Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PSIKIATRI

GANGGUAN ANXIETAS MENYELURUH

Disusun Oleh

Ovice Dwi Wiriandini Lubis 140100183

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

DEPARTEMEN PSIKIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul
“Gangguan Anxietas Menyeluruh”.

Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Psikiatri, Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan
laporan kasus ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca sebagai koreksi dalam penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah
laporan kasus ini bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 22 Juni 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................iii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1. Latar Belakang................................................................................................1

1.2. Tujuan Makalah..............................................................................................2

1.3. Manfaat Makalah............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3

2.1 Kecemasan.......................................................................................................3

2.2 Gangguan Cemas Menyeluruh........................................................................4

2.2.1 Pengertian

2.2.2 Gambaran Klinis

2.2.3 Diagnosis

2.2.4 Tatalaksana

BAB III PENUTUP.............................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi.
Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memilikifirasat
akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut
terjadi.1
Gangguan kecemasan adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran penting
tentang kecemasan yang berlebihan, disertai respons perilaku, emosional, dan fisiologis.
Individu yang mengalami gangguan kecemasan dapat memperlihatkan perilaku yang tidak
lazim seperti panik tanpa alasan, takut yang tidak beralasan terhadap objek atau kondisi
kehidupan, melakukan tindakan berulang-ulang tanpa dapat dikendalikan, mengalami kembali
peristiwa yang traumatik, atau rasa khawatir yang tidak dapat dijelaskan atau berlebihan. Pada
kesempatan yang jarang terjadi, banyak orang memperlihatkan salah satu dari perilaku yang
tidak lazim tersebut sebagai respons normal terhadap kecemasan. Perbedaan antara respons
kecemasan yang tidak lazim ini dengan gangguan kecemasan ialah bahwa respons kecemasan
cukup berat sehingga bisa mengganggu kinerja individu, kehidupan keluarga, dan gangguan
sosial.1,2
Rasio wanita dan laki-laki adalah kirakira 2:1, usia onset sukar untuk ditentukan,
karena sebagian besar pasien melaporkan bahwa mereka mengalami kecemasan selama yang
dapat mereka ingat. Pasien biasanya datang untuk mendapatkan perawatan dokter pada usia
20 tahunan, walaupun kontak pertama dengan klinisi dapat terjadi pada hampir setiap usia.
Hanya sepertiga pasien yang menderita gangguan kecemasan umum mencari pengobatan
psikiatrik. Banyak pasien pergi ke dokter umum, dokter penyakit dalam, dokter spesialis
kardiologi, spesialis paru-paru, atau dokter spesialis gastroenterologi untuk mencari
pengobatan.4,5
National Comorbidity Study melaporkan bahwa satu diantara empat orang,
memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu gangguan cemas, dan angka prevalensi sebesar
17,7% dalam satu tahun. Perkiraan yang diterima untuk prevalensi gangguan cemasan umum
dalam satu tahun adalah dari 3-8%. Gangguan cemas menyeluruh kemungkinan merupakan
gangguan yang paling sering ditemukan dengan gangguan mental penyerta, biasanya
gangguan cemas atau gangguan mood lainnya. Kemungkinan 50% dengan gangguan cemas
menyeluruh memiliki gangguan mental lainnya.3
1.2 Tujuan Makalah
1. Memberikan pemahaman mengenai gangguan cemas menyeluruh, symptom
yang menyertai setiap gangguan, perspektif teoritis dan penanganan.
2. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior
Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Psikiatri Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.3 Manfaat Makalah


Penulisan makalah ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan
pemahaman penulis serta pembaca khususnya peserta Program Pendidikan Profesi
Dokter (P3D) untuk memahami teori gangguan cemas menyeluruh dengan baik.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KECEMASAN

2.1.1 Pengertian

Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang pernah dialami oleh
setiap manusia. Kecemasan sudah doianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-
hari. Kecemasan adalah suatu perasasan yang sifatnya umum, dimana seseorang
merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun
wujudnya.

Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu
tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi
yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa muncul sendiri atau
bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan


merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman
baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti
hidup. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun cemas yang
berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi seseorang
dalam kehidupannya.

Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan


kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan. Takut dan
cemas merupakan dua emosi yang berfungsi sebagai tanda akan adanya bahaya. Rasa
takut muncul jika terdapat ancaman yang jelas atau nyata, berasal dari lingkungan,
dan tidak menimbulkan konflik bagi individu. Sedangkan kecemasan muncul jika
bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas atau menyebabkan konflik bagi individu.
2.2 GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

2.2.1. Pengertian

Salah satu tipe spesifik yang diakui oleh PPDGJ III dan DSM-V sebagai salah
satu gangguan kecemasan adalah gangguan kecemasan menyeluruh atau generalized
anxiety disorder. GAD (generalized anxiety disorder) yaitu suatu gangguan
kecemasan yang ditandai dengan perasaan cemas yang umum dan bahwa sesuatu
yang buruk akan terjadi dan keadaan peningkatan keterangsangan tubuh. GAD
ditandai dengan kecemasan yang persisten yang tidak dipicu oleh suatu objek, situasi
atau aktivitas yang spesifik, tetapi lebih merupakan apa yang disebut Freud dengan
“mengambang bebas” (free floating). GAD merupakan suatu gangguan yang stabil,
muncul pada pertengahan remaja sampai pertengahan umur dua puluhan tahun dan
kemudian berlangsung sepanjang hidup.

Gangguan ini muncul dua kali lebih banyak pada perempuan dibandingkan
pada laki-laki. Orang dengan GAD adalah pencemas yang kronis, mungkin mereka
mencemaskan secara berlebihan keadaan hidup mereka, seperti keuangan,
kesejahteraan anak-anak, dan hubungan sosial mereka. Anak- anak dengan gangguan
ini mencemaskan prestasi akademik, atletik, dan aspek sosial lain dari kehidupan
sekolah.

Ciri lain yang terkait adalah: merasa tegang, waswas, atau khawatir; mudah
lelah; mempunyai kesulitan berkonsentrasi atau menemukan bahwa pikirannya
menjadi kosong; iritabilitas, ketegangan otot; dan adanya gangguan tidur, seperti sulit
untuk tidur, untuk terus tidur, atau tidur yang gelisah dan tidak memuaskan (APA
dalam Nevid, dkk, 2005).Meskipun GAD secara tipikal kurang intens dalam respon
fisiologisnya dibandingkan dengan gangguan panik, distress emosional yang
diasosiasikan dengan GAD cukup parah untuk menganggu kehidupan orang sehari-
hari. GAD sering ada bersama dengan gangguan lain seperti depresi atau gangguan
kecemasan lainnya seperti agoraphobia dan obsesif-kompulsif
2.2.2. Gambaran Klinis

 Kecemasan berlebihan yang mempenbgaruhi berbagai aspek kehidupan


pasien.

 Ketegangan mototrik, misalnya bergetar, kelelahan, sakit kepala.

 Hiperaktivitas otonom (napas pendek, berkerinbgat, palpitasi, gejala saluran


pencernaan)

 Kewaspadaan secara kognitif dalam bentuk iritabilitas.

2.2.3. Diagnosis

Kriteria diagnostik untuk gangguan kecemasan menyeluruh menurut PPDGJ


III (F41.1)

 Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang


berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa
bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi
khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau mengambang).

 Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:

a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung


tanduk, sulit konsentrasi, dsb).

b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat


santai).

c) Over-aktivitas otonomi (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung


berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering, dsb).
 Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang
menonjol.

 Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),


khususnyadepresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas
menyeluruh, selama haltersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari
episode depresi (F32), gankap dari episodedepresi (F32), gangguan
anxietas fobik (F40), gangguan panik (F41.0), gangguan obsesif-kompulsif
(F42).

Kriteria Diagnostik menurut DSM-V (300.02), sebagai berikut:

 Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap


hari, sepanjang hari, terjadi sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah
aktivitas atau kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah).

 Individu sulit untuk mengendalikan kecemasan dan kekhawatiran.

 Kecemasan diasosiasikan dengan 6 gejala berikut ini (dengan sekurang-


kurangnya beberapa gejala lebih banyak terjadi dibandingkan tidak selama
6 bulan terakhir), yaitu kegelisahan, mudah lelah, sulit berkonsentrasi atau
pikiran kosong, iritabilitas, ketegangan otot, dan gangguan tidur (sulit
tidur, tidur gelisah atau tidak memuaskan).

 Kecemasan, kekhwatiran, atau gejala fisik menyebabkan distress atau


terganggunya fungsi sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya.

 Gangguan tidak berasal dari zat yang memberikan efek pada fisiologis
(memakai obat-obatan) atau kondisi medis lainnya (seperti hipertiroid).
  Gangguan tidak dapat dijelaskan lebih baik oleh gangguan mental lainnya
(seperti kecemasan dalam gangguan panik atau evaluasi negatif pada
gangguan kecemasan sosial atau sosial fobia, kontaminasi atau obsesi
lainnya pada gangguan obsesif-kompulsif, mengingat kejadian traumatik
pada gangguan stress pasca traumatik, pertambahan berat badan pada
anorexia nervosa, komplin fisik pada gangguan gejala somatik atau delusi
pada gangguan schizophreniaor).

2.2.4. Tatalaksana

 Farmakoterapi

a. Golongan Benzodiazepin : Diazepam (Tab 2mg ; 5mg), Alprazolam


(Tab 0,25mg ; 0,5mg ; 1mg), Lorazepam (Tab 0,5mg ; 1mg ; 2mg),
ClobazamTab 10mg).

Golongan ini merupakan pilihan pertama. Dimulai dengan dosis


terendah & ditingkatkan hingga mencapai dosis terapi.

b. Golongan Non-Benzodiazepin : Buspirone (Tab 10mg), Sulpiride


(Caps 50mg), Hydroxyzine (Caplet 25mg).

 Psikoterapi

Pada pasien juga di lakukan psikoterapi. Psikoterapi yang terpilih untuk


gangguan ini adalah Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Terdapat beberapa
metode CBT, beberapa diantaranya yakni metode restrukturisasi, terapi relaksasi,
terapi bernapas, dan terapi interocepative. 12 Inti dari terapi CBT adalah membantu
pasien dalam memahami cara kerja pemikiran otomatis dan keyakinan yang salah
dapat menimbulkan respon emosional yang berlebihan, seperti pada gangguan
panik.6,7
Terapi restrukturisasi, melalui terapi ini pasien dapat merestrukturisasi isi
pikirannya dengan cara mengganti semua pikiran-pikiran negatif yang dapat
mengakibatkan perasaan tidak menyenangkan yang dapat memicu serangan panik
dengan pemikiran-pemikiran positif. Terapi relaksasi dan bernapas dapat
digunakan untuk membantu pasien mengontrol kadar kecemasan dan mencegah
hypocapnia ketika serangan panik terjadi. Semua jenis CBT seperti di atas dapat
dilakukan pasien dengan atau tanpa melibatkan dokter. 7

BAB III

PENUTUP

Kecemasan merupakan suatu sensasi aprehensif atau takut yang menyeluruh yang bersifat
normal pada berbagai kondisi, namun dapat menjadi abnormal jika berlebihan dan tidak sesuai
dengan proporsi ancamannya. Pola-pola tingkah laku terganggu dimana kecemasan menjadi ciri
yang paling menonjol diberi label gangguan kecemasan. Ada beberapa jenis gangguan kecemasan
yaitu gangguan panik, gangguan cemas menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif, gangguan
fobia dan stres akut serta stres pasca trauma. Berbagai perspektif teoritis menjelaskan mengenai
terjadinya gangguan kecemasan ini, seperti perspektif psikoanalisa, behavioral, kognitif, dan
biologis. Perbedaan perspektif tersebut juga berdampak pada perbedaan bentuk penanganan yang
diberikan untuk mengatasi gangguan kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Amir N. Buku ajar psikiatri. Edisi ke-2. Jakarta: FKUI; 2013.


2. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis psikiatri: ilmu pengetahuan perilaku
psikiatri klinis. Edisi ke-7, Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara; 2010.
3. Kessler RC, Berglund P, Demler O, Jin R, Merikangas KR, Walters EE. Lifetime
prevalence and age of-onset distributions of DSM-IV disorders in the national
comorbidity survey replication. Arch Gen Psychiatry. 2005; 62(6):593-602.
4. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa: rujukan ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya; 2001.
5. American Psychiatric Assosiation. Practice guideline for the treatment of patients with
panic disorder second edition. New York: American Psychiatric Assosiation; 2010.
6. Ham P, Waters DB, Oliver MN. Treatment of panic disorder. Am Fam Physician. 2005; 15;
71(4):733-9.
7. Spett, M. Cognitive-behaviour therapy for panic attacks; 2008 [diperbarui 2008].

Anda mungkin juga menyukai