Oleh
Nama : Jennifer Anatasya Jelika Maitimu
NIM : 2015-83-046
Konsulen
dr. Sherly Yakobus, Sp.KJ
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
bekat, kasih dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini dengan judul
“Generalized Anxiety Disorder” yang dimaksudkan untuk memenuhi tugas
kepaniteraan klinik di bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura
Ambon.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Sherly Yakobus, Sp.KJ yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan penyusunan referat ini, serta semua
pihak yang telah membantu hingga selesainya referat ini.
Akhir kata penulis menghaturkan terima kasih. Semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN
Tiap manusia pasti mempunyai rasa cemas, dimana rasa cemas ini terjadi pada
saat adanya kejadian atau peristiwa tertentu, maupun dalam menghadapi suatu hal
tertentu. Misalnya orang akan merasa cemas, ketika tampil dihadapan banyak orang,
ketika sebelum ujian berlangsung atau ujian mendadak, prsentasi tugas, terlambat masuk
kelas dan sebagainya. Kecemasan yang dimiliki seseorang seperti di atas adalah normal,
dan bahkan kecemasan ini perlu dimiliki manusia. Akan tetapi kecemasan berubah
menjadi abnormal ketika kecemasan yang ada di dalam diri individu menjadi berlebihan
atau melebihi kapasitas umumnya, sehingga dapat mengarah ke gangguan yang nantinya
akan menggaggu kinerja, kehidupan keluarga dan sosial. 1
Sensasi anxietas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut
ditandai oleh ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh
gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya.
Anxietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan
satu fungsi emosi. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan
cenderung bervariasi, pada setiap orang tidak sama. Anxietas yang patologik biasanya
merupakan kondisi yang melampaui batas normal terhadap satu ancaman yang
sungguh-sungguh dan maladaptif.2,3
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018,4 prevalensi ansietas
nasional tahun 2013 mengalami peningkatan di tahun 2018 dari 6% menjadi 9.8.
Gangguan ansietas merupakan masalah yang banyak dialami oleh anak sekitar 10
sampai 21%. Sekitar 75% ansietas muncul pada usia 11 dan 21 tahun.5
Gangguan kecemasan merupakan salah satu gangguan yang paling sering
dijumpai pada klinik psikiatri. Sebagian besar pasien melaporkan bahwa mereka
mengalami kecemasan selama yang dapat mereka ingat. Hanya sepertiga pasien yang
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
1. Teori Biologi8
Area otak yang diduga terlibat pda timbulnya GAD adalah lobus
oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiasepin tertinggi di otak.
Basal ganglia, system limbik, dan korteks frontal juga dihipotesiskan
terlibat pada etiologi timbulnya GAD. Pada pasien GAD juga ditemukan
system serotonergic yang abnormal. Neurotransmitter yang berkaitan
dengan GAD adalah GABA, serotonin, norepinefrin, glutamate, dan
kolesitokinin.
2. Teori Genetik
5
B. Buspiron
Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD. Buspiron lebih
efektif dalam memperbaiki gejala kognitif dibanding gejala
somatik pada penderita GAD. Dosis anjuran 2-3x 10 mg/hari.
Kekurangannya adalah, efek klinisnya baru terasa setelah 2-3
minggu. Terdapat bukti bahwa penderita GAD yang sudah
menggunakan Benzodiazepin tidak akan memberikan respon
yang baik dengan Buspiron. Dapat dilakukan penggunaan
bersama antara Benzodiazepin dengan Buspiron kemudian
dilakukan tapering Benzodiazepin setelah 2-3 minggu, disaat
efek terapi Buspiron sudah mencapai maksimal.8
C. SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor)
Sertraline dan paroxetin merupakan pilihan yang lebih baik
daripada fluoksetin. Pemberian fluoksetin dapat meningkatkan
13
depresi dan distmik tidak mudah, dan gangguan-gangguan ini sering kali bersama-
sama GAD.8,13
II.11. Prognosis
Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan atau kondisi
kronis yang mungkin dapat berlangsung seumur hidup. Prognosis dipengaruhi
oleh usia, onset, durasi gejala dan perkembangan komorbiditas gangguan cemas
dan depresi. Karena tingginya insidensi gangguan mental komorbid pada pasien
dengan gangguan kecemasan menyeluruh, perjalanan klinis dan prognosis
gangguan cemas menyeluruh sukar untuk ditentukan. Namun Sebanyak 25%
penderita akhirnya mengalami gangguan panik, juga dapat mengalami gangguan
depresi mayor.3,8
KESIMPULAN
17
Penatalaksanaan GAD dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu terapi dengan
farmakoterapi dan terapi non-farmakologi psikologis (psikoterapi). Pengobatan
farmakologi khususnya menggunakan obat golongan benzodiazepine, buspirone dan
antidepresan (SSRI). Non-farmakologi (psikoterapi) terapi kognitif-perilaku, terapi
suporti dan terapi berorientasi tilikan.
Diagnosis banding adalah gangguan panik, fobia, gangguan obsesi kompulsif,
hipokondrisis, gangguan somatisasi, gangguan penyesuaian dengan kecemasan, dan
gangguan kepribadian. Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan atau
kondisi kronis yang mungkin dapat berlangsung seumur hidup, sehingga prognosis
sukar untuk ditentukan.
Pencegahan GAD sangat penting dilakukan yang bertujuan untuk mencegah,
memperlambat atau mengurangi masalah yang terjadi akibat gangguan kecemasan.
Program pencegahan GAD terdiri atas : pencegahan universal, pencegah selective dan
pencegahan terindikasi.
18
DAFRTA PUSTAKA
19
10. Jeffrey S. Nevid, dkk. Psikologi Abnormal. Edisi Kelima. Jilid 1. Jakarta:
Erlangga. 2005.
11. Novitasari I. Gambaran tingkat kecemasan, stres, depresi dan mekanisme koping
pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Dr.
Moewardi. Skripsi. Jurusan Keperawatan. Fakultas Kedokteran. Universitas
Diponegoro. Semarang. 2015.
12. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ke-
3. Jakarta. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. 2007.
13. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III, Jakarta : PT Nuh Jaya. 2003.
20