Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN ILMU PSIKIATRI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN Nov 2020


UNIVERSITAS PATTIMURA

Generalized Anxiety Disorder (GAD)

Oleh
Nama : Jennifer Anatasya Jelika Maitimu
NIM : 2015-83-046

Konsulen
dr. Sherly Yakobus, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN PSIKIATRI
KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
bekat, kasih dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini dengan judul
“Generalized Anxiety Disorder” yang dimaksudkan untuk memenuhi tugas
kepaniteraan klinik di bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura
Ambon.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Sherly Yakobus, Sp.KJ yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan penyusunan referat ini, serta semua
pihak yang telah membantu hingga selesainya referat ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam proses


penyusunan referat ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga referat ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Akhir kata penulis menghaturkan terima kasih. Semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Ambon, November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i


KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

II.1 Definisi Generalized Anxiety Disorder.......................................................3


II.2 Prevalensi Generalized Anxiety Disorder...................................................4
II.3 Etiologi Generalized Anxiety Disorder.......................................................4
II.4 Aspek Ansietas............................................................................................6
II.5 Ciri-ciri Kecemasan....................................................................................7
II.6.Diagnosis Generalized Anxiety Disorder....................................................8
II.7 Gejala Klinis Generalized Anxiety Disorder..............................................10
II.8 Penatalaksanaan Generalized Anxiety Disorder.........................................10
II.9 Komplikasi Generalized Anxiety Disorder................................................13
II.10 Diagnosis Banding Generalized Anxiety Disorder..................................14
II.11 Prognosis..................................................................................................15
II.12 Pencegahan...............................................................................................15
BAB III PENUTUP ................................................................................................17

III.1 Kesimpulan ..............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................19


BAB I

PENDAHULUAN

Tiap manusia pasti mempunyai rasa cemas, dimana rasa cemas ini terjadi pada
saat adanya kejadian atau peristiwa tertentu, maupun dalam menghadapi suatu hal
tertentu. Misalnya orang akan merasa cemas, ketika tampil dihadapan banyak orang,
ketika sebelum ujian berlangsung atau ujian mendadak, prsentasi tugas, terlambat masuk
kelas dan sebagainya. Kecemasan yang dimiliki seseorang seperti di atas adalah normal,
dan bahkan kecemasan ini perlu dimiliki manusia. Akan tetapi kecemasan berubah
menjadi abnormal ketika kecemasan yang ada di dalam diri individu menjadi berlebihan
atau melebihi kapasitas umumnya, sehingga dapat mengarah ke gangguan yang nantinya
akan menggaggu kinerja, kehidupan keluarga dan sosial. 1
Sensasi anxietas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut
ditandai oleh ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh
gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya.
Anxietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan
satu fungsi emosi. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan
cenderung bervariasi, pada setiap orang tidak sama. Anxietas yang patologik biasanya
merupakan kondisi yang melampaui batas normal terhadap satu ancaman yang
sungguh-sungguh dan maladaptif.2,3
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018,4 prevalensi ansietas
nasional tahun 2013 mengalami peningkatan di tahun 2018 dari 6% menjadi 9.8.
Gangguan ansietas merupakan masalah yang banyak dialami oleh anak sekitar 10
sampai 21%. Sekitar 75% ansietas muncul pada usia 11 dan 21 tahun.5
Gangguan kecemasan merupakan salah satu gangguan yang paling sering
dijumpai pada klinik psikiatri. Sebagian besar pasien melaporkan bahwa mereka
mengalami kecemasan selama yang dapat mereka ingat. Hanya sepertiga pasien yang

1
2

menderita ansietas yang melakukan pengobatan ke psikitrik. Selebihnya banyak yang


pergi ke dokter umum.6
Berdasarkan pemaparan di atas, maka referat ini memberikan informasi
penting mengenai gangguan cemas menyeluruh (GAD) yakni mencangkup definisi,
epidemiologi, etiopatogenesis, asfek GAD, ciri-ciri kecemasan, diagnosis, gambaran
klinis, penatalaksanaan, komplikasi, diagnosis banding, prognosis dan pencegahan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi Generalized Anxiety Disorder (GAD)


Gangguan cemas atau ansientas merupakan gangguan yang sering dijumpai
dalam klinik psikiatri. Kondisi ini terjadi sebagai akibat interaksi faktor-faktor
biopsikososial, termasuk kerentanan genetik yang berinteraksi dengan kondisi
terntentu, stres, atau trauma yang menimbulkan sindroma klinis yang bermakna. 7
Ansietas adalah pengalaman subjektif dari seseorang yang membuat tidak nyaman
selalu berkaitan dengan perasaan yang tidak berdaya dapat memberikan dampak yang
mempengaruhi fungsi fisiologis dan psikologis. Dampak fungsi fisiologis yang
ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti meningkatkan frekuensi
nadi dan pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, gelisah,
menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, dan sering buang air
kecil. Seseorang yang mengalami ansietas menimbulkan dampak psikologis antara
lain khawatir, mudah tersinggung, gelisah, mudah terkejut, takut pada keramaian.8
GAD (Generalized Anxiety Disorder) atau gangguan cemas menyeluruh
adalah suatu gangguan kecemasan yang ditandai dengan perasaan cemas dan
kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional bahkan realistik terhadap berbagai
peristiwa kehidupan sehari-hari. Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari,
berlangsung sekurangnya seakana 6 bulan. GAD ditandai dengan kecemasan yang
dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik
seperti ketegangan otot, kesulitan tidur dan kegelisahan sehingga dapat menyebabkan
penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dala fungsi sosial dan pekerjaan
seseorang.3,7

3
4

II.2. Prevalensi Generalized Anxiety Disorder (GAD)8


Angka prevalensi untuk gangguan cemas menyeluruh 3-8%. Rasio antara
perempuan dan laki-laki sekitar 2:1, tetapi rasio perempuan banding laki-laki yang
dirawat inap di Rumah Sakit untuk gangguan ini sekitar 1:1. Onset usia sukar
ditentukan, karena sebagian besar pasien melaporkan bahwa mereka mengalami
kecemasan selama yang dapat mereka ingat. Hanya sepertiga pasien yang
menderita ansietas yang melakukan pengobatan ke psikitrik. Selebihnya banyak
yang pergi ke dokter umum, penyakit dalam, spesialis kardiologi, spesialis paru-
paru atau dokter spesialis gastroenterologi karena gejala somatiknya. Pasien
gangguan cemas menyeluruh sering memiliki komorbiditas dengan gangguan
mental lainnya seperti gangguan panik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan
stres pasca trauma dan gangguan depresi berat.

II.3. Etiopatogenesis Generalize Anxiety Disorder (GAD)


Terdapat beberapa teori yang mengemukakan etiopatogenesis gangguan
cemas menyeluruh antara lain:

1. Teori Biologi8
Area otak yang diduga terlibat pda timbulnya GAD adalah lobus
oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiasepin tertinggi di otak.
Basal ganglia, system limbik, dan korteks frontal juga dihipotesiskan
terlibat pada etiologi timbulnya GAD. Pada pasien GAD juga ditemukan
system serotonergic yang abnormal. Neurotransmitter yang berkaitan
dengan GAD adalah GABA, serotonin, norepinefrin, glutamate, dan
kolesitokinin.

Pemeriksaan PET (Positron Emission Tomography) pada pasien


GAD akan ditemukan adanya penurunan metabolism di ganglia basal dan
massa putih otak.

2. Teori Genetik
5

Studi genetik menghasilkan bukti bahwa sedikitnya beberapa komponen


genetik turun berperan dalam timbulnya GAD dan gangguan depresi
mayor pada pasien wanita. Sekitar 25% dari keluarga tingkat pertama
menderita GAD juga. Penderita gangguan yang sama. Sedangkan
penelitian pada pasangan kembar didapatkan angka 50% pada kembar
monozigotik dan 15% pada kembar dizigotik.8
3. Teori Psikoanalitik
Ansietas didefinisikan sebagai sinyal adanya bahaya pada ketidaksabaran.
Ansietas dipandang sebagai akibat dari konflik psikis antara keinginan
tidak disadari yang bersifat seksual atau agresif dan ancaman terhadap hal
tersebut dari superego atau realitas eksternal. Sebagai respon terhadap
sinyal ini, ego memobilisasi mekanisme pertahanan untuk mencegah
pikiran dan perasaan yang tidak dapat diterima agar tidak muncul ke
kesadaran. Individu yang mengalami gangguan ansietas menggunakan
secara berlebihan salah satu atau pola tertentu dari mekanisme
pertahanan.8
4. Teori Eksistensial
Teori ini digunakan pada gangguan ansietas menyeluruh tanpa adanya
stimulus spesifik yang dapat diidentifikasi sebagai penyebab perasaan
cemas kronisnya. Konsep utama teori eksistensial adalah individu merasa
hidup tanpa tujuan. Ansietas adalah respon terhadap perasaan tersebut dan
maknanya.8
5. Teori Kognitif-Pikiran
Penderita GAD berespon secara salah dan tidak tepat terhadap ancaman,
disebabkan oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal yang negatif pada
lingkungan, adanya distorsi pada pemrosesan informasi dan pandangan
yang sangat negatif terhadap kemampuan diri untuk menghadapi
ancaman.8

II.4. Aspek Ansietas


6

Ansietas dapat dikelompokan dalam respon perilaku, kognitif, dan afektif,


diantaranya.10
Tabel 2.1 Aspek ansietas berdasarkan respon perilaku, kognitif dan afektif.

Perilaku Kognitif Afektif lainnya


1. Gelisah, 1. Perhatian terganggu, 1. Mudah terganggu,
2. Ketegangan fisik, 2. Konsentrasi buruk, 2. Tidak sabar,
3. Tremor, 3. Pelupa, 3. Gelisah,
4. Reaksi terkejut, 4. Salah dalam memberikan 4. Tegang,
5. Bicara cepat, penilaian, 5. Gugup,
6. Kurang koordinasi, 5. Preokupasi, 6. Ketakutan,
7. Cenderung mengalami 6. Hambatan berpikir, 7. Waspada,
cedera, 7. Lapang persepsi menurun, 8. Kengerian,
8. Menarik diri dari 8. Kreativitas menurun, 9. Kekhawatiran,
hubungan interpersonal, 9. Produktivitas menurun, 10. Ansietas,
9. Inhibisi, 10. Bingung, 11. Mati rasa,
10. Melarikan diri dari 11. Sangat waspada, 12. Rasa bersalah,
masalah, 12. Kehilangan objektivitas, 13. malu.
11. Menghindar, 13. Takut kehilangan kendali,
12. Hiperventilasi, dan 14. Takut pada gambaran visual,
13) sangat waspada. 15. Takut cedera atau kematian, dan
16. Mimpi buruk.

Sedangkan berdasarkan analisis fungsional gangguan ansietas, dapat dibagi


menjadi:11
1. Suasana hati, diantaranya: ansietas, mudah marah, perasaan sangat tegang.
2. Pikiran, diantaranya: khawatir, sukar berkonsentrasi, pikiran kosong,
membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, dan
merasa tidak berdaya.
3. Motivasi, diantaranya: menghindari situasi, ketergantungan tinggi, dan
ingin melarikan diri.
4. Perilaku, diantaranya: gelisah, gugup, kewaspadaan yang berlebihan.
Gejala biologis, diantaranya: gerakan otomatis meningkat, seperti
berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, dan mulut kering.

II.5. Ciri-ciri Kecemasan10


1. Ciri-ciri fisik dari kecemasan
7

Diantaranya: kegelisahan, kegugupan, tangan atau anggota tubuh yang


bergetar atau gemetar, sensasi dari pita ketat yang mengikat di sekitar dahi,
kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada, banyak berkeringat,
telapak tangan yang berkeringat, pening atau pingsan, mulut atau
kerongkongan terasa kering, sulit berbicara, sulit bernafas, bernafas
pendek, jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang, suara yang
bergetar, jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin, pusing, merasa
lemas atau mati rasa, sulit menelan, kerongkongan merasa tersekat, leher
atau punggung terasa kaku, sensasi seperti tercekik atau tertahan, tangan
yang dingin dan lembab, terdapat gangguan sakit perut atau mual, panas
dingin, sering buang air kecil, wajah terasa memerah, diare, dan merasa
sensitif atau “mudah marah”.
2. Ciri-ciri behavioral dari kecemasan
Diantaranya: perilaku menghindar, perilaku melekat dan dependen, dan
perilaku terguncang.
3. Ciri-ciri kognitif dari kecemasan
Diantaranya: khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan
atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, keyakinan
bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tanpa ada penjelasan
yang jelas, terpaku pada sensasi ketubuhan, sangat waspada terhadap
sensasi ketubuhan, merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang
normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian, ketakutan akan
kehilangan kontrol, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi
masalah, berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan, berpikir bahwa
semuanya tidak lagi bisa dikendalikan, berpikir bahwa semuanya terasa
sangat membingungkan tanpa bisa diatasi, khawatir terhadap hal-hal yang
sepele, berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang-ulang,
berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti akan
pingsan, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, tidak mampu
menghilangkan pikiran-pikiran terganggu, berpikir akan segera mati,
meskipun dokter tidak menemukan sesuatu yang salah secara medis,
8

khawatir akan ditinggal sendirian, dan sulit berkonsentrasi atau


memfokuskan pikiran.

II.6. Diagnosis GAD8


 Kriteria Diagnostik GAD menurut DSM IV-TR:
A. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir
setiap hari, sepanjang hari, terjadi sekurangnya 6 bulan, tentang
sejumlah aktivitas atau kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas
sekolah).
B. Individu sulit untuk mengendalikan kecemasan dan kekhawatiran.
C. Kecemasan atau kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enam gejala
berikut ini (dengan sekurangnya beberapa gejala lebih banyak terjadi
dibandingkan tidak selama 6 bulan terakhir). Catatan: hanya satu nomor
yang diperlukan pada anak.
1. Kegelisahan
2. Merasa mudah lelah
3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
4. Iritabilitas
5. Ketegangan otot
6. Gangguan tidur (sulit tertidur, atau tetap tidur, atau tidur gelisah,
dan tidak memuaskan).
D. Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan aksis
I, misalnya, kecemasan atau ketakutan adalah bukan tentang menderita
suatu serangan panik (seperti pada gangguan situasi), merasa malu pada
situasi umum (seperti pada fobia sosial), terkontaminasi (seperti pada
gangguan obsesif kopulsif), merasa jauh dari rumah atau sanak saudara
dekat (seperti gangguan cemas perpisahan), penambahan berat badan
(seperti pada anoreksia nervosa), menderita keluhan fisik berganda
(seperti pada gangguan somatisasi), atau menderita penyait serius
(seperti pada hipokondriasis) serta kecemasan dan kekhawatiran tidak
terjadi semata-mata selama gangguan stres pasca trauma.
9

E. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan


yang bermakna secara klinis, atau gangguan pada fungsi sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lain.
F. Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari
suatu zat (misalnya penyalahgunaan zat, mediasi) atau kondisi medis
umu (misalnya hipertiroidisme), dan tidak terjadi semata-mata selama
suatu gangguan mood, gangguan psikoti, atau gangguan perkembangan
pervasif.

 Kriteria Diagnostik Gangguan Cemas Menyeluruh menurut PPDGJ-III


(F41.1):12
1. Penderita harus menunjukkan kecemasan sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari selama beberapa minggu sampai beberapa
bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi
khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau mengambang)
2. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur sebagai berikut :
 Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung
tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
 Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai); dan
 Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing, mulut
kering, dsb)
3. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang
menonjol.
Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan cemas
menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresif, gangguan ansietas fobik, gangguan panik, atau gangguan obsesif-
kompulsif.
10

II.7. Gejala Klinis GAD8


Gejala utama GAD adalah ansietas, ketegangan motorik, hiperaktivitas
autonom, dan kewaspadaan secara kognitif. Kecemasan bersifat berlebihan dan
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan pasien. Ketegangan motorik
bermanifestasi sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan getaran, kelelahan, dan
sakit kepala. Hiperaktivitas autunom timbul dalam bentuk pernafasan yang
pendek, berkeringat, palpitasi, dan disertai gejala saluran pencernaan. Terdapat
juga kewaspadaan kognitif dalam bentuk iritabilitas.
Pasien GAD juga biasanya datang ke dokter umum karena keluhan
somatik, atau ke dokter spesialis karena gejala spesifik seperti diare kronik. Pasien
biasanya memperlihatkan mencari perhatian (seeking behavior). Beberapa pasien
menerima diagnosis GAD dan terapi adekuat, dan beberapa lainnya meminta
konsultasi medik tambahan untuk masalah-masalah mereka.

II.8. Penatalaksanaan GAD


Penatalaksanaan gangguan cemas menyeluruh terdiri atas 2 cara, yakni:
II.8.1. Farmakamologi
A. Benzodiazepin8
Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepine
dimulai dengan dosis terendah dan ditingkatkan sampai
mencapai respons terapi. Penggunaan sediaan dengan waktu
paruh menengah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya
efek yang tidak diinginkan. Lama pengobatan rata-rata 2-6
minggu, dilanjutkan dengan masa tapering off selama 1-2
minggu. Spektrum klinis Benzodiazepin meliputi efek anti-
anxietas, antikonvulsan, anti-insomnia, dan premedikasi
tindakan operatif. Adapun obat-obat yang termasuk dalam
golongan Benzodiazepin antara lain:8,18
- Diazepam: dosis anjuran oral = 2-3 x 2-5 mg/hari; injeksi =
5-10 mg (im/iv), broadspectrum.
11

- Chlordiazepoxide: dosis anjuran 2-3 x 5-10 mg/hari,


broadspectrum.
- Lorazepam: dosis anjuran 2-3 x 1 mg/hari, dosis anti-
anxietas dan anti-insomnia berjauhan (dose-related), lebih
efektif sebagai anti-anxietas, untuk pasien-pasien dengan
kelainan hati dan ginjal.
- Clobazam: dosis anjuran 2-3 x 10 mg/hari, dosis anti-anxietas
dan anti-insomnia berjauhan (dose-related), lebih efektif
sebagai anti-anxietas, psychomotor performance paling
kurang terpengaruh, untuk pasien dewasa dan usia lanjut
yang masih ingin tetap aktif.
- Bromazepam: dosis anjuran 3 x 1,5 mg/hari, dosis anti-
anxietas dan anti-insomnia berjauhan (dose-related), lebih
efektif sebagai anti-anxietas.
- Alprazolam: dosis anjuran 3 x 0,25 – 0,5 mg/hari, efektif
untuk ansietas tipe antisipatorik, “onset of action” lebih cepat
dan mempunyai komponen efek anti-depresi.

Table 2.2. Sediaan obat anti-anxietas dan dosis anjuran


12

B. Buspiron
Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD. Buspiron lebih
efektif dalam memperbaiki gejala kognitif dibanding gejala
somatik pada penderita GAD. Dosis anjuran 2-3x 10 mg/hari.
Kekurangannya adalah, efek klinisnya baru terasa setelah 2-3
minggu. Terdapat bukti bahwa penderita GAD yang sudah
menggunakan Benzodiazepin tidak akan memberikan respon
yang baik dengan Buspiron. Dapat dilakukan penggunaan
bersama antara Benzodiazepin dengan Buspiron kemudian
dilakukan tapering Benzodiazepin setelah 2-3 minggu, disaat
efek terapi Buspiron sudah mencapai maksimal.8
C. SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor)
Sertraline dan paroxetin merupakan pilihan yang lebih baik
daripada fluoksetin. Pemberian fluoksetin dapat meningkatkan
13

ansietas sesaat. SSRI sefektif terutama pada pasien GAD


dengan riwayat depresi. 8
II.8.2. Non-farmakologi (Psikoterapi)8
A. Terapi kognitif-perilaku
Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung
mengenali distorsi kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali
gejala somatiknya secara langsung. Teknik utama yang
digunakan pada pendekatan behavioral adalah relaksasi dan
biofeedback
B. Terapi suportif
Pasien akan diberikan reassurance dan kenyamanan, digali
potensi-potensi yang ada dan belum tampa, didukung egonya,
agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam fungsi sosial dan
pekerjannya.
C. Psikoterapi Berorientasi Tilikan
Terapi ini mengaja pasien untuk mencapai penyingkapan konfli
bawah sadar, menilik egostrength, relasasi obyek, serta keutuhan
self pasien. Dari pemahaman akan komponen-komponen
tersebut, kita sebagai terapis dapat memperkiran sejauh mana
pasien dapat diubah untuk menjadi lebih matur. Tetapi, apabila
tidak tercapai, minimal kita memfasilitasi agar pasien dapat
beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.

II.9. Komplikasi GAD


Bila GAD tidak diobati dapat mengakibatkan komplikasi parah yang
mempengaruhi hampir setiap bidang kehidupan, beberapa mungkin begitu takut
memiliki serangan ini kembali sehingga pasien hidup dalam keadaan takut secara
konstan, sehingga merusak kualitas hidupnya.13
Komplikasi yang disebabkan atau berkaitan dengan gangguan panik
menyeluruh meliputi : 8,13
14

- Berkembangnya fobia spesifik, seperti takut mengemudi atau


meninggalkan rumah
- Riwayat berobat yang sering /banyak karena kekhawatiran akan penyakit
dan kondisi medis lainnya
- Menghindari situasi sosial
- Masalah di tempat kerja atau sekolah
- Depresi dan gangguan psikiatrik lainnya
- Peningkatan risiko bunuh diri atau pikiran untuk bunuh diri
- Penyalahgunaan zat atau alkohol
- Masalah keuangan
Untuk beberapa orang, gangguan cemas menyeluruh biasanya disertai
agoraphobia yakni suatu kondisi dimana pasien menghindari suatu tempat atau
situasi yang menyebabkan kecemasan pada seseorang karena mereka takut tidak
bisa lari atau mendapatkan bantuan. Atau menjadi bergantung pada orang lain saat
ingin meninggalkan orang / harus ditemani.8,13

II.10. Diagnosis Banding GAD


Diagnosis banding gangguan cemas menyeluruh mencakup semua
gangguan medis yang dapat menyebabkan ansietas. Perlu dibedakan dari
kecemasan akibat kondisi medis umum maupun gangguan yang berhubungan
dengan penggunaan zat. Diperlukan pemeriksaan medis termasuk tes kimia darah,
elektrokardiografi, dan tes fungsi tiroid. Klinisi harus menyingkirkan adanya
intoksikasi kafein, penyalahgunaan stimulansia, kondisi putus zat atau obat seperti
alkohol, hipnotik sedatif, dan anxiolitik.13
Gangguan psikiatrik lain yang merupakan diagnosis banding GAD adalah
gangguan panik, fobia, gangguan obsesi kompulsif, hipokondrisis, gangguan
somatisasi, gangguan penyesuaian dengan kecemasan, dan gangguan
kepribadian.8 Umumnya, pada pasien dnegan gangguan panik akan mencari terapi
lebih dini dikarenakan gejala penyaitnya, onset mendadak, dan gejala somati
kurang menonjol dibandingkan GAD. Membedakan GAD dengan gangguan
15

depresi dan distmik tidak mudah, dan gangguan-gangguan ini sering kali bersama-
sama GAD.8,13

II.11. Prognosis
Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan atau kondisi
kronis yang mungkin dapat berlangsung seumur hidup. Prognosis dipengaruhi
oleh usia, onset, durasi gejala dan perkembangan komorbiditas gangguan cemas
dan depresi. Karena tingginya insidensi gangguan mental komorbid pada pasien
dengan gangguan kecemasan menyeluruh, perjalanan klinis dan prognosis
gangguan cemas menyeluruh sukar untuk ditentukan. Namun Sebanyak 25%
penderita akhirnya mengalami gangguan panik, juga dapat mengalami gangguan
depresi mayor.3,8

II.12. Pencegahan GAD


Pada dasarnya, pencegahan kecemasan adalah kesadaran terhadap
kemampuan diri dalam mengatasi masalah atau tekanan hidup. Hal tersebut
penting untuk perkembangan mekanisme koping untuk menangani stres.
Pencegahan bertujuan untuk mencegah, memperlambat atau mengurangi masalah
yang terjadi akibat gangguan kecemasan. Sudah terdapat berbagai program
pencegahan yang telah digunakan di dunia. Program pencegahan dirancang sesuai
dengan populasi yang dituju, meliputi:3,13
II.14.1. Pencegahan universal
Program pencegahan universal berlaku untuk seluruh masyarakat
dengan mendeteksi dini atau skrining adanya gangguan kecemasan.
II.14.2. Pencegahan Selektif
Program pencegahan selektif ditujukan kepada keluarga dan anak
dengan risiko tinggi atau telah menunjukan beberapa gejala kecemasan
namun tidak memenuhi kriteria untuk ditegakkannya sebuah gangguan.
Salah satu intervensi yang dapat dilakukan adalah edukasi teradap orang
tua tentang pola asuh, strategi manajemen kecemasan, dan pentingnya
kemandirian.
16

II.14.3. Pencegahan Terindikasi


Program pencegahan terindikasi ditujukan terhadap kasus khusus
dalam suatu keluarga yang disfungsional. Salah satu cara adalah
dilakukannya pendekatan kognitif-perilaku.
Masing-masing program tersebut dapat dilakukan di berbagai
tempat misalnya di rumah, sekolah, komunitas, tempat kerja dan lain-lain.
Program-program pencegahan terbaik dirancang dan dibuat berdasarkan
teori dan data yang memperhatikan faktor risiko dan faktor protektif.
BAB III

KESIMPULAN

GAD (Generalized Anxiety Disorder) atau gangguan cemas menyeluruh


adalah suatu gangguan kecemasan yang ditandai dengan perasaan cemas dan
kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional bahkan realistik terhadap berbagai
peristiwa kehidupan sehari-hari. Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari,
berlangsung sekurangnya seakana 6 bulan. GAD ditandai dengan kecemasan yang
dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik
seperti ketegangan otot, kesulitan tidur dan kegelisahan sehingga dapat menyebabkan
penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dala fungsi sosial dan pekerjaan
seseorang.
Penyebab GAD dapat dijelaskan dalam beberapa teori berikut, antara lain
teori biologik, teori genetik, teori psikoanalitik, dan teori kognitif-perilaku. Diagnosis
GAD dapat ditegakkan melalui kriteria–kriteria yang tercantum pada PPDGJ-III
maupun DSM-V. Namun, di praktik sehari–hari seorang dokter lebih sering
menggunakan PPDGJ-III. Menurut PPDGJ-III, GAD dapat ditegakkan jika penderita
menunjukkan kecemasan sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari
dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, bersifat tidak terbatas pada keadaan
situasi tertentu saja atau “free floating”.

Gejala utama GAD adalah ansietas, ketegangan motorik, hiperaktivitas


autonom, dan kewaspadaan secara kognitif. Kecemasan bersifat berlebihan dan
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan pasien. Ketegangan motorik bermanifestasi
sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan getaran, kelelahan, dan sakit kepala.
Hiperaktivitas autunom timbul dalam bentuk pernafasan yang pendek, berkeringat,
palpitasi, dan disertai gejala saluran pencernaan. Terdapat juga kewaspadaan kognitif
dalam bentuk iritabilitas.

17
Penatalaksanaan GAD dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu terapi dengan
farmakoterapi dan terapi non-farmakologi psikologis (psikoterapi). Pengobatan
farmakologi khususnya menggunakan obat golongan benzodiazepine, buspirone dan
antidepresan (SSRI). Non-farmakologi (psikoterapi) terapi kognitif-perilaku, terapi
suporti dan terapi berorientasi tilikan.
Diagnosis banding adalah gangguan panik, fobia, gangguan obsesi kompulsif,
hipokondrisis, gangguan somatisasi, gangguan penyesuaian dengan kecemasan, dan
gangguan kepribadian. Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan atau
kondisi kronis yang mungkin dapat berlangsung seumur hidup, sehingga prognosis
sukar untuk ditentukan.
Pencegahan GAD sangat penting dilakukan yang bertujuan untuk mencegah,
memperlambat atau mengurangi masalah yang terjadi akibat gangguan kecemasan.
Program pencegahan GAD terdiri atas : pencegahan universal, pencegah selective dan
pencegahan terindikasi.

18
DAFRTA PUSTAKA

1. Kanine E dan Paputungan S. Pengaruh Pengukuran Tekanan Darah Terhadap


Perubahan Ansietas Pada Klien Hipertensi Di Desa Kobo Kecil Kotamobagu
Timur. Jurnal keperawatan. 2018; 6(2): 1-7.
2. Hutagalung, Evalina Asnawi. Tatalaksana Diagnosis dan Terapi Gangguan
Anxietas. [Internet] 2007 [cited 2016 December 10]. Available from
:http://gangguan_anxietas.htm.
3. Sadock B.J, Sadock V.A dan Ruiz P. Kaplan Sadock’s Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Edisi 11. Wolters Kluwer Health. New
York-USA. 2015.
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Indonesia. 2018.
5. Halqin, Richard P. Psikologi Abnormal Perspektif Klinis pada Gangguan
Psikologis. Jakarta: Salemba Humanika. 2012.
6. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa: rujukan ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya; 2001. 5. American
Psychiatric Assosiation. Practice guideline for the treatment of patients with
panic disorder second edition. New York: American Psychiatric Assosiation;
2010.
7. Nevid, J.S, Rathus, S.A., Greene B. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga.
2005.
8. Elvira S D, Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2. Jakarta: Badan Penerbit
FK UI. 2013.
9. Nisa R.M, Livana P.H dan Arisdiani T. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Tingkat Ansietas Pasien Pre Operasi Mayor. Jurnal Keperawatan Jiwa. 2018; 6
(2): 116- 120.

19
10. Jeffrey S. Nevid, dkk. Psikologi Abnormal. Edisi Kelima. Jilid 1. Jakarta:
Erlangga. 2005.

11. Novitasari I. Gambaran tingkat kecemasan, stres, depresi dan mekanisme koping
pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Dr.
Moewardi. Skripsi. Jurusan Keperawatan. Fakultas Kedokteran. Universitas
Diponegoro. Semarang. 2015.

12. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ke-
3. Jakarta. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. 2007.
13. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III, Jakarta : PT Nuh Jaya. 2003.

20

Anda mungkin juga menyukai