraan menurun, volume pembicaraan menurun, isi pembicaraan
sesuai, mood hipotimik dan anhedonia, afek luas appropriate, halusinasi tidak
ada, waham ada. Orientasi tidak terganggu, gejala psikotik ada, tes realitas tidak
terganggu. Discriminative insight IV dan discriminative judgement tidak
terganggu.
35
yang menyebabkan disfungsi otak. Dari autoanamnesis dan alloanamnesis,
pemeriksaan fisik tidak ada ditemukan adanya riwayat hipertensi, DM, trauma
kepala, kejang, atau penyakit berat lainnya yang mungkin mengakibatkan
disfungsi otak. Dengan demikian diagnosis F.0 dapat singkirkan.
Pada anamnesis didapatkan pasien tidak memiliki riwayat merokok.
Pasien tidak minum alkohol, kopi, atau teh yang berlebihan. Pada pasien ini
tidak ditemukan gejala intoksikasi akut seperti gangguan kesadaran, fungsi
kognitif, persepsi, afek, atau perilaki atau fungsi dan respon psikofisiologis
lainnya. Dengan demikian diagnosis gangguan zat psikoaktif (F.1) secara
klinis dapat kita singkirkan.
Untuk gangguan skizofrenia F.2, pada pasien tidak terdapat halusinasi,
terdapat waham paranoid namun muncul baru-baru ini dan serasi dengan afek
depresif pasien, tidak ada perilaku kacau, tidak ada bicara yang kacau. Dengan
demikian diagnosis skizofrenia secara klinis dapat kita singkirkan.
Pada pasien lebih menonjol sikap tidak bersemangat, malas melakukan
sesuatu, nafsu makan berkurang, tidur terganggu. Selain itu, pasien juga
memiliki mood yang hipotimik dan anhedonia, hal ini sudah berjalan selama
kurang lebih 2 minggu ini, tetapi gejala baru menonjol sekitar 4 hari ini.
Pasien memiliki waham yang melibatkan ide tentang dosa, dan pasien merasa
bertanggungjawab atas hal itu, dan waham tersebut serasi dengan afek pasien,
sehingga pasien didiagnosis gangguan mood yakni episode depresif berat
dengan gejala psikotik (F.32.3).
Diagnosis Axis III pada pasien ini tidak ada. Pada pasien ditemukan
adanya stressor berupa hubungan internal keluarga dan pekerjaan, sehingga
Axis IV pada pasien ini lebih diarahkan perilaku dalam hubungan internalnya
dengan beberapa orang. Pada Axis V, menurut GAF (Global Assesment of
Functional Scale) saat ini pasien berada dinilai 60-51 dimana adanya gejala
sedang (moderate), disabilitas sedang.
36
AksisV : GAF 60-51
3.14 Tatalaksana
a. Farmakoterapi
● Risperidone 1 mg 2x1/2
● Amitriptiline 25 mg 1x1 (malam)
● Lorazepam 0,5 mg 1x1 (malam)
● Clobazam 1 mg 2x1/2
b. Non farmakoterapi
37
gangguan yang dideritanya, diharapkan pasien mempunyai
kemampuan yang semakin efektif untuk mengenali gejala,
mencegah munculnya gejala dan segera mendapatkan pertolongan.
Menjelaskan kepada pasien untuk menyadari bahwa obat
merupakan kebutuhan bagi dirinya agar sembuh.
Kepada keluarga:
• Psikoedukasi
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif, dan
edukatif tentang penyakit pasien (penyebab, gejala, hubungan
antara gejala dan perilaku, perjalanan penyakit, serta prognosis).
Pada akhirnya, diharapkan keluarga bisa mendukung proses
penyembuhan. Menjelaskan bahwa gangguan jiwa merupakan
penyakit yang membutuhkan pengobatan yang lama dan
berkelanjutan.
3.15 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
38
BAB IV
DISKUSI
Seorang pasien laki-laki usia 20 tahun datang ke Poliklinik Jiwa RSJ Prof. HB.
Saanin pada tanggal 1 Desember 2022. Berdasarkan wawancara psikiatri, didapatkan
keluhan bahwa pasien sulit berkonsentrasi dan tampak murung sejak 4 hari yang lalu.
Pasien menyalahkan diri sendiri, merasa berdosa kepada Allah SWT. Pasien merasa
mudah lelah, sulit tidur, kehilangan semangat dan kegembiraan, serta nafsu makan
berkurang sejak 2 minggu yang lalu. Pasien sering sedih hingga menangis tanpa sebab
sejak 4 hari yang lalu. Pasien merasa dibicarakan dan dicari oleh orang-orang di
sekitarnya. Keluhan ini pertama kali dirasakan pasien.
Berdasarkan PPDGJ III, kriteria diagnosis dari gangguan depresi meliputi adanya
gejala–gejala depresi yang terjadi selama 2 minggu atau lebih. Namun, apabila gejala
berlangsung cepat dengan intensitas yang sangat berat, diagnosis dapat ditegakkan
meskipun belum berlangsung selama 2 minggu. Gejala gangguan depresi dikelompokkan
menjadi gejala utama dan gejala tambahan Terdapat tiga gejala utama dari gangguan
depresi, yaitu suasana perasaan dan afek depresif, hilangnya kegembiraan dan minat,
serta merasa mudah lelah sehingga aktivitas menurun. Gejala tambahan dari depresi
meliputi gangguan tidur, menurunnya konsentrasi dan perhatian, perasaan bersalah dan
tidak berguna, nafsu makan berkurang, menurunnya kepercayaan diri, pesimistis, serta
gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri seperti bunuh diri.19
Pada pasien ini ditemukan tiga gejala utama depresi yaitu afek depresi dan
hilangnya minat serta kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju meningkatnya
keadaan mudah lelah, disertai dengan 4 gejala tambahan lainnya konsentasi dan
perhatian berkurang. gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, tidur terganggu,
dan nafsu makan berkurang. Gejala-gejala ini telah dirasakan oleh pasien sejak 2 minggu
yang lalu, tetapi onsetnya meningkat cepat sejak 4 hari yang lalu. Selain itu, terdapat
gejala psikotik pada pasien yaitu adanya waham persekutorik yang sejalan dengan mood
pasien. Sesuai dengan gejala yang dialami pasien, berdasarkan PPDGJ III, pasien
didiagnosis dengan episode depresi berat dengan gejala psikotik (F32.3).19
Dari pemeriksaan status mental didapatkan pasien perempuan dengan usia sesuai,
perilaku tenang selama wawancara, sikap kooperatif terhadap pemeriksa. Pembicaraan
jelas dan spontan, mood hipotimik dan anhedonia, afek appripriate, halusinasi tidak ada,
waham ada. Orientasi tidak terganggu, gejala psikotik ada, tes realitas tidak terganggu.
39
Discriminative insight IV dan discriminative judgement tidak terganggu.
Diagnosis aksis IV yaitu masalah hubungan internal dalam keluarga dan
pekerjaan. Terdapat beberapa disabilitas dalam hubungan sosial dan komunikasi,
disabilitas sedang dalam beberapa fungsi pada aksis V berdasarkan penilaian GAF
(Global Assesment of Functional Scale) saat ini pasien berada pada nilai 60-51.19
Pasien diberikan Risperidone 1 mg 2x1/2, Amitriptilin 25 mg 2x2 (malam),
Lorazepam 0,5 mg 1x1 (malam), Clobazam 1 mg 2x1/2. Risperidone diberikan sebagai
antipsikotik atipikal untuk mengurangi gejala positif (waham) pada pasien. Antipsikotik
atipikal bekerja dengan menginhibisi reseptor dopamine 2 dan reseptor serotonin 5HT2a.
Pemberian inhibitor reseptor d2 dapat mengurangi gejala positif, tetapi dapat
menyebabkan extrapyramidal symptom, oleh karena itu, pemberian serotonin 5HT2a
inihibitor dapat meningkatkan kadar dopamine sedikit hingga di kadar dapat
menghilangkan gejala positif tetapi tidak menyebabkan EPS. Meskipun risiko EPS &
NMS pada APG-2 rendah, efek samping lainnya lebih sering terjadi dibanding APG-1
seperti meningkatan berat badan, hiperprolaktinemia, agranulositosis.
Amitriptilin diberikan sebagai antidepresan, karena hipotesis sindrom depresi
disebabkan oleh defisiensi relative salah satu atau beberapa aminergic
neurotransmitter”(noradrenalin, serotonin, dopamine) pada celah sinaps neuron di SSP
(khususnya sistem limbik sehingga aktivitas serotonin menurun. Mekanisme kerja obat
antidepresan adalah menghambat reuptake aminergic neurotransmitter dan menghambat
penghancuran oleh ezim monoamine oksidase sehingga terjadi peningkatan aminergic
neurotransmitter pada celah sinap neuron yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor
serotonin. Efek samping berupa sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan kurang, kinerja
psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun), efek anti-kolinergik (mulut kering,
retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus takikardia), efek anti-adrenergic alfa
(perubahan EKG, hipotensi), dan efek neurotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi, dan
insomnia).16
Pasien juga diberikan clobazam yang merupakan obat untuk menangani
gangguan kecemasan. Namun selain memiliki efek mengatasi gelisah atau rasa cemas,
obat ini juga dapat mengatasi gangguan kesulitan tidur. Clobazam merupakan obat
golongan benzodiazepine yang bekerja pada otak dan sistem saraf pusat dengan cara
meningkatkan gamma aminobutyric acid (GABA) sehingga dapat menghilangkan
kecemasan, serta memperbaiki suasana hati (mood). Selain itu diberikn antidepresan
atipikal sebagai drug of choice dan anti ansietas.
40
Pada pasien juga dilakukan psikoterapi berupa psikoterapi suprotif, psikoedukasi,
dan kepada keluarga pasien dilakukan psikoedukasi dan penjelasan agar mendukung dan
memantau kepatuhan pasien mengkonsumsi obat dan kontrol secara teratur.
41
DAFTAR PUSTAKA